You are on page 1of 22

BAB I

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemampuan membaca merupakan satu dari empat kemampuan
berbahasa. Pentingnya kemampuan membaca dikuasai peserta didik,
karena kemampuan ini menjadi dasar untuk memahami semua
pembelajaran. Pembelajaran membaca disekolah dasar sesuai dengan
tahapan menurut kelompok kelas rendah dan kelas tinggi. Untuk siswa
kelas rendah tahapan membacanya adalah membaca permulaan.
Pembelajaran membaca di sekolah dasar dibagi menjadi dua bagian yaitu
salah satunya membaca pada tahapan permulaan yang dilatih di kelas I
Melalui pembelajaran tersebut diharapkan peserta didik bisa mengenal
huruf, suku kata, kata serta kalimat.
Pada era revolusi saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan
kualitas seorang. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki
ilmu pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih
dibandingkan orang yang tidak membaca atau sedikit membaca dan hanya
membaca bacaan tidak berkualitas. Membaca permulaan merupakan suatu
keterampilan yang mutlak harus dimiliki anak sejak dini karena dengan
membaca seorang anak dapat mengikuti pelajaran di sekolah, (Herlina,
2019) mengemukakan bahwa mengenai membaca permulaan yakni
kemampuan membaca yang dilatihkan secara terprogram pada anak
prasekolah. Program ini terdiri dari kata-kata yang bermakna dan diberikan
dengan cara yang menarik anak.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk memperluas
pengetahuan dan pengalaman serta untuk mempertajam penalaran untuk
meningkatkan diri seseorang. Apabila anak pada usia sekolah tidak segera
memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak
kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya. Kemampuan membaca dikelas rendah sangat berperan penting
sebagai pondasi atau dasar penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar
siswa. Jika pembelajaran membaca dikelas rendah tidak kuat, pada tahap
membaca lanjutan siswa akan sulit memiliki kemampuan membaca yang
memadai.
Membaca permulaan merupakan tahapan belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas rendah atau kelas awal yaitu kelas I dan II.
Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk dapat
membaca lanjut. Menurut Zuchdi dan Budiasih (2018:58) materi yang
diajarkan dalam membaca permulaan yakni, Lafal dan intonasi kata dan
kalimat sederhana, Kata-kata baru yang bermakna, menggunakan huruf-
huruf yang sudah dikenal Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan
kata baru.
Tujuan membaca permulaan adalah: 1) pembinaan dasar-dasar
mekanisme membaca, 2) mampu memahami dan menyuarakan kalimat
sederhana yang diucapakan dengan intonasi yang wajar, 3) membaca
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Menurut Abdul Jalil, Zuleha, &
Kusnandar (2020:7) mendefinisikan dengan suatu proses membina peserta
didik dimulai dari pengenalan huruf sebagai lambang bahasa, kemudian
bila peserta didik paham bisa dilanjutkan dengan pemahaman terhadap isi
bacaan. Hal tersebut menggambarkan bahwa membaca permulaan
diperlukan supaya siswa mampu memahami dan mengucapkan tulisan
dengan lafal dan intonasi yang jelas. Membaca permulaan dapat membantu
siswa dalam memahami suatu teks bacaan.
Diharapkan siswa mendapat informasi dari bacaan tersebut
sehingga menambah pengetahuan membaca permulaan pada siswa kelas 1
harus memdapat perhatian penuh dari guru. Pada tahap ini, siswa kelas 1
mulai mengenal huruf, bunyi, kata, suku kata, dan kalimat meskipun dalam
lingkup sederhana. Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar
mampu membaca. Ini sejalan dengan pendapat Enny Zubaidah (2013: 9),
mengemukakan pendapat bahwasannya aktivitas di dalam membaca
tersebut menekankan pada tahapan yaitu: pengenalan dan pengucapan
lambang-lambang bunyi berupa huruf, kata, serta kalimat yang masih
sangat sederhana untuk membaca permulaan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan
membaca siswa, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Di SDN
Bangkes 06 sendiri terdapat beberapa siswa yang kurang dalam
keterampilan membaca siswa karena kurangnya mendapat perhatian serta
pendidikan dasar dari orangtua terhadap siswa kelas 1 dikarenakan di Desa
Bangkes ini rata-rata pekerjaan orangtua bekerja diluar kota sehingga
pendampingan serta pendidikan dasar yang seharusnya anak dapatkan
sejak dini tentang mengenal abjad mereka belum menguasai. Motivasi dan
bahan bacaan, motivasi merupakan faktor yang cukup besar
mempengaruhi keterampilan membaca, apabila seseorang tidak memiliki
motivasi maka akan mengakibatkan enggan membaca, sedangkan yang
memiliki motivasi tinggi akan memiliki dorongan yang cukup kuat untuk
membaca.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil refleksi awal yang peneliti lakukan terlihat terdapat
beberapa permasalahan berkaitan dengan membaca permulaan pada siswa
kelas I SDN Bangkes 06 mengenai rendahnya kemampuan membaca
permulaan siswa, disebabkan karena kurangnya mendapat perhatian serta
pendidikan dasar dari orangtua terhadap siswa kelas 1 dikarenakan di Desa
Bangkes ini rata-rata pekerjaan orangtua bekerja diluar kota sehingga
pendampingan serta pendidikan dasar yang seharusnya anak dapatkan
sejak dini tentang mengenal abjad mereka belum menguasai. Motivasi dan
bahan bacaan, motivasi merupakan faktor yang cukup besar
mempengaruhi keterampilan membaca, apabila seseorang tidak memiliki
motivasi maka akan mengakibatkan enggan membaca, sedangkan yang
memiliki motivasi tinggi akan memiliki dorongan yang cukup kuat untuk
membaca. Siswa yang masuk pada kelas satu belum bisa membaca
seharusnya pada taman kanak-kanak siswa sudah diajarkan membaca,
sehingga guru kelas satu pada sekolah dasar kewalahan dalam
mengajarkan materi lain. Sehingga diperlukan suatu tindakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
Salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan adalah dengan menggunakan metode drill, metode
drill adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada
kegiatan latihan yang berulang-ulang secara terus menerus untuk
menguasai kemampuan atau keterampilan tertentu.
Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka menurut
(Sudjana,1995:86) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan
pemberian pengertian dasar.
2. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan
yang bersifat rutin dan otomatis.
3. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini
dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.
4. Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.
5. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat
menimbulkan motivasi belajar anak.
C. Alternatif Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu
mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah
cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada
waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau
membangkitkan. Menurut Hamdani (2022:273) “Metode drill merupakan
metode yang mengajarkan siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan agar
siswa memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi daripada
hal-hal yang telah dipelajari”.
Metode drill merupakan pemberian latihan secara berulang kepada
siswa agar memperoleh suatu keterampilan tertentu. Senada dengan
pendapat Syaiful Sagala (2021: 61), menguraikan pengertian metode drill
yakni suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kepada
siswa untuk memperoleh keterampilan, ketangkasan, kesempatan, dan
kecepatan. Keterampilan tersebut dapat dikuasai dengan adanya kebiasaan-
kebiasaan yang sudah terbangun pada siswa.
Berdasarkan pendapat Suyanto & Asep Jihad (2019: 131),
menjelaskan keterampilan-keterampilan apa saja yang dapat
dikembangkan melalui metode drill, diantaranya: keterampilan motorik
melalui penggunaan alat-alat musik, olahraga, kesenian, dan melatih
kecakapan mental. Melalui pengulangan yang diberikan, siswa akan
semakin menguasai keterampilan yang dipelajari.
Hampir sama dengan pendapat diatas. Metode drill sangat cocok
untuk mengembangkan keterampilan siswa baik fisik maupun mental.
Melalui latihan yang diulang suatu keterampilan dapat dikuasai setahap
demi setahap hingga keterampilan dapat dikuasai secara menyeluruh.
Berdasarkan berbagai pendapat berbagai ahli di atas, maka dapat
ditegaskan bahwa metode drill merupakan salah satu metode yang
dilakukan atau diterapkan dengan memberi latihan-latihan kepada peserta
didik dengan berulang- ulang hingga keterampilan tertentu dapat dikuasai.
Metode ini menekankan kepada kebiasaan yang diperoleh melalui Latihan
yang dilakukan sehingga penguasaan keterampilan tersebut semakin
berkembang dan akhirnya dapat dikuasai dengan baik.
Melalui metode drill diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa khususnya dalam membaca permulaan. Maka dalam penelitian ini
peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui
Metode Drill Siswa Kelas 1 di SDN Bangkes 06”. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode drill dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 di SDN
Bangkes 06”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Metode Drill Dalam Meningkatkan Kemampuan
membaca Siswa Kelas 1 di SDN Bangkes 06?
C. Tujuan Penelitian perbaikan pembelajaran
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
tujuannya untuk memperdalam pemahaman dan memperbaiki tindakan
dalam proses belajar mengajar. Arikunto (2021:3) menjelaskan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 SDN Bangkes 06 dengan menerapkan metode drill. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Bangkes 06 sebanyak 17 siswa
tahun pelajaran 2023/2024.
Prosedur penelitian ini sebagaimana lazimnya dalam penelitian
tindakan yaitu berbentuk siklus. Tiap siklus dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau
observasi dan refleksi. Hasil refleksi akan digunakan sebagai
pertimbangan dalam membuat rencana bagi siklus berikutnya jika ternyata
tindakan yang dilakukan belum berhasil, demikian seterusnya hingga
mencapai hasil yang ditetapkan. Secara prosedural tahapan di atas dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap pertama dalam melakukan penelitian yaitu diawali
dengan identifikasi masalah yang berkaitan dengan kesiapan
membaca permulaan, kemudian merumuskan masalah tersebut dan
dianalisis penyebab masalah itu terjadi. Pada tahap ini peneliti
menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode drill, membuat format observasi kemudian terakhir
evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti akan menjadi pelaksana dalam
penelitian ini. Peneliti akan melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun yaitu dengan menggunakan
metode drill untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa.

3. Tahap Observasi / Pengamatan


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan menggunakan instrumen data untuk
mengukur kesiapan membaca permulaan siswa melalui metode
drill.
4. Tahap Refleksi
Setelah semua data terkumpul, tahapan selanjutnya yaitu
analisis data yang dapat memberikan arahan perbaikan untuk siklus
selanjutnya. Tahap ini mengulas secara reflektif tentang perubahan
yang terjadi pada peserta didik, guru dan suasana kelas.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik persentase. Indikator
keberhasilan penelitian yaitu jika persentase kemampuan membaca permulaan
siswa lebih dari 75% maka penelitian dikatakan berhasil. Jika tidak penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
D. Manfaat Penelitian perbaikan pembelajaran

1) Bagi Peserta Didik

Dengan menggunakan (Metode Drill) akan meningkatkan


kemampuan membaca pada siswa. Sehingga anak akan merasa
semangat untuk belajar membaca. Dan tujuan pembelajaran yang
diberikan dapat tercapai secara optimal.
2) Bagi Guru

- Dapat memberikan tambahan referensi pengetahuan dan


pengalaman bagi para guru utamanya dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya perbaikan dalam
proses pembelajaran.

Dapat dijadikan dasar atau rujukan untuk dapat melakukan


Penelitian Tindakan Kelas yang lebih lanjut sebagai upaya untuk
melakukan perbaikan pembelajaran.
3) Bagi Sekolah

Dapat dijadikan salah satu media pembelajaran yang relevan untuk


siswa sekolah dasar khusunya kelas rendah sehingga dapat
meningkatkan kualitas guru dan sekolah.

4) Peneliti lain

Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan wawasan dan


ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya bagi
pendidik sekolah dasar, serta sebagai pedoman dalam penelitian
selanjutnya yang relevan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Membaca
Kemampuan membaca merupakan satu dari empat kemampuan berbahasa.
Pentingnya kemampuan membaca dikuasai peserta didik, karena kemampuan ini
menjadi dasar untuk memahami semua pembelajaran. Pembelajaran membaca
disekolah dasar sesuai dengan tahapan menurut kelompok kelas rendah dan kelas
tinggi. Untuk siswa kelas rendah tahapan membacanya adalah membaca
permulaan. Pembelajaran membaca di sekolah dasar dibagi menjadi dua bagian
yaitu salah satunya membaca pada tahapan permulaan yang dilatih di kelas I
Melalui pembelajaran tersebut diharapkan peserta didik bisa mengenal huruf,
suku kata, kata serta kalimat.
Pada era revolusi saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan
kualitas seorang. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu
pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang
yang tidak membaca atau sedikit membaca dan hanya membaca bacaan tidak
berkualitas. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan yang mutlak
harus dimiliki anak sejak dini karena dengan membaca seorang anak dapat
mengikuti pelajaran di sekolah, (Herlina, 2019) mengemukakan bahwa mengenai
membaca permulaan yakni kemampuan membaca yang dilatihkan secara
terprogram pada anak prasekolah. Program ini terdiri dari kata-kata yang
bermakna dan diberikan dengan cara yang menarik anak.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk memperluas pengetahuan
dan pengalaman serta untuk mempertajam penalaran untuk meningkatkan diri
seseorang. Apabila anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Kemampuan membaca
dikelas rendah sangat berperan penting sebagai pondasi atau dasar penentu
keberhasilan dalam kegiatan belajar siswa. Jika pembelajaran membaca dikelas
rendah tidak kuat, pada tahap membaca lanjutan siswa akan sulit memiliki
kemampuan membaca yang memadai.
Membaca permulaan merupakan tahapan belajar membaca bagi siswa
sekolah dasar kelas rendah atau kelas awal yaitu kelas I dan II. Tujuannya adalah
agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Menurut Zuchdi
dan Budiasih (2018:58) materi yang diajarkan dalam membaca permulaan yakni,
Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana, Kata-kata baru yang bermakna,
menggunakan huruf- huruf yang sudah dikenal Lafal dan intonasi kata yang
sudah dikenal dan kata baru.
Tujuan membaca permulaan adalah: 1) pembinaan dasar-dasar mekanisme
membaca, 2) mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang
diucapakan dengan intonasi yang wajar, 3) membaca kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat. Menurut Abdul Jalil, Zuleha, & Kusnandar (2020:7)
mendefinisikan dengan suatu proses membina peserta didik dimulai dari
pengenalan huruf sebagai lambang bahasa, kemudian bila peserta didik paham
bisa dilanjutkan dengan pemahaman terhadap isi bacaan. Hal tersebut
menggambarkan bahwa membaca permulaan diperlukan supaya siswa mampu
memahami dan mengucapkan tulisan dengan lafal dan intonasi yang jelas.
Membaca permulaan dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks
bacaan.
Diharapkan siswa mendapat informasi dari bacaan tersebut sehingga
menambah pengetahuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 harus
memdapat perhatian penuh dari guru. Pada tahap ini, siswa kelas 1 mulai
mengenal huruf, bunyi, kata, suku kata, dan kalimat meskipun dalam lingkup
sederhana. Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar mampu
membaca. Ini sejalan dengan pendapat Enny Zubaidah (2013: 9),
mengemukakan pendapat bahwasannya aktivitas di dalam membaca tersebut
menekankan pada tahapan yaitu: pengenalan dan pengucapan lambang-lambang
bunyi berupa huruf, kata, serta kalimat yang masih sangat sederhana untuk
membaca permulaan.
B. Metode Drill
Metode drill merupakan salah satu metode yang dilakukan atau diterapkan
dengan memberi latihan-latihan kepada peserta didik dengan berulang- ulang
hingga keterampilan tertentu dapat dikuasai. Metode ini menekankan kepada
kebiasaan yang diperoleh melalui Latihan yang dilakukan sehingga penguasaan
keterampilan tersebut semakin berkembang dan akhirnya dapat dikuasai dengan
baik. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas tujuannya untuk
memperdalam pemahaman dan memperbaiki tindakan dalam proses belajar
mengajar. Arikunto (2021:3) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan
membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Bangkes 06 dengan menerapkan metode
drill. Salah satu metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan adalah dengan menggunakan metode drill, metode drill
adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada kegiatan latihan
yang berulang-ulang secara terus menerus untuk menguasai kemampuan atau
keterampilan tertentu.
Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka menurut
(Sudjana,1995:86) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan
pemberian pengertian dasar.
2. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan
yang bersifat rutin dan otomatis.
3. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini
dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.
4. Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.
5. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat
menimbulkan motivasi belajar anak.
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Menurut Hamdani (2022:273) “Metode
drill merupakan metode yang mengajarkan siswa untuk melaksanakan kegiatan
latihan agar siswa memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi
daripada hal-hal yang telah dipelajari”.
Metode drill merupakan pemberian latihan secara berulang kepada siswa
agar memperoleh suatu keterampilan tertentu. Senada dengan pendapat Syaiful
Sagala (2021: 61), menguraikan pengertian metode drill yakni suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan kepada siswa untuk
memperoleh keterampilan, ketangkasan, kesempatan, dan kecepatan.
Keterampilan tersebut dapat dikuasai dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang
sudah terbangun pada siswa.
Berdasarkan pendapat Suyanto & Asep Jihad (2019: 131), menjelaskan
keterampilan-keterampilan apa saja yang dapat dikembangkan melalui
metode drill, diantaranya: keterampilan motorik melalui penggunaan alat-alat
musik, olahraga, kesenian, dan melatih kecakapan mental. Melalui pengulangan
yang diberikan, siswa akan semakin menguasai keterampilan yang dipelajari.
Hampir sama dengan pendapat diatas. Metode drill sangat cocok untuk
mengembangkan keterampilan siswa baik fisik maupun mental. Melalui latihan
yang diulang suatu keterampilan dapat dikuasai setahap demi setahap hingga
keterampilan dapat dikuasai secara menyeluruh. Berdasarkan berbagai pendapat
berbagai ahli di atas, maka dapat ditegaskan bahwa metode drill merupakan
salah satu metode yang dilakukan atau diterapkan dengan memberi latihan-
latihan kepada peserta didik dengan berulang- ulang hingga keterampilan
tertentu dapat dikuasai. Metode ini menekankan kepada kebiasaan yang
diperoleh melalui Latihan yang dilakukan sehingga penguasaan keterampilan
tersebut semakin berkembang dan akhirnya dapat dikuasai dengan baik. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Bangkes 06 sebanyak 17 siswa tahun
pelajaran 2023/2024.
Prosedur penelitian ini sebagaimana lazimnya dalam penelitian tindakan
yaitu berbentuk siklus. Tiap siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi.
Hasil refleksi akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat rencana
bagi siklus berikutnya jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil,
demikian seterusnya hingga mencapai hasil yang ditetapkan. Secara prosedural
tahapan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap pertama dalam melakukan penelitian yaitu diawali
dengan identifikasi masalah yang berkaitan dengan kesiapan
membaca permulaan, kemudian merumuskan masalah tersebut dan
dianalisis penyebab masalah itu terjadi. Pada tahap ini peneliti
menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode drill, membuat format observasi kemudian terakhir
evaluasi.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti akan menjadi pelaksana dalam
penelitian ini. Peneliti akan melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun yaitu dengan menggunakan metode
drill untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa.
3) Tahap Observasi / Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan menggunakan instrumen data untuk
mengukur kesiapan membaca permulaan siswa melalui metode
drill.
4) Tahap Refleksi
Setelah semua data terkumpul, tahapan selanjutnya yaitu
analisis data yang dapat memberikan arahan perbaikan untuk siklus
selanjutnya. Tahap ini mengulas secara reflektif tentang perubahan
yang terjadi pada peserta didik, guru dan suasana kelas.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik persentase. Indikator
keberhasilan penelitian yaitu jika persentase kemampuan membaca permulaan
siswa lebih dari 75% maka penelitian dikatakan berhasil. Jika tidak penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Identitas Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN Bagkes 06 Desa


Bangkes Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester 1
tahun pelajaran 2023 - 2024. Pengambilan data diambil dalam dua siklus
dan disesuaikan 6 dengan jadwal pelajaran di SD, rinciannya adalah
sebagai berikut:
 Siklus 1, dilaksanakan hari Rabu, tanggal 18 – 10 – 2023
 Siklus 2, dilaksanakan hari Selasa, tanggal 31 – 10 – 2023
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang penulis gunakan sebagai media penelitian
adalah Bahasa Indonesia sedangkan materi yang diambil sebagai
instrumen adalah membaca teks.
4. Kelas
Kelas yang dipilih dalam penelitian ini adalah Siswa kelas I Tahun
Pelajaran2023/2024.
5. Karakteristik Siswa
Kelas yang digunakan sebagai objek penelitian adalah kelas I yang
berjumlah 17 orang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

B. Deskripsi Per Siklus

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, guru diamati oleh


supervisor 1 dengan prosedur pembelajaran pelaksanaan penelitian
tindakan kelas yaitu melalui empat tahap meliputi (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.
C. Teknik Analisis Data

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan dalam siklus kesatu disusun berdasarkan


hasil observasi kegiatan pra siklus. Rancangan tindakan ini disusun
dengan beberapa cakupan, Membuat rencana pembelajaran pada
tahab ini dengan persetujuan serta pengarahan dosen pembimbing
dan didukung oleh kepala sekolah yang dilaksanakan pada hari rabu
18 Oktober 2023 di SDN Bangkes 06 hasilnya berupa rencana
pembelajaran yang akan ditampilkan dalam pembelajaran siklus 1.
1) Pelaksanaan
Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu 18
Oktober 2023 pukul 08.30 – 09.00 Wib di kelas I yang bertempat di SDN
Bangkes 06, dalam pelaksanaannya diamati oleh tim penilai dan
didukung oleh kepala sekolah. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran
bahasa Indonesia yang dapat dirancang sebagai berikut:
A. Persiapan
1) Guru memberikan pembelajaran membaca teks bahasa Indonesia,
tetapi bagi anak yang belum mampu membaca, akan diberi
perhatian serta pembinaan lebih khusus.
2) Guru menyiapkan:
a) RPP (Rencana program pembelajaran)
b) Buku baca menulis permulaan
c) LKS (lembar kerja siswa), berbagai gambar menarik benda-
benda disekitar siswa
B. Kegiatan Awal
1) Guru memperlihatkan beberapa gambar benda-benda yang menarik
diikuti tanya jawab untuk mengetahui kemampuan awal siswa
tentang hal-hal yang akan dipelajari.
2) Guru selalu menyampaikan motivasi manfaat membaca dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Kegiatan inti
1) Guru membaca teks di papan tulis, siswa disuruh untuk membaca
teks secra teks secara serentak (kalsikal).
2) Guru membuat kelompok untuk membaca.
3) Guru membimbing dalam membaca teks bagi siswa yang kurang
mampu secara individu serta bergantian( Metode Drill).
4) Bagi siswa yang lain dikasih tugas menulis teks bacaan tersebut
dibuku tulis.
D. Kegiatan Akhir
a) Guru memotivasi siswa untuk selalu membaca dirumah masing-
masing.
b) Guru memanggil salam.
E. Materi Pembelajaran
a. Membaca teks
F. Metode Pembelajaran
a. Simulasi, ceramah dan penugasan.
G. Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar
a. Buku siswa.
b. Buku Belajar Membaca dan Menulis, dan Buku Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
H. Penilaian
1) Mengenali serta Merangkai Huruf agar menjadi Suku Kata
1. Observasi.
Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan oleh observer yaitu
satu orang teman sejawat sesama guru. Hasil analisis menunjukkan
bahwa aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus I sudah baik. Hasil
tes kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus I dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 1. Kemampuan Membaca Siklus I
No Nama Nilai Kriteria
Siswa
1 Aina Talita Zahra 89 Tuntas
2 Amiliyatus Shalilah 85 Tuntas
3 Barik Hilman Solihin 69 Tidak Tuntas
4 Bilqis Layla Ramadhani 70 Tidak Tuntas
5 Dirga Ramadhan 75 Tuntas
6 Farah Kanza Nabila 80 Tuntas
7 Moh. Mirza Ukail 70 Tidak Tuntas
8 Moh. Sultan Nazirul Asrofi 85 Tuntas
9 Haikal Alim Al Manadif 70 Tidak Tuntas
10 Moh. Ulul Albab 68 Tidak Tuntas
11 Mohammad Putra Pratama 80 Tuntas
12 Muhammad Irza Pratama 67 Tidak Tuntas
13 Muahmmad Khairul Anugrah 86 Tuntas
14 Mutiara Hikmah 85 Tuntas
15 Safiratul Islamiyah 70 Tidak Tuntas
16 Samania Najma Lili 81 Tuntas
17 Siti Maulida 67 Tidak Tuntas

Data dalam tabel di atas terlihat kemampuan membaca siswa


sudah lebih baik dari hasil sebelumnya. Jumlah siswa yang tuntas
sudah 9 orang sedangkan yang tidak tuntas berjumlah 8 orang.
2. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang merupakan gambaran
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I,
secara keseluruhan aktivitas siswa berlangsung sudah baik.
Berdasarkan analisis kemampuan membaca permulaan siswa pada
siklus II diperoleh persentase ketuntasan yaitu sebesar 57%. Hasil ini
telah mengalami kenaikan dari siklus I, tetapi belum mencapai
indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sehingga
penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Prosedur Perbaikan Siklus II
1) Perencanaan
Membuat rencana pembelajaran pada tahab ini dengan persetujuan
serta pengarahan dosen pembimbing dan didukung oleh kepala sekolah
yang dilaksanakan pada hari rabu 31 Oktober 2023 di SDN Bangkes 06
hasilnya berupa rencana pembelajaran yang akan ditampilkan dalam
pembelajaran siklus II.
2) Pelaksanaan
Perbaikan Pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 31
Oktober 2023 pukul 08.30 – 09.00 Wib di kelas I yang bertempat di SDN
Bangkes 06, dalam pelaksanaannya diamati oleh tim penilai dan didukung
oleh kepala sekolah.
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus
sebelumnya. Peneliti melakukan perencanaan penyusunan RPP sesuai
dengan materi. Mempersiapkan instrumen penelitian yang dibutuhkan
yaitu lembar observasi aktivitas siswa, dan tes kemampuan membaca
permulaan, sesuai dengan tema atau materi pada siklus II.
B. Pelaksanaan
Pada siklus II penelitian dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
dan satu kali tes kemampuan membaca permulaan. Pada tahap ini,
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dan satu kali tes.
Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan tergambar di dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Langkah-langkah perbaikan
pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat dirancang sebagai berikut:
A. Persiapan
1) Guru memberikan pembelajaran agar siswa membaca teks
2) Guru menyiapkan:
a) RPP (Rencana program pembelajaran)
b) Buku baca menulis permulaan
c) LKS (lembar kerja siswa), berbagai gambar menarik benda-
benda disekitar siswa
B. Kegiatan Awal
1) Mengucap salam dan membaca doa
2) Guru memotivasi siswa untuk selalu membaca dirumah
3) Guru memperlihatkan beberapa gambar benda-benda yang menarik
pada buku
C. Kegiatan inti
1) Guru menulis teks di papan tulis, siswa disuruh untuk membaca
teks secra teks secara serentak (kalsikal).
2) Siswa dikasih pertanyaan apa saja kata yang ditunjuk Guru di
dalam gambar dan disuruh menulis ke papan tulis.
3) Guru membimbing dalam membaca teks bagi siswa yang kurang
mampu secara individu serta bergantian.
4) Bagi siswa yang lain dikasih tugas menulis teks bacaan tersebut
dibuku tulis.
D. Kegiatan Akhir
a) Guru memotivasi siswa untuk selalu membaca dirumah masing-
masing.
b) Guru mengucap salam.
E. Materi Pembelajaran
a. Membaca teks
F. Metode Pembelajaran
a. Simulasi, ceramah dan penugasan.
G. Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar
a. Buku Belajar Membaca dan Menulis, dan Buku Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
H. Penilaian
1) Merangkai serta dapat mengenali suku kata
1) Observasi.
Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan oleh supervisor
yaitu satu orang teman sejawat sesama guru Pada siklus II, aktivitas
siswa sudah berada pada kategori sangat baik. Siswa sudah sangat
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode drill. Hasil
analisis tes kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Kemampuan Membaca Siklus II
No Nama Nilai Kriteria
Siswa
1 Aina Talita Zahra 90 Tuntas
2 Amiliyatus Shalilah 80 Tuntas
3 Barik Hilman Solihin 85 Tuntas
4 Bilqis Layla Ramadhani 73 Tidak Tuntas
5 Dirga Ramadhan 75 Tuntas
6 Farah Kanza Nabila 80 Tuntas
7 Moh. Mirza Ukail 80 Tuntas
8 Moh. Sultan Nazirul Asrofi 75 Tuntas
9 Haikal Alim Al Manadif 75 Tuntas
10 Moh. Ulul Albab 72 Tidak Tuntas
11 Mohammad Putra Pratama 80 Tuntas
12 Muhammad Irza Pratama 65 Tidak Tuntas
13 Muahmmad Khairul Anugrah 80 Tuntas
14 Mutiara Hikmah 85 Tuntas
15 Safiratul Islamiyah 74 Tidak Tuntas
16 Samania Najma Lili 75 Tuntas
17 Siti Maulida 83 Tuntas
Data dalam tabel di atas terlihat kemampuan membaca permulaan
siswa sudah sangat baik dari hasil siklus I . Jumlah siswa yang tuntas
sudah 13 orang sedangkan yang tidak tuntas hanya berjumlah 4 orang.
2) Refleksi
Hasil observasi pada saat siklus II berlangsung pada setiap
pertemuan aktivitas siswa selama proses pembelajaran sudah sangat
baik. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa pada
siklus II diperoleh persentase ketuntasan yaitu sebesar 87%. Hasil ini
telah mengalami kenaikan dari siklus I dan telah mencapai indikator
keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Karena indikator
keberhasilan sudah tercapai yaitu persentase ketuntasan sudah 87%
dari standar yang ditetapkan >75% maka penelitian berhenti sampai
siklus II.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Penulis
mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini. Hal
ini dilakukan agar hasil penelitian lebih objektif dan dapat dipertanggung
jawabkan. Pada tahap pengumpulan data ini penulis menggunakan
beberapa instrumen yang nantinya digunakan untuk mengumpulkan
data-data penelitian yang diinginkan. Instrumen-instrumen ini berupa
lembar observasi dan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

You might also like