You are on page 1of 6

ALERGI MAKANAN (Tingkat Kemampuan : 4) :

Alergi merupakan segala manifestasi klinis yang timbul akibat respon imunologis yang tidak
sesuai terhadap sesuatu yang umumnya tidak berbahaya. Sebagian besar reaksi alergi
diperantarai oleh IgE. Reaksi alergi bersifat konsisten (berapapun jumlah alergen, tetap
menunjukkan manifestasi klinis; kalau saat makan suatu jenis makanan dalam jumlah banyak
baru timbul manifestasi alergi artinya bukan alergi makanan melainkan intoleransi makanan)
dengan didahului oleh proses sensitisasi dan timbulnya tidak dapat diprediksi. Istilah alergi
makanan merupakan kondisi alergi yang dicetuskan oleh makanan.

Epidemiologi :

- Kejadian lebih banyak pada anak dibandingkan dengan dewasa


- > 170 jenis makanan yang teridentifikasi
- Penyebab tersering : peanut, tree nuts, fish, shellfish, milk, egg, wheat, soy, dan seeds
o Dewasa : milk, eggs, peanut, wheat, soy
o Anak : shellfish, peanuts, tree nuts, seafood

Patogenesis :  hipersensitivitas tipe 1

Dimulai dari adanya sensitisasi yaitu terbentuknya IgE terhadap alergen. Proses sensitisasi dapat
terjadi di bagian tubuh manapun. Alergen masuk ke dalam tubuh dan diterima oleh APC (antigen
presenting cells), tersering : sel denditrik. Sel dendritik kemudian akan bermigrasi ke lymph node
regional. MHC kelas II kemudian akan mempresentasikan alergen ke sel T naif. Sel T naif
dengan berbagai sumber IL-4 kemudian berubah menjadi sel T helper 2 yang selanjutnya akan
merangsang sel B menjadi sel plasma. Dengan adanya IL-4 dan IL-3, sel B akan membentuk sel
imunoglobulin E (switch class). IgE kemudian akan berikatan dengan sel mast.

Setelah berlangsung proses sesnistisasi sekian lama, apabila sel mast sudah jenuh oleh IgE maka
akan terjadi degranulasi yaitu pengeluaran histamin, dkk. Histamin memiliki reseptor di berbagai
macam organ tubuh yang apabila berikatan akan menimbulkan manifestasi klinis alergi.
Alergi makanan dapat juga diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE,
seperti :

- Pada trombositopenia akibat alergi susu sapi yang diperankan oleh reaksi antigen-
antibody dependant cytotoxic (reaksi hipersensitivitas tipe II)
- Reaksi kompleks antigen-antibodi (reaksi hipersensitivitas tipe III)
- Reaksi imunologis lain seperti terdapat anti IgA gliadin antibodi pada penyakit Celiac
- Reaksi hipersensitivitas tipe lambat (reaksi hipersensitivitas tipe IV) yang gejalanya
timbul setelah beberapa jam sampai hari kemudian dan sering memberikan gejala pada
saluran cerna

Manifestasi klinis :
- Kulit :  paling sering
o Urtikaria
o Angioedema
o Dermatitis atopi
- Saluran cerna :
o Muntah, diare
o Kolik
o Oral allergy syndrome
- Sistem respirasi :
o Rhinokonjungtivitis
o Asma (wheezing, batuk)
- Sistem kardiovaskular :
o Hipotensi
o Takikardia
o Tanda syok
- Sistemik :
o Anafilaksis  kalau melibatkan > 1 sistem

Bedakan dengan intoleransi makanan :

Penegakan diagnosis :

- Anamnesis
o Mengarah ke alergi makanan :
 Gejala yang cepat setelah paparan  bisa timbul dalam beberapa menit
sampai beberapa jam
 Multipel sistem organ (respirasi, gastrointestinal, kulit, kardiovaskular) 
dapat juga hanya terjadi pada 1 sistem
 Terjadi setiap kali terpajan makanan tersebut
 Jumlah alergen yang sedikit dapat menimbulkan gejala
 Merespon dengan terapi alergi
 Ada riwayat alergi di orang tua dan saudara kandung
o Kurang mengarah ke alergi makanan :
 Gejala yang timbul lama/lambat
 Hanya terjadi jika mengonsumis makanan tertentu dalam jumlah banyak
 Gejala muncul walaupun tidak mengonsumsi makanan/alergen
 Munculnya gejala tidak konsisten
 Gejala yang tidak khas
- Pemeriksaan fisis
- Pemeriksaan penunjang :
o Pemeriksaan IgE spesifik terhadap alergen makanan untuk menilai adanya
sensitisasi
 Tes kulit : skin prick test
 Pemeriksaan darah : serum spesifik IgE (IgE RAST (Radio Allergo
Sorbent Test)
o Uji eliminasi-provokasi (food challenges)  gold standard
 Jenis makanan yang diuji :
 Sebaiknya dihindari pemeriksaan panel makanan yang acak dan
banyak  disesuaikan dengan tuntutan anamnesis
 Umumnya tidak perlu melakukan pemeriksaan makanan yang
toleran
 DBPFC (Double Blind Placebo Controlled Food Challenge) :
 Uji provokasi dinyatakan positif jika gejala muncul kembali 
diagnosis ditegakkan
 Uji provokasi dinyatakan negatif bila tidak timbul gejala sampai 3
hari pasca provokasi
 Persiapan :
 Penghindaran makanan tersangka ≥ 2 minggu
 Penghindaran antihistamin
 Penghindaran bronkodilator, cropmolyn, nedocromil, dan steroid
inhalasi 6-12 jam sebelum provokasi dilakukan
 Pasien dipuasakan 2-3 jam sebelum provokasi dilakukan
 Dosis pertama harus lebih kecil dari dosis yang menyebabkan
gejala alergi (maksimal 400 mg)
 Dosis total 8-10 gram dalam bentuk kering
 Pasien harus diobservasi sampai 2 jam setelah diadakan provokasi

Tatalaksana :

- Penghindaran dari makanan yang dicurigai sebagai alergen


o Reaksi alergi makanan umumnya sangat spesifik untuk 1 jenis makanan
o Belajar membaca label makanan
o Harus diberikan anjuran sebagai pengganti makanan yang merupakan alergen
- Untuk reaksi tipe cepat tanpa anafilaksis :
o Antihistamin anak umumnya diberikan yang generasi 2
o Steroid jika diperlukan  kalau gejala amat berat, pemberian antihistamin tidak
adekuat
- Anafilaksis :
o Sesuai tatalaksana anafilaksis
o Epinefrin 0,01 mg/kgBB dalam larutan 1:1000 diberikan SC dapat diulang setelah
10-15 menit  rawat di UGD
- Desensitisasi dipertimbangkan untuk dilakukan apabila alergen susah dihindari. Proses
ini dilakukan pada makanan dengan jumlah yang sangat amat kecil secara bertahap
dengan tujuan menginduksi toleransi sehingga tidak membentuk IgE melainkan IgM dan
IgG.

You might also like