You are on page 1of 5

MAKALAH PENDAHULUAN ZAT PADAT

METODE METODE MENSINTENSISKAN BAHAN SEMI KONDUKTOR

Disusun Oleh :

Recky Niken Yolanda (A1C319087)

DOSEN PENGAMPU:

FEBRI BERTHALITA PUJANINGSIH, M.SI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
Tahap-Tahapan Metode Mensintesiskan Bahan Semikonduktor
A. Metode Sol Gel
Metode sintesis teknik sol-gel merupakan salah satu teknik sintesis yang cukup menjanjikan
untuk membentuk ukuran partikel skala nano sekaligus memebentuk penampakan morfologi
yang homogen. Proses sol-gel merupakan teknik sintesis yang menerapkan 2 tahapan fasa
penting yaknik sol dan gel. Sol adalah suspensi koloid partikel padat dalam fasa cair melalui
reaksi hidrolisis dan polimerasi dari prekursor tertentu atau sol merupakan dispersi stabil dari
partikel koloid atau polimer dalam sebuah pelarut dimana interaksi yang terjadi adalah gaya van
der walls. Sedangkan gel adalah zat yang memiliki pori semirigid yang terdiri atas jaringan
kontinu dalam tiga dimensi yang dapat terbentuk dari rantai polimer.
Prinsip metode sintesis teknik sol-gel adalah pembentukan larutan prekursor dari senyawa
yang diharapkan dengan menggunakan pelarut organik, terjadinya polimerisasi larutan,
terbentuknya, dan dibutuhkan proses pengeringan dan kalsinasi gel untuk menghilangkan
senyawa organik serta membentuk material anorganik berupa oksida. Teknik sintesis ini
membeutuhkan banyak tahap diantaranya adalah proses fisika dan kimia yang terdiri atas
hidrolisis, polimerisasi, pembentukan gel, kondensasi, pengeringan dan densifikasi. Kelebihan
dari penggunaan metode ini diantaranya adalah
(a) homogenitas produk yang tinggi,
(b) kemurnian yang tinggi, dan
(c) suhu yang digunakan realtif rendah.
Sedangkan kekurangannya adalah
(a) prekursor yang mahal,
(b) membutuhkan waktu yang lama dan
(c) terbentuknya sisa hidroksil dan karbon.
Salah satu contoh sintesis material yang menggunakan teknik sintesis ini adalah titanium
dioksida (TiO2).
Gambar Ilustrasi sintesis TiO2 menggunakan teknik sintesis sol-gel

Penelitian yang dilakukan oleh Setyani dan Wibowo mensintesis nano TiO 2 dengan variasi
pelarut menunjukkan ukuran partikel berskala nano masing-masing untuk pelarut metanol dan
etanol adalah 13,78 nm dan 34,26 nm. Penggunaan pelarut dengan polaritas yang berbeda akan
menghasilkan polaritas yang berbeda kemudian akan mempengaruhi besarnya reaktivitas pada
saat proses hidrolisis dan kondensasi berlangsung. Pengaruh ini dibuktikan melalui pengamatan
menggunakan XRD yang menunjukkan penggunaan pelarut metanol akan meningkatkan
kristalinitas nanopartikel TiO2. Fokus objek terhadap material semikonduktor TiO 2 pun
dilakukan oleh Almu’minim dan timnya dengan melapiskan TiO 2 pada substrat sebagai film
lapis tipis TiO2. Pengaplikasian TiO2 pada substrat film memberikan penampakan partikel yang
berbeda dibandingkan dengan penelitian yang dialkukan oleh Setyani dan Wibowo dimana
ukuran partikel yang terbentuk adalah sebesar 250 nm berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan SEM. Penampakan muka morfologi dalam penelitian ini pun menunjukkan tingkat
homogenitas yang rendah yakni inti kristal tidak menyebar tidak merata pada beberapa bagian.
Bagaimanapun, berdasarkan data XRD kristal berjenis anatase berhasil dibuat dengan mudah
pada penelitian.

Gambar Analisis nano-TiO2 (a) , tampilan fisik kristal TiO2 pada substrat kaca (b-c) menggunakan teknik sintesis sol-gel

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Khair mensintesis nanopartikel NiO dengan
variasi prekursor menggunakan teknik sintesis sol-gel pada suhu rendah. Masing-masing
prekursor membentuk ukuran struktur nano dengan mudah dimana nikel nitrat heksahidrat, nikel
asetat tetrahidrat dan nikel sulfat heksahidrat memiliki ukuran partikel sebesar 72,16; 38,63; dan
32,84 nm. Berdasarkan hasil SEM, masing-masing prekursor memberikan struktur morfologi
yang bervariasi. Prekursor nikel nitrat heksahidrat, nikel asetat tetrahidrat dan nikel sulfat
heksahidrat masing-masing membentuk spherical, rod dan hexagonal. Pengamatan
menggunakan XRD prekursor nikel nitrat heksahidrat dan nikel asetat tetrahidrat menunjukkan
struktur kristal kubik, sedangkan nikel sulfat heksahidrat berstruktur kristal monoklinik dimana
masing-masing menunjukkan impuriti atau pengotor dari substansi samping yang terbentuk.

Gambar SEM dari prekursor nikel nitrat heksahidrat (a), nikel asetat tetrahidrat (b) dan nikel sulfat heksahidrat (c)

B. Chemical Bath Deposition


Metode CBD merupakan salah satu dari berbagai macam jenis metode deposisi yang sudah
lazim digunakan dan banyak dipakai untuk mendapatkan semikonduktor yang baik. Selain itu,
metode CBD merupakan metode yang sederhana dan murah serta dilakukan pada suhu yang
rendah (25°C - 90°C). Pendeposisian dilakukan dengan menumbuhkan lapisan semikonduktor
berbahan dasar Cu pada substrat gelas preparat dengan menggunakan metode CBD. Lima buah
substrat gelas preparat (A, B, C, D dan E) dibersihkan dengan menggunakan aquades.
Kebersihan substrat gelas preparat sangat penting dalam proses pendeposisian agar tidak
terkontaminasi oleh debu,kemudian dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 1M selama ±10 menit
dan dibilas kembali dengan menggunakan aquades.
Lapisan tipis semikonduktor ini dibuat dengan menggunakan metode Chemical Bath
Depositin (CBD), merupakan material yang dapat digunakan untuk membuat sel surya dengan
biaya rendah. Lapisan tipis yang telah disintesis lalu dikarakterisasi menggunakan UV-Vis, XRD
dan SEM. Lapisan yang tidak rata menyebabkan ketebalan dari sampel berbeda sehingga
penyerapan cahayanya (absorbansi) juga bervariasi. Energi gap optimum diperoleh pada suhu
70oC sebesar 4,24 eV. Sampel ini memiliki struktur partikel berbentuk batang atau kubik dan
berada pada fase amorf karena keteraturan kristal yang belum tersusun dengan rapi.
Karakterisasi menggunakan SEM dilakukan untuk melihat dan mengamati morfologi
permukaan lapisan tipis semikonduktor berbahan dasar Cu yang terbentuk di atas substrat kaca
preparat. Gambar morfologi permukaan sampel dengan suhu 70°C menghasilkan partikel
berbentuk kubik atau batangan dengan ketebalan 53,6 μm dan 134 μm. Hal ini disebabkan
karena pada saat pendeposisian, terjadi pelapisan yang kurang sempurna pada substrat kaca
preparat sehingga ada penumpukan partikel yang menyebabkan ukuran partikel tidak seragam.
Berikut ini adalah hasil karakterisasi menggunakan SEM untuk suhu 70°C yang ditunjukkan
pada Gambar dibawah.

Gambar Hasil SEM morfologi permukaan lapisan tipis dengan bahan dasar Cu dengan
suhu 70oC perbesaran (a) 5.000 kali (b) 2.000 kali

Hasil karakterisasi dengan XRD menunjukkan lapisan tipis yang ditumbuhkan dengan metode
CBD tidak memiliki puncak difraksi dan mendekati fase amorf. Hasil karakterisasi untuk sampel dengan
suhu 70°C.

Intensitas tertinggi berada pada posisi 2-theta yaitu 17,6158o dan intensitas terendah
berada pada posisi 2-theta 24,1645o. Karakterisasi sampel dengan menggunakan XRD dapat
digunakan untuk menentukan ukuran kristal suatu senyawa. Kristalin yang kecil akan
menghasilkan puncak difraksi yang lebar karena memiliki bidang pantul sinar-X yang terbatas.
Hasil dari kedua sampel yang dikarakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa sampel ini masih
memiliki intensitas yang rendah dengan puncak FWHM yang lebar.

You might also like