1, Berdasarkan analisa kasus diatas dapat saya sampaikan sebagai berikut
a. Individu dapat diseret ke Mahkamah Pidana Internasional (International
Criminal Court/ICC) jika mereka diduga terlibat dalam kejahatan internasional
yang serius, seperti kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan,
kejahatan genosida, atau agresi. Berdasarkan paparan di atas, terdapat beberapa
alasan mengapa individu seperti Slobodan Milosevic dapat diseret ke ICC:
1) Kejahatan Perang: Individu dapat dijerat dakwaan kejahatan perang jika
mereka terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum internasional
selama konflik bersenjata. Dalam kasus Milosevic, ia dituduh melakukan
agresi militer Serbia dan melakukan pemusnahan etnis secara kejam setelah
‘Yugoslavia runtuh pada tahun 1990-an.
Kejahatan terhadap Kemanusiaan: Individu dapat diadili di ICC jika
mereka terlibat dalam tindakan yang melanggar hak asasi manusia secara
sistematis dan meluas. Milosevic dituduh terlibat dalam kejahatan terhadap
kemanusiaan di Kosovo dan Kroasia, termasuk pembunuhan,
pemerkosaan, pengusiran paksa, dan penindasan terhadap kelompok etnis
tertentu.
Kejahatan Genosida: Individu dapat diadili di ICC jika mereka terlibat
dalam tindakan yang bertujuan untuk menghancurkan, seb: atau
seluruhnya, kelompok etnis, nasional, ras, atau agama tertentu. Meskipun
tidak disebutkan dalam paparan, Milosevic juga dituduh terlibat dalam
kejahatan genosida selama konflik di Bosnia.
Individu dapat diadili di ICC jika mereka terlibat dalam tindakan
fet yang melanggar hukum internasional. Dalam kasus
Milosevic, ia dituduh terlibat dalam agresi militer Serbia yang melanggar
hukum internasional selama konflik di wilayah Balkan.
ICC didirikan untuk memastikan bahwa individu yang terlibat dalam
kejahatan intemasional yang serius tidak luput dari pertanggungjawaban
hukum, Melalui proses pengadilan yang adil dan independen, ICC
berupaya untuk mencegah impunitas dan memastikan keadilan bagi para
korban,
b. Sebelum adanya Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal
CourvICC), individu yang melakukan kejahatan internasional sulit untuk
dimintai —pertanggungjawaban pidana—secara_—efektif, —_‘Sejarah
pertanggungjawaban pidana individu atas kejahatan internasional dapat
ditelusuri kembali ke periode pasca Perang Dunia II. Pada tahun 1945,
Mahkamah Militer Internasional Nuremberg didirikan untuk mengadili para
2
3
5
Dipindai dengan CamScanner3 dari6
pemimpin Nazi yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan kejahatan agresi. Pengadilan ini menetapkan
prinsip-prinsip hukum intemasional yang menjadi dasar bagi pengadilan
kejahatan internasional di masa depan. Selanjutnya, pada tahun 1993,
Mahkamah Pidana Intemasional untuk bekas Yugoslavia (Intemational
Criminal Tribunal for the former Yugoslavia/ICTY) didirikan oleh Dewan
Keamanan PBB. Mahkamah ini bertujuan untuk mengadili individu yang
terlibat dalam konflik Balkan dan melakukan kejahatan perang, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan genosida. Namun, sebelum adanya ICC, tidak ada
pengadilan permanen yang secara konsisten mengadili kejahatan internasional
di seluruh dunia. Setiap konflik atau kejahatan intemnasional harus ditangani
melalui pengadilan ad hoc yang didirikan secara khusus untuk kasus tersebut.
Dengan didirikannya ICC pada tahun 2002, tercipta pengadilan permanen yang
bertanggung jawab untuk mengadili individu yang melakukan kejahatan
internasional, termasuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan,
genosida, dan agresi. ICC memiliki yurisdiksi global dan dapat mengadili
individu dari negara anggota yang telah meratifikasi Statuta Roma, yaitu
perjanjian yang mendirikan ICC. Dengan adanya ICC, individu yang
melakukan kejahatan internasional dapat dimintai pertanggungjawaban pidana
secara lebih efektif dan adil. ICC berperan penting dalam memastikan bahwa
pelaku kejahatan intemasional tidak luput dari hukuman dan memberikan
keadilan kepada korban,
. Berdasarkan kasus diatas dapat saya paparkan sebagai berikut.
a, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah konsep yang didefinisikan dalam
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982
(UNCLOS 1982), ZEE adalah wilayah laut yang terletak di luar perairan
teritorial suatu negara, tetapi masih di bawah yurisdiksinya, UNCLOS 1982
memberikan hak eksklusif kepada negara pantai untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam di dalam ZEE-nya,
Berikut adalah beberapa poin penting tentang ZEE berdasarkan UNCLOS
1982:
1) Batas: ZEE biasanya mencakup wilayah laut yang terletak 200 mil laut
(sekitar 370 kilometer) dari garis pangkal negara pantai. Namun, jika
negara-negara terdekat saling berdekatan, batas ZEE dapat disesuaikan
‘melalui perundingan.
2) Hak dan Kewajiban: Negara pantai memiliki hak eksklusif untuk
mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya alam di dalam ZEE-
nya, termasuk sumber daya alam seperti ikan, minyak, dan gas alam.
Dipindai dengan CamScannerNegara pantai juga bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan laut di dalam ZEE-nya.
3) Kebebasan Navigasi: Meskipun negara pantai memiliki hak eksklusif
di dalam ZEE-nya, kebebasan navigasi dan penerbangan intemasional
tetap diakui dan dijamin oleh UNCLOS 1982. Kapal-kapal dari negara
lain dapat melintasi ZEE tanpa izin negara pantai, asalkan mereka tidak
melanggar hukum dan peraturan yang berlaku.
4) Hak Hak Asing: Negara pantai dapat memberikan izin kepada negara
Jain atau perusahaan asing untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalam
ZEE-nya, seperti penangkapan ikan, pengeboran minyak, atau
penambangan mineral. Namun, negara pantai tetap memiliki yurisdiksi
dan kontrol atas kegiatan tersebut.
5) Dalam kasus yang Anda sebutkan, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
di utara kepulauan Natuna Provinsi Kepulauan Riau menjadi perhatian
karena klaim sepihak Tiongkok terhadap kescluruhan perairan Laut
China Selatan, termasuk ZEE Indonesia. Indonesia berupaya melindungi
hak-haknya di ZEE tersebut dengan menahan kapal-kapal penangkap
ikan Tiongkok, Namun, permasalahan ini masih menjadi sengketa yang
belum terselesaikan antara Indonesia dan Tiongkok
b. Berdasarkan apa saja hak indonesia sebagai pemegang hak yang bedaulat
ZEE di perariran natuna sebagai berikut
ZEE merupakan bagian dari wilayah yurisdiksi Indonesia di mana Indonesia
memiliki hak berdaulat.Ketentuan lebih lanjut mengenai hak berdaulat ini
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
hukum intemasional.Kemudian Pasal 56 United Nations Convention on the
Law of the Sea (“UNCLOS”) yang telah diratifikasi oleh Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On
The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut) menyebutkan yurisdiksi dan tugas dari negara pantai di
wilayah ZEE sebagai berikut:Dalam zona ekonomi eksklusif, Negara pantai
mempunyai: Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi,
konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun
non-hayati, dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di
bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi
dan eksploritasi ekonomi zona tersebut, seperti produksi energi dari air, arus
dan angin; Yurisdiksi sebagaimana ditentukan dalam ketentuan yang relevan
Konvensi ini berkenaan dengan: pembuatan dan pemakaian pulau buatan,
instalasi dan bangunan; riset ilmiah kelautan; perlindungan dan pelestarian
Dipindai dengan CamScanner