You are on page 1of 57

IV.

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Tinjauan Umum

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah kontrak disetujui dan telah melalui

beberapa tahap-tahap kegiatan proyek yaitu perencanaan, perancangan,

pengadaan atau pelelangan dan pelaksanaan. Pelaksanaan pekerjaan pada

Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi Jalan Ruas Sp. Korpri-

Purwotani ini dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam

pelaksanaannya terdapat beberapa bagian pekerjaan diantaranya adalah

pekerjaan pekerjaan perbaikan badan jalan. Dalam bab ini akan dibahas

mengenai pelaksanaan drainase, rigid pavement, median, dan trotoar. Pada

pelaksanaan kerja praktik ini penulis mengamati pelaksanaan beberapa

pekerjaan yaitu:

1. Pekerjaan drainase.

2. Pekerjaan rigid pavement.

3. Pekerjaan median.

4. Pekerjaan trotoar

4.2 Pelaksanaan Proyek

Proyek Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi Jalan Ruas Sp. Korpri-

Purwotani dilaksanakan oleh kontraktor melalui beberapa tahapan pekerjaan,

yaitu persiapan tanah drainase, rigid pavement, median, serta trotoar. Setiap
tahapan memiliki durasi waktu yang berbeda-beda dan saling terkait satu sama

lain. Keterlambatan dalam pelaksanaan salah satu tahapan dapat

mempengaruhi pelaksanaan tahapan lainnya.

4.3 Pekerjaan Drainase

Drainase merupakan sebuah konstruksi untuk mengalirkan air dari satu titik ke

titik lain yang dinilai sangat penting untuk membantu proses pengaliran air

seperti curah hujan, agar tidak terjadi genangan atau banjir. Adapun tujuan

dari pembuatan drainase adalah untuk mengurangi dan membuang kelebihan

air dari suatu kawasan agar lahan tesebut bisa berfungsi secara optimal sesuai

dengan kegunaanya dan juga dapat membantu mengendalikan erosi tanah.

Drainase terbagi dua jenis, yaitu darainase buatan dan drainase alami. Pada

proyek ini drainase yang digunakan adalah buatan yaitu U-Ditch dan Box

Culvert pracetak

Rencana drainase menggunakan U-Ditch dan Box Culvert pracetak dalam

Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi Jalan Ruas Sp. Korpri-

Purwotani dapat dilihat pada Gambar 68.


Gambar 68. Perencanaan U-Ditch pracetak.

1. Pekerjaan persiapan

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:

a) Kontraktor harus mengajukan izin kepada konsultan, pengawas yang

mencakup metode kerja, kebutuhan alat, kebutuhan tenaga kerja.

b) Membersihkan area pelaksanaan, memastikan bahwa tidak ada sampah

air yang depat mengganggu pekerjaan.

c) Menentukan arah aliran air pada drainase agar menuju tempat

pembuangan akhir.

2. Uji hammer test

a) Mengamplas permukaan beton agar permukaan halus, bersih dan kering,

setelah itu menentukan titik pengujian pada permukaan beton. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 81.

Gambar 81. Mengamplas permukaan beton dan penentuan titik uji.


b) Meletakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test

pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer test dengan

arah tegak lurus. Posisi memegang hammer test dapat dilihat pada

Gambar 82.

Gambar 82. Menekan ujung plunger.

c) Plunger di tekan secara pelan-pelan pada titik tembak dengan tetap

menjaga kestabilan arah dari alat hammer test. Pada saat ujung plunger

akan lenyap masuk ke sarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger

terhadap beton dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer

test, setelah itu hasil angka pantul dapat dilihat pada alat yang nantinya

dapat dikonversi kedalam nilai kuat tekan beton. Dapat dilihat pada

Gambar 83.

d) Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah

ditetapkan semula dengan cara yang sama.

e) Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu

hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat
pada alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut

tembak hammer.

Gambar 83. Hasil penembakan hammer test.

3. Pekerjaan pengukuran

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan pengukuran adalah sebagai berikut:

a) Mempelajari desain dan spesifikasi teknis drainase.

b) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan yaitu:

1) Waterpass

Alat ukur sudut yang digunakan untuk menentukan atau

menyeimbangkan permukaan datar terhadap garis horizontal.

2) Patok

Alat bantu untuk menandai titik pengukuran diletakan 2 – 3 meter dari

galian. Untuk menentukan posisi U-Ditch dan Box Culvert digunakan

patok bambu.

3) Tripod
Alat untuk menopang waterpass.

4) Rambu ukur

Alat ukur jarak yang digunakan untuk membantu mengukur beda

tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.

5) Alat tulis

Alat untuk mencatat data pengukuran.

c) Mengatur titik-titik di lapangan. Titik-titik ukur harus diatur pada lokasi

yang kokoh dan mudah diakses, Titik -titik ukur juga harus diberi tanda

yang jelas agar mudah ditemukan.

d) Menegakkan tripod pada titik ukur.

e) Menyeimbangkan tripod pada titik ukur agar tepat berada di tengah-

tengah dan berada pada posisi datar atau horizontal.

f) Pasang waterpass pada tripod di titik ukur.

g) Amati nivo di dalam tabung kaca waterpass. Jika gelembung berada di

Tengah antara dua tanda di dalam tabung, menandakan permukaan

tersebut sejajar.

h) Setelah itu baca angka utama pada rambu ukur lalu baca garis detail

untuk mrngetahui kemiringan.

i) Selanjutnya bila sudah terdapat nilai diberi tanda dengan patok bambu

didekat galian sejauh 2 – 3 meter, dan dipilok pada tembok didekat

galian.

Ilustrasi pengukuran dalam Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi

Jalan Ruas Sp. Korpri-Purwotani dapat dilihat pada Gambar 69 – 71.


Gambar 69. Menentukan pemasangan drainase dengan

waterpass.

Gambar 70. Memasang patok.


Gambar 71. Rencana pengukuran drainase.

4. Pekerjaan galian drainase

Detail rencana drainase dalam Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi

Jalan Ruas Sp. Korpri-Purwotani dapat dilihat pada Gambar 72.

Gambar 72. Rencana galian U-Ditch.

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan penggalian adalah sebagai berikut:

a) Galian dilakukan dari sta 00+00 R untuk box culvert, sedangkan untuk u-

ditch dilakukan dari sta 00+300 L.

b) Penggalian dilakukan dengan alat berat yaitu excavator.


c) Mengarahkan excavator pada titik awal penggalian.

d) Mobilisasi excavator, dump truck, ke lokasi penggalian. Mobilisasi dalam

Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi Jalan Ruas Sp. Korpri-

Purwotani dapat dilihat pada Gambar 73.

Gambar 73. Mobilisasi peralatan penggalian.

e) Penggalian tanah diawali dengan galian sedalam 1,3 m dengan lebar 1,4

m. Tanah yang digali tidak boleh miring agar didapat hasil galian sesuai

rencana. Galian box culvert dimulai dari STA 0+00 R dengan total

panjang galian 2300 m, sedangkan galian u ditch dimulai dari sta 00+300

dengan total galian 1493 m. Proses penggalian dalam proyek dapat

dilihat pada Gambar 74.


Gambar 74. Proses penggalian.

f) Tanah hasil galian tersebut diangkut menggunakan dump truck dan

diletakkan pada tempat yang telah disediakan. Proses pengangkutan

tanah dalam proyek dapat dilihat pada Gambar 75.

Gambar 75. Proses pengangkutan tanah.

5. Pemadatan tanah hasil galian.

Metode pelaksanaan pekerjaan pemadatan tanah adalah sebagai berikut:


a) Sebelum melaksanakan pemadatan, harus dipastikan terlebih dahulu

kebersihan lokasi pemadatan tanah dari runtuhan tanah atau genangan air

didalamnya, agar tidak mengurangi kedalaman tanah yang telah

direncanakan.

b) Pemadatan pada proyek ini dilakukan dari sta 00+00 untuk box culvert,

sedangkan untuk u-ditch dilakukan dari sta 00+300. Pemadatan

menggunakan alat stamper. Berikut cara menggunakan alat stamper pada

lapangan.

1) Menghidupkan mesin

2) Hidupkan dan buka knop chuck pada posisi terbuka.

3) Tarik grip stater secara cepat sehingga alat stamper bunyi dan posisi

hidup.

4) Kembalikan posisi knop chuck pada posisi tutup agar suara mesin

stabil.

5) Setelah posisi alat stamper hidup lakukan pemanasan sekitar 3-5 menit

pada kecepatan paling rendah.

6) Menjalankan mesin

7) Setelah dipanasakan, pada kecepatan rendah secara perlahan-lahan

atur kecepatan tuas dengan cara memindahkan kait pengatur secara

perlahan-lahan.

8) Melakukan pemadatan dengan kecepatan yang konstan.

Proses pemadatan dapat dilihat pada Gambar 76.


Gambar 76. Pemadatan tanah.

6. Pengujian Slump Test.

Melakukan uji Slump Test untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton

yang akan digunakan untuk pengecoran. Uji slump test dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a) Mengambil sampel adukan beton yang telah dituangkan dari truck mixer.

Pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar XX.


Gambar 104. Mengambil sampel dari mixer.

b) Meletakkan base plate pada tanah datar sebagai alas untuk melakukan

pengujian. Posisi base plate seperti pada Gambar 105.

Gambar 105. Meletakan base plate.

c) Meletakkan corong kerucut abrams diatas base plate dengan posisi

bagian diameter lubang yang besar berada di bawah. Letak kerucut

abrams dapat dilihat pada Gambar 106.


d) Menuangkan adukan beton ke dalam kerucut abrams dengan

menggunakan scoop sebanyak 1/3 slump cone seperti yang dapat dilihat

pada Gambar 106.

Gambar 106. Meletakan dan mengisi corong kerucut abrams.

e) Melakukan pemadatan dengan menumbuk adukan beton dalam kerucut

abrams menggunakan batang besi sebanyak 20 sampai 25 kali

tumbukan.

f) Menuangkan lagi adukan beton ke dalam kerucut abrams dengan

menggunakan scoop sebanyak 2/3 kerucut abrams.

g) Melakukan pemadatan dengan menumbuk adukan beton dalam kerucut

abrams menggunakan batang besi sebanyak 20 sampai 25 kali

tumbukan. Proses npemadatn adukan beton dapat dilihat pada Gambar

107.
Gambar 107. Memadatkan dengan Batang Besi.

h) Menuangkan lagi adukan beton ke dalam kerucut abrams sampai

kerucut abrams terisi penuh.

i) Meratakan bagian atas adukan beton pada kerucut abrams

menggunakan sendok semen seperti yang dapat dilihat pada Gambar

108.

Gambar 108. Meratakan permukaan atas slump cone.


j) Menarik kerucut abrams searah vertikal ke atas dengan perlahan.

Pastikan bagian base plate tidak bergerak saat menarik kerucut abrams,

seperti Gambar 109.

Gambar 109. Melepas slump cone dari sampel adukan beton.

k) Melakukan pengukuran slump dengan cara meletakkan kerucut abrams

disamping adukan beton dan meletakkan batang besi di atas kerucut

abrams sebagai acuan pengukuran hasil slump. Pengukuran dilakukan

dengan mengukur dari sisi teratas jatuhnya adukan beton sampai sisi

batang besi bagian bawah dengan menggunakan meteran pengukuran

hasil slump dapat dilihat pada Gambar 110.


Gambar 110. Mengukur hasil slump test.

l) Didapatkan hasil slump test berkisar 8-12 cm pada setiap pengujian,

dan sudah sesuai dengan spesifikasi teknis yang digunakan pada

Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi Jalan Ruas Sp.

Korpri-Purwotani, yaitu dengan toleransi rentang 10 ± 2 cm

m) Dilakukan pembuatan sampel untuk dilakukan pengujian dengan

jumlah 6 sampel silinder. Mengisi mold dengan adukan beton

sebanyak 1/3 mold kemudian melakukan pamadatan dengan batang

besi sebanyak 20-25 kali tumbukan.

n) Mengisi kembali mold dengan sampel adukan beton sebanyak 2/3 mold

kemudian lakukan pemadatan lagi dengan batang besi sebanyak 20-25

kali tumbukan.

o) Mengisi mold sampai penuh dan agar sampel adukan beton padat dan

tersebar merata dilakukan pemukulan pada sisi-sisi mold menggunakan

palu karet.
p) Meratakan permukaan atas sampel adukan beton. Perataan ini dilakukan

menggunakan batang besi agar didapatkan permukaan adukan beton

yang rata pada sampel uji.

q) Kemudian pengujian kuat tekan beton akan dilaksanakan pada umur

7 hari, 14 hari, dan 28 hari.

7. Penghamparan Lean Concrete drainase

Penghamparan lean concrete (LC) dilakukan setelah tanah dipadatkan,

penghamparan ini dilakukan di atas tanah (sub grade) yang berfungsi

sebagai lantai kerja untuk U-Ditch dan Box Culvert agar permukaan lantai

kerja pada drainase menjadi rata sehingga memudahkan proses pemasangan

U-Ditch dan Box Culvert. Tahapan metode penghamparan LC dapat dilihat

sebagai berikut:

a) Penghamparan dilakukan dengan alat berat yaitu truck mixer.

b) Truck mixer bekerja dengan menghamparkan beton ready mix dengan

mutu f’c 15 MPa.

c) beton dihamparkan secara merata.

Proses penghamparan dapat dalam proyek dapat dilihat pada Gambar 77.
Gambar 77. Penghamparan base A.

8. Peletakkan U-Ditch dan Box Culvert Pracetak.

Metode pelaksanaan pekerjaan peletakkan U-Ditch dan Box Culvert adalah

sebagai berikut:

a) Peletakkan U-Ditch dan Box Culvert dilakukan dengan alat berat

excavator.

b) Mengikat tali tambang pada claw excavator.

c) Mengkaitkan tali tambang pada sisi kanan dan kiri U-Ditch dan Box

Culvert tepat ditengah agar pemindahan seimbang.

d) Mengangkat U-Ditch dan Box Culvert dibantu oleh 1 pekerja untuk

mengarahkan posisi U-Ditch dan Box Culvert agar sejajar.

e) Untuk susunan pemasangan Box Culvert dapat dilihat pada gambar xx

Proses peletakkan U-Ditch dan Box Culvert dalam proyek dapat dilihat pada

Gambar 78.
Gambar 78. Peletakkan U-Ditch.

9. Perekatan sela -sela antara U-Ditch dan Box Culvert.

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan perekatan sela-sela U-Ditch dan

Box Culvert adalah sebagai berikut:

a) Setelah dipasang 10 buah U-Ditch dan Box Culvert, selanjutnya

dilakukan perekatan.

b) Bahan perekat menggunakan campuran semen dan pasir yang sudah

ditakar, kemudian ditambahkan air sesuai dengan kebutuhan.

c) Merekatkan sela-sela antara U-Ditch dan Box Culvert menggunakan

sendok semen, dilakukan dengan rapih agar tidak ada yang tidak tertutup.

Proses perekatan sela-sela antara U-Ditch dan Box Culvert dalam proyek

dapat dilihat pada Gambar 79.


Gambar 79. Perekatan U-Ditch.

10. Pekerjaan timbunan drainase

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan penimbunan drainase adalah

sebagai berikut:

a. Setelah U-Ditch dan Box Culvert terpasang, kemudian dilakukan

penimbunan.

b. Untuk U-Ditch penimbunan dilakukan di bagian sisi kana dan kiri,

sedangkan Box Culvert penimbunan dilakukan sampai menutupi

seluruh bagian permukaan Box Culvert

4.4 Pekerjaan Rigid Pavement

Pekerjaan rigid pavement menggunakan material keras dan kaku, seperti

beton.Tahapan pelaksanaan pekerjaan rigid pavement adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan persiapan.

Metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:


a) Mobiliasasi excavator, motor grader, vibro roller ke lokasi

penghamparan.

b) Memastikan elevasi eksisting sudah sesuai dengan gambar rencana.

c) Untuk lapisan dasar pekerjaan rigid pavement menggunakan aspal

yang sudah ada di lapangan sebelumnya,

d) Jika kondisi aspal kurang baik, maka aspal tersebut dikeruk kemudian

diganti dengan base a.

e) Menyiapkan base a yang sudah sesuai dengan spesifikasi teknis

yang digunakan pada Proyek Peningkatan Struktur dan

Rehabilitasi Jalan Ruas Sp. Korpri-Purwotani.

2. Penghamparan base kelas A.

Metode pelaksanaan pekerjaan penghamparan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengukuran lapisan dasar yang akan dihamparkan base a

untuk mengetahui volume kebutuhannya.

b) Base kelas A datang lalu di letakkan pada titik-titik penghamparan.

c) Setelah itu diratakan menggunakan motor grader dengan cara memaju

mundurkan berulang kali sehingga penghamparan rata.

Proses penghamparan dapat dilihat pada Gambar 134.


Gambar 134. Penghamparah base kelas A.

3. Pemadatan base kelas A.

Metode pelaksanaan pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut:

a) Base kelas A yang sudah dihamparkan lalu permukaan di siram

menggunakan truck air guna base kela A tersebut padat tidak ada

rongga-rongga.

b) Setelah itu pemdatan dilakukan menggunakan vibro roller dengan

cara memaju mundurkan berulang kali hingga ketebalan base kelas A

tersebut sesuai dengan rencana yaitu 10 cm.

Proses pemadatan dapat dilihat pada Gambar 135.


Gambar 135. Pemadatan base kelas A.

4. Pemasangan bekisting baja lean concrete (LC).

Metode pelaksanaan pemasangan bekisting baja adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan bekisting baja dengan ketinggian 10 cm, paku, dan palu.

b) Meletakkan bekisting baja pada sisi kanan dan kiri, pastikan bekisting

lurus dan sama rata.

c) Paku di sisi-sisi bekisting menggunakan palu.

d) Pemasangan bekisting dimulai dari bawah dan sisi kiri lalu ke sisi

kanan.

Proses pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 136.


Gambar 136. Pemasangan bekisting.

5. Pekerjaan pengecoran lean concrete (LC).

Metode pelaksanaan pengecoran lean concrete (LC) adalah sebagai

berikut:

a) Melakukan pengukuran lahan yang akan dihamparkan LC

untukmengetahui volume kebutuhan

b) Mengarahkan mobil ready mix dengan posisi mundur dan dimulai dari

lokasi paling atas.

c) Melakukan pengujian slump test, setelah hasil sesuai dengan rencana

melanjutkan pengecoran.

d) Mobil ready mix terus menggerakkan drum pengaduk untuk mencegah

pemisahan bahan dan memastikan campuran beton tetap konsisten.

e) Membuka pintu atau bagian bawah drum pengaduk untuk

mengarahkan campuran beton.

f) Proses pengeluaran campuran beton dengan cara memutar drum

terlebih dahulu dengan beberapa model, setelah itu campuran beton


dikeluarkan dari dalam drum dan memastikan campuran beton

mengalir dengan baik.

g) Mutu beton yang digunakkan untuk lean concrete (LC) yaitu fc’10

Mpa.

Proses pengecoran lean concrete (LC) dapat dilihat pada Gambar 137.

h) Setelah campuran beton dikeluarkan perataan permukaan langsung

dilakukan oleh 3 pekerja menggunakan sendok semen.

Gambar 137. Penecoran lean concrete (LC).

6. Pekerjaan penulangan serta pemasangan dowel dan tie bar

Pekerjaan pembesian dan pemasangan dowel serta tie bar dilakukan

dengan waktu yang bersamaan. Detail rencana penulangan rigid pavement

dapat dilihat pada Gambar 138.


Gambar 138. Detail Rencana Penulangan Rigid Pavement.

Metode pelaksanaan pekerjaan penulangan adalah sebagai berikut :

a) Mengukur panjang tulangan polos rigid pavement.

Mengukur tulangan polos Ꝋ10 mm yang menggunakan meteran sesuai

yang diperlukan untuk rigid pavement. Dapat dilihat pada Gambar

139.

Gambar 139. Mengukur panjang tulangan.


b) Memotong tulangan.

1) Tulangan polos Ꝋ10 mm dipotong menggunakan bar cutter.

2) Pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan tulangan pada

bawah mata pisau.

3) Menurunkan mata pisau sampai tulangan terpotong.

4) Tulangan dipotong dengan ukuran yang telah direncanakan

Proses pemotongan tulangan pada proyek dapat dilihat pada

Gambar 140.

Gambar 140. Memotong tulangan utama.

c) Membengkokan tulangan.

1) Pembengkokan tulangan dilakukan secara manual oleh 1 sampai 2

pekerja.

2) Tulangan diletakkan di atas meja kayu yang sudah dibuat.

3) Tulangan diletakkan di antar paku.

4) Lalu ujung tulangan di bengkokkan menggunakan kunci besi sesuai

dengan gambar kerja.


Proses pembengkokkan dapat dilihat pada Gambar 141-142.

Gambar 141. Peraturan pembengkokkan tulangan.

Gambar 142. Pembengkokkan besi.

d) Pemotongan besi dowel

1. Besi polos Ꝋ32 mm dipotong menggunakan bar cutter.


2. Pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan besi pada bawah

mata pisau.

3. Menurunkan mata pisau sampai besi terpotong.

4. Besi dowel dipotong dengan ukuran yang telah direncanakan..

Proses pemotongan besi dowel pada proyek dapat dilihat pada Gambar

14

e) Pengecatan dowel

1) Menyiapkan cat anti korosi, dowel, dan kuas.

2) Mengecat dilakukan oleh 1 pekerja.

3) Lalu dowel dicat perlahan -lahan dan mengatur banyak nya cat

dengan cara meniriskan kuas pada ujung kaleng cat.

Proses pengecatan dapat dilihat pada Gambar 143.

Gambar 143. Pengecatan dowel.

4) Tempatkan dowel pada posisi aman dan tunggu cat hingga

mengering. Dapat dilihat pada Gambar 144.


Gambar 144. Mengeringkan cat.

f) Pemotongan besi tie bar

1) Besi polos D16 mm dipotong menggunakan bar cutter.

2) Pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan besi pada bawah

mata pisau.

3) Menurunkan mata pisau sampai besi terpotong.

4) Besi tie bar dipotong dengan ukuran yang telah direncanakan..

Proses pemotongan tie bar pada proyek dapat dilihat pada Gambar 14

7. Pekerjaan perakitan tulangan melintang

a) Menyiapkan tulangan sengkang yang sudah dibengkokkan, tulangan

utama, kawat bendrat, tang dan dowel.

b) 4 Tulangan utama disusun lalu dimasukkan tulangan sengkang dengan

jarak 15 cm, lalu dilas di los kerja.

c) Setelah itu perakitan dilakukan di lapangan dengan menggabungkan 2

tulangan dan letakkan dowel diatasnya dengan jarak 30 cm.

d) Dowel diikat menggunakan kawat bendrat dan tang.


e) Salah satu ujung Dowel yang tidak di cat dilakukan pelumasan,

kemudian dilapisi dengan plastic.

f) Lakukan hal yang sama sesuai dengan kebutuhan.

Proses perakitan dapat dilihat pada Gambar 145.

Gambar 145. Perakitan tulangan dan dowel

8. Pekerjaan perakitan tulangan melintang

1) Menyiapkan tulangan sengkang yang sudah dibengkokkan, tulangan

utama, kawat bendrat, tang dan tie bar

2) 4 Tulangan utama disusun lalu dimasukkan tulangan sengkang dengan

jarak 15 cm, lalu dilas di los kerja.

3) Setelah itu perakitan dilakukan di lapangan dengan meletakkan tie bar

diatasnya dengan jarak 60 cm.

4) Tie bar diikat menggunakan kawat bendrat dan tang.

5) Lakukan hal yang sama sesuai dengan kebutuhan.

Proses perakitan dapat dilihat pada Gambar 145.


9. Pekerjaan badan jalan.

Pekerjaan ini dilakukan pada malam hari karna untuk menhindari retak

pada beton.

Metode pelaksanaan untuk pekerjaan badan jalan adalah sebagai berikut :

a) Pemasangan bekisting.

1) Menyiapkan bekisting baja setinggi 30 cm.

2) Pemasangan dilakukan pada sisi kanan dan kiri lokasi yang akan

dicor.

3) Diletakkan perlahan lahan dan sejajar oleh 2 pekerja.

Pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 146.

Gambar 146. Pemasangan bekisting baja.

b) Pemasanan plastic sheet.

1) Menyiapkan plastic sheet.

2) Platic sheet di tarik dan di rapihkan sehingga semua sisi tertutup

oleh plastic sheet.

Proses pemasangan plastic sheet dapat dilihat pada Gambar 147.


Gambar 147. Pemasangan plastic sheet.

c) Pemasangan pembatas segmen.

1) Menyiapkan kayu kaso. paku, dan palu.

2) Kayu kaso diletakkan di setiap batasan segmen.

3) Paku menggunakan palu pada sisi kanan kiri dan tengan kayu kaso.

Proses pemasangan kayu kaso dapat dilihat pada Gambar 148.

Gambar 148. Pemasangan pembatas.


d) Penempatan tulangan memanjang rigid.

1) Menyiapkan tulangan memanjang yang sudah dirakit.

2) Meletakkan pada sisi kanan dan kiri lokasi yang akan dicor disetiap

segmen.

3) Diletakkan perlahan dengan kondisi sejajar oleh 2 pekerja.

Proses penempatan dapat dilihat pada Gambar 149.

Gambar 149. Penempatan tulangan memanjang.

e) Pengecoran rigid.

Metode pelaksanaan pengecoran rigid adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengukuran lahan pengerjaan rigid untuk mengetahui

volume kebutuhan

2) Mengarahkan mobil ready mix pada lokasi yang akan dicor.

3) Pengecoran dimulai dari yang paling atas.

4) Melakukan pengujian slump test, setelah hasil sesuai dengan rencana

melanjutkan pengecoran.
5) Mobil ready mix terus menggerakkan drum pengaduk untuk

mencegah pemisahan bahan dan memastikan campuran beton tetap

konsisten.

6) Membuka pintu atau bagian bawah drum pengaduk untuk

mengarahkan campuran beton.

7) Proses pengeluaran campuran beton dengan cara memutar drum

terlebih dahulu dengan beberapa model, setelah itu campuran beton

dikeluarkan dari dalam drum dan memastikan campuran beton

mengalir dengan baik.

8) Mutu beton yang digunakkan untuk rigid yaitu fs’4,5 Mpa.

Proses pengecoran rigid dapat dilihat pada Gambar 137.

9) Setelah campuran beton, dilakukan pemadatan beton menggunakan

vibro concrete untuk menghilangkan rongga udara pada beton.

10) Setelah pemadatan beton, dilakukan perataan permukaan

menggunakan concrete screeder dan jidar oleh pekerja.

Proses pengecoran dan dapat dilihat pada Gambar 150.

Gambar 150. Pengecoran rigid.


f) Pemasangan dowel.

1) Dowel yang sudah dirakit di siapkan pada sisi kanan setiap per

segmen/diluar bekisting.

2) Setelah pengecoran langsung dimasukkan dowel kedalam coran di

setiap pertengahan antar segmen atau sesuai dengan peletakkan kayu

kaso yang sudah dipasang sebelumnya dengan cara menginjak atau

menekan dowel.

Proses pemasangan dowel dapat dilihat pada Gambar 151.

Gambar 151. Pemasangan dowel.

g) Pemasangan besi tie bar.

1) Setelah pertaan selesai besi tie bar dipasang pada sisi sebelah

kanan bekisting yang sudah terdapat bolongan.

2) Besi ditekkan ke dalam secara perlahan sampai setengah bagian

dari besi tersebut.

3) Untuk Panjang besi tie bar itu sendiri yaitu 60 cm menggunakan

baja ulir dengan D16.


Pemasangan besi tie bar dapat dilihat pada Gambar 153.

Gambar 153. Pemasangan besi sambungan.

h) Proses grooving rigid.

1) Menyiapakan beberapa alat yaitu kayu kaso, dan alat grooving.

2) Grooving dilakukan pada saat kondisi beton dalam keadaan setengah

kering dengan jarak 1 cm dan kedalaman 2 mm.

3) Proses grooving dilakukan secara manual pleh pekerja.

Proses grooving rigid dapat dilihat pada Gambar 152.


Gambar 152 Perataan pengecoran rigid.

i) Pemotongan rigid.

Pemotongan rigid dilakukan pada 8 jam setelah pengecoran, pemotongan

dilakukan persegmen atau per – 5 meter, dengan kedalaman 1/3 h atau 10

cm. Pemotongan rigid ini bertujuan untuk dapat menyalurkan beban pada

sambungan sehingga tidak terjadi retak menerus.

Metode pemotongan rigid adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan alat concrete cutter.

b) Operator menaikkan mata gergaji dari permukaan beton.

c) Hidupkan mesin hingga mencapai kecepatan yang diinginkan.

d) Kemudian pisau diturunkan ke permukaan yang akan dipotong.

Pemotongan rigid dapat dilihat pada Gambar 154.

j) Pekerjaan Sealent Aspal

Sealent aspal berguna untuk mentup hasil potongan pada rigid agar tidak

terjadi korosi, dan kerusakan yang disebabkan oleh air.


Metode pelaksanaan sealent aspal adalah sebagai berikut:

a) Panaskan sealent aspal.

b) Setelah itu ambil sealent aspal secukupnya dan letakkan di antar

segmen yang sudah dipotong sedalam 10 cm.

c) Lakukan dengan hati-hati agar tidak melebihi garis.

Pekerjaan sealent aspal dapat dilihat pada Gambar 155.

Gambar 154. Pemotongan rigid.

Gambar 155. Pekerjaan sealent aspal.


k) Pekerjaan Geotextile.

a) Menyiapkan geotextile

b) Membentang geotextile agar semua permukaan dapat tetutup rata.

c) Memarik geotextile dari titik awal pengecoran sampai titik akhir.

d) Meletakkan batu di atas geotextile agar tidak bergeser.

Pemasangan Geotextile dapat dilihat pada Gambar 155.

Gambar 155. Pemasanan geotextile.

l) Pekerjaan curing beton

1) Pekerjaan curing beton dilakukan pada dua kondisi, yaitu pada saat

setelah proses grooving dan pada saat perawatan beton setelah

mengeras.

2) Pada saat setelah grooving, curing beton dilakukan menggunakan

curing compound.

3) Pada saat perawatan beton setelah mengering, curing beton dilakukan

penyiraman air minimal 1 kali dalam sehari menggunakan truk tangka

air.
Proses curing dapat dilihat pada Gambar 156.

Gambar 156. Proses curing beton.

4.5 Pekerjaan Rabat Bahu Jalan

Pekerjaan rabat bahu jalan menggunakan material keras dan kaku, seperti

beton.Tahapan pelaksanaan pekerjaan rabat bahu jalan adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan persiapan.

Metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:

a) Mobiliasasi excavator dan vibro roller ke lokasi penghamparan.

b) Memastikan elevasi eksisting sudah sesuai dengan gambar rencana.

c) Untuk lapisan dasar pekerjaan rabat bahu jalan menggunakan base kelas

A.

d) Menyiapkan base a yang sudah sesuai dengan spesifikasi teknis yang

digunakan pada Proyek Peningkatan Struktur dan Rehabilitasi

Jalan Ruas Sp. Korpri-Purwotani.


2. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Pengujian DCP dilakukan untuk mengetahui nilai kekuatan tanah terhadap

pemadatan dinamis. Metode pelaksanaan pengujian DCP adalah sebagai

berikut:

a) Pilih titik pengujian yang ditentukan.

b) Pasang peralatan DCP dan pastikan semua sambungan telah dipasang

dengan benar. Dapat dilihat pada Gambar 122.

Gambar 122. Perakitan alat DCP.

c) Tempatkan alat DCP dalam posisi vertical sehingga konus terletak

pada dasar tanah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 123.
Gambar 123. Penentuan titik uji DCP.

d) Atur batang pengukur atau berskala, sehingga menunjukan angka 0

dan catat dalam centimeter.

e) Naikan palu geser sampai menyentuh bagian atas pegangan, dan

jatuhkan dengan bebas sehingga palu mengenai anvil atau landasan.

Catat jumlah pukulan dan ju1`2mlah penetrasi (cm). Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 124.

Gambar 124. Penumbukan palu DCP


f) Ulangi langkah e dengan jumlah 25 kalli tumbukan dalam satu titik

pengujian dan dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 kali

tumbukan.

g) Dari hasil pengujian, didapatkan nilai California Bearing Ratio (CBR).

Nilai CBR minimum yang diizinkan adalah sebesar 6% sesuai dengan

spesifikasi teknis yang digunakan.

3. Penghamparan base kelas A.

Metode pelaksanaan pekerjaan penghamparan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengukuran lahan penghamparan base a untuk mengetahui

volume kebutuhan

b) Base kelas A datang lalu di letakkan pada titik-titik penghamparan.

c) Setelah itu diratakan menggunakan excavator dengan cara memaju

mundurkan berulang kali sehingga penghamparan rata.

Proses penghamparan dapat dilihat pada Gambar 134.

Gambar 134. Penghamparah base kelas A.


4. Pemadatan base kelas A.

Metode pelaksanaan pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut:

a) Base kelas A yang sudah dihamparkan lalu permukaan di siram

menggunakan truck air guna base kela A tersebut padat tidak ada

rongga-rongga.

b) Setelah itu pemdatan dilakukan menggunakan tandem roller dengan

cara memaju mundurkan berulang kali hingga ketebalan base kelas A

tersebut sesuai dengan rencana yaitu 20 cm.

Proses pemadatan dapat dilihat pada Gambar 135.

Gambar 135. Pemadatan base kelas A.

5. Melakukan uji Sand Cone.

Uji sand cone pada base a dilakukan untuk menentukan kepadatan

lapangan di tempat dari lapisan perkerasan yang dipadatkan. Metode uji

sand cone adalah sebagai berikut:

a) Meletakkan plate pada titik yang akan di uji.


b) Memaku ke empat sisi plate. Dapat dilihat pada Gambar 128.

Gambar 129. Meletakan plate dan memaku pada empat sisi.

c) Menggali titik uji dengan kedalaman 5-10 cm. Dapat dilihat pada

Gambar 130.

Gambar 130. Penggalian pada titik uji.

d) Memindahkan tanah hasil galian ke dalam baskom dan saring agregat

hasil galian. Dapat dilihat pada Gambar 131.

e) Timbang agregat yang tertahan pada saringan. Dapat dilihat pada

Gambar 132.

f) Masukkan botol uji kedalam lubang. Dapat dilihat pada Gambar 133.
g) Timbang botol uji.

Gambar 131. Pengambilan tanah.

Gambar 132. Menimbang tanah hasil galian.


Gambar 133. Pengisian lubang dengan pasir.

h) Dari hasil uji sandcone didapat nilai kepadatan minimum base yang

diizinkan yaitu sebesar 100%, sesuai dengan spesifikasi teknis yang

digunakan.

6. Pemasangan bekisting baja pada rabat bahu jalan.

Metode pelaksanaan pemasangan bekisting baja adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan bekisting baja dengan ketinggian 20 cm, paku, dan palu.

b) Meletakkan bekisting baja pada sisi kiri sesuai arah lajur jalan, pastikan

bekisting lurus dan sama rata.

c) Paku di sisi-sisi bekisting menggunakan palu.

Proses pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 136.


Gambar 136. Pemasangan bekisting.

7. Pemasangan plastic sheet.

1) Menyiapkan plastic sheet.

2) Platic sheet di tarik dan di rapihkan sehingga semua sisi tertutup oleh

plastic sheet.

Proses pemasangan plastic sheet dapat dilihat pada Gambar 147.

Gambar 147. Pemasangan plastic sheet.


8. Pengecoran rabat bahu jalan.

Metode pelaksanaan pengecoran rabat bahu jalan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengukuran lahan pengerjaan rabat untuk mengetahui

volume kebutuhan beton ready mix.

2) Mengarahkan mobil ready mix pada lokasi yang akan dicor.

3) Pengecoran dimulai dari yang paling atas.

4) Melakukan pengujian slump test, setelah hasil sesuai dengan rencana

melanjutkan pengecoran.

5) Mobil ready mix terus menggerakkan drum pengaduk untuk mencegah

pemisahan bahan dan memastikan campuran beton tetap konsisten.

6) Membuka pintu atau bagian bawah drum pengaduk untuk

mengarahkan campuran beton.

7) Proses pengeluaran campuran beton dengan cara memutar drum

terlebih dahulu dengan beberapa model, setelah itu campuran beton

dikeluarkan dari dalam drum dan memastikan campuran beton

mengalir dengan baik.

8) Mutu beton yang digunakkan untuk rigid yaitu fc 25 Mpa.

9) Setelah campuran beton, dilakukan pemadatan beton menggunakan

vibro concrete untuk menghilangkan rongga udara pada beton.

10) Setelah pemadatan beton, dilakukan perataan permukaan

menggunakan concrete screeder dan jidar oleh pekerja.

Proses pengecoran dan dapat dilihat pada Gambar 150.


Gambar 137. Penecoran lean concrete (LC).

9. Pekerjaan Geotextile.

Geotextile adalah lembaran sintetik yang berpori sehingga memiliki sifat

tembus air dan fleksibel, biasanya digunakan sebagai stablisasi tanah dasar

dalam pekerjaan Teknik sipil. Geotextile terbagi dalam dua jenis yaitu

geotextile woven dan geotextile non woven.

a) Menyiapkan geotextile

b) Membentang geotextile agar semua permukaan dapat tetutup rata.

c) Memarik geotextile dari titik awal pengecoran sampai titik akhir.

d) Meletakkan batu di atas geotextile agar tidak bergeser.

Pemasangan Geotextile dapat dilihat pada Gambar 155.


Gambar 155. Pemasanan geotextile.

10. Proses grooving rabat bahu jalan.

a) Menyiapakan beberapa alat yaitu kayu kaso, dan alat grooving.

b) Grooving dilakukan pada saat kondisi beton dalam keadaan setengah

kering dengan jarak 1 cm dan kedalaman 2 mm.

c) Proses grooving dilakukan secara manual pleh pekerja.

Proses grooving rabat bahu jalan dapat dilihat pada Gambar 152.

Gambar 152 Perataan pengecoran rabat bahu jalan


11. Pekerjaan curing beton

a) Pekerjaan curing beton dilakukan pada dua kondisi, yaitu pada saat

setelah proses grooving dan pada saat perawatan beton setelah

mengeras.

b) Pada saat setelah grooving, curing beton dilakukan menggunakan

curing compound.

c) Pada saat perawatan beton setelah mengering, curing beton dilakukan

penyiraman air minimal 1 kali dalam sehari menggunakan truk tangka

air.

Proses curing dapat dilihat pada Gambar 156.

Gambar 156. Proses curing beton.

4.6 Pekerjaan Median Jalan

Median jalan dalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untuk

menghilangkan konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan, sehingga pada

gilirannya akan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Pekerjaan median jalan


menggunakan median jalan dan pasangan kanstin (kerb) sebagai penahan

tanahnya. Tahapan pekerjaan median jalan adalah sebagai berikut.

1. Pekerjaan persiapan median jalan.

Metode persiapan median jalan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengukuran pada median untuk menentukan volume timbunan

yang dibutuhkan.

b) Mobiliasasi excavator, vibrator roller dan dump truck ke lokasi

penghamparan.

c) Untuk material tanah yang digunakan sebagai timbunan median diperoleh

dari hasil galian drainase yang kondisinya baik dan sesuai dengan

spesifikasi teknis.

d) Jika kondisi tanah galian drainase tidak baik atau tidak memenuhi

spesifikasi teknis, maka material tanah yang digunakan diambil dari kuari.

2. Pekerjaan pembuatan kanstin atau kerb.

Metode pekerjaan pembuatan kanstin adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan cetakan kanstin yang akan digunakan. Ukuran kanstin

dapat dilihat pada Gambar XX.

b) Mengarahkan mobil beton ready mix ke lokasi pengecoran kanstin.

c) Pengecoran dimulai dengan cara mengarahkan corong pada truck

mixer ke cetakan, kemudian menuangkan beton ready mix ke dalam

cetakan.

d) Melakukan pemadatan beton pada cetakan kanstin menggunakan

vibrator concrete untuk menghilangkan rongga udara dalam beton.


e) Mutu beton yang digunakan pada pembuatan kanstin yaitu f’c 25 MPa.

f) Pelepasan cetakan kanstin dilakukan setelah beton sudah mengering

dan keras.

3. Pelaksanaan pekerjaan median jalan.

Metode pelaksanaan pekerjaan median jalan adalah sebagai berikut:

a) Mengarahkan dump truck yang berisi material tanah timbunan ke

lokasi pekerjaan median.

b) Menuangkan tanah dari dump truck ke lokasi pengerjaan.

c) Tanah yang telah dituangkan kemudian diratakan dengan

menggunakan excavator.

d) Setelah diratakan, tanah dipadatkan menggunakan vibrator roller.

e) Dilakukan pemasangan kanstin pada sisi kana dan kiri median untuk

menahan tanah. Kanstin direkatkan menggunakan campuran semen

dan pasir yang ditambahkan air secukupnya.

f) Pengecatan kanstin yang telah dipasang menggunakan cat warna hitam

dan putih.

4.7 Pekerjaan Trotoar.

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan

lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan

pejalan kaki yang bersangkutan. Pekerjaan trotoar menggunakan material

tanah, pasangan kanstin atau kerb, guiding block, dan granit. Tahapan

pelaksanaan pekerjaan trotoar adalah sebagai berikut.

1. Pekerjaan persiapan pekerjaan trotoar


a) Melakukan pengukuran pada trotoar untuk menentukan volume

timbunan yang dibutuhkan.

b) Mobilisasi excavator, stamper dan dump truck ke lokasi

penghamparan.

c) Untuk material tanah yang digunakan sebagai timbunan median

diperoleh dari hasil galian drainase.

2. Pelaksanaan pekerjaan trotoar.

a) Mengarahkan dump truck yang berisi material tanah timbunan ke lokasi

pekerjaan trotosr.

b) Menuangkan tanah dari dump truck ke lokasi pengerjaan.

c) Tanah yang telah dituangkan kemudian diratakan dengan menggunakan

excavator.

d) Setelah diratakan, tanah dipadatkan menggunakan stamper.

e) Dilakukan pemasangan kanstin pada sisi kana dan kiri median untuk

menahan tanah. Kanstin direkatkan menggunakan campuran semen dan

pasir yang ditambahkan air secukupnya.

f) Pemasangan granit dan guiding block yang direkatkan menggunakan

campuran semen dan pasir yang ditambahkan air secukupnya.

g) Pengecatan kanstin yang telah dipasang menggunakan cat warna hitam dan

putih.

You might also like