You are on page 1of 16

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/syifa-al-qulub
ISSN-2540-8453 (online) dan ISSN-2540-8445 (cetak)

KONSEP TASAWUF MODERN DALAM PEMIKIRAN


NASARUDDIN UMAR
Didin Komarudin
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Kota Bandung 40614
Email: dikom76@uinsgd.ac.id
ABSTRACT

Sufism in ancient times was felt in the community, Tasawuf's role greatly brought a very positive
impact. A sense of unity that is very close, a spirit of mutual cooperation that really feels. In contrast to
this modern age, some concepts of life began to fade away which love and love each other human beings
or even fellow Muslims. It is happening today, that humanity or Muslims have lost the power of reason
for life that is peaceful and loving and loves each other. This study aims to find out the thoughts of
Nasaruddin Umar about the concept of Modern Sufism, and also the view of Nasaruddin Umar about
the Implication of Modern Sufism in the review of Nasaruddin Umar's thoughts. The method used in
this study is a qualitative method, with an Analytical Descriptive approach, and the concept of
triangulation namely: observation, interviews, and documentation. This observation was carried out at
the recitation place held by Nasaruddin Umar as the Key Informant. And the interview process was
carried out directly with key informants in his house. Based on the results of the data obtained in the
field and the results of data analysis, it can be concluded that: Understanding the concept of Modern
Sufism is to abandon all practices of Sufism which separate themselves from the life of the world and
replace it with the practice of Sufism which does not separate itself from the social order. Sufism
essentially purifies itself from the pollution of realistic thinking that enters comprehensive thinking.

KEYWORDS
Sufism; Modern; Thought
_________________________________

ABSTRAK

Tasawuf pada zaman dahulu sangat terasa di kalangan masyarakat, peran Tasawuf sangat membawa
dampak yang sangat positif. Rasa persatuan yang sungguh erat, jiwa gotong royong yang sungguh
terasa. Berbeda dengan zaman modern ini, dimana mulai lunturnya beberapa konsep kehidupan yang
saling mengasihi dan mencintai sesama umat manusia atau bahkan sesama muslim. Terjadi di dewasa
ini, bahwa umat manusia atau umat muslim telah hilang daya nalar kehidupan yang cinta damai dan
saling mengasihi dan munculnya rasa saling membenci satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemikiran Nasaruddin Umar tentang konsep Tasawuf Modern, dan juga pandangan
Nasaruddin Umar tentang Impikasi Tasawuf Modern dalam tinjauan pemikiran Nasaruddin Umar.
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan Deskriptif
Analitif, serta konsep triangulasi yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi ini
dilakukan di tempat pengajian yang diadakan oleh Nasaruddin Umar sebagai Informan Kunci. Dan
proses wawancara dilakukan langsung bersama Informan kunci di Rumahnya. Berdasarkan hasil data
yang diperoleh dilapangan dan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa: Pemahaman konsep
Tasawuf Modern adalah dengan meninggalkan segala praktek Tasawuf yang memisahkan diri dari
kehidupan dunia dan menggantikannya dengan praktek Tasawuf yang tidak memisahkan diri dari
tatanan sosial kemasyarakatan. Tasawuf itu pada intinya mensucikan diri dari polusi pemikiran
materealistis yang masuk kedalam pemikiran komprehensif.

Kata Kunci
Tasawuf; Modern; Pemikiran
______________________________
DOI :10.15575/saq.v3i2.3535
Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

A. PENDAHULUAN

Ibnu Khaldun berkata, “Tasawuf itu adalah “shuf” yang berarti kain wol atau bulu domba
semacam ilmu syari’ah yang timbul kemudian karena zaman dahulu para sufi juga sering
di dalam agama. Asalnya ialah bertekun memakai pakaian yang berbulu domba.3
beribadah dan memutuskan pertalian dengan Tasawuf sendiri menurut pandangan Ibn
segala selain Allah,”. Arabi’ adalah proses mengaktualisasikan
Tasawuf pada zaman dahulu sangat terasa di potensi akhlakul karimah Allah yang terdapat
kalangan masyarakat, peran Tasawuf sangat dalam diri pribadi, dan menjadikannya sebagai
membawa dampak yang sangat positif. Rasa akhlak dalam pribadi “al-takhalluq bi akhlak
persatuan yang sungguh erat, jiwa gotong Allah”.4
royong yang sungguh terasa. Berbeda dengan Dari dulu nilai tasawuf sudah sangat di
zaman modern ini, dimana mulai lunturnya gandrungi meski term Tasawuf belum di kenal
beberapa konsep kehidupan yang saling dan baru di kenal di masa pasca Khulafaur
mengasihi dan mencintai sesama umat manusia Rasyidin. Dengan demikian, melihat fakta
atau bahkan sesama muslim. Terjadi di dewasa bahwa Tasawuf belum di kenal di zaman nabi
ini, bahwa umat manusia atau umat muslim dan Khulafaur Rasyidin maka dapat di maknai
telah hilang daya nalar kehidupan yang cinta inti dari ajaran Tasawuf bukan pada nama tapi
damai dan saling mengasihi dan munculnya lebih kepada esensi dan substansi di dalamnya
rasa saling membenci satu sama lain. maka Tasawuf itu ada. Inti sebenarnya
Saat Tahannusts di Gua Hira’, Nabi Tasawuf itu ada pada term tazkiyatun nafs
Muhammad SAW mendapatkan cahaya (Pembersihan Jiwa).
kerohanian atau Ilham sebagai benih utama Dengan pembersihan jiwa yang mencakup
dalam tasawuf.1 Arti tasawuf dari akar katanya seluruh aspek batiniah ini maka ajaran Tasawuf
sendiri memiliki berbagai macam pemaknaan, tidak tersekat dengan waktu yang ditentukan
baik secara epistemologi maupun terminologi. yaitu tidak terdikotomikan bahwa Tasawuf
Berbagai macam pendapat definisi tasawuf hanya berada dan berlaku pada zaman itu akan
seperti yang sering dikonotasikan oleh tetapi melihat kebutuhan dan tantangan zaman
kebayakan orang, bahwa tasawuf merupakan sekarang yang semakin kompleks dengan
orang yang pada sama Nabi Muhammad ia tantangan kapitalisme global yang meradang.
berdiam diri dan menetap di sembi masjid yang Serta Tasawuf yang selalu menjadi bagian dari
biasa disebut dengan “ahlu suffah”. Berikutnya kehidupan manusia, jika di ibaratkan Tasawuf
Tasawuf di konotasikan “Shafa” yang berarti bagaikan air yang mengalir di sendi-sendi
suci/ bersih, “shaf” yang di nisbahkan kepada kehidupan maka dari itu tidak pernah berhenti
kaum muslim ketika sholat selalu berada di mengalir.5
barisan pertama, “saufi”2 yang berarti Hikmah, Dewasa ini, sedikit banyaknya hal yang
“Shaufanah” yang berarti buahan-buahan kecil berubah mulai dari sikap ataupun cara berpikir
yang berbulu-bulu hal ini di nisbatkan karena seseorang yang di sebabkan tidak lain adalah
para sufi zaman dahulu sering memakai perkembangan zaman itu sendiri. Masyarakat
pakaian yang kasar dan berbulu dan yang yang tergolong masuk kedalam masyarakat
terakhir yakni asal kata tasawuf dari kata modern ataupun tergolong berada pada zaman

1 3
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, M. Solihin & Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung:
Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Proyek Binpertais, Pustaka Setia, 2011), hlm. 11-12.
4
1982), hlm. 44. Abdul Kadir Riyadi, Antropologi Tasawuf, (Jakarta:
2
Kata Tasawuf yang menisbahkan dengan bahasa Grik Pustaka LP3S, 2014), hlm. 5.
5
atau Yunani Muhammad Taqi Ja’fari, Tasawuf Positif (Sebuah
Pengantar), (Jakarta: Nur Al-Huda, 2005), hlm. 13.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 97


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

modern saat ini memiliki beberapa karekteristik Butuhnya inovasi baru dalam mengemas
diantaranya; 1) Bersifat rasional, yakni lebih konsep Tasawuf untuk menjadi relevan dengan
mengedepankan akal pikiran, dari pada emosi kehidupan yang serba mungkin dengan seabrek
atau intuisi secara sederhana mereka yang kesibukan dan kebutuhan dan harapan maka
tergolong dalam masyaraakat modern ini lebih dari itu sangat pentingnya adanya konsep yang
dalam melakukan pekerjaan selalu bernama neo Tasawuf atau yang bernama
mempertimbangkan keuntungan dan rugianya Tasawuf Modern.
secara logika. 2) Visioner dalam berfikir Perbincangan mengenai Tasawuf Modern
teruma melihat efek sosial yang akan masih hangat sampai sekarang. Apakah
ditimbukan setelahnya. 3) Menghargai waktu. Tasawuf Modern lebih kepada konsep baru
4) Bersikap terbuka, menerima masukan, saran, atau Tasawuf Modern adalah Tasawuf yang di
kritik dsb,. 5) Berpikir Objektif, yakni implementasikan di abad modern saat ini tanpa
memandang segala sesuatu dari fungsi dan mengurangi atau menambahkan konsep yang
kegunaan bagi kehidupan bermasyarakat.6 sudah ada tapi lebih kepada pembaruan sesuai
Dengan melihat karekteristik di atas maka kondisi dan zaman. Hal ini di tambah lagi
perkembangan di berbagai aspek kehidupanpun banyaknya tokoh-tokoh yang sering
tidak bisa terelakkan mulai dari aspek berpandangan Tasawuf atau mengkaji Tasawuf
teknologi, social, budaya, ekonomi dan banyak di abad Modern ini seperti Nasaruddin Umar
lainnya membuat masyarakat modern ini dan Buya Hamka, beliau para pengkaji
menjadi masyarakat yang mekanistik, dalam Tasawuf yang telah memiliki hasil pemikiran
artian hidup seakan-akan terukur dengan dan implementasi hasil konsepsi dari pikiran
system yang telah ditentukan suatu perusahaan beliau yaitu Tasawuf Modern ini.
atau instansi tertentu mengakibatkan ada suatu Pada Penelitian kali ini sesuai dengan judul
aspek kehidupan yang terlupakan, padahal di atas peneliti mengambil Nasaruddin Umar
dalam kehidupan ini ada hal yang dapat sebagai tokoh yang di bedah pemikirannya
menjadikan hidup lebih bermakna. tentang Tasawuf Modern, karena peneliti
Upaya-upaya yang dilakukan bagi manusia merasa bahwa beliaulah yang cocok untuk di
yang rindu akan siraman batiniah dan muak teliti pada penelitian kali ini di samping karena
dengan hiruk pikuk permasalahan dunia yang di buktikan dengan sebuah karya yaitu bukunya
kompleks mencari dan menginginkan Tasawuf Modern juga hanya ada dua tokoh
pengembalian orientasi hidup dari model yang sempat menelurkan karya tentang
hedonis ke model sufistik. Kenyataan ini tidak Tasawuf Modern yaitu Haji Abdullah
mudah dilakukan ditengah-tengah hegemoni Muhammad Karim Amrullah atau Buya
yang ada dan berkembangnya kapitalisme Hamka dan Nasaruddin Umar serta Nasaruddin
global.7 Umar masih bisa di wawancarai secara
Hal diatas merupakan fakta bahwa umat langsung oleh peneliti secara face to face
manusia sekarang lebih menonjolkan sikap karena tokohnya masih hidup sesuai sumber
emosionalnya daripada sifat dan sikap saling data primer yang di jelaskan peneliti nanti di
mengasihinya jika melihat seperti yang di ulas bawa.
di pembahasan sebelumnya Tasawuf bisa Nazaruddin Umar sebagai tokoh yang
menjadi suatu alat pemersatu umat maka dari membicarakan masalah Tasawuf juga dengan
itu Tasawuf kembali bisa menjadi satu latar belakang bahwa beliau sebagai visiting
alternative yang bisa di ambil oleh umat di student di berbagai kampus barat diantaranya
zaman sekarang sekarang. McGill University Canada, Visiting Student di
Leiden University dan mengikuti Sean Wich di

6 7
Deliar Noer, Pembangunan Indonesia, (Jakarta: Muhammad Zairul Haq, Tasawuf Pandawa,
Mutiara, 1987), hlm. 24. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. xiii.

98 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

Paris University serta pernah melakukan studi fikih, dan juga pengajian Tasawuf guba untuk
kepustakaan di negara-negara Eropa akan tetapi memahami hakikat kehidupan.
untuk melihat pandangan tentang dunia Tasawuf memimiliki banyak cara untuk
Tasawufnya sangatlah luas meski dalam hal ini bisa dekat kepada Allah. Dapat melalui
sering menjadi pemagang di kampus-kampus kecintaan (mahabbah) kepada Allah, Melalu
barat. ibadah-ibadah seperti Sholat, Haji, Puasa,
Hal ini, di tunjukkan dengan pengantar salah Zakat dst (Ibadah mahdah) maupun dengan
satu jamaahnya di Masjid Sunda Kelapa, cara Dzikir, khlawat (uzlah), tafakur, zauq, dan
Masjid yang menjadi tempat rutinitas beliau lain sebagainya. Umumnya, salik adalah orang
membawakan pengajian Tasawuf, bahwa yang berusaha menuju pada hakikat tasawuf,
“Bapak Nasaruddin ini banyak belajar di dan untuk mencapai derajat makrifat atau
negara-negara Barat, tapi justru jiwanya sufi maqom disisi Allah, maka haruslah ia
serta apakah dalam situasi hiruk-pikuk seperti meningkatkan spiritual hingga dapat masuk
ini, betulkah sufi atau sufisme (Tasawuf) dalam tingkatan-tingkatan, biasanya disebut tarekat,
pengertian ini akan bisa eksis dalam kehidupan hakikat, hinga tiba pada puncaknya makrifat.
kita.”8 Makna Tasawuf menjadi perdebatan
Berdasarkan latar belakang diatas maka diberbagai kalangan, baik berdebatan dari segi
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian epistimologi maupun terminologi mereka
mengenai konsep tasawuf modern dalam berusaha untuk mendefinisikan tasawuf, tetapi
pemikiran Nasarudin Umar, guna untuk dari sekian banyak pengertian baik secara
mengimplementasikan konsep tersebut dalam etimologis maupun terminologis penyusun
kehidupan milieneal sekarang ini. Penelitian lebih sepakat dengan pengertian Tasawuf yang
ini menggunakan metode kualitatif yaitu berarti “bersih/suci” (shafa). Hal ini senada
metode atau pendekatan yang bertujuan dengan perkataan Nasaruddin Umar bahwa:
memahami realitas social, yaitu melihat dunia Tasawuf itu pada intinya mensucikan diri dari
dari apa adanya bukan dunia yang seharusnya polusi pemikiran materealistis yang masuk
.9 kedalam pemikiran komprehensif. Jadi, tidak
hanya fokus kepada akal tapi kita memberikan
B. PEMBAHASAN DAN HASIL ruang spiritual dan batin ruang hati untuk
PENELITIAN referensi kehidupan.10
Hal ini serupa pula yang diungkapkan
Tantangan dan rintangan begitu besar pada Nasaruddin Umar dalam kutipan pengertian
zaman modern sekarang ini. Jurang kenistaan Tasawuf yang secara lughowi (epistemologi)
dan kesesatan selalu menggoda dan menarik dalam salah satu referensi buku tasawuf.
perhatian supaya dimasukin oleh orang-orang, Dikatkan bahwa asal kata tasawuf adalah
dan mereka yang tidak berhati-hati bisa-bisa Shafa. Kata Shafa berbentuk fi’il mabni majhul
terjerumus kedalamnya. Namun, tentu sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf
bersyukur karena untuk menghadapi rintangan ya’ nisbah, yang berarti orang-orang yang suci.
dan tantangan ini juga semakin gencar Yakni golongan orang-orang yang mencari
dilakukan. Di perkantoran-perkantoran, kesucian diri kepada Allah.11
semakin semarak digelar pengajian dan majelis Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan
taklim. Baik tentang motivasi, tausiyah, ilmu bahwa Tasawuf Modern hakikatnya sama
dengan makna tasawuf tersebut, hanya saja

8 10
Nasaruddin Umar, Pengajian Tasawuf (Ihya Ulum Al- Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Din), (Jakarta: Masjid Agung Sunda Kelapa, 2004), hlm. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari2018.
11
5. M. Solihin & Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung:
9
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan Pustaka Setia, 2011), hlm. 11.
R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 7.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 99


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

tasawuf modern mengutamakan pengaplikasian mampu menjembatangi kebenaran yang hak


Ajaran-ajaran kitab suci dalam kehidupan dan dan yang bathil, itu berarti belum berTasawuf
menjadikannya sebagai pedoman, yang benar- untuk zaman sekarang.14
benar ‘pedoman’ dan hal tersebut dapat Masyarakat sekarang itu over fikih,
mengikis kesenjangan sosial pada masyarakat energi fikih terlalu dominan, maka masyarakat
sekarang. itu akan tercipta masyarakat black white,
pokoknya jika tidak benar maka sesat akhirnya
1. Akal dan Batin tidak Bertentangan menjadikan kita kaku dalam beragama serta
berkehidupan, padahal kita mesti ingat yg
Tasawuf tidak dapat difahami dengan diperkenalkan pertama kali oleh Allah itu
logika saja, maka tidak heran jika individu yang bukan fikih melainkan hal-hal yang bersifat
mengedepankan logika ia akan kesusahan ihsan, di Makkah misalnya yang diturunkan
dalam memahami tasawuf. Tasawuf pertama adalah ayat tauhid dan ayat spiritual
merupakan ilmu yang hanya dirasakan sendiri setelah Nabi melakukan prosesi Hijrah atau
atau personalitas, maksudnya tasawuf hanya pindah ke Madinah barulah turun ayat yang
dapat difahami ketika seseorang telah berkaitan dengan fikih.
mengalaminya sendiri dalam kehidupannya, Penyusun melihat secara seksama dari
akan sulit seseorang menerima ‘tasawuf’ jika ia penjelasan perihal tasawuf, pada hakikatnya
tidak mengalaminya. Seperti contoh yang Tasawuf modern tidak berbeda dengan
sering digunakan para tokoh misalnya; gula ‘tasawuf’, Tasawuf modern merupakan
manis tidak bisa dijelaskan saja untuk dapat kelanjutan dari Tasawuf klasik hanya berbeda
mempercayainya, tapi perluh memakannya zaman saja. Tapi mungkin sudah mendapatkan
untuk merasakan manis yang sebenarnya.12 polesan dari sana-sini sesuai dengan keadaan
Tasawuf itu seperti oksigen, tidak yang ada, sehingga kesannya tidak lagi
mempunyai warna, Tasawuf itu tidak musti eksklusif (mengkhususkan diri/sesuatu yang
dipertentangkan atau diperhadap-hadapkan spesial) terhadap dunia, bahkan menyesuikan
dengan sesuatu yang tidak rasional, selama ini dengan perkembangan zaman.
Tasawuf dianggap hanya lari kebathin, seolah Tasawuf modern tidaklah sama dengan
olah tidak bisa competibel/harmonis dengan tasawuf yang dikenal pada masa klasik,
akal, justru hakikat Tasawuf itu harus mampu bagaimana masa klasik orang yang bertasawuf
diterima oleh akal. Tasawuf hampir mendekati dipandang mereka yang sering mejalankan
atau depat dikatakan Teosopi itu artinya sebuah kholwat mereka yang memisahkan diri dari
pemikiran atau pemahaman yang kehudapan masyarat, ia mencari jalan suci
mengkombinasikan antara olah nalar dan olah dengan menyendiri, maka pada zaman modern
batin, olah nalar itu nanti menggunakan energy ini, tasawuf tidak lah mereka yang
otak untuk menemukan kebenaran begitupun mengasingkan diri, tetapi ia jug masih dalam
olah batin bisa digunakan untuk mencari kehidupan bermasyarakat sebab manusia
kebenaran pula.13 adalah mahkluk sosial yang penuh akan budi
Tidak mungkin akal dan batin itu dan pekerti sebagaimana yang dikatakan oleh
bertentangan karena keduanya ciptaan Allah, salah seorang ahli Tasawuf yaitu Al-Junaid.
persoalan kita sekarang bagaimana Bahwa:
menjembatani dua hal yang kelihatannya beda “Tasawuf adalah membersihkan hati
bahkan bertentangan tetapi sesungguhnya dari apa saja yang menganggu perasaan
sangat kompak satu samalain, orang yang tidak mahluk, berjuang menanggalkan pengaruh

12 13
Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jalan Mengenal Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Dan Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT, (Jakarta: Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 2 Februari 2018.
14
Republika, 2014), hlm. 2. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.

100 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

budi yang asal/Instink kita, memadamkan sifat- dari tangan-tangan jahat yang mencoba untuk
sifat kelemahan kita sebagai manusia, merusak bumi ini, serta menghancurkan segala
menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati bentuk penindasan terhadah kaum dhu’afa
sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada sekaligus menolong para dzalimin dari budi
ilmu-ilnu hakikat, memakai barang yang pekerti yang buruk untuk hijrah kebudi pekerti
penting dan terlebih kekal menaburkan nasihat yang baik dan soleh.
kepada semua orang, memegang teguh janji
dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti 2. Bentuk dan Karateristik Tasawuf
contoh Rasulullah dalam hal syariah”.15 Modern
Oleh karena itu Tasawuf
modern ini lebih kepada sesuatu yang relevan Didalam memahami dan mencari bentuk
dengan makna Tasawuf yang sebenarnya, Serta karakteristik Tasawuf modern, secara
karena bermasyarakat atau bersosial otomatis kita akan dihadapkan pada era yang
merupakan perhatian dalam tasawuf modern, sekarang ini dikatakan sebagai era globalisasi,
selain hal tersebut juga menitik beratkan pada dimana sesuatu yang dianggap pasti menurut
semangat beragama atau revitasisasi kan agama akal menjadi tolak ukur dan ini merupakan hal
islam lagi yang telah lama tidur, sebab yang berseberangan dengan dunia Tasawuf
semangat dalam islam adalah semangat yang dalam hal ini sering menggunakan
berkurban, semangat berkerja, semangat irrasional, dan akal tidak mungkin dapat
berjuang dan tidak lemah malas apalagi menjangkaunya kecuali sesuatu yang bisa
melempem. mengalami pengalaman kerohanian, yang lain
dan tak bukan adalah hati.
Tasawuf pada mula mula timbulnya Adapun bentuk dan karakteristik Tasawuf
adalah suci maksudnya, yaitu hendaknya modern sekarang ini lebih menekankan sikap
memperbaiki budi pekerti, sebagaiman yang ihsan, baik itu ihsan kepada Allah maupun
dikatakan oleh al-Junaid tadi. Ketika mula- ihsan terhadap sesame manusia, yang tentunya
mula timbulnya semua orang bisa menjadi sufi, dengan sikap ihsan ini akan tercapailaj
tidak perlu memakai pakaian tertentu, atau kebahagiaan di dunia dan akhirat yang
bendera tertentu, atau berkhalwat merupakan aplikasi dari hasil ibadah dan
mengasingkan diri dari khalayak ramau atau interaksi kita kepada Allah dan sesame
mengadu kening dengan kening guru, sebab manusia. Jika secara konkret bentuk Tasawuf
semua itu tidak lebih hanya merupakan modern ini tidak lain dan tidak bukan adalah
kesalahan pemahaman kita tentang makna Ihsan.
Tasawuf itu sendiri.16 Tetapi ihsan di sini terbagi kepada dua
Dengan melihat segala keterangan tadi, bentuk, yaitu ihsan kepada Allah dan ihsan
dapat penyusun simpulkan bahwa kepada sesama manusia. Sebenarnya hampir
sesungguhnya Tasawuf modern secara arti itu sama dengan bentuk Tasawud klasik, tetapi
adalah Tasawuf dalam arti yang sebenarnya kalau dalam Tasawuf klasik lebih dipentingkan
sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad dan ditonjolkan adalah ihsan kepada Allah,
SAW semasa hidupnya, tanpa meninggalkan sedangkan pada Tasawuf modern ini adalah
kesenangan duniawi (makan, tidur, ibadah bagaimana menjaga keseimbangan antara ihsan
mahdoh, dsb.) bahkan sebaliknya, kita kepada Allah dan ihsan kepada sesama
diwajibkan untuk membangun dunia ini, yang manusia. Sehingga tercapai apa yang
mempunyai tanggung jawab untuk dinamakan dengan kebahagiaan dunia dan
memakmurkan bumi ini dan membebaskannya

15 16
Athoullah Ahmad, Diktat Ilmu Akhlak dan Ilmu Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta:Republika, 2015),
Tasawuf, (Serang: Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung hlm, 21.
Djati, 1985), hlm, 96.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 101


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

akhirat yang merupakan tujuan utama dari atau Tasawuf secara keseluruhan secara
Tasawuf modern itu sendiri.17 bersamaan. Tapi di sisilain juga dapat
Fenomena kelas menengah baru Indonesia memunculkan sebagai orang yang
20
sesungguhnya adalah fenomena kelas mengamalkan Tasawuf falsafi.
menengah santri. Mereka sadar, kebahagiaan Tasawuf modern ini merupakan imbas dari
mempunyai banyak sisi, termasuk kebahagiaan perkembangan pemikiran modern yang
melalui jalur agama. Mereka ini lebih tertarik mengembangkan dimensi logika rasional,
untuk memahami agama lebih dari sekedar hal sehingga berdampak serius terhadap
formalistis, yang memang sudah tertanam dari karakteristik dari Tasawuf modern ini, yang
dalam lingkungan keluarganya. Mereka ingin tentunya mau tidak mau Tasawuf modern ini
memahami sisi lain dari agama.18 harus menyesuikan dengan perkembangan
Ada dua yang mereka yang di zaman masa dan waktu serta harus menyesuikan
sekarang ikut mempelajari bahkan dengan kondisi dan situasi suautu tempat di
mengamalkan ilmu Tasawuf yaitu (1) Mereka mana Tasawuf modern ini timbul dan
mendapatkan pemahaman bahwa Islam tidak berkembang, sehingga tidak terjadi
hanya sekedar fikih, aqidah tapi juga ada level kesenjangan antara pengalaman Tasawuf ini
spiritual. (2) Karena mereka yang belajar dengan kondisi sosial kemasyarakatan di
kebanyakan secara ekonomi berada pada post tempat itu.
basic-needs atau untuk melengkapi Karena dalam Tasawuf modern ini, yang
kehidupannya dengan aksesoris kehidupan merupakan pembeda dari Tasawuf klasik
sekunder, maka mereka bisa berbagi juga adalah kemauan untuk memperbaiki kehidupan
ketika ada rezeki lebih. Jadi timbullah sosial masyarakat yang sedang mengalami
keharmonisan di berbagai aspek antara elemen suatu krisis baik itu krisis moral maupun krisis
Si kaya dan Si miskin bahkan mungkin di luar ekonomi. Jadi dalam Tasawuf modern ini tidak
itu sehingga menciptakan kondusifitas ada kehendak untuk mengasingkan dan
kehidupan.19 bersikap eksklusif dari masyarakat, berbeda
Bentuk pengaplikasian Tasawuf sekarang ini jauh dengan Tasawuf klasik yang seringkali
tidak bisa kita polarisasi dengan pengamalannya itu dengan cara menjauhkan
pengklasifikasian kehidupan Tasawuf baik diri dari kontak sosial dengan masyarakat,
akhlaki, amali, falsafi, sunni dan seterusnya. padahal kita diciptakan sebagai mahluk sosial
Hal itu sudah tidak relevan, karena atau dalam Aristoteles-nya zoon politicon,
sederhananya sekarang sudah ada orang yang yang tentunya memerlukan mahluk lain dalam
kaya raya tapi berlaku sufistik, tapi di sisilain setiap interkasi kita.21
ada orang secara terlihat di lapangan miskin Jadi, penyusun dapatkan bahwa sebenarnya
tapi justru serakah, pencemburu dll. Contohnya Tasawuf modern ini, lebih mengutamakan
dulu Tasawuf akhlaki yang hanya ihsan yang bersifat konkret yang menyentuh
mengedepankan akhlak atau perilaku tapi kan langsung dengan kehidupan sosial
sekarang, filosof, enginer, doctor, arsitektur kemasyarakatan, bukan dengan sesuatu yang
semuanya berkakhlak. Jadi Tasawuf akhlaki itu bersifat abstrak, karena ibadah (mahdloh) itu
bukan di miliki suatu kelompok tertentu tapi adalah hal yang wajib bagi setiap hamba, tetapi
semua lapisan/elemen masyarakat atau hanya menyangkut hubungan seseorang
pekerjaan bisa menjalanakan Tasawuf akhlaki dengan sang khalik yang tentunya tidak

17 19
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 2 Februari 2018.
18 20
Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jalan Mengenal Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Dan Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT, (Jakarta: Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.
21
Republika, 2014), hlm. 4. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 3 Februari 2018.

102 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

berdampak apa-apa bagi orang lain, sebab itu dinisbatkan namanya dengan tarekat tarekat
hanya kebahagiaan akhirat saja. Sedangkan tertentu misalnya Qadiriyah, Naqsabandiyah,
dalam Tasawuf modern, harus ada Khalwatiyah, Sadziliyah, idrisiyah, dsb. Dua
keseimbangan antara dunia dengan akhirat, hal ini yaitu Tasawuf dan tarekat yang sering
sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan menjadi pertentangan satu sama lain
dengan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan metodologi untuk mencapai kedekatan diri
akhirat. dengan Allah dengan memakai metode
Tasawuf tapi caranya memakai jalan tarekat.
Akan tetapi, lambat laun dua hal ini menjadi
3. Tarekat dan Tasawuf Modern sebuah pertentangan.
Apabila kita berkiblat ke ajaran budha
Peralihan Tasawuf yang bersifat personal yang ingin mencapai nirwana meraka masuk
kepada tarekat yang bersifat lembaga tidak goa (hampir sama dengan pemikiran kita harus
terlepas dari perkembangan dan perluasan meninggalkan segala bentuk kedunawian)
Tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh yang pada akhirnya orang awam atau manusia
Tasawuf, semakin banyak pula orang yang modern tidak sanggup melakoni hal-hal
berhasrat mempelajarinya. Untuk itu, mereka demikian dengan alasan bahwa mereka pasti
menemui orang yang memiliki pengetahuan akan kelaparan, mereka pasti akan sengsara
dan pengalaman yang luas dalam pengamalan ketika meninggalkan secara penuh
Tasawuf yang dapat menuntun mereka. Sebab, kedunawian, atau mengganggap Tasawuf itu
belajar dari seorang guru dengan metode bukan ajaran yang manusiawi. Jadi tidak akan
mengajar yang disusun berdasarkan ikut orang-orang zaman modern dengan
pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat metode Tasawuf seperti yang sebelumnya
praktikal merupakan suatu keharusan mereka. disebutkan dan perlu di tekankan bahwa
Namun, sebagian besar umat muslim Tasawuf itu ajaran yang manusiawi.24
melakukan teori Tasawuf yang lebih kepada Jadi, menurut penyusun Tasawuf itu
metode ortodoks, yang lebih mengikuti tren yang beliau pahami tadak musti masuk menjadi
tarekat-tarekat yang tidak jelas arah tujuan, dan anggota di salah satu tarekat tertentu,
mungkin hanya bertujuan untuk menjauji sifat sederhananya anda tidak masuk tarekat bukan
keduniawian, sehingga banyak dari mereka lari berarti bukan sufi, bahkan para sufi tidak sadar
dari kewajiban kita sebagai khalifah di bumi kalau mereka memiliki tarekat, dan orang lain
bahkan menjauhi hal-hal yang bersifat sebagai mengklaimnya bahwa dia bertarekat.
manusia sosial. Dengan demikian, membuat Pemisalannya seperti Abu Muhammad bin
umat Islam tertinggal jauh dengan umat Idris asy-Syafi’I al-Muthalibi al-Qurasy atau
manusia lainnya karena metode Tasawufnya yang lebih di kenal dengan Imam Syafi’i
yang sangat-sangat mementingkan hidupnya di sendiri tidak pernah membayangkan bahwa
akhirat, dan menjauhi urusan hidupnya di pendapatnya itu tentang masalah fiqh akan
dunia.22 dipakai sebagai mazhab Negara. Tarekat itulah
Tasawuf yang di pahami oleh Nasaruddin yang sering membuat orang banyak terjebak
Umar tidak harus masuk tarekat dan mungkin kepada sesuatu hal yang sifatnya mistik,
sufi-sufi sebelumnya tidak tau tentang semisal ada Tarekat yang mengharamkan
ajarannya yang dijadikan tarekat.23 Seperti melihat perempuan atau lawan jenis, di minta
halnya beberapa sufi atau tokoh yang

22 24
Nasaruddin Umar, Pengajian Tasawuf Kitab Ihya Nasaruddin Umar, Pengajian Tasawuf : Mengenal Diri
Ulumuddin :Pertemuan ke-1 (Jakarta: Masjid Agung Mengenal Allah (Jakarta: Masjid Agung Sunda Kelapa,
Sunda Kelapa, 2004), hlm 10-11. 20018).
23
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta),
Hasil Wawancara: Jakarta, 2 Februari 2018.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 103


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

jauhi dunia, wakafkan semua hartanya, padahal menyeimbangkan antara kehidupan sosial dan
di sisi lain kaki kita masih berpijak dibumi. kehidupan individual, menyeimbangkan antara
dunia pendidikan formal dengan pendidikan
informal bahkan sampai ketingkat
4. BerTasawuf Berarti Menyeimbangkan suluq/bathiniyah. Maksudnya, ketika kita
selalu konsen untuk menyeimbangkan rohani
BerTasawuf artinya menyeimbangkan dan logika maka kita itu sudah berkotemplasi.26
antara dunia-akhirat, lahir-batin, logika dengan Penyusun menyimpulkan bahwa ajaran
rohani, menyeimbangkan antara kehidupan Islam memiliki dua aspek eksoterik atau aspek
masyarakat dengan kehidupan individu, lahir dan Tasawuf adalah ajaran Islam yang
menyeimbangkan antara sekolah formal dan menekankan aspek batin. Tujuan akhir hidup
informal.25 manusia adalah kembali kepada Tuhan.
Dalam salah satu riwayat berbunyi: Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia
"Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah adalah perjalanan dari yang lahir menuju ke
Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik yang batin. Perjalanan ini menurut penyusun
diantara kamu orang yang meninggalkan akan sampai pada tujuannya dengan selamat
urusan dunianya karena (mengejar) urusan apabila dilakukan dengan cara memadukan
akhiratnya, dan bukan pula (orang yang atau menyeimbangkan berbagai hal terutama di
terbaik) oarang yang menhinggalkan aspek fikih ataupun syariat dengan Tasawuf
akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, atau kebatinan. Dengan cara ini akan
sehingga ia memperoleh kedua-duanya, karena membawa manusia kepada tujuannya yaitu
dunia itu adalah (perantara) yang Tuhan.
menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu Fenomena kajian dan pengamalan Tasawuf
menjadi beban orang lain." semakin menjadi tren di sejumlah kota besar.
Hadist di atas menjelaskan tentang Hal ini juga bukan hanya berlaku di Indonesia,
kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu tetapi juga menjadi fenomena global. Tak
kehidupan yang berimbang, kehidupan dunia heran jiwa ilmuwan dan praktisi Tasawuf
harus diperhatikan disamping kehidupan di semakin mobile. Jaringan berbagai tarekat
akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap semakin mengglobal. Pertanyaannya adalah
orang yang hanya mengutamakan urusan dunia apa Implikasi atau peran Tasawuf di berbagai
saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya macam aspek kehidupan modern? Apakah
Islam juga tidak mengajarkan umat manusia Tasawuf sebagai solusi alternative atau
untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat jawaban problematika modernitas ? lantas
saja sehingga melupakan kehidupan dunia. mestikah manusia modern berTasawuf? Serta
BerTasawuf itu tidak musti meninggalkan dengan melihat.
dunia, dunia boleh dicari tapi jangan orientik,
kekayaan boleh dicari tapi jangan yg orientik,
harus membedakan antara orang yg kaya dan 5. Implikasi Tasawuf di era Modern
orang yang merasa kaya. Mungkin ada orang
yang miskin yang notabane-nya tidak punya Islam memiliki semua hal yang diperlukan
harta, tapi dia merasa kaya serta mungkin ada bagi realisasi kerohanian dalam artian yang
orang yg kaya tapi dia tidak pernah puas, luhur. Tasawuf adalah kendaraan pilihan untuk
sehingga membuat mereka tidak focus lagi tujuan ini. Oleh karena Tasawuf merupakan
memperhatikan bathinnya, padahal Tasawuf itu dimensi esoteric (bersifat khusus) dan dimensi
menyeimbangkan antara dunia dan akhirat, dalam daripada Islam. Ia tidak dapat
menyeimbangkan antara logika dan rohani, dipraktekkan terpisah dari Islam.

25 26
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.

104 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

Tasawuf tidak didasarkan atas penarikan diri kedalam pemikiran komprehensif. Jadi, tidak
secara lahir dari dunia melainkan didasarkan hanya focus kepada akal tapi kita memberikan
atas pembebasan batin. Pembebasan batin ruang spiritual dan batin ruang hati sebagai
dalam kenyataan bisa berpadu dengan aktivias referensi kehidupan. Ketika akal mind oriented
lahir yang intens. Tasawuf sampai kepada tidak melibatkan rohani, batin dan spiritual
perpaduan kehidupan aktif dan kontemplatif didalam menentukan kehidupan, maka di saat
selaras dengan sifat penyajian Islam sendiri itulah manusia gagal dalam menempa
terhadap kedua bentuk kehidupan ini. Kekuatan kehidupan, mungkin sukses secara materi tapi
rohani Islam menciptakan iklim di dalam manusia semakin tidak human yang pada
kehidupan lahiriah melalui aktivitas yang akhirnya akan lahir monster-monster baru
intens.27 dalam wujud manusia yang kuat mengalahkan
lemah, jadi nanti ada semacam bom waktu dan
a. Aspek Ekonomi
ini berbahaya karena seakan akan dikejar oleh
Kebutuhan akan kekuatan ekonomi saat waktu.
ini sangat diperlukan bagi penunjang Yang kaya semakin kaya, yang miskin
keberhasilan umat Islam demi menjaga dan semakin tidak diperhatikan yang pada akhirnya
mengangkat martabat umat Islam sendiri, populasi kemiskinan semakin besar sehingga
karena sudah banyak terbukti bahwa umat nanti terjadi sebuah revolusi sosial karena yang
Islam sering dijadikan bulan-bulanan oleh mayoritas ini tidak mendapatkan ketenangan
orang-orang kafir karena kelemahan mereka di karena ekonominya terpuruk sementara yang
bidang ekonomi.Kalau kita perhatian saat ini kaya ini tidak memiki kesadaran sosial untuk
bahaya dari terbengkalainya perekonomian membantu Si miskin serta mereka disibukkan
sangat membahayakan umat, oleh karena itu menumpuk harta benda. 29
pembenahan dalam bidang ekonomi sangat Maka Tasawuf lah yang mampu
diperlukan sebagai perantara bagi umat untuk menjembatani antara kedua hal ini tadi. Maka
memperoleh kedamaian di dunia dan akhirat. Tasawuf Modern artinya sekaya apapun dan
Peranan Tasawuf dalam aspek ekonomi hari semiskin apapun tapi tetap menyediakan
sudah terlihat atau nampak. suasana batin menjalani kehidupan.
Di berbagai macam perusahaan- Maksudnya yang kaya harus ikut membantu
perusahaan di kota besar sudah sepakat bahwa dalam hal ini kesadaran berbagi kepada Si
dikatakan manusia produktif itu adalah miskin, dan Si miskin harus memiliki kekuatan
manusia yang telaten, istiqomah serta jujur. Hal sabar. Karena tidak semua orang harus
ini menggeser anggapan yang sebelumnya memang jadi orang kaya kita bisa menjadi
bahwa manusia produktif itu adalah manusia faktor pendukung untuk orang kaya ketika
yang memiliki kecerdasan intelektual yang mereka (Si orang kaya) harus melakukan
diatas rata-rata berubah menjadi manusia sesuatu yang tidak bisa mereka kerjakan sendiri
produktif itu adalah manusia yang memiliki maka bisa di bantu sama Si miskin.30
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual Penyusun menarik sebuah kesimpulan
yang kedua hal ini diartikan sebagai Tasawuf. bahwa hubungan Tasawuf dan aspek ekonomi
Hal ini mengindikasikan satu titik temu antara tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena
Tasawuf dengan dunia profesionalitas di aspek Tasawuf adalah cara yang kita lakukan agar
ekonomi.28 supaya amal kita diterima oleh-Nya. Begitu
Tasawuf itu pada intinya mensucikan diri pula dengan ekonomi yang tidak bisa lepas
dari polusi pemikiran materealistis yang masuk dari kehidupan manusia bahkan pada manusia

27 29
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 2 Februari 2018. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.
28 30
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018 Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 105


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

pertama yang kita percaya yaitu nabi Adam a.s utopis negara akan bersih dari praktek
pada saat diturunkan sudah mengalami masalah kejahatan jika nilai-nilai sufistis tidak
ekonomi terkait masalah pemunuhan dimasukkan dalam perilaku sikap
kebutuhannya. Maka dari itu penyusun penyelenggara Negara Dalam berpolitik yang
menyimpulkan bahwa kita harus mempelajari membutuhkan biaya mahal akan sulit
keduanya agar tercipta kegiatan dan memasukkan dimensi sufistik dalam perilaku
pemenuhan ekonomi yang selaras dan tidak berkaitan dengan perpolitikan. Perilaku yang
menganggu hubungan kita dengan-Nya. tidak dilandasi agama akan mustahil
mewujudkan bangsa yang sejahtera dan baik.32
b. Aspek Politik
Jadi, yang di cari itu orang-orang yang
Masyarakat modern ialah masyarakat memiliki sikap sufistik. Politik tanpa Tasawuf
yang cenderung sekuler. Hubungan antara akan menjadi politisi yang berbahaya. Maka
anggota masyarakat tidak lagi berprinsip tradisi politisi itu seharusnya memiliki dan di motivasi
atau persaudaraan, tetapi pada prinsip mereka untuk mempelajari atau mengamalkan
pragmatis fungsional, tumpul mata hatinya ilmu tentang spiritual atau sufistik atau
dalam melihat realitas kehidupan. Tasawuf. Contohnya pimpinan Ormas NU dan
Masyarakatnya merasa bebas dan lepas dari Muhammadiyah ahli Tasawuf dan Wara’.
kontrol agama dan pandangan dunia metafisis. Selain mereka politikus atau pejabat
Tasawuf tidak bisa lepas dari kehidupan pemerintahan juga seorang sufi. Pimpinan
manusia karena Tasawuf adalah cara atau Muhammadiyah itu sangat wara’ atau qana’ah
bagaimana amal yang kita lakukan diterima dan pimpinan NU itu ahli Tasawuf. 33
oleh-Nya seperti yang disinggung sebelumnya. Penyusun beranggapan Sufisme dalam
Begitu pula dengan politik. Politik juga tidak bentuk gagasan kepemimpinan dapat di capai
bisa lepas dari kehidupan manusia.31 melalui proses politik. Khusus untuk Indonesia
Orang yang memasuki dunia politik yang menganut sistem demokrasi pancasila, di
harus kuat secara mental dan spiritual. Ketika tuntut untuk terlibat dikancah politik. Tasawuf
berhadapan dengan kehidupan politik yang bukanlah ajaran yang identic dengan proses
nyata, seringkali orang yang sering kita katakan pengasingan diri. Tapi, dalam
aktivis atau seorang yang idealis tidak kuasa perkembangannya Tasawuf tanggap serta
menahan kebiasaan pragmatis politik, karena mengikuti bahkan terlibat dalam pergolakan
sudah tersistem dan membudaya dilingkungan politik yang ada. Karenanya, Sufi dalam
bekerja, pilihannya ikut menikmati atau mereka konteks ini bukanlah orang yang acuh terhadap
akan tersingkir atau terpental. Dalam kondisi urusan masyarakat di sekelilingnya namun
lingkungan dan paradigma seperti ini akan sulit seorang sufi bisa menyesuikan dengan
untuk berubah. Lewat gerakan masyarakat perkembangan zaman yang modern tanpa
sekarang misalnya anti korupsi, masyarakat meninggalkan nilai-nilai spritualitas Tasawuf
berpartisipasi aktif dalam mengawasi yang di ajarkan tanpa serakah terhadap
penyelenggara Negara. kekuasaan dunia.
Jika para pelaku politik menerapkan sifat
Tasawuf maka sebenernya tak perlu lembaga c. Aspek Sosial
sensorpun atau yang sering kita tahu dengan Kajian Tasawuf (mistik, sufi, olah
nama KPK harus senantiasa merasa diawasi spiritual) berperan besar dalam menentukan
karena mereka sudah meresa diawasi oleh arah dan dinamika kehidupan masyarakat.
Allah. Namun, akan menjadi mustahil bahkan Kehadirannya meski sering menimbulkan

31 33
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018 Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018
32
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta),
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018

106 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

kontroversi, namun kenyataan menunjukkan horizontal maupun bersifat vertical. Baik


bahwa Tasawuf memiliki pengaruh tersendiri dengan sesame manusia maupun dengan Sang
dan layak diperhitungkan dalam upaya Pencipta.
menuntaskan problem-problem kehidupan
sosial yang senantiasa berkembang mengikuti 6. Tasawuf sebagai Solusi
gerak dinamikanya, karena Tasawuf adalah
jantung dari ajaran Islam, tanpa Tasawuf Islam Tasawuf kini menjadi kegemaran bahkan
akan kehilangan ruh ajaran aslinya. Tasawuf menjadi pengaplikasian dari hidup oleh banyak
akan membimbing seseorang dalam kalangan. Fungsi Tasawuf di era modern ini
mengarungi kehidupan ini yang memang tidak yaitu untuk memberikan keseimbangan dunia,
bisa terlepas dari realitas yang tampak maupun jadi problem masyarakat modern di jawab
yang tidak tampak.34 dengan Tasawuf. Jadi epistemology keilmuan
Lahirnya Tasawuf sebagai fenomena rasional induktif kuantitatif itu tidak berhasil
ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan memanusiakan manusia jdi kita perlu
terhadap praktik ajaran Islam yang cenderung metodologi dan epistemology keilmuan yang
formalisme dan legalisme serta banyaknya baru yaitu deduktif kualitatif. Jadi, tidak hanya
penyimpangan-penyimpangan atas nama induktif kuantitatif yaitu ilmu ilmu atau
hukum agama. Selain itu, Tasawuf juga sebagai penerapan metodologi pemikiran yang hanya
gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan berimbas kepada nalar logika saja karena
sosial, moral, dan ekonomi yang ada di dalam keilmuan itu jangan hanya mind tapi juga
umat Islam, khususnya yang dilakukan berkaitan sama alam rohani. Atau jangan hanya
kalangan penguasa pada waktu itu. Pada saat ilmu ilmu rasional yang kita pelajari tapi ilmu
demikian tampillah beberapa orang tokoh ladunni juga perlu saatnya kita munculkan
untuk memberikan solusi dengan ajaran sekarang.36
Tasawufnya. Solusi Tasawuf terhadap Fungsi Tasawuf di era modern ini yaitu
formalisme dengan spiritualisasi ritual, untuk memberikan keseimbangan dunia, jadi
merupakan pembenahan dan elaborasi tindakan problem masyarakat modern di jawab dengan
fisik ke dalam tindakan batin. Tasawuf. Jadi, epistemology keilmuan rasional
Gerakan pada perjuangan dan induktif kuantitatif itu tidak berhasil
pembaharuan, dan program lebih berada dalam memanusiakan manusia jdi kita perlu
batasan positivisme moral dan kesejahteraan metodologi dan epistemology keilmuan yang
sosial, tidak “terkungkung” dalam batasan- baru yaitu deduktif kualitatif. Jadi, tidak hanya
batasan spiritual keakhiratan. Coraknya lebih induktif kuantitatif yaitu ilmu ilmu atau
purifikasionis dan lebih aktif, memberantas penerapan metodologi pemikiran yang hanya
penyelewengan moral, sosial dan keagamaan. berimbas kepada nalar logika saja karena
Kalau dengan bahasa Fazlur Rahman adalah keilmuan itu jangan hanya mind tapi juga
Neo-Sufisme. Itulah implikasi Tasawuf di berkaitan sama alam rohani. Atau jangan hanya
aspek sosial.35 ilmu ilmu rasional ilmu ladunni juga perlu
Penyusun sepakat bahwa Tasawuf saatnya kita munculkan sekarang. 37
muncul sebagai Kritik Sosial yang sekarang Dari uraian diatas Penyusun berkesimpulan
mulai di dikotomikan dengan dunia Tasawuf bahwa Tasawuf menjanjikan visi
dengan aspek Sosial. Orang yang berTasawuf penyelamatan. Apalagi di tengah berbagai
atau bisa dikatakan seorang sufi memiliki krisis kehidupan yang serba matealis, hedonis,
sebuah hubungan yang harnomis baik bersifat secular, plus kehidupan yang semakin hari

34 36
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018.
35 37
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal
Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018. Jakarta), Hasil Wawancara: Jakarta, 4 Februari 2018

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 107


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

semakin cepat berubah secara sosial. Tasawuf keharmonisan di berbagai aspek antara elemen
memberikan obat penawar atau solusi rohani Si kaya dan Si miskin bahkan mungkin di luar
yang memberi daya tahan. Dalam wacana itu sehingga menciptakan kondusifitas
kontemporer Tasawuf sering dibahas Tasawuf kehidupan.39
sebagai obat mengatasi krisis sosial manusia Diantara sisi yang mengasyikkan itu adalah
modern yang telah lepas dari pusat dirinya, kajian spiritual atau Tasawuf. Kajian Tasawuf
sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, menjadi sesuatu yang dibutuhkan mereka yang
arti dan tujuan dari kehdupan dunia ini. Maka setiap hari bergelimang dunia materi yang lebih
Tasawuf yang sejuk dan memberikan dari cukup. Mereka sangat percaya dunia
penyegaran dan penyelamatan pada manusia- eskatoogis, kehidupan setelah mati. Namun,
manusia yang terasing itu sebagai solusi yang mereka tidak lagi cukup memahami agama dari
tawarkan. sudut fikih yang dinilainya terlalu dogmatis,
normative, rutin, deduktif, dan terkesan kering.
7. Keharusan BerTasawuf Mereka menginginkan sesuatu yang bersifat
mencerahkan, menyejukkan, dan menyentuh
Tasawuf merupakan bagian dari upaya aspek paling dalam di dalam batin mereka.
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa Mereka juga merasakan rasionalitas dunia
ta’ala. Iman al-Junaidi mengartikan berakhlak Tasawuf, yang menekankan aspek humanity
mulia dan meninggalkan semua akhlak tercela. seperti mengedepankan persamaan, bukannya
Zakaria al-Anshari berpendapat, Tasawuf perbedaan. Selain itu, Tasawuf
merupakan ilmu tentang kebersihan jiwa, mengedepankan kesatuan bukan perpecahan,
perbaikan budi pekerti, serta pembangunan serta mengedepankan kelembutan dan feminity
lahir dan batin guna memperoleh kebahagiaan bukannya kekerasan dan masculinity bukannya
abadi. kekereasan dan masculinity. Melalui Tasawuf,
Jika fikih bertujuan untuk memperbaiki mereka mendapatkan penjelasan bahwa tuhan
amal, memelihara aturan syar’i, dan itu imanen bukannya transenden seperti banyak
menampakkan hikmah dari setiap hukum maka di kesankan dunia fikih.
Tasawuf bertujuan memperbaiki hati dan Tasawuf dalam arti jalan hidup spiritual
memfokuskannya hanya kepada Allah secara perorangan, tidak mesti. Namun,
subhanahu wa ta’ala. Orang yang ahli fikih di Tasawuf sebagai ajaran yang merngajarkan
sebut faqih, jamaknya fuqaha’. Sedangkan ahli kesalehan individual dan sosial, itu mesti
atau praktisi Tasawuf biasa di artikan dengan karena hal itu merupakan substansi ajaran
sufi.38 Islam. Dunia fikih dan Tasawuf tidak mesti
Ada dua yang mereka yang di zaman dipertantangkan. Kedua hal tersebut ibarat dua
sekarang ikut mempelajari bahkan sisi dari satu mata uang, sebagaimana
mengamalkan ilmu Tasawuf yaitu (1) Mereka disebutkan Imam Malik dalam pernyataan.
mendapatkan pemahaman bahwa Islam tidak Tidaklah substansial jika seseorang menjelek-
hanya sekedar fikih, aqidah tapi juga ada level jelekan Tasawuf apalagi menganggap Tasawuf
spiritual. (2) Karena mereka yang belajar itu bid’ah. Sebaliknya, tidak mengatakan
kebanyakan secara ekonomi berada pada post Tasawuf itu wajib.40
basic-needs atau untuk melengkapi Jadi, menurut penyusun di sinilah titik
kehidupannya dengan aksesoris kehidupan keharusan berTasawuf di era modern. Di mana
sekunder, maka mereka bisa berbagi juga konsep kebenaran ilmu pengetahuan tidak
ketika ada rezeki lebih. Jadi timbullah hanya berdasarkan korespondens, koherensi

38 40
Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jalan Mengenal Nasaruddin Umar, Tasawuf Modern (Jalan Mengenal
Dan Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT…, hlm. Dan Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT…, hlm. 5.
39
Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta),
Hasil Wawancara: Jakarta, 2 Februari 2018.

108 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

dan pragmatism saja, tapi juga yang bersifat 2. Saran


spiritual-ilahiyah. Artinya sumber ilmu
pengetahuan, selain mungkin didapat di ranah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
rasional juga dapat kita lihat dan temukan di diperoleh, maka penulis mengusulkan
ranah metafisik. beberapa hal yang sebaiknya dilakukan pada
penelitian berikutnya, maka dapat di
sampaikan saran-saran berikut:
C. PENUTUP Penulis menyarankan kepada peneliti
selanjutnya yang akan membahas tentang
1. Kesimpulan “Tasawuf Modern” untuk lebih intens, agar
melengkapi atau menyempurnakan tulisan ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat Karena masih banyak masalah yang berkaitan
ditarik kesimpulan sebagai berikut: dengan tema belum terangkat dalam skripsi ini.
Menurut Nasaruddin Umar, Tasawuf Misalnya: , Makna Tasawuf di aspek budaya
Modern tidak bisa kita polarisasi dengan dan seterusnya.
pengklasifikasian kehidupan Tasawuf baik Sebagai kajian keilmuan, melihat ilmu
akhlaki, amali, falsafi, sunni dan seterusnya. pengetahuan yang akan terus berkembang
Karena Tasawuf itu pada intinya mensucikan maka penelitian kajian mengenai konsep
diri dari polusi pemikiran materealistis yang Tasawuf Modern berdasarkan pemikiran
masuk kedalam pemikiran komprehensif. Jadi, Nasaruddin Umar yang penulis lakukan ini,
bisa juga diartikan bahwa Tasawuf modern itu akan lebih baik jika dikembangkan dengan
dengan meninggalkan segala praktek Tasawuf metode-metode lainnya.
yang memisahkan diri dari kehidupan dunia
dan menggantikannya dengan praktek Tasawuf D. DAFTAR PUSTAKA
yang tidak memisahkan diri dari tatanan sosial
kemasyarakatan. Abdul Kadir Riyadi, Antropologi Tasawuf
Implikasi Tasawuf di era Modern menurut (Wacana Manusia Spiritual dan
Nasaruddin Umar menembus aspek-aspek vital Pengetahuan), Jakarta: Pustaka LP3ES,
dalam berkehidupan ke berbagai macam aspek 2014.
terutama aspek ekonomi, politik serta sosial. Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori dan
Ada anggapan yang bergeser tentang Terapan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.
manusia produktif yang sebelumnya Abdul Qadir Isa, Hakikat Tasawuf , Jakarta:
beranggapan manusia pruduktif adalah Qisti, 2011.
manusia yang memiliki kecerdasan intelektual Abuddin Nata, Akhak Tasawuf dan Karakter
menjadi manusia produktif itu adalah manusia Mulia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
yang telaten, istiqomah serta jujur. Hal ini 1997.
mengindikasikan satu titik temu antara Abdush Shamad al-Falimbani, As-Sayr As-
Tasawuf dengan dunia profesionalitas di aspek Salikin, Mesir:t.p, 1330H.
ekonomi. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk
Politik tanpa Tasawuf akan menjadi politisi Perguruan Tinggi, Bandung; Pustaka Setia,
yang berbahaya. Maka politisi itu seharusnya 2003.
memiliki dan di motivasi mereka untuk Ali Maksum, Tasawuf dan Pembebasan
mempelajari atau mengamalkan ilmu tentang Manusia Modern, Yogyakarta: Pustaka
spiritual atau sufistik atau Tasawuf. Pelajar, 2003.
Gerakan pada perjuangan dan pembaharuan, Amin Syukur, Rasionalisme dalam Tasawuf,
dan program lebih berada dalam batasan Semarang: IAIN Wali Songo, 1994.
positivisme moral dan kesejahteraan sosial, Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual dan
tidak “terkungkung” dalam batasan-batasan Solusi Problema Manusia Modern,
spiritual keakhiratan. Itulah implikasi Tasawuf Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
di aspek sosial. Amin Syukur, Tasawuf Sosial, Yogyakarta:

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 109


Didin Komarudin Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar

Pustaka Pelajar, 2004. Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, Bandung:


Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Mizan, 1991.
Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986. J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: Sosiologi Pembangunan Negara-Negara
PT. Grafindo Persada, 2002. Sedang Berkembang di Indonesia, terj. R.G
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Soekadijo, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Perubahan Sosial, Bandung: Bina Cipta, Utama, 1991.
1979. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Barmawie Umarie, Systematika Tasawuf, Solo: Kualitatif, Bandung: Rosda, 2002.
Siti Syamsiyah, 1996. Mahdi, Urgensi Akhlak Tasawuf dalam
Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Kehidupan Modern, Cirebon: Jurnal
Membentuk Dunia Modern, Edueksos. Vol 1, Januari-Juni. 2012.
Jakarta:Erlangga, 2011. Mohammad Damami, Tasawuf Positif dalam
Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa, Pemikiran Hamka, Yogyakarta: Fajar
Yogyakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa, Pustaka Baru, 2000.
1997. Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Rosda: Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2006.
Bandung, 2000. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi
Fazlur Rahman, Islam , terj. Ahsin Muhammad. Indonesia: Respon Cendikiawan Muslim.
Jakarta: Pustaka Bandung, 1991. terj. Ahmadiee Thaha, Jakarta: Lingkaran
Hamka. Dari Hati ke Hati. Jakarta: Pustaka Studi Indonesia (LSI), 1987.
Panjimas,2002. Muhammad Ramadhan , Pemikiran Teologi
Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I , Fazlur Rahman, Medan: Jurnal Teologia.
Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Vol XXV, No. 2. 2014.
Hamka, Tasawuf Modern (Bahagia itu dekat Muhammad Taqi Ja’fari, Tasawuf Positif
dengan kita ada di dalam diri kita), Jakarta: (Sebuah Pengantar), Jakarta: Nur Al-Huda,
Repubika, 2015. 2005.
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, Muhammad Zainur Haq, Tasawuf Pandawa,
Bandung: Alfabeta, 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Hanna Djuhana, Integrasi Psikologi dalam Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1997.
Husein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, M. Solihin & Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
H.A.R. Gibb, Aboebakar Atjeh, Harun Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan
Nasution, Nurcholish Madjid, Ali Yafie, Jender, Jakarta: Paramadina, 1999.
Java Nurbakhsg, Johan Effeendi, Abdul Nasaruddin Umar, Ketika Fikih Membela
Aziz Dahlan, Dunia Tasawuf (Refleksi Perempuan, Jakarta: Elex Media
Cendekiawan Lintas Generasi Seputar Komputindo, 2014.
Mistisme Islam), Bandung: Sega Arsy, Nasaruddin Umar, Mendekati Tuhan dengan
2016. Kualitas Feminin, Jakarta: Elex Media
H.M. Amin Syukur & H. Masyharuddin, Komputindo, 2014.
Intelektualisme Tasawuf (Studi _______________, Islam Fungsional:
Intelektualisme Tasawuf Al-Gazali), Revitalisasi & Reaktualisasi Nilai-Nilai
Semarang: Pustaka Pelajar, 2012. Keislaman, Jakarta: Elex Media
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, Komputindo, 2014.
Pengantar Ilmu Tasawuf, Medan: Proyek _______________, Pengajian Tasawuf (Ihya
Binpertais, 1982. Ulum Al-Din), Jakarta: Masjid Agung
Irwan Kurniawan, Mutiara Ihya Ulumuddin, Sunda Kelapa, 2004.
Bandung: Mizan, 2008. _______________, Tasawuf Modern (Jalan

110 Syifa Al-Qulub 2, 2 (Januari 2018): 96-111


Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar Didin Komarudin

Mengenal Dan Mendekatkan Diri Kepada Syihabuddin Umar Suhrawardi, ‘Awarif Al-
Allah Swt), Jakarta: Republika, 2014. Ma’arif, terj. Ilma Nugrahani Isma’il,
_______________, [2017]. Nasaruddin Umar, Bandung: Pustaka Hidayah, 1998.
Imam Besar Masjid Istiqlal yang Ahli Syaifii, Agus (2007). Problema dan Solusi
Tasawuf. [online]. Tersedia: Masyarakat Modern Dalam Perspektif
http://www.aktual.com/nasaruddin-umar- Psikofitrah. [online]. Tersedia:
imam-besar-masjid-istiqlal-yang-ahli- https://agussyafii.blogspot.co.id/2007/12/pr
Tasawuf/ (6 April 2017). oblem-dan-solusi-masyarakat-modern.html
_______________, Karya . [Online]. Tersedia: [22 Desember 2007].
http://nasaruddinumar.org/karya/ [2017]. Taftazani, Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi, Sufi
Nurcholish Madjid, Masyarakat Relegius, dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi’
Jakarta: Paramdina, 1997. ‘Utsmani, Bandung: Pustaka Setia, 1985.
_______________, Islam Doktrin dan Tim Penulis Uin Syarif Hidayatullah,
Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Ensiklopedi Tasawuf, Bandung: Angkasa,
Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan 2008.
Kemodernan, Jakarta: Paramadina. 1992. Tim Penyusun IIMan, Manusia Modern
Otoman, Pemikiran Neo-Sufisme, Palembang; Mendamba Allah, Jakarta: Hikmah, 2002.
TAMADDUN: Jurnal Raden Fatah. Vol Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel,
XIII, No. 2. 2013. Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN Sunan
PTIQ (2019). Rektor Pusat Studi Quran Jakarta Ampel Press, 2011.
Selatan. [online]. Tersedia: www.ptiq.ac.id/ PTIQ (2019). Rektor Pusat Studi Quran Jakarta
[22 Desember 2017]. Selatan. [online]. Tersedia: www.ptiq.ac.id/
Pudjiwati Sadjono, Sosiologi Pembangunan, [22 Desember 2017].
Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Zaprulkhan. Kesetaraam Gender Dalam
Jakarta, 1985. Perspektif: Studi Pemikiran Nasaruddin
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Umar. Jakarta: Jurnal EDUGAMA. Vol. 01,
Kamu Besar Bahasa Indoenesia, Jakarta: No 1. 2015.
Balai Pustaka, 1997.
Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasih ke
Neo-Sufisme, Jakarta: Rajawali Pers, 1999.
Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan
Sosial , Jakarta: Rinneka Cipta, 2003.
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, ed.Revisi,
Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Saifuddin Aman, Tren Spiritualitas Millenium
Ketiga, Tangerang: Ruhama, 2013.
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta:
Amzah, 2012.
Sayyid Nur Sayyid Ali, Tasawuf Syar’I,
Jakarta: Hikmah, 2003.
Sayyed Hossein Nasr, Tasawuf Dulu dan
Sekarang, terj. Abdul Hadi Wm. Jakarta:
Pustaka Setia, 1991.
Siti Nahdroh, Wacana Keagamaan dan Politk
Nurcholish Madjid, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999.
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
2011.

Syifa Al-Qulub 3, 2 (Januari 2019): 96-111 111

You might also like