You are on page 1of 17

A.

Judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEKNIK SOLO (STRUCTURE
OF THE OBSERVED LEARNING OUTCOME) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA.
B. Latar Belakang Masalah Penelitian
Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas belajar siswa yang berfungsi
untuk menyelesaikan masalah, membuat suatu keputusan serta mencari solusi
dan alasannya.Ennis (Baron, dan strenberg, (Eds), 1987) mendefinisikan
berpikir kritis sebagai reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penepatan
apa yang dipercayai atau yang dilakukan.
Di dalam matematika, proses berpikir adalah merupakan suatu bentuk
penalaran yang meliputi berbagai penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu suatu pernyataan yang baru yang bersifat
umum (general) berdasarkan pada beberapa pernyataaan yang khusus yang
diketahui benar.
Komunikasi matematik merupakan kemampuan matematik esensial
yang tercantum dalam kurikulum matematika sekolah menengah (NCTM,
1999, KTSP, 2006)
Berdasarkan hasil observasi dan wawasan yang telah dilakukan di
kelas VIII SMP Perintis Arjawinangun tahun ajaran 2013 – 2014
mengidentifikasi bahwa terjadi kondisi di kelas yang kurang kondusif,
motivasi belajar yang masih rendah, masih belum optimalnya media
pembelajaran, masih jarang penerapan model pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas dan pemikiran yang negatif tentangpelajaran matematika.Hal ini
menyebabkan rendahnya kemampuan berfikir kritis dan kemampuan
komunikasimatematika siswa.

1
Berdasarkan hasil tes wawancara terhadap guru mamatika
menyebutkan bahwa pada umumnya siswa menghindari matematika, siswa
menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulitdan pelajaran
yang menguras otak atau pikiran untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang diberikan oleh guru.Selain matematika di anggap sulit, siswa juga
menganggap matematika itu pelajaran yang membosankan, pelajaran yang
tidak menarik.Keluhan tersebut secara langsung berpengaruh pada
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi terhadap matematika.
Berawal dari permasalahan tersebut guru harus menyelesaiakan
masalah – masalah yang terjadi pada siswa tentang mengenai pelajaran
matematika agar dampak negatif yang terjadi pada siswa dapat ditangani
sehingga hal pemikiran negatif seperti itu tidak terjadi secara berkelanjutan
dan tidak terjadi berkepanjangan. Guru harus berinovasi dalam melakukkan
pembelajaran yang menyenangkan di kelas sehingga siswa semangat dalam
belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis dan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah model
pembelajaran matematika Teknik SOLO.Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh (Sudihatinih, 2006) yang menyatakan bahwa dengan
menggunakan Teknik SOLOdapat meningkatkan pemaham konsep dan
penalaran matematis siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Biggs dan Collis (Sumarmo, 1993: 2) melakukan studi tentang struktur
hasil belajar dengan tes yang disusun dalam bentuk superitem. Biggs dan
Collis dalam temuannya mengemukakan bahwa pada setiap tahap atau level
kognitif terdapat struktur respon yang sama dan makin meningkat dari yang
sederhana sampai yang abstrak. Struktur tersebut dinamakan Teknik SOLO
(Structure of the observed Learning Outcome). Menurut Biggs dan Collis
berdasarkan kualitas model respon anak, tahap SOLO anak diklasifikasikan
pada empat tahap atau level. Keempat tahap tersebut adalah Unistruktual,
Multistruktual, Relasional, dan Abstrak.

2
Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Teknik SOLO (Structure of the
observed Learning Outcome) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Matematika dianggap mata pelajaran yang sulit.
2. Kebanyakan dalam proses pembelajaran matematika masih berpusat pada
guru.
3. Rendahnya kemampuan komunikasi dan kemampuan berfikir kritis
matematis siswa SMP.
4. Matematika di anggap mata pelajaran yang menakutkan.
D. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahn yang akan dikaji dalam
penilitian ini, maka masalah penelitian ini di batasi sebagai berikut:
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri
1 Dukupuntang Tahun Ajaran 2015/2016
2. Materi pelajaran untuk penelitian ini diambil satusub materi yaitu Persegi
Panjang menggunakan acuan Kurikulum KTSP.
3. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang akan diteliti yaitu:
1) Memfokuskan diri pada pertanyaan.
2) Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan
argumen.
3) Menarik kesimpulan dan menghipotesis pertanyaan, jawaban, dan
argumen.
4. Indikator Kemampuan Komunikasi yang akan diteliti yaitu:
1) Melukiskan atau mempresentasikan benda nyata, gambar, dan
diagram dalam bentuk ide dan simbol matematika.

3
2) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
3) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan
tulisan dengan menggunakan benda nyata, gambar, dan diagram
dalam bentuk ide dan atau simbol matematika.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah aktivitas siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Teknik SOLO
terhadap kemampuan berfikiri kritis matematika siswa?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Teknik SOLO
terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa?
3. Apakah pada penerpan model pembelajaran Teknik SOLO terdapat
Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal terhadap kemampuan berfikiri
kritis matematika siswa?
4. Apakah pada penerpan model pembelajaran Teknik SOLO terdapat
Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal terhadap kemampuan
komunikasi matematika siswa?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis mengadakan penilitian ini, yaitu:
1. Untuk Mengetahui aktivitas siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Teknik SOLO
terhadap kemampuan berfikiri kritis matematika siswa.
2. Untuk Mengetahui aktivitas siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Teknik SOLO
terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.

4
3. Untuk Mengetahui pada penerpan model pembelajaran Teknik SOLO
terdapat Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal terhadap kemampuan
berfikiri kritis matematika siswa.
4. Untuk Mengetahui pada penerpan model pembelajaran Teknik SOLO
terdapat Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal terhadap kemampuan
komunikasi matematika siswa.
G. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapakan dapat memberikan informasi tentang cara
meningkatkan belajar matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Teknik SOLO.
2. Khususnya untuk guru – guru matematika sebagai bahan acuan untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran
Teknik SOLO sebagai alternatif pembelajaran dalam upaya menigkatkan
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan komunikasi matematika siswa
dikelas.
3. Memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan pembelajaran dengan
model Teknik SOLO sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
H. Kajian Teoritis
Berdasarkan Penelitian yang relevan yang telah diteliti oleh
(Sudihatinih, 2006) menyatakan bahwa dengan menggunakan Teknik
SOLO/Superitem dapat meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran
matematis siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan menurut
Ekawati,dkk.(2013).Menyatakan bahwa dapat meningkatkan Respon Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan
Taksonomi SOLO, Adapun menurut (Fauzi, 2015) penelitiandalam skripsi
yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Teknik SOLO Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa, menyatakan bahwa dengan menggunakan model

5
pembelajaran teknik SOLO terdapat pengaruh terhadap hasil belajar
matematika pada siswa.
Biggs dan Collis (Sumarmo, 1993: 2) melakukan studi tentang struktur
hasil belajar dengan tes yang disusun dalam bentuk superitem. Biggs dan
Collis dalam temuannya mengemukakan bahwa pada setiap tahap atau level
kognitif terdapat struktur respon yang sama dan makin meningkat dari yang
sederhana sampai yang abstrak. Struktur tersebut dinamakan Teknik SOLO
(Structure of the observed Learning Outcome). Menurut Biggs dan Collis
berdasarkan kualitas model respon anak, tahap SOLO anak diklasifikasikan
pada empat tahap atau level. Keempat tahap tersebut adalah Unistruktual,
Multistruktual, Relasional, dan Abstrak.

Langkah – langkah model pembelajaran Teknik SOLO menurut Lajoie


(1991) yaitu dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat
bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaknya
adalah:

1. Mengilustrasikan konsep yang konkret dan menggunakan analogi.


Ilustrasi konsep atau proses yang konkret yaitu dengan data yang
nyata, kemudian secara bertahap siswa dibimbing untuk menyusun
analoginya dalam bentuk konsep atau proses yang sedang dibahas.
2. Memberikan latihan dengan tingkat kesulitan yang bertingkat.
Penjelasan konsep kepada siswa hendaknya tidak langsung pada
konsep atau proses yang kompleks, tetapi harus dimulai dari konep
dan proses yang sederhana.
3. Memberikan soal tes bentuk super item, mulai dari mengolah
informasi sampai koneksi informasi.
Semua item dapat dijawab dengan merujuk secara langsung pada
informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan
respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 2 diperlukan

6
penggunaan satu bagian informasi dari stem. Level 2 diperlukan
dua atau lebih bagian informasi dari stem. Pada level 3 siswa harus
mengintegrasikan suatuatau lebih bagian dari informasi yang tidak
secara langsung berhubungan dengan stem, dan pada level 4 siswa
telah dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari stem.
4. Mengintegrasikan informasi dan soal.
5. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan langkah akhir dari superitem yaitu jawaban
dari soal yang diberikan guru.

Berdasarkan penelitian yang relevan, penulis menyimpulkan bahwa


kelebihan model pembelajaran Teknik SOLO yaitu siswa dapat memahami
hubungan antar konsep secara bertahap dari yang sederhana meningkat ke
yang lebih kompleks, Selain itu pada soal bentuk Teknik SOLO/ Superitem
dapat membuat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang relevan, penulis menyimpulkan bahwa


kekurangan Model Pembelajaran Teknik SOLO yaitu dalam membuat butir –
butir soal tingkatan dari yang sederhana menjadi kompleks sehingga dapat
menyebabkan bergamnya respon siswa terhadap soal – soal tersebut. Dalam
hal ini, kesiapan guru yang menjadi kewajiban untuk mengatasinya.

Cara mengtasi kesulitannya yaitu dengan memilih materi yang tepat


untuk di gunakan dalam model pembelajaran Teknik SOLO agar guru tidak
kesulitan membuat atau menyusun butir – butir soal yang bertahap mulai dari
yang sederhana sampai yang lebih tinggi atau kompleks.

Ennis (Baron, dan strenberg, (Eds), 1987) mendefinisikan berpikir


kritis sebagai reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penepatan apa
yang dipercayai atau yang dilakukan.

7
Adapun Indikator – indikator dalam kemampuan berfikir kritis yang
akan diteliti yaitu:
1) Memfokuskan diri pada pertanyaan.
Contoh Soal:
Sebuah halaman rumah berbentuk persegi panjang dengan ukuran
panjang 30 meter dan lebar 20 meter. Di sekeliling halaman
rumah tersebut akan dipasang pagar dengan biaya pembuatan
pagar Rp50.000,00 per meter. Tentukan besar biaya yang
diperlukan untuk membuat pagar tersebut?
Penyelesaian:
Dik: p = 30 meter
L = 20 meter
Biaya Pembuatan pagar = Rp50.000,00
Dit: Tentukan besar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar
tersebut?
Jawab:
Pembuatan pagar di sekeliling halaman rumah berbentuk persegi
panjang sama dengan menentukan keliling halaman rumah.
K = 2 × (p + l)
= 2 × (30 + 20) 20
m
= 2 × 50
= 100 m 30 m
Biaya = 100 m ×Rp50.000,00
== Rp5000.000,00
Jadi Biaya untuk pembuatan pagar tersebut
2) Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan
argumen.
Contoh Soal:

8
“Persegi panjang adalah suatu segiempat yang keempat
sudutnya siku-siku.”Apakah pernyataan di atas cukup untuk
menggambarkan persegi panjang, berikan alasannya jika sudah
cukup atau masih belum cukup?
Penyelesaian:
Belum cukup, karena pada sifat persegi panjang terdapat sisi – sisi
yang berhadapan dan keempat sudutnya siku – siku, sedangkan
pada pernyataan diatas tidak di jelaskan bahwa terdapat sisi – sisi
yang berhadapan.
3) Menarik kesimpulan dan menghipotesis pertanyaan, jawaban, dan
argumen.
Contoh Soal:
Apa yang dapat kamu simpulkan tentang Persegipanjang?
Penyelesaian:
Persegi Panjang adalah suatu segi empat yang keempat sudutnya
siku – siku dan panjang sisi yang berhadapan sama.

Komunikasi matematik merupakan kemampuan matematik esensial


yang tercantum dalam kurikulum matematika sekolah menengah (NCTM,
1999, KTSP, 2006)
Adapun Indikator – indikator yang akan diteliti pada kemampuan
Komunikasi adalah:
1) Melukiskan atau mempresentasikan benda nyata, gambar, dan
diagram dalam bentuk ide dan simbol matematika.
Contoh Soal:
Amatilah dikelas mu, kemudian sebutkan benda – benda yang
termasuk dalam bentuk Persegi Panjang?
Penyelesaian:
Papan tulis, Pintu, meja, tempat tisu, jendela.

9
2) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
Contoh Soal:
Selembar kain bentuk persegi panjang memiliki ukuran
perbandingan panjag dan lebar adalah 3 : 2. Jika luas penampang
kain adalah 54 m2. Tentukan panjang dan lebar kain tersebut?
Penyelesaian:
Misal panjangnya adalah 3x dan lebarnya adalah 2x
Luas = p × l
54 = (3x) (2x)
54= 6x2
x2 = 9
x = √9
x = 3, maka jika x = 3
Panjang = 3x = 3(3) = 9 meter
Lebarnya = 2x = 2 (3) = 6 meter
3) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan
tulisan dengan menggunakan benda nyata, gambar, dan diagram
dalam bentuk ide dan atau simbol matematika.
Contoh Soal:

Kamu mempunyai kamar. Lantai kamarmu


berbentuk persegipanjang. Ayahmu merencanakan untuk
memasang ubin di lantai kamar tersebut. Ubin yang akan dipasang
berbentuk persegi.
Misalkan pada lantai kamarmu dapat dipasang ubin
sebanyak 120 biji. Dengan menggunakan kata-katamu sendiri,
nyatakan

10
hubungan antara 120 ubin dan lantai kamarmu?
Penyelesian:
Karena lantai yang akan dipasang berbentuk persegi, jika 2 persegi
di pasang makan akan terbentuk pesegi panjang, jika kumpulan
beberapa persegi di pasang di ubin sebanyak 60 persegi, maka
persegi panjang yang yang akan di pasang sebanyak 120 ubin di
lantai kamar.
I. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Menurut Surakhmad (Arikunto, 2010: 104) anggapan dasar atau postulat
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menggunakan Teknik SOLO dapat membuat siswa
memahami hubungan antar konsep.
2. Model Pembelajaran Teknik SOLO dapat memberikan kepada siswa
untuk memahami persoalan matematika.
3. Model Pembelajaran Teknik SOLOdapat mematangkan kemampuan
Berpikir Kritis dan Kemampuan Komunikasi siswa.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2015: 96). Berdasarkan pada
anggapan dasar diatas, maka penulis merumuskan hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal
terhadap kemampuan berfikiri kritis dan kemampuan
komunikasi matematis siswa
H1 : Terdapat Ketuntasan belajar Individual dan Klasikal
terhadap kemampuan berfikiri kritis dan kemampuan
komunikasi matematis siswa
J. Metodologi Penelitian

11
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah meotde penelitian
ekperimental. Menurut (Sugiyono, 2013: 72) penelititan eksperimental
merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan. Penelitian
ini menggunakan jenis Pra Eksperimen dengan desain penelitian bentuk
“the one group pretest – posttest design” (Sugiyono, 2013: 74). Dimana
didalam penelitian ini melibatkan satu kelas eksperimen yang
pembelajarannya dengan model pembelajaran Teknik SOLO.
2. Desain Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2013: 110 dengan di lakukan pretest, hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat. Sementara itu, tujuan dilaksanakan
pretrest dan postest adalah untuk melihat Penerapan Model Pembelajaran
Teknik SOLO terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan
Komunikasi matematika siswa. Adapun desain penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:

O1 X O 2
Keterangan:
O1 = Pretest
O2 = Postest
X = Perlakuan dengan menggunakan model teknik SOLO/ Superitem
3. Populasi dan Sampel
Menurut ( Sugiyono, 2015: 117) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan diambil didalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Dukupuntang Kabupaten
Cirebon tahun ajaran 2015/2016.

12
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2015: 118). Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu satu kelas yang terdiri dari kelas eksperimen.
Teknik pemilihan sampel menggunakan teknik sampling purposive.
Menurut Sugiyono (2015: 124), “sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Dengan pertimbangan
yaitu kelas tersebut mampu tertib dan bersungguh – sungguh mengikuti
proses pembelajaran sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Dengan pertimbangan lokasi penelitian yang dekat rumah peneliti,
sehingga peneliti tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai
disekolah tersebut dan memudahkan peniliti ketika harus bolak – balik ke
sekolah tersebut. Oleh karena itu peneliti memilih SMPN 1 Dukupuntang
sebagai tempat penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka
peneliti mengumpulkan data.Adapun teknik pengumpulan data sebagai
berikut
Tabel 1
Teknik Pengumpulan Data
No. Jenis Data Teknik Pengumpulan
1. Kemampuan Berpikir Kritis Tes berpikir kritis matematis
matematis siswa (pretes dan posttes)
2. Kemampuan Komunikasi Tes komunikasi matematis
matematis siswa (pretest dan posttest)
3. Aktivitas siswa Pedoman Observasi

5. Instrumen Pengumpulan Data

13
Menurut Arikunto (2013 :192), instrument penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Lembar Observasi
Menurut Sugiyono (2010: 145) observasi digunakan sebagai
teknik pengumpulan data. Lembar observasi merupakan alat
pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengukur aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan model
pembelajaran Teknik SOLO. Lembar observasi digunakan untuk
mengobservasi atau menilai pembelajaran yang sedang berlangsung.
2. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan
Komunikasi Matematis
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes
berbentuk uraian sebanyak 5 soal pre-test dan 5 soal post-test.Sebelum
soal digunakan untuk tes, peneliti membuat kisi-kisinya terlebih
dahulu untuk tiap butir soal.
6. Teknik Pengolahan (analisis) Data
1. Teknik Pengolahan (analisis) Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Analisis Aktivitas
b. observasi untuk tiap pertemuan yaitu menggunakan rumus berdasarkan
Jihad dan Haris (2010: 125).

Persentase=
∑ skor yang diperole h ×100 %
∑ skor ideal
Kriteria persentase menurut Riduwan (2009: 89), adalah sebagai

14
berikut.
Tabel 1
Kriteria Persentase
Interval Kriteria
81 – 100% Sangat Baik
61 – 80% Baik
41 – 60% Cukup
21 – 40% Kurang Baik
0 – 20% Tidak Baik

Untuk menghitung skor hasil lembar observasi aktivitas siswa


menggunakan rumus berdasarkan Jihad dan Haris (2008: 12) sebagai
berikut.
Skor Total
Konversi nilai= × 100
Skor Maksimum

b. Analisis Ketuntasan Belajar Individual dan Klasikal.


Analisis Ketuntasan Belajar Individual dan Klasikal siswa menggunakan
uji Proporsi digunakan untuk mengetahui Ketuntasan Belajar Individual
dan Klasikal pada kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Data Ketuntasan Belajar Individual dan
Klasikal yang diperoleh dari skor pretes dan postes kelas eksperimen.

x
^p=
n

Dimana:

^p = proporsi sampel (probabilitas sukse)

x = banyaknya anggota dari sampel yang memiliki karakteristik.

15
n = besar sampel (banyaknya anggota dari sampel)

Maka Uji Proporsi untuk Satu Sampel yaitu:

^p −P
z=

√ P .Q
n

Keterangan:

^p = Proporsi sampel (yang dinyatakan dengan angka desimal)

atau probabilitas sukses sampel.

q^ = 1 - ^p atau probabilitias gagal

P = Proporsi populasi (yang dinyatakan dengan angka desimal)

atau probabilitas sukses populasi.

Q = 1 – P atau probabilitas gagal populasi.

16
K. Daftar Referensi

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Kuswana. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Huda,M. (2014). Model – model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta:


PustakaPelajar

Sumarmo & Hendriana (2014). Peneliaian Pembelajaran Matematika.


Bandung: RefikaAditama

Fisher, A (2008). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga

Fauzi, Ahmad (2015).“Pengaruh Model PembelajaranTeknik SOLO


Terhadap Hasil
BelajarMatematika Siswa”. Skripsi:FKIP Universitas Swadaya
Gunung Jati.

Manibuy,dkk.(2014). Analisis Kesalahan Siswa dalam menyelesaikan soal


persamaan
Kuadrat berdasarkan Taksonomi SOLO Pada Kelas X SMA Negeri 1
Plus di Kabupaten Nabire Papua. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika,No.9, hal 933-945.
Pratiwi,dkk.(2014).Pembentukan Karakter dan Pemecahan Masalah
MelaluiModelSuperitem Berbantuan Scaffolding. Unnes Journal of
Mathematics Education, No.1, hal 2252 – 6937.
Ekawati,dkk.(2013).Studi Respon Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Taksonomi
SOLO.Unnes Journal of Mathematics Education Research,No.2,hal
2252 – 6455
Kunto, A. (2013).Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Kountur,Ronny.(2009).Statistik Praktik.Jakarta:PPM

17

You might also like