You are on page 1of 12
KAJIAN TEORI HUKUM TENTANG KESEHATAN Dosen Pengampu : Prof. Tamaulina Br Sembiring, S.H., M.Hum, Ph.D Bean Co Oleh : Indra Kumniyawan (2316020005) PROGRAM MAGISTER HUKUM KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI TA. 2023/2024 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum, suatu prinsip yang termanifestasi dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang, dengan tegas menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara hukum"(Siombo, 2013). Sebagai negara hukum, segala aspek dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, termasuk pemerintahan, diharapkan selalu didasarkan pada hukum. Secara historis, konsep negara penegakan hukum muncul dalam berbagai model, seperti negara hukum menurut prinsip agama Islam(Zaidan, 2022), negara hukum berdasarkan konsep Eropa Kontinental yang disebut sebagai rechtsstaat, negara hukum sesuai konsep Anglo-Saxon (rule of law), ideologi socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila. Aristoteles berpendapat bahwa negara harus didasarkan pada hukum untuk menjamin keadilan bagi warganya, dan keadilan ini menjadi syarat esensial bagi kebahagiaan hidup(Sari, 2023). Menurutnya, esensi keadilan juga membutuhkan pengajaran nilai moral kepada setiap individu untuk membentuk warga negara yang baik(Ridwan & Sudrajat, 2020). Dalam konsep negara hukum, yang memerintah bukanlah individu, melainkan prinsip- prinsip hukum yang adil, sedangkan penguasa hanya berperan sebagai penegak hukum dan menjaga keseimbangan. Paham rechtstaats pada dasarnya berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental yang sangat dipengaruhi oleh sejarah perkembangan Eropa pada masa “absolutisme raja". Konsep ini menekankan bahwa negara harus menjadi negara hukum, menjelaskan secara cermat batasan-batasan dan cara-cara kegiatan negara, serta mewujudkan ‘gagasan moralitas sesuai dengan norma-norma hukum(Maharani, 2022). Negara hukum bukan sekadar mempertahankan tatanan hukum, tetapi juga memiliki tujuan pemerintahan dan ‘melindungi hak-hak individu, menggambarkan bahwa esensi negara hukum tidak hanya berada pada tata cara, melainkan juga pada substansi dan maksud yang ingin dicapai oleh negara. Identitas hukum merujuk pada aspek-aspek esensial yang membentuk karakter dan keberadaan hukum dalam suatu masyarakat. Identitas ini mencakup nilai-nilai, prinsip-prinsip, serta peran hukum dalam membentuk tatanan sosial dan melibatkan dinamika kompleks dalam evolusi dan pengaruh hukum terhadap individu dan masyarakat(Lukito, 2008). Dalam pembahasan ini, akan menelusuri dan menggali aspek-aspek utama yang membentuk identitas hukum, Identitas hukum bukan hanya sekedar seperangkat aturan dan norma yang diikuti dalam suatu masyarakat. Identitas hukum melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai inti, filosofi, dan tujuan hukum dalam membentuk hubungan sosial, mengatur perilaku, dan memastikan keadilan(Kharlie, 2014). Dalam konteks ini, identitas hukum memainkan peran krusial dalam memberikan identitas unik pada suatu sistem hukum, yang membedakannya dari sistem hukum lainnya(Arifin, 2018). Penelitian ini merupakan upaya untuk menyelidiki dampak penerapan tiga asas utama dalam sistem hukum, yaitu asas kepastian hukum (rechtmatigheid), asas keadilan hukum (gerechtigheit), dan asas kemanfaatan hukum. Identitas hukum suatu masyarakat terletak pada kompleksitas interaksi antara ketiga asas ini, yang membentuk dasar filosofis dan praktis dari sistem hukum tersebut, Dalam melibatkan asas kepastian hukum, asas keadilan hukum dan asas kemanfaatan hukum(Gaumi & Hartono, 2022). penelitian ini akan mencakup analisis dokumen hukum, Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan tethadap pemahaman tentang teori dan identitas hukum suatu masyarakat dan implikasinya tethadap stabilitas, keadilan, dan kemanfaatan dalam sistem dan teori hukum. Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan kebijakan yang lebih efektif dan relevan dalam menjawab tuntutan masyarakat dan memastikan sistem hukum yang berdaya guna dan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1, Bagaimana implementasi asas kepastian hukum tercermin dalam sistem hukum suatu masyarakat, dan sejauh mana asas ini memberikan landasan yang jelas dan pasti bagi individu dan lembaga 2. Bagaimana asas keadilan hukum diwujudkan dalam praktik hukum suatu masyarakat, dan sejauh mana hukum dapat menciptakan distribusi hak, kewajiban, dan sumber daya yang adil di tengah-tengah masyarakat 3. Sejauh mana asas kemanfaatan hukum tercermin dalam kebijakan dan pelaksanaan hukum, dan bagaimana hukum dapat berperan sebagai alat dinamis 4, Asas kemanfaatan tentang pelayanan darah menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan 13 Manfaat Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana asas kepastian hukum, keadilan hukum, dan kemanfaatan hukum diimplementasikan dalam sistem hukum suatu masyarakat 14 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana asas kemanfaat hukum diwujudkan dalam praktik hukum suatu masyarakat. Fokusnya adalah pada distribusi hak, kewajiban, dan sumber daya secara adil di tengah-tengah masyarakat dan menganalisis bagaimana asas kemanfaatan hukum tercermin dan diimplementasikan dalam sistem hukum suatu masyarakat. Hal ini melibatkan pemahaman tentang sejauh mana hukum memberikan pedoman yang jelas dan pasti bagi individu dan lembaga. 21 BAB2 PEMBAHASAN Asas kepastian hukum sas kepastian hukum adalah prinsip fundamental dalam sistem hukum yang menekankan kejelasan, keterbacaan, dan kepastian dari norma-norma hukum(Rahayu, 2022). Asas ini berperan penting dalam membentuk dasar hukum yang stabil dan dapat diandalkan, memberikan petunjuk yang jelas bagi individu, perusahaan, dan lembaga pemerintah dalam menjalankan Kehidupan schari-hari dan aktivitasnya. Asas kepastian hukum mencakup beberapa elemen kunci sebagai berikut: 1 Pertama, hukum harus ditulis dengan jelas dan dapat dimengerti oleh semua pihak yang terlibat. Kejelasan ini menciptakan standar yang setara bagi semua individu, meminimalkan risiko interpretasi ganda, dan meningkatkan prediktabilitas dalam menerapkan hukum. Keterbacaan hukum ini juga menjadi dasar untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang, sama terkait hak dan kewajiban mereka. sas kepastian hukum melibatkan penerapan hukum secara konsisten dan tanpa diskriminasi. Prinsip ini menjamin bahwa hukum diterapkan seragam kepada semua individu tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau pol Konsistensi ini membangun kepercayaan masyarakat tethadap sistem hukum dan menghindari ketidakpastian yang dapat muncul jika hukum diterapkan secara selektif. asas kepastian hukum menuntut adanya perlindungan terhadap hak-hak individu dan kepastian terkait tanggung jawab. Setiap orang harus memiliki akses yang setara terhadap keadilan dan jaminan perlindungan hukum. Hal ini mencakup hak untuk ‘mendapatkan informasi, hak untuk diproses secara adil, serta hak untuk membela diri. Dengan adanya kepastian hukum, masyarakat dapat memiliki keyakinan bahwa setiap tindakan hukum yang diambil akan didasarkan pada norma-norma yang jelas dan dapat dipahami. asas kepastian hukum berkaitan dengan keberlanjutan dan stabilitas hukum, Perubahan dalam hukum seharusnya tidak bersifat mendadak atau sewenang-wenang, Dalam hal ada perubahan, perubahan tersebut harus dilakukan dengan cermat dan transparan agar tidak menimbulkan kebingungan di masyarakat. Asas kepastian hukum juga memberikan kontribusi besar tethadap stabilitas sosial dan ekonomi suatu negara, Dengan adanya kepastian hukum, para pelaku usaha dapat ‘merencanakan investasi dan operasional mereka dengan lebih percaya diri karena mereka dapat memahami dan memprediksi dampak hukum terhadap kegiatan mereka, Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan_peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, asas kepastian hukum juga membentuk dasar bagi ‘supremasi hukum, di mana hukum menjadi otoritas tertinggi yang mengatur hubungan antara pemerintah dan warganegara. Dengan demikian, asas ini melindungi warga negara dari kebijakan sewenang-wenang dan tindakan arbitrer dari pihak berwenang. Penting juga untuk diakui bahwa asas kepastian hukum bersifat dinamis dan perlu beradaptasi dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, mekanisme yang memfasilitasi revisi hukum secara transparan dan partisipatif juga mendukung kelangsungan asas kepastian hukum itu sendiri. Dengan menjunjung tinggi asas kepastian hukum, sebuah negara dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya(Rahayu, 2022), 2.2. Asas keadilan hukum Asas keadilan hukum memainkan peran krusial dalam merinci dasar etika dan norma-norma yang membimbing penyelenggaraan sistem kesehatan dalam masyarakat. Pada intinya, asas ini menggarisbawahi perlunya memberikan perlakuan yang adil, setara, dan tanpa diskriminasi dalam penyediaan layanan Kesehatan serta perlindungan hak-hak Kesehatan bagi setiap individu, Implementasi asas keadilan hukum dalam konteks kesehatan mengandung sejumlah aspek kunei yang secara signifikan memengaruhi struktur dan operasional sistem kesehatan. Dalam pembahasan ini, distribusi sumber daya kesehatan menjadi pertimbangan utama. Prinsip keadilan hukum menekankan perlunya alokasi sumber daya kesehatan yang merata untuk ‘memastikan bahwa masyarakat memiliki akses setara terhadap layanan dan fasilitas kesehatan. Ini menghindarkan terjadinya ketidaksetaraan akses berdasarkan faktor-faktor seperti status ekonomi, geografis, atau sosial. Sebuah sistem kesehatan yang adil harus berusaha untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa memandang latar belakang atau karakteristik individu(Sururie, 2017), Perlindungan hak-hak pasien adalah dimensi penting dari asas keadilan hukum dalam konteks kesehatan, Hak-hak ini mencakup hak untuk mendapatkan informasi yang memadai ‘mengenai kondisi kesehatan dan pengobatan yang diberikan, hak untuk persetujuan yang dapat dimengerti sebelum tindakan medis dilakukan, dan hak untuk menjaga privasi medis. Dalam konteks ini, asas keadilan hukum menuntut perlakuan yang adil dan setara bagi semua pasien, tau status lainnya. tanpa memandang latar belakang sosial, ekonor Ketersediaan pelayanan keschatan primer yang merata menjadi tujuan nyata asas keadilan hukum. Prinsip ini menekankan pentingnya mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat, memastikan bahwa setiap individu memiliki akses mudah terhadap pemeriksaan keschatan, vaksinasi, dan penyuluhan kesehatan preventif. Ini tidak hanya berkontribusi pada keschatan individu, tetapi juga mendorong pembentukan masyarakat yang sadar akan Kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Asas keadilan hukum juga mencakup perlakuan yang setara dan adil terhadap masalah kesehatan mental. Ini mencerminkan pengakuan tethadap hak-hak individu yang mengalami masalah Kesehatan mental, termasuk hak untuk ‘mendapatkan perawatan dan dukungan yang setara dengan hak-hak individu yang mengalami masalah Kesehatan fisik. Memahami dan menanggapi kebutuhan kesehatan mental dengan penuh keadilan adalah langkah penting dalam menciptakan sistem kesehatan yang benar-benar inklusif. Penghapusan segala bentuk diskriminasi dalam layanan kesehatan menjadi komitmen yang tak terelakkan dalam asas keadilan hukum. Sistem kesehatan yang adil tidak boleh membedakan perlakuan berdasarkan jenis kelamin, etnis, status ekonomi, atau faktor diskriminatif lainnya. Keadilan hukum menuntut agar setiap individu diperlakukan dengan penuh martabat dan tanpa adanya disparitas dalam hak-hak dan perlakuan kesehatan yang diberikan, Kemudian partisipasi masyarakat menjadi elemen kunci dalam implementasi asas keadilan hukum dalam kesehatan. Prinsip ini mengakui hak masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan terkait Kesehatan, Partisipasi ini dapat_mencakup peran aktif masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program kesehatan, Dengan melibatkan masyarakat, sistem kesehatan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan riil mereka. Dengan demikian, asas keadilan hukum membentuk landasan yang kokoh untuk pembentukan sistem keschatan yang inklusif, adil, dan responsif. Implementasinya menciptakan lingkungan keschatan yang mendukung hak-hak individu, mendorong partisipasi aktif masyarakat, dan menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tanpa diskriminasi. Selain itu, prinsip ini juga memainkan peran kunci dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang kesehatan. 2.3. Asas kemanfaatan hukum ‘Asas kemanfaatan hukum memainkan peran krusial dalam pengembangan dan penerapan kebijakan kesehatan untuk mencapai manfaat maksimal bagi masyarakat. Dalam konteks keschatan, asas ini menjadi pijakan untuk menciptakan regulasi yang bertujuan melindungi, memelihara, dan meningkatkan keschatan masyarakat secara menyeluruh, Salah satu aspek kunci yang ditckankan oleh asas kemanfaatan hukum adalah perlindungan dan pemeliharaan keschatan masyarakat, Hukum dalam hal ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memberikan landasan bagi upaya preventif dan intervensi yang diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga keschatan masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan ini, sas kemanfaatan hukum juga menuntut adanya akses kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Kesehatan bukan hanya hak setiap individu, tetapi juga merupakan faktor kunci dalam menciptakan masyarakat yang produktif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, hukum perlu mengatur dan memastikan bahwa layanan Kesehatan tersedia secara merata, tanpa diskriminasi, sehingga setiap orang memiliki hak yang setara dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Regulasi terkait obat dan makanan juga menjadi fokus asas kemanfaatan hukum, Hukum harus memberikan dasar bagi pengawasan dan pengendalian tethadap obat-obatan dan makanan yang beredar di masyarakat. Hal ini mencakup penetapan standar kesehatan yang ketat untuk memastikan keamanan, kualitas, dan kepatuhan terhadap norma-norma yang berlaku. Dengan demikian, asas ini berkontribusi pada perlindungan onsumen dari risiko Kesehatan yang dapat timbul akibat konsumsi barang yang tidak ‘memenuhi standar yang ditetapkan, Ketahanan kesehatan masyarakat menjadi isu penting yang juga ditekankan oleh asas kemanfaatan hukum. Hukum perlu memberikan dasar bagi perencanaan dan implementasi kebijakan yang mendukung ketahanan kesehatan masyarakat, termasuk dalam menghadapi situasi darurat kesehatan. Dengan demikian, terbentuklah sistem yang mampu memberikan respons cepat dan efektif terhadap ancaman kesehatan masyarakat yang mendesak. Pendidikan kesehatan dan informasi publik juga menjadi bagian integral dari asas kemanfaatan hukum. Hukum harus mendorong adanya program-program edukasi kesehatan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan pola hidup yang mendukung keschatan, Informasi yang akurat dan mudah diakses oleh publik juga menjadi kunci untuk memberikan pengetahuan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan. Kerjasama lintas sektoral adalah unsur penting lainnya yang diakui oleh asas kemanfaatan hukum, Hukum harus menciptakan mekanisme yang mendukung kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Hal ini penting untuk mencapai sinergi dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, termasuk dalam hal promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan manajemen krisis kesehatan. 24 Asas Kemanfaatan Tentang Pelayanan Darah Menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan ‘Terakhir, pengaturan teknologi keschatan juga harus mencerminkan asas kemanfaatan hukum, Hukum perlu mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam bidang Kesehatan, memberikan arahan yang jelas tentang penggunaan dan pengembangan teknologi Kesehatan, Ini melibatkan pengaturan yang memastikan inovasi kesehatan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat, sambil tetap memperhatikan aspek Keamanan, etika, dan dampak jangka panjang. Dengan demikian, asas kemanfaatan hukum memiliki peran krusial dalam membentuk dasar hukum yang kokoh untuk mencapai kesehatan ‘masyarakat yang berkelanjutan, adil, dan berkeadilan, Melalui regulasi yang diarahkan oleh asas ini, diharapkan masyarakat dapat menikmati hak-hak kesehatan yang setara, perlindungan optimal, dan manfaat maksimal dari kemajuan dalam bidang kesehatan. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas asas kemanfaatan hukum dalam hal kaitannya dengan Undang-Undang No 17 Tahun 2023 tentang kesehatan pasal 116 ayat 1 dan 2 tentang pelayanan darah, Sebagaimana dalam pasal 116 ayat 1 donor darah dilakukan oleh Unit Pelayanan Darah (UPD) dan ayat 2 berbunyi Unit Pelayanan Darah (UPD) sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan Kesehatan dan/atau organisasi kemanusiaan yang tugas pokok dan fungsinya dibidang kepalangmerahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dalam kaitannya dengan asas kemanfaatan terdapat perubahan isi dari Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dimana Undang-Undang Kesehatan yang lama penyelenggara Unit Pelayanan Darah (UPD) dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dar/atau organisasi Palang Merah Indonesia, jadi terdapat perubahan dengan ditambahkannya fasilitas Kesehatan menjadi Unit Pelayanan Darah (UPD). Dalam praktek dilapangannya, akan banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari regulasi, partisipasi pendonor, distribusi, resiko transfusi, dan penunjang lainnya yang mempengaruhi perubahan kebijakan tersebut. Selama ini dengan Undang-Undang Kesehatan yang lama Undang-Undang No 36 Tahun 2009 sudah cukup baik, Walau dalam penerapannya banyak kekurangan disana sini, hal ini tidak terlepas dari kurang tepatnya regulasi, kebijakan, kesadaran pendonor, kurangnya edukasi manfaat donor, logistik, geografi dan faktor sosial serta ekonomi masyarakat Indonesia. Tentu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kesehatan yang baru diharapkan asas kemanfaatan tentang pelayanan donor darah bagi masyarakat jauh lebih menjawab kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik, hal ini sesuai amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, “Bahwa setiap orang bethak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan ‘mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan negara wajib menyediakannya”. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 3, “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Maka, diperlukan tambahan peraturan pemerintah dan peraturan Menteri Kesehatan untuk menegaskan tugas dan fungsi pokok dari masing-masing layanan keschatan pemerintah pusat, pemerintah daerah, fasilitas kesehatan dan/atau organisasi Kemanusiaan yang tugas pokok dan fungsinya dibidang kepalangmerahan. Sehingga dalam penerapannya menjadi jelas tugas pokok dan fungsinya yang mengedepankan asas kemanfaatan guna layanan kesehatan terbaik untuk masyarakat. Asas kemanfaatan hukum dalam konteks donor darah menegaskan pentingnya perlindungan, keamanan, dan kesejahteraan para donor, serta Kualitas dan keamanan produk darah yang dihasilkan, Regulasi yang diterapkan harus melibatkan standar ketat untuk memastikan proses donor darah berlangsung dengan aman dan tidak menimbulkan risiko kesehatan yang tidak perlu. Selain itu, hukum harus menciptakan kerangka kerja yang mendukung keadilan dalam distribusi darah, meminimalkan potensi penularan penyakit ‘melalui darah, dan mengatur insentif yang mendorong partisipasi donor. Pentingnya kesetaraan hak bagi para donor, termasuk hak atas informasi yang tepat dan perlindungan privasi, juga menjadi fokus dalam penerapan asas kemanfaatan hukum ini. BAB3 KESIMPULAN, Dalam konteks Kesehatan, asas keadilan, asas kemanfaatan, dan asas kepastian hukum ‘memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk kerangka kerja hukum yang adil, efektif, dan berkelanjutan, Asas Keadilan menekankan perlakuan yang setara bagi semua individu, ‘memastikan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan merata tanpa adanya diskriminasi. Hal ini menciptakan dasar untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang merata dan adil. Asas kkemanfaatan, sementara itu, menggarisbawahi perlunya hukum mendukung kebijakan dan regulasi yang memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Dalam konteks kesehatan, hal ini mencakup perlindungan kesehatan masyarakat, distribusi sumber daya kesehatan secara merata, dan pengaturan yang mendukung ketahanan kesehatan. Terakhir, asas kepastian hukum menjadi landasan bagi stabilitas dan prediktabilitas dalam sistem hukum Kesehatan, memberikan keyakinan kepada masyarakat, profesional kesehatan, dan pihak terkait lainnya. Keseluruhan, integrasi ketiga asas ini dapat membentuk lingkungan hukum yang mendukung upaya pencegahan, perlindungan, dan pemeliharaan kesehatan masyarakat secara holistik. DAFTAR PUSTAKA ‘Arifin, H. P. (2018), Politik Hukum Cagar Budaya Dalam Perlindungan Identitas Bangsa Indonesia. Veritas et Justitia, 4(2), 470-492. Gaumi, §. D. A., & Hartono, R. (2022). Analisa Hukum Sengketa Merek Dagang Geprek Bensu Berdasarkan Asas Kepastian Hukum (Studi Kasus Putusan No. 196/G/2020/PTUN-3KT). Jurnal Darma Agung, 30(2), 75-90. Kharlie, A. T, (2014). Modemisasi, tradisi, dan identitas: Praktik hukum keluarga Islam Indonesia. Studia Islamika, 18(1). Lukito, R. (2008). Hukum sakral dan kukum sekuler: Studi tentang konflik dan resolusi dalam sistem hukum Indonesia. Pustaka Alvabet. Maharani, 1. (2022). Peran Notaris Dalam Membuat Akta Hukum Sesuai Denagan Undang- Undang Jabatan Notaris Berdasarkan Teori Kemanfaatan. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 1(3), 962-969. Rahayu, A. S. (2022). Pengantar Pemerintahan Daerah: Kajian Teori, Hukum dan Aplikasinya. Sinar Grafika, Ridwan, I. H. J., & Sudrajat, M. H. A. S. (2020). Hukum administrasi Negara dan kebijakan pelayanan publik. Nuansa Cendekia. Sari, D. P. (2023). Jmplementasi Asas Kemanfaatan dan Asas Keadilan pada Penetapan Upah Minimun Kota (UMK) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan (Studi Kasus Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Surakarta Tahun 2022). Siombo, D. R. M.R. (2013). Hukum peritanan nasional dan internasional. Gramedia Pustaka Utama, Sururie, R. W. (2017). Isbat nikah terpadu sebagai solusi memperoleh hak identitas hukum. Ijtihad: Juenal Wacana Hukum Islam Dan Kemanusiaan, 17(1), 113. Zaidan, M. A. (2022). Menuju pembaruan hukum pidana. Sinat Grafika.

You might also like