You are on page 1of 5

PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN KUANTITAS RAWI

Nama : Umar Muhtar Al-Ghozali

NIM : G000220048

Kelas : A

1. Hadits Mutawattir

Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad. Menurut ulama hadits,
mutawatir mempunyai pengertian sebagai berikut:

‫ﻣﺎ رواﻩ ﺟﻤﻊ ﺗﺤﻴﻞ اﻟﻌﺎدة ﺗﻮﻃﺌﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺬب‬

Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut adat bahwa mereka
bersepakat untuk berbuat dusta.”

Sedangkan Imam Nawawi mengemukakan definisi dari hadist mutawatir, yaitu “hadis shahih yang
sejumlah besar orang menurut akal dan adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, sejak awal
sanad, tengah dan akhirnya”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya hadist mutawatir adalah hadist yang
memiliki sanad yang pada tingkatanya terdiri atas perawi dengan jumlah yang banyak yang menurut
hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan terhadap hadist yang
sudah mereka riwayatkan.

Syarat-syarat Hadits Mutawatir

Hadits dapat mencapai derajat mutawatir itu harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh ulama hadits. Di bawah ini merupakan syarat-syarat hadits dapat dikatakan sebagai hadits
mutawatir, di antaranya sebagai berikut:

1. Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini bahwa
mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta.
2. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat berikutnya. Artinya
perawi pada setiap tingkatan harus sama jumlahnya.
3. Berdasarkan tanggapan pancaindra: Harus benar-benar dari hasil pendengaran atau penglihatan
sendiri. Biasanya menggunakan lafadz: “Kami telah mendengar ( ‫”) ﺳﻤﻌﻨﺎ‬, atau “Kami telah melihat
( ‫”) راﻳﻨﺎ‬.
Macam-macam Hadits Mutawatir

a. Hadits Mutawatir Lafdzi

Hadits mutawatir lafdzi adalah hadits yang dalam periwayatannya menggunakan lafadz yang sama.
Sehingga para ulama mengatakan, bahwa hadits mutawatir lafdzi merupakan hadist yang dalam
periwayatannya antara lafadz dan maknanya sama. Artinya antara perawi satu dengan yang lainnya
tidak ada perbedaan lafadz dalam meriwayatkannya. Contoh hadits tersebut adalah sebagai berikut
yang artinya:

“Barang siapa yang berbuat dusta terhadapku dengan sengaja maka berarti ia menyediakan
tempatnya dineraka.” (Hadist ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang sahabat dengan lafadz yang
sama).

b. Hadits Mutawatir Maknawi

Hadits mutawatir maknawi adalah hadist yang dalam periwayatan hanya maknanya saja yang sama.
Jadi dalam hadits ini antara perawi satu dengan yang lainnya dalam meriwayatkan hadits
menggunakan lafadz yang berbeda, akan tetapi masih dalam satu makna. Contoh hadist tersebut
adalah sebagai berikut yang artinya:

Hadist yang membahas tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. telah diriwayatkan lebih dari
seratus hadist mengenai mengankat tangan ketika berdo’a namun dengan lafalz yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainya. Masing-masing lafazd hadist tersebut tidak sampai kederajat
mutawatir tetapi makna dari keseluruhan lafaldz-lafaldz tersebut mengacu atau menuju dalam satu
makna sehingga secara ma’nawi, hadist tersebut adalah mutawatir.

c. Hadits Mutawatir ‘Amali

adalah hadits mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru
tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan
oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya.

Contoh : Hadits-hadits Nabi tentang waktu shalat, tentang jumlah rakaat shalat wajib, adanya shalat
‘ied, adanya shalat jenazah, dan sebagainya.

2. Hadits Ahad

Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad. Hadist ahad adalah hadist yang
telah diriwayatkan oleh satu orang saja. Dan definisi hadist ahad oleh para ulam sebagai berikut:

‫ﻣﺎﻟﻢ ﺗﺒﻠﻎ ﻧﻘﻠﺘﻪ ﻓﻰ اﻟ ﻜﺜﺮة ﻣﺒﻠﻎ اﻟﺨﺒﺮ اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ ﺳﻮاء آﺎن اﻟﻤﺨﺒﺮ واﺣﺪا او إﺛﻨﻴﻦ أو ﺛﻼث أو أرﺑﻌﺔ أو ﺧﻤﺴﺔ أو اﻟﻰ ﻏﻴﺮ ذاﻟﻚ ﻣﻦ‬
‫اﻷﻋﺪاد اﻟﺘﻰ ﻻ ﺗﺸﻌﺮ ﺑّﺄن اﻟﺨﺒ ﺮ اﻟﻤﺘﻮاﺗﺮ‬

Artinya: “Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi Hadits mutawatir, baik
perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang tidakmemberikan pengertian bahwa
jumlah perawi tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi Hadits mutawatir.”
Dan ada pula yang medefinisakan bahwa hadist ahad adalah “Hadist yang tidak memenuhi syarat
mutawatir” pendapat tersebut menurut ilmu hadist.

Sedangkan Hadist Ahad secara garis besar oleh ulama-ulama hadits dibagi menjadi dua macam, yaitu
hadist masyhur dan hadist ghairu masyhur. Ghairu masyhur terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu
hadist aziz dan hadist gharib.

3. Hadist Mashyur

Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, dan yang sudah popular.
Sedangkan menurut ulama ahli Hadist yaitu : yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, sudah
popular.

‫ﻣﺎ ﻟﻪ ﻃﺮف ﻣﺤﺼﻮرة ﺑﺄآﺜﺮ ﻣﻦ إﺛﻨﻴﻦ وﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺣﺪ اﻟﺘﻮاﺗﺮ‬

Artinya: “Hadits yang mempunyai jalan yang terhingga, tetapi lebih dari dua jalan dan tidak sampai
kepada batas Hadits yang mutawatir.”

Hadits ini dinamakan masyhur karena popularitasnya di masyarakat, walaupun tidak mempunyai
sanad sama sekali, baik berstatus shahih ataupun dikatan dha’if.

Ada juga di jelaskan oleh istilah ilmu hadist yaitu:

‫ما راوه ثالثة فاكثر – في كل طبقة – ما لم يلغ حد التواتر‬

Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap tingkatan sanad,
selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir.”

Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang memiliki perawi yang sekurang-
kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad.

4. Hadits Aziz

Kata ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang mempunyai arti yaitu sedikit atau jarang adanya, dan
juga bida berasal dari kata ‘Azza-Ya’azzu yang berarti kuat.
Sedangkan menurut istilah hadist aziz adalah :

‫ثم راوه بعد ذالك جماعة‬,‫ما راوه اثنان ولو كنا فى طبقة واحده‬

Artinya: “Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada
satu thabaqah saja, kemudian setelah itu, orang-orang pada meriwayatkannya (diriwayatkan orang
banyak)”.

Berdasar pengertian tersebut bahwa hadist Azis bukan hanya diriwayatkan oleh dua orang rawi saja
pada setiap thabaqahnya, akan tetapi pada salah satu thabaqah , jika sudah terdapat dua orang rawi
sudah bisa dikatakan sebagai hadist Azis.

Contoh dari hadist Aziz:

‫ال يؤمن احدكم حتى اكون احب الىه من نفسه ووالدهوالنس اجمعين‬

Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku lebih dicintai daripada dirinya,
orang tuanya, anaknya, dan semua manusia (Bukhari Muslim).”

5. Hadits Gharib

Hadist Gharib dita’rifkan sebagai berikut:

‫ﻣﺎ اﻧﻔﺮد ﺑﺮواﻳﺘﻪ ﺷﺨﺺ ﻓﻰ اى ﻣﻮﺿﻊ وﻗﻊ اﻟﺘﻔﺮد ﺑﻪ ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺪ‬

Artinya: “Hadits yang didalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan,
dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.”

Hadist gharib terbagi dua yaitu gharib mutlaj (fard) dan gharib nisby. Gharib mutlak yaitu apabila
penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadist tentang personalianya dan harus berpangkal
ditempat ashlus sanad yaitu tabi’in bukan sahabat.

Contoh:

) ‫انما اال عمل با لنيات (احرجه الشيخان‬


Artinya: “Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat”(HR Bukhori dan Muslim)

Hadist diatas merupakan hadist yang diriwayatkan oleh “Umar bin Khathab sendiri pada tingkatan
sahabat.

Contoh lain:

) ‫مارواه مالك عن الزهري عن عناس رضي هللا عنه ان نبي صلى هللا عليه وسلم دخل مكة وعلى راسه المغفر (احرجه الشيخان‬

Artinya: “Hadist yang diriwayatkan oleh Malik dari Al-Zuhri dari Anas r.a., bahwasanya Nabi SAW
memasuki kota makkah dan diatas kepalnya terdapat Al-Mighfar (alat penutup atau penutup kepala).
(HR. Bukhori dan Muslim”

Pada hadist ini hanya Malik sendiri yang telah menerima hadist tersebut dari Al-Zuhri. [12]

Baca juga : Hadits dilihat dari kualitas perawinya

Kesimpulan

Hadist ditinjau dari kuantitasnya terbagi menjadi dua, yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad.

Hadist mutawatir adalah hadist yang memiliki sanad yang pada tingkatanya terdiri atas perawi
dengan jumlah yang banyak yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk
melakukan kebohongan terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.

Hadist ahad adalah hadist yang telah diriwayatkan oleh satu orang saja atau hadist tidak memenuhi
syarat hadist mutawatir.

Hadits ahad terbagi menjadi dua, yaitu masyhur dan ghairu masyhur. Dan hadist masyhur tidak
terbagi, sedangkan hadist ghairu masyhur dibagi menjadi dua, yaitu aziz dan gharib.

You might also like