You are on page 1of 91

PENGARUH.GUIDED.DISCOVERY.LEARNING..DAN..

SELF
REGULATED..LEARNING .TERHADAP..HASIL..BELAJAR .MATA
PELAJARAN..IPS..PADA. SISWA KELAS VI DI..SDN. SEPANJANG 1
DAN
SDN TROSOBO 2 TAMAN SIDOARJO

BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Ilmu sosial dan konsep pendidikan Indonesia sebagian besar dipengaruhi

oleh ilmu sosial Amerika. Ini karena kami percaya bahwa AmerikaaSerikat

adalah.negara dengan pengalaman.panjang.dan.reputasi akademissyanggpenting

di bidanggini. National Council for the Social Studies (NCSS) adalah lembaga

yang mewadahi dan mendukung gagasan tentang IPS melalui karya -karya

maupun penelitian akademis yang disusun oleh para pakar sosial . Karya - karya

akademis tersebut akhirnya ikut mempengaruhi perkembangan paradigma IPS di

Indonesia pada Triwarsa terakhir.

Ilmu“Sosial (IPS)”bukanlah suatuudisiplin ilmu,,melainkan

suatuuprogram pengajarannatau disiplin yang mempelajariikehidupan.sosial.

Dengan materi pembelajarannya memadukan ilmu-ilmu,sosial

(sejarah,geografi,ekonomi.dan sosiologic) dan humanisme (norma,,nilai,,bahasa)

Walaupun sebenarnya ilmu sosial itu sendiri telah melekat pada seseorang,

namun masih siswa masih membutuhkan pembelajaran tentang ilmu sosial. Hal

ini disebabkan karena permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat terus


menerus mengalami perkembangan maka diperlukan pendidikan formal,

khususnya pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sekolah.

Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk "menjadikan siswa menjadi

warga negara yang baik dengan pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial

yang baik. Pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial ini bermanfaat bagi

diri mereka sendiri dan bagi masyarakat dan negara.". Untuk mencapai tujuan

tersebut proses pembelajaran. penelitian. sosial .tidak .hanya .menekankan pada

aspek pengetahuan (kognisi) dan keterampilan (psikomotorik), tetapi juga

mencakup aspek moral (emosional) kehidupan dan realisasi kehidupan, yang sarat

dengan masalah, tantangan, rintangan dan persaingan. Melalui penelitian dan

pendidikan sosial, peserta didik dibina dan dikembangkan bakat intelektualnya

sehingga menjadi warga negara yang terampil dan bertanggung jawab secara

sosial sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Guru IPS SD

perlu memiliki wawasan tentang tujuan dan arahan yang harus diperhatikan saat

menulis materi pembelajaran

Tahun 2020 adalah sebuah babak baru dalam perjalanan panjang

pendidikan negeri Indonesia, di mana dunia pendidikan mengalami reformasi

besar-besaran dengan dikeluarkannya kurikulum yang baru yang disebut

Kurikulum Darurat. Pemerintah melalui Kementerian.Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:719/P/2020.tentang Pedoman

Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan

pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang sesuai


dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Dalam peraturan tersebut pihak

sekolah pada umumnya dapat fleksibel untuk memilih kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan pembelajaran siswa, sedangkan untuk guru pada khususnya

juga dapat memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

pandemi sehingga pelajaran dapat tersampaikan secara maksimal dan tetap efektif

terhadap siswa. Pandemi COVID 19 memberikan efek yang sangat besar terhadap

siswa, karena siswa hanya mendapat pelajaran melai media daring (dalam

jaringan), luring (luar jaringan) dan tidak bisa melaksanakan tatap muka di

sekolah. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk dapat memahami secara mandiri

(self) maupun terbimbing (guided) jarak jauh setiap materi yang diberikan

memalui media daring dan luring.

“Berdasarkan Studi pendahuluan dengan peserta didik yang dilakukan

berulang – ulang dan terstruktur dapat disimpulkan bahwa dalam belajar IPS

peserta didik masih banyak mengalami kesulitan bahkan masih banyak siswa yang

mendapat nilai dibawah KKM. Sehingga perlu adanya akselerasi metode -

metode pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran IPS dapat diterima

dengan mudah, utuh dan tuntas.

Banyak sekali aspek-aspek yang mempengaruhi baik dan buruknya hasil

belajar siswa . Hal ini Selaras dengan pendapat Daryanto dan Muljo Rahardjo

(2012:212) yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar peserta didik

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik dibagi menjadi dua yaitu faktor psikologis dan fisiologis, sedangkan
faktor dari luar diri peserta didik meliputi lingkungan sekitar, guru, faktor sosial,

metode pembelajaran, dll.”

Adapun salah satu aspek yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah cara belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajar masing-masing dalam

menenerima pembelajaran yang diajarkan oleh pendidik. Carol Ann Tomlinson,

dkk (2003:129) menyampaikan bahwa “Profil pembelajaran merujuk pada model

pembelajaran yang disukai siswa dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk

gaya belajar itu sendiri ”. dalam hal ini pendidik perlu melakukan pendekatan-

pendekatan terhadap setiap siswa mengenai perbedaan-perbedaan yang ada pada

diri masing-masing siswa.

“Model pembelajaran Guided Discovery adalah “metode pembelajaran

yang melibatkan suatu dialog/interaksi antara siswa dan guru dimana siswa

mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang

dilakukan oleh guru”. Pernyataan yang dipaparkan dalam tulisan tentang

pengertian model pembelajaran terbimbing senada dengan tulisan yang

dikemukakan oleh Melani, Harlita dan Sugiharo (2012, hlm. 99), siswa harus

membangun opininya sendiri untuk menggali informasi sehingga pemahaman

yang didapatkan lebih melekat pada diri siswa. Menurut opini dari beberapa

pakar pada bidang pendidikan , peneliti menggaris bawahi jika pembelajaran

penemuan terbimbing adalah sebuah model pembelajaran yang dimana siswa

membuat aturan dalam melaksanakan belajar, artinya jika siswa menemukan

permasalahan yang terjadi maka siswa harus mecahkan masalah tersebut dengan
pemahamannya sendiri. Tetapi dalam pelaksanaannya siswa tetap membutuhkan

guru dan pembimbing sebagai fasilitator Markaban (2008, hlm. 11).

Bandura (1977), menyatakan bahwa self-regulated learning merupakan

upaya untuk memperdalam.dan.memanipulasi jaringan asosiasi dalam.bidang

tertentu (tanpa membatasi konten akademik), serta untuk memantau dan

meningkatkan proses yang mendalam. Pembelajaran yang diatur sendiri mengacu

pada perencanaan dan pemantauan yang cermat terhadap proses.kognitif dan

emosional yanggterkait dalam penyelesaian tugas akademik. SRL menghargai

kemampuan individu untuk mempelajari pengaturan diri, disiplin dan

pengendalian diri, terutama ketika menghadapi tugas-tugassyang sangat sulit. Di

lain sisi, SRL menekankan.pentingnya.inisiatif, karena self regulated learning

merupakan proses pembelajaran yang aktif. Siswa dalam mencapai tujuannya

mereka harus aktif dalam menggunakan pikiran,pemahaman serta strategi dan

perilaku (Zimmerman, 2002). Pembelajaran mandiri memiliki aturan pribadi

dalam mengelola kegiatan belajar. (Zimmerman (Zimmerman, 1999) menjelaskan

bahwa self regulated learning memiliki dimensi yaitu: motivasi (motivation),

metode (method), hasil kerja (result), dan kondisi lingkungan social (social

environment ). (Smith, 2001) menyatakan bahwa manajemen pembelajaran

mandiri, melalui antusiasme siswa untuk mengambil.tindakan dan bertanggung

jawab.atas aktivitas yang dilakukan..dalam proses belajar

Berdasarkan studi kasus diatas adalah alasan peneliti ingin mengambil

judul bagaimanakah “PENGARUH GUIDED DISCOVERY LEARNING DAN


SELF- REGULATED LEARNING TERHADAP.HASIL BELAJAR MATA.

PELAJARAN.IPS PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR”

b. “.Rumusan Masalah”

Berdasarkan lingkup penelitian yang telah ditetapkan maka masalah yang

melandasi adalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh guided discovery learning terhadap hasil belajar

mata pelajaran IPS kelas VI SD ?

2. Adakah pengaruh self regulated learning terhadap hasil belajar mata

pelajaran IPS kelas VI SD ?

3. Adakah pengaruh interaksi guided discovery learning dan self

regulated learning terhadap terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS

kelas VI SD ?

c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:
1. Menganalisis signifikansi Pengaruh metode pembelajaran guide

discovery learning terhadap prestasi mata pelajaran IPS kelas VI

2. Menganalisis signifikansi pengaruh metode self regulated learning

terhadap prestasi mata pelajaran IPS kelas VI “

3. Menganalisis signifikansi pengaruh secara berganda antara metode

pembelajaran guided discovery learning dan self-regulated learning

terhadapphasil mata pelajaran IPS kelas VI di SDN Sepanjang 1 dan

SDN Trosobo 2 Taman Sidoarjo.

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Adapun manfaat yanga akan didapat adalah keranka pemikiran

tentang ilmu pengetahuan sosia dan metode pembelajaran guided-

discovey learning dan self- regulated Learning . diharapkan memlaui

penelitian ini dapat memberikan ide serta masukan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan social

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Guru

1. Dari penelitian ini Diharapkan dapat memberikan wawasan dalam

untuk mengembangkan proses belajar mengajar tentang ilmu

pengetahuan social
2. Dengan penelitian ini dapat memberikan ide untuk melih metode

pembelajaran yang efektif dala proses belajar mengajar khususnya

pada pelajaran IPS dengan topik tema peran Indonesia di ASEAN

dalam bidang ekonomi.

b. Bagi Siswa

1. Siswa dapat mengembahkan pengetahuan , pemahaman, motivasi

dan potensi diri yang dimiki

2. Siswa dapat lebih kreatif dalam belajar.

c. Bagi Sekolah

Harapan dari hasil penelitian adalah supaya SDN Sepanjang 1

Taman dan SDN Trosobo 2 Taman Sidoarjo dapat lebih meningkatkan

penggunaan model guided discovey learning dan self regulated Learning

pada metode yang akan diajarkan pada siswa.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memperdalam ilmu

pengetahuan tentang bagaimana cara nya untuk meningkatkan hasil


belajar siswa khususnya di bidang ilmu pengetahuan social pada kelas VI

SDN Sepanjang 1 dan SDN Trosobo 2 Taman Sidoarjo

e. Asumsi

Menurut Mugh's Sugiyono (2006: 82). Tahir (2011: 24) hipotesis

merupakan pernyataan yang benar tanpa bukti. Hipotesis dapat diartikan

sebagai tanggapan. Dalam penelitian hipotesis digunakan sebagai hipotesis

dasar, yaitu hal-hal yang dianggap nyata tanpa peneliti terlebih dahulu

membuktikan keasliannya. Dalam penelitian ilmiah, peneliti harus

memberikan asumsi tentang letak masalah, karena asumsi tersebut akan

menjadi dasar teori dalam laporan penelitian. Hipotesis merupakan titik

awal pemikiran peneliti dalam menerima kebenarannya.

Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian di atas, maka

beberapa hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis

penelitian berdasarkan penerapan model “pembelajaran penemuan

terbimbing” dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. .

Dalam hal mode pembelajaran, diharapkan siswa dapat : 1) mampu

mengungkapkan pendapatnya; 2) menghargai pendapat teman; 3)

mengemukakan pendapat; 4) siswa dapat berfikir secara kritis; 5) siswa

mampun unti beriteraksi secara positi dengan temannya


BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kajian tentang Model Pembelajaran

a. Hakikat Model dan Metode pembelajaran

“Corey (Sagala, 2010:61) menuliskan dalam penelitiannya bahwa hakekat

model; dan metode pembelajaran adalah ” suatu proses di mana lingkungan

seseorang dengan sengaja dikelola sehingga ia dapat berpartisipasi dalam perilaku

tertentu atau bereaksi terhadap situasi tertentu dalam kondisi khusus”. Hal ini

dilakukan karena lingkungan memgang fungsi yang penting dalam proses

pembelajaransehingga harus diatur dengan baik dan sistematis . Konsisten

terhadap penyataan Sagala (2010: 61), unsur utama dalam menentukan berhasil

atau tidaknya pendidikan ditentukan oleh penggunaan teori-teori maupun metode

yang digunakan siswa.

“Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 mengenai

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah", menjelaskan

bahwa: “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu

direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi. Pelaksanaan pembelajaran

merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.”.”


Rancangan model pembelajaran adalah rencana yang dapat digunakan

untuk merencanakan pembelajaran. Adapun model pembelajaran berfokus dengan

metode pembelajaran yang akan digunakan yang meliputi tujuan pembelajaran,

tahapan kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar dan pengelolaan kelas Trianto

(2010: 51)

Sementara itu, menurut Djamarah, metode pembelajaran SB. (2006: 46)

"Sebuah metode untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya".

Dalam kegiatan mengajar, guru perlu menggunakan metode ini agar dapat

mengubah metode penggunaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

selesai pembelajaran.

Menurut konsep pembelajaran, metode pembelajaran yaitu model

pembelajaran adalah suatu proses atau cara sistematis yang dapat digunakan untuk

memandu terwujudnya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan

metode proses yang dipakai dalam hubungan antara siswa dengan guru demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Unsur-Unsur Model Pembelajaran

(Hamzah B. Uno. 2009: 9) menyatakan bahwa “Tidak ada suatu model

pembelajaran yang dapat memberiakan resep paling ampuh untuk

mengembangkan suatu program pembelajaran”. Berdasarkan hal tersebut , model

pembelajaran harus ditentukan sesuai dengan kapasitas pendidik dalam penerapan

bahan ajar yang diberikan. Oleh karena itu pendekatan , strategi, metode, teknik

bahkan strategi pembelajaran tersebut dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh,
maka akan .terbentuk model pembelajaran yang diinginkan . Menurut Joyce dan

Will dalam "I Wayan Santyasa" (2007: 7) menyatakan bahwa model pembelajaran

harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tata bahasa, langkah-langkah pengoperasian pembelajaran

2. Suasana dan norma sistem sosial yang berlaku untuk pembelajaran

3. Asas tanggapan hendaknya menjelaskan bagaimana guru hendaknya

memperlakukan dan menanggapi siswa

4. Sistem pendukung untuk semua materi, alat atau lingkungan belajar

yang digunakan untuk mendukung pembelajaran

5. Menurut hasil belajar yang didapat langsung dari sasaran sasaran

(teaching effect) dan hasil belajar di luar sasaran (narator effect)

2. Kajian tentang Model Pembelajaran Guided Discovery Learning (GDL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Guided Discovery Learning (GDL)

Model pembelajaran yaitu rencana yang digunakan sebagai pedoman

untuk merencanakan proses belajar mengajar di kelas. Suprijono (2013, hlm 46)

menyatakan bahwa, “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”.

Suryosubroto (2009, hlm. 178) menjelaskan hal-hal berikut: model

Penemuan terbimbing dijelaskan seperti proses pembelajaran yang menekankan

pada materi pembelajaran, personal, pemanipulasian sebuah ojek


dan”.“eksperimensebelum digeneralisasikan. Guru tidak akan menjelaskan dengan

kata-kata sampai siswa menyadari pemahamannya.

Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204) meyakini bahwa model pembelajaran

discovery diklasifikasikan menjadi dua macam. Yang pertama adalah model

pembelajaran murni, dan yang kedua adalah model pembelajaran penemuan

terbimbing.

Markaban (2008, hlm. 11) menyatakan bahwa , “Model pembelajaran

Guided Discovery adalah metode pembelajaran yang melibatkan suatu

dialog/interaksi antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang

diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang dilakukan oleh guru”.

Pandangan Markaban tentang model "pembelajaran penemuan terbimbing" sama

dengan pandangan Melani, Harlita, dan Sugiharo (2012, hlm. 99)., ” siswa harus

membangun opininya sendiri untuk menggali informasi sehingga pemahaman

yang didapatkan lebih melekat pada diri siswa

Berdasarkan penilaian para pakar di atas, peneliti menggaris bawahi

bahwa model "pembelajaran penemuan terbimbing” adalah model pembelajaran

yang digunakan agar siswa beradaptasi secara efektif dan mandiri untuk

menemukan ide atau spekulasi, pemahaman dan pemecahan masalah. Interaksi

model ini membutuhkan pendidik sebagai fasilitator dan guru. Besaran bantuan

yang diberikan oleh fasilitator tidak mempengaruhi penemuan siswa.”


b. Tahap Pembelajaran Guided Discovery Learning (GDL)

Dalam siklus pembelajaran penting dilakukan langkah-langkah yang benar

agar pembelajaran dapat berjalan dengan ideal. Langkah-langkah pembelajaran

yang tepat juga sangat menentukan pencapaian model pembelajaran tersebut.

Suhana (2010, hlm. 77), menyatakan bahwa Guided Discovery Learning

adalah “pelaksanaan ini dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai

pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik

kesimpulan yang diharapkan.

Suryosubroto (2009, hlm.184) menyatakan bahwa untuk tahapan

penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :

a. mengidentifikasi apasaja yang dibutuhkan siswa

b. Pemilihan awal prinsip dan pemahaman yang akan dipelajari..

c. memilih dan menyeleksi materi ajar serta masalah-masalah siswa

d. membimbing dalam mengatasi :

1) masalah-masalah yang dihadapi siswa.

2) fungsi dari setiap siswa.

e. Mensetting kelas serta pengidentifikasian alat- alat yang dibutuhkan .

f. menevaluasi pemahaman siswa terkait penugasan.

g. siswa harus diberikan kesempatan untuk dapat melakukan penemuannya

sendiri .
h. Jika siswa membutuhkan, kita dapat membantu siswa mendapatkan

informasi / data

i. Memberikan pertanyaan yang mengarah pada pemahaman mandiri siswa

dalam mengidentifikasi proses .

j. Memberikan rangsangan agar interaksi antar siswa dapat terjalin.

k. Memberikan dorongan agar siswa rajin dalam mengekploari pemahaman

penemuan secara mandiri .

l. Memberikan bantuan agar siswa menemukan prinsip-prinsip umum

terhadap hasil yang didapatkan.

Bruner (dalam Winataputra, 2008, hlm. 3.19) mengemukakan bahwa,

langkah-langkah model penemuan terbimbing , yaitu;

1.memberikan rangsangan atau stimulus

2. mengelompokkan permasalahan

3.mengumpulkan data

4. mengolah data yang telah ditentukan

5. pemverifikasian

6. menyama ratakan

“Berdasarkan pendapat para pakar maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:”
“a) Rangsangan

b) Ternyataan terhadap masalah

c) basis data

d) Pengolahan,data

e) Hasil.pemeriksaan (mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis)

f) Pembuatan.kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Guided Discovery Learning (GDL)

Menurut Hosnan (2014, p.287), keunggulan model "pembelajaran

penemuan terbimbing" adalah.sebagai.berikut:

1) memberikan bantuan siswa agar dapat meningkatkan kemapuan dan

pemahaman secara koknitif.

2) Pengetahuan yang didapatkan dari metode ini sangat khusus dan kuat

karena dapat meningkatkan pemahaman dan memori otak.

3) siswa dapat lebih mudah memecahkan masalah

4) Membantu.siswa untuk meningkatkan konsep dirinya, karena mereka

percaya diri dalam bekerja sama dengan orang lain.

5) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif.

6) Mendorong siswa untuk memikirkan tentang intuisi.dan mengemukakan

hipotesis.mereka.sendiri secara mandiri.


7) siswa dapat terlatih dalam oembelajaran mandiri

8).Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar akan lebih aktif karean

menggunakan pengetahuan dan pemahamannya secara mandiri untuk

menyelesaikan sebuah masalah

menurut Hosnan (2014, hlm. 287)yang menulis bahwa kelemahan

dari.model Guided-Discovery Learning adalah sebagai berikut:

1) waaktu akan banyak terbuang karena harus keluar dari kebiasaan

mengajar dengan s.stem konvensional

2) terbatasnya pemikiran rasional pada beberapa siswa

3) metode pembelajaran ini tidak semua siswa dapat mengikutinya

3. Kajian tentang Model.Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Self Regulated Learning (SRL)

(Zimmerman, 2004) mengemukakan pendapatnya bahwa self regulated

learning biasanya diartikan sama dengan pembelajaran mandiri. Kemandirian ini

mengedepankan kegiatan belajar yang bertanggung jawab guna memperoleh hasil

belajar yang lebih baik. Pembelajaran yang diatur sendiri adalah upaya pribadi

yang sistematis untuk memfokuskan.pikiran.perasaan, dan perilaku dalam

memperoleh tujuan yang diinginkan. Keberhasilan belajar seseorang bergantung

pada dua aspek yaitu intern dan ekstern, karena belajar tidak hanya dikendalikan

oleh aspek eksternal, tetapi juga dikendalikan oleh aspek pengaturan diri internal
(Chung, 2011). Pembelajaran yang diatur sendiri adalah kemampuan siwa untuk

berpartisipasi aktif dalam proses.pembelajaran

Salah satu bagiandari self regulated learning adalah mengatur upaya

yangg erat kaitannya dengan hasil belajar, dan merujuk pada motivasi siswa untuk

memperoleh sumber.daya,tenaga.dan.waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas

akademik yang..penting (Wolters, 2003). Manajemen diri sebagai bentuk

pembelajaran berpijak pada minat belajar.mereka, secara mandiri (mandiri)

mengembangkan ukuran (kognisi, metakognisi dan perilaku) dan memantau

perkembanga belajar (Baumert, 2002). Pembelajaran mandiri sangat penting bagi

setiap siswa, karena belajar mandiri dapat menjadi faktor penentu keberhasilan

belajar siswa.

“Corno dan Mandinah (1983).Hargis (http://www.jhargis.co/) dan Kerlin

(1992) mendefinisikan SRL.sebagai pendalaman dan manipulasi jaringan terkait

di bidang tertentu, dan mengawasi dan meningkatkan proses pendalaman terkait.

SRL adalah proses yang dirancang dengan cermat untuk memantau proses

kognitip dan emotional saat menyelesaikan.tugas.akademik. Dalam hal ini, SRL

sendiri bukanlah jenis kemampuan.mental atau.kemampuan akademis tertentu.

(seperti kefasihan membaca), melainkan proses mandiri yang mengubah

kemampuan mental menjadi keterampilan akademis tertentu.(Hargis, http: // www

.jhargis. bersama).”

Merujuk pad pernyataan Corno dan Mandinach.(1983), Kerlin (1992) yang

mengelompokkan self-regulated learning dalam dua bagian yaitu.:


(1) proses pencapaian informasi, proses transformasi informasi, proses

pemantauan, dan proses perancangan, serta

(2) proses kontrol metakognitif.

Agak berbeda dengan definisi Corno dan Mandinach (1983), Bandura

(Hargies, http://www.jhargis.co/).mendefinisikan SRL sebagai.kemampuan untuk

memantau perilaku dirisendiri dan merupakan.kerja keras dari kepribadian

manusia. Selain itu, Bandura juga memberikan pendapat menjadi tiga langkah

untuk menerapkan.SRL, yaitu:

(.1) Mengawasi dan.Mengamati diri.secara mandiri

(.2) Memposisikan dirisendiri dengan.standar.tertentu

(3) Merespon diri sendiri secara mandiri

Metode .Self Regulated Learning mencakup kegiatan berikut:

penilaian.diri, organisasi dan transformasi, memilih.tujuan.dan desain,

menemukan informasi, merekam dan memantau, menyusun dampak terhadap

lingkungan, menemukan konsekuensi sendiri, pengulangan dan ingatan,

mencari.bantuan.sosial dan melihat catatan. .Mengenai SRL, Hargies

(http://www.jhargis.co/) menulis bahwa siswa menunjukkan SRL yang tinggi saat

mempelajari sainss melalui.internet, dan nilai sains siswa akan meningkat setelah

belajar. Menurut Yang.(Hargis, http:/www.jhargis.co/) menyatakan bahwa siswa

yang kemempuan self-regulated yang tinggi:


(1) Mereka lebih bisa belajar dengan baik di bawah pengawasan mereka

sendiri daripada di bawah pengawasan rencana,

(2) Kemampuan untuk memantau secara efektif, mengevaluasi dan

mengatur pembelajaran mereka;

(3) dapat menyelesaikan tugas tepat waktu

(4) dapat mengelola waktu belajar lebih efektif dan efisien

b. Tahap Pembelajaran Self.Regulated Learning (SRL)

Berdasarkan sudut pandang kognisi sosial.Zimmerman, proses

pengaturan diri dibagi menjadi tiga tahap siklus: tahap perencanaan,

implementasi, dan tahap evaluasi. .Ketiga tahapan ini adalah alur proses

belajar mandiri.

Tahap perencanaan melibatkan proses.yang.berpengaruh sebelum

tindakan diambil, dan proses menentukan fase pencapaian tujuan yang

ditetapkan. Fase performance or volitional control mencakup banyak proses,

di mana individu akan berusaha dalam meraih tujuan yang ditetapkan.pada

tahap.sebelumnya. dalam waktu yang sama, fase refleksi diri mencakup

proses yang.terjadi.setelah individu melaksanakan upaya yang sudah

ditentukan sebelumnya dan dampak reaksinya terhadap apa yang dialaminya ,

yang akan berdampak pada.tahap pandangan ke depan saat menetapkan tujuan

dan langkah yang harus dilakukan. Jika proses refleks diri (self reflection)

dapat mempengaruhi siklus regulasi diri, maka dikatakan sempurna.


a. Tahap..perencanaan

Ada dua aspek yang erat kaitannya dalam tahap

perencanaan

1) Pengalisisan.tugas . dalam hal ini penganlisisan tugas

harus direncakan secara bertahap agar hasil belajar yang

diinginkan dapat tercapai. Sebagai contoh siswa

merencanakan bagaiman menyelesaikan permasalahan

matematika ketika proses belajar mengajar sedang

berlangsung.

2) Memotivasi dirinya untuk untuk dapat menyelesaikan

persoalan. Misalnya, ketika ada soal matematika yang

sulitmaka siswa meyakinkan dirinya untukm bisa

menyelesaikannya.

b. Tahap performa

Sebuah kemapuan untuk mengendalikan dirinya sendiri

agar focus terhadap upaya pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

c. tahap evaluasi

pada tahap ini siswa harus dapat menilai dirinya sendiri

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di tahap

perencanaan. Jika terjadi ketidak sesuain rencana maka

harus segera bereaksi secara positif untuk mencapai

tujuannya.
Tahapan yang.terjadi dalam self-regulated learning dengan proses

self regulated learning . Tahapan ini meliputi tahapan perencanaan, tahapan

kinerja dan tahapan refleksi diri yang kesemuanya merupakan suatu siklus

yang saling berhubungan. Jika salah satu tahapan terputus, tahapan lainnya

akan terputus dan tidak dapat dilanjutkan dengan lancar.

Woolfolk (2008: 405) menyatakan bahwasiswa harus memberikan

metode untuk setiap tahapan proses dalam pembelajaran yang diatur sendiri

secara sistematis.dari langkah awal hingga langkah akhir. Berikut ini adalah

langkah pembelajaran mandiri yang dijelaskan oleh Woolfolk.

a. Analysing the learning task(analisis tugas belajar) Pelaku self-

regulated learning mengumpulkan semua informasi yang relevan

untuk membentuk gambaran umum tentang tugas belajar yang

diberikan, sumber belajar, dan perkiraan cara mengerjakannya atau

melakukannya.

b. Setting goals and devising plans (menentukan tujuan dan

perencanaan) Memahami gambaran yang lengkap tentang tugas

belajar yang akan dilakukan dapat membantu pelaku self-regulated

learning dalam menyusun tujuan. Kemudian, perencanaan

dikembangkan untuk meraih tujuan tersebut.

c. Enacting tactics and strategies to accomplish the task (penerapan

taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas) Dalam tahap ini taktik
dan strategi yang telah ditentukan kemudian diterapkan untuk

menyelesaikan tugas. Pelaku self-regulated learning mencurahkan

perhatian khusus sepanjang tahap ini karena mereka memantau

seberapa baik perencanaan yang dijalankan.

d. Regulating learning (meregulasi proses belajar) Pada tahap ini,

pelaku self-regulated learning melakukan evaluasi dan membuat

keputusan apakah ada suatu perubahan yang diperlukan pada tiga

tahap di atas atau tidak.

Ormrod (2011: 347) menunjukkan bahwa ada proses atau aktivitas

dalam pembelajaran mandiri. Ada delapan tahapan proses dalam

pembelajaran mandiri yaitu sebagai berikut:

a. Penentuan tujuan. Siswa harus dapat menenttukan tujuannya yang

akan mereka cita-citakan. Semisal, seorang siswa ketika belajar

dengan membaca buku harus mencari inti maupun informasi dari buku

tersebut sehingga dapat mempermudah ketika ujian berlangsung

b. Planning (perencanaan) Pelaku self-regulated learning mampu

melihat ke depan dan merencakan cara terbaik dalam memanfaatkan

waktu dan sumber belajar yang mereka punyai untuk menyelesaikan

tugas belajar.

c. Self-motivation (motivasi diri) Pelaku self-regulated learning

memiliki percaya diri yang tinggi yang berhubungan dengan

kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas belajar dengan baik.


Mereka menggunakan berbagai strategi untuk tetap mengerjakan tugas

hingga selesai, seperti membuat suasana belajar lebih menyenangkan,

mengingatkan diri sendiri tentang pentingnya belajar dengan baik,

atau menjanjikan diri sendiri hadiah ketika selesai mengerjakan tugas.

d. Attention control (pengendalian perhatian) Pelaku self-regulated

learning memfokuskan perhatian pada materi pelajaran dan

membersihkan pikiran dari potensi pikiran dan emosi yang

mengganggu.

e. Flexible use of learning strategies (penggunaan strategi belajar

secara fleksibel) Pelaku self-regulated learning memilih strategi

belajar yang berbeda bergantung pada tujuan spesifk yang ingin

mereka raih. Sebagai contoh, bagaimana mereka membaca suatu

artikel bergantung pada apakah mereka membaca untuk sekedar

hiburan atau untuk belajar dalam persiapan ujian.

f. Self-monitoring (pemantauan diri) Pelaku self-regulated learning

secara kontinyu memantau proses belajar mereka terhadap tujuan

belajar dan merubah strategi belajar atau merubah tujuan jika

diperlukan.

g. Appropriate help-seeking (pencarian pertolongan sesuai

keperluan) Pelaku self-regulated learning tidak harus melakukan

semuanya sendiri. Mereka tahu kapan waktunya meminta bantuan dan

bimbingan orang lain. Mereka suka meminta pertolongan yang dapat

membuat mereka mampu bekerja mandiri untuk selanjutnya.


h. Self-evaluation (evaluasi diri) Pelaku self-regulated learning

menyadari apakah belajar mereka sudah mengarah ke tujuan yang

sebenarnya atau tidak. Idealnya, mereka juga melakukan self-

evaluation untuk mengatur penggunaan strategi belajar yang

bermacam-macam untuk pencapaian tujuan ke depannya. Kedelapan

proses dalam self-regulated learning menurut Ormrod ini secara umum

sama seperti empat langkah self-regulated learning pendapat

Woolfolk.

4. Kajian tentang Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Kata "belajar" merupakan kata yang tidak.asing lagi. Padahal, hal tersebut

merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari semua proses yang mereka

pelajari di Lembaga.pendidikan.formal. Mereka melaksanakan kegiatan.belajar

setiap.saat berdasarkan kemauan masing-masing.

Sardiman.(2003: 20) mengemukakan bahwaa “belajar adalah perubahan

tingkah laku atau penampilan, misalnya melalui rangkaian kegiatan seperti

membaca, mengamati, menyimak, dan meniru”. Jika subjek belajar..memiliki

pengalaman atau pengalaman belajar, pembelajaran akan lebih baik. Belajar

merupakan proses hunbungan antara.diri manusia dengan individu, kenyataan ,

dan lingkungan.teoritis. Dalam hal ini yang dimaksud interaksi yaitu : (1) proses

internalisasi.diri dalam belajar; (2) berpartisipasi aktif.dalam seluruh panca indera.


Slameto (2003: 2) mengartikan belajar sebagai upaya seseorang untuk

mendapatkan perubahan.tingkah.laku yang baru, yang merupakan hasil.dari

pengalamannya.sendiri dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitar.

Baharuddin.(2010: 12) menyampaikan bahwa belajar adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh.seseorang dengan tujuan untuk mengubah diri

sendiri melalui pelatihan.atauu.pengalaman.

Sudjana.(2009: 28) meyakini bahwa belajar.merupakan proses yang

bercirikan.perubahan yang dilakukan oleh manusia. Adapun hasil dari proses

pembelajaran dapat diekspresikan dalam.berbagai.bentuk.seperti.pengetahuan,

pemahaman, perubahan sikap.dan perilaku Belajar dilihat sebagai proses,

aktivitas, bukan hasil atau tujuan. Belajar.bukan.hanya.mengingat, tetapi juga

pengalaman. Belajar.adalah proses mengubah perilaku pribadi

melalui.interaksi.dengan..lingkungan. Tidak mungkin melihat proses.perubahan

Perilaku masyarakat, tetapi dapat.menentukan.apakah seseorang telah belajar

dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran

terjadi. Hamalik (2006: 27).

Djamarah (2008: 13), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa belajar

adalah.rangkaian aktivitas mental dan fisik, dan perilakunya berubah karena

perilaku individu di bawah interaksi kognisi, emosi dan gerakan mental yang

berkaitan dengan lingkungan.

Selain itu, menurut Winkel.(1996: 53), pemahaman belajar merupakan

aktivitas.mental.atau.psikologis yang.terjadi dalam interaksi.positif terhadap


.lingkungan sehingga menimbulkan.perubahan nilai pengetahuan,pemahaman,

keterampilan,dan.sikap. Perubahan tersebut dapat berupa hasil.baru,

atau.perbaikan hasil yang telah diperoleh, dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Oleh karena itu, belajar adalah proses mengubah perilaku pribadi sebagai

tanggapan atas interaksi positif dengan .lingkungan .melalui .pengalaman .pribadi.

Menurut KBBI , belajar adalah upaya memperoleh.kecerdasan dan pengetahuan,

praktik, mengubah perilaku atau bereaksi berdasarkan pengalaman

Sedangkan pengertian belajar oleh para ahli antara lain sebagai berikut:

1. Gagne (dalam Anitah, 2008:13) belajar adalah suatu proses dimana

suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

2. Slavin (dalam Anni dan Rifai, 2009:82) belajar merupakan perubahan

individu yang disebabkan oleh pengalaman.

3. Travers (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah proses menghasilkan

penyesuaian tingkah laku.

4. Morgan (dalam Suprijono, 2009:3) belajar adalah perubahan perilaku

yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

5. Robbins (dalam Trianto, 2009:15) belajar adalah sebagai proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami

dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

6. Spears (dalam Hamdani, 2011:20) belajar adalah mengamati, membaca,

berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk.


Berdasarkan uraian di atas maka belajar merupakan interaksi antara

pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik

didalam maupun di luar ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta

didik. Belajar untuk disekolah dasar berarti interaksi antara guru dengan

siswa yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dilaksanakan baik

di dalam kelas maupn diluar kelas dalam rangka untuk meningkatkan

kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang

dengan sengaja diciptakan. Guru atau tutorlah yang menciptakannya guna

membelajarkan siswa atau peserta didik. Tutor yang mengajar dan peserta

didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi ini lahirlah

interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di

sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna

mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran

dilaksanakan. Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi

dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran

kondusif. Tidak lagi teacher center melainkan student center sehingga

proses belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Paradigma selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan

guru (teacher center) sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa

(student center) sehingga guru akan mendominasi proses pembelajaran di

dalam kelas sedangkan siswanya hanya pasif. Peran guru sebagai seorang

fasilitator belum terlihat dalam proses pembelajaran. Selayaknya guru

harus mampu menguasai empat kompetensi dasar yang diharapkan akan


terjalin komunikasi dua arah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pengertian Hasil belajar Interaksi antara pendidik dengan peserta didik

yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar

ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta didik ditentukan oleh

hasil belajar.

Seperti yang dikatakan Hamalik (2006: 30), perilaku orang telah berubah

dari ketidak tahuan menjadi pemahaman, dari ketidak mengertian menjadi

pengertian. Hasil.belajar.akan muncul dalam beberapa.bidang, yaitu: pengetahuan.

Pemahaman.kebiasaan,.keterampilan,.apresiasi, emosi, perilaku dan sikap sosial,

fisik, moral atau moral. Orang yang telah melakukan pembelajaran perilaku akan

melihat bahwa hasil belajar tersebut membawa perubahan pada satu atau lebih

aspek perilaku mereka..

Selain itu, Sanjaya (2010: 87) mennyatakan.bahwa.hasil belajar adalah

perilaku yang dirumuskan dalam bentuk kemampuan dan kemampuan yang dapat

diukur.atau.ditampilkan oleh kinerja siswa..Istilah perilaku dapat.diukur untuk

menggambarkan.indikator hasil.belajar yaitu pengenalan (identifikasi),

penyebutan (nama), struktur, penjelasan (deskripsi), susunan (urutan) dan

pembedaan (berbeda). Istilah perilaku tidak dapat

menggambarkan.indikator.hasil.belajar, sedangkan istilah pengetahuan adalah

mengetahui,.menerima,.memahami, mencintai,.menebak-nebak, dll. Menurut

penelitian.Hamalik.dalam Jihad dan Abdul.(2010: 15),.tujuan pembelajaran adalah

hasil belajar yang tercapai, hal ini menunjukkan.bahwa.siswa.telah melaksanakan

kegiatan belajar.yang biasanya meliputi.pengetahuan baru, keterampilan baru,


dan.sikap baru, yang.diharapkan dapat diperoleh peserta didik. Sudjana (2009: 35-

37) menuliskan bahwa kriteria keberhasilan belajar adalah sebagai berikut : .

1. Pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru

dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu proses yang

bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin.

2. Kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan

belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk

memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap

yang dikehendaki dari pembelajaran itu sendiri.

3. Siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan

multi metode dan multi media yang dipakai guru ataukah terbatas kepada

satu kegiatan belajar saja.

4. Siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri

hasil belajar yang dicapainya ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia

lakukan itu benar atau salah.

5. Proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam satu kelas

tertentu yang aktif belajar.

6. Suasana pembelajaran atau proses belajar-mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar ataukah suasana yang

mencemaskan dan menakutkan 6 Model & Metode Pembelajaran di

Sekolah
7. Kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi

laboratorium balajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana

belajar sehingga tidak memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar

yang optimal.

Menurut hasil penelitian yang diperoleh Bloom dalam Purwanto (2007:

45) hasil belajar terbagi menjadi tiga bidang, dan setiap proses pembelajaran perlu

memperhatikan ketiga bidang tersebut. Ketiga area tersebut adalah kognitip,

efektip dan psikomotorik. Bidang kognitip mencakup.hasil.belajar.yang berkaitan

dengan memori, pengetahuan, dan kecerdasan. Bidang yang efektif mencakup

hasil belajar yang berkaitan dengan sikap,.nilai,.perasaan,.dan minat. Bidang

psikomotorik meliputi keterampilan jasmani atau hasil belajar terkait olahraga

yang didukung dengan kemampuan mental. Hasil belajar.yang diungkapkan oleh

pendapat penulis dapat diartikan sebagai proses yang mengubah kemampuan

intelektual (kognisi) siswa, minat atau kemampuan emosional (emosi), dan

keterampilan motorik halus dan kasar (gerakan mental). Perubahan kemampuan

siswa dalam.proses pembelajaran,.khususnya.di satuan pendidikan dasar,

diharapkan dapat ditentukan sesuai.dengan.tahap perkembangan yaitu tahap

operasi tertentu.

b. Ciri-Ciri Belajar

Dari.perspektif.semua konsep pembelajaran, kami sangatjelas.bahwa

pembelajaran tidak.hanya melibatkan jumlah.pengetahuan, tetapi.juga semua

kemampuan.pribadi. Dua makna terakhir memusatkan perhatian mereka pada tiga


hal. Pertama, pembelajaran harus memungkinkan individu untuk mengubah

perilakunya. Perubahan tersebut tidak hanya pada pengetahuan atau kognisi, tetapi

juga pada sikap dan nilai (emosi) dan keterampilan (psikomotor). Kedua,

perubahan harus merupakan hasil dari pengalaman. Akibat interaksi antara diri

dan lingkungan, maka perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu.

Interaksi tersebut dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, jika seorang anak

bersentuhan dengan api dengan lilin, apinya akan menjadi sangat panas. Selain

interaksi fisik, perubahan.kemampuan.tersebut juga dapat diperoleh melalui

interaksi psikologis. Misalnya, seorang anak akan menyeberang jalan dengan hati-

hati setelah melihat seseorang tertabrak.kendaraan.Perubahan kemampuan ini

disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Menonton lampu yang

menyilaukan berkedip atau meneteskan air liur pada bau makanan bukanlah hasil

dari pembelajaran.

Selain daripadaitu, perubahan.perilaku.karena.aspek.kematangan tidak

termasuk pembelajaran. Bayi belum berbicara sampai dia dewasa. Tetapi

perkembangan.kemampuan.berbicaranya.sangat bergantung pada stimulasi

lingkungan sekitarnya.

c. Pengertian Hasil Belajar

Evaluasi adalah rangkaian kegiatan sistematis dan berkelanjutan yang

bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang proses pembelajaran dan

prestasi siswa. Evaluasi dipakai untuk.mengumpulkan data serta informasi terkait

kelebihan serta kekurangan proses.pembelajaran.sehingga.dapat digunakan


sebagai acuan dalam pengambilan keputusan pembelajaran . adapun evaluasi dan

penilaian tersebuat adalah penilaian hasil belajar.

(Purwanto, 2013: 46) menyebutkan bahwa hasil.belajar merupakan

serangkaian proses pembelajaran yang dimana harus selaras dengan tujuan

pendidikan. Senada dengan Benjamin S. Bloom menjelaskan bahwa.hasil.belajar

dibagi menjadi tiga bidang yaitu.bidang.kognitif, emosional serta psikomotorik.

(Sudjana, 2008: 22)..Untuk memperoleh hasil.belajar pada ketiga bidang tersebut

dapat dilakukan kegiatan asesmen dalam kegiatan mengajar. Topik penelitian VI

SDN Sepanjang 1 dan SDN Trosobo 2 menggunakan proses pembelajaran

bertema mata kuliah 2013. Oleh karena itu dalam proses penilaian pembelajaran

tahun 2013 terdapat pedoman evaluasi khusus. Pedoman tersebut disusun selaras

dengan.Peraturan.Menteri.Pendidikan.dan.Kebudayaan Republik..Indonesia

Nomor:53 Tahun 2015 tentang.”Penilaian.Hasil.Belajar.oleh Pendidik dan

Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah.”.

“Buku panduan penilaian untuk sekolah dasar (SD) menjelaskan secara

jelas tentang implementasi 3 ranah penilaian hasil belajar siswa. Ranah pertama

adalah sikap (afektif), penilaian lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai

budi pekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan

proses pembelajaran (Kemendikbud, 2015:9).”

“Untuk menentukan hasilnya dalam penelitian ini, maka dibuatlah teknik

penilaian observasi dengan instrumen rubik penilaian sikap. Kompetensi kedua

yang dinilai adalah kompetensi kognitif atau pengetahuan. Kompetensi


pengetahuan atau yang disebut ranah kognitif dilakukan dengan cara mengukur

penguasaan peserta didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan

prosedural dalam berbagai tingkatan proses berpikir (Kemendikbud, 2015:11).”

“(Kemendikbud, 2015:37), menetapkan bahwa teknik penilaian yang

digunakan akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang dinilai, yaitu ujian

tertulis, ujian lisan, dan tes pekerjaan rumah. Untuk mengetahui hasil penelitian

ini, setelah dilakukan tes akan dipertimbangkan ranah kognitif untuk mengamati

perkembangan hasil belajar sebelum dan sesudah perlakuan. Area terakhir adalah

psikomotorik atau penilaian keterampilan. Pada dasarnya, saat melakukan

asesmen keterampilan, dapat dilakukan asesmen pengetahuan langsung. Penilaian

pengetahuan dan keterampilan harus mengacu pada pemetaan kemampuan dasar

yang diperoleh dari KI-3 dan KI-4 dalam kurun waktu tertentu.”

Hubungan antara hasil belajar dan model pembelajaran Dalam proses

pembelajaran di kelas, peran utama keberhasilan siswa adalah guru..Terdapat 2

aspek yang mempengaruhi hasil belajar.yang.diupayakan.guru untuk

dimaksimalkan, yaitu:

a) Faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen kelas. Misalnya,

menyediakan untuk memperkuat dan mengembangkan aturan kelompok

yang efektif;

b) Faktor yang berhubungan dengan pengajaran. Misalnya memberikan

informasi, bertanya, dan mengevaluasi (Arikunto, 2002: 194).


Menurut pandangan tersebut, model pembelajaran itu sendiri merupakan

refleksi proses pembelajaran dari awal.hingga.akhir, termasuk pengelolaan kelas

dan proses belajar / mengajar.

Shah (2005: 132) mengemukakan bahwa ada 3 aspek.yang.dapat

mempengaruhi.hasil.belajar.siswa yaitu sebagai berikut:

a) Faktor internal berupa faktor fisik dan psikis, seperti minat dan motivasi

belajar;

b) Faktor eksternal dari siswa (eksternal), meliputi faktor lingkungan

sosial berupa kondisi sekolah dan masyarakat, dan faktor non sosial seperti

gedung sekolah dan alat belajar.

c) Faktor metode pembelajaran yaitu pemilihan metode pembelajaran yang

berdampak pada hasil yang diperoleh. Jika melihat keterkaitan antara

model pembelajaran dengan faktor-faktor di atas maka model

pembelajaran tersebut termasuk dalam faktor metode pembelajaran.

Berikut adalah pengertian hasil belajar dari beberapa ahli, diantarannya

sebagai berikut :

a. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi

potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari

prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,

keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.


b. Menurut Gagne dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan

yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.

c. Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa

secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai tujuan

pembelajaran

d. Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

e. Pengukuran.Hasil.Belajar

M. Ngalim Purwanto (2009: 33-34) mengemukakan bahwa terdapat empat

macam tujuan ujian, yaitu:

1) Penentuan posisi siswa pada jenjang atau jenis kurikulum pendidikan

tertentu disebut tes penempatan.

2) Mencari umpan balik (feedback) untuk meningkatkan proses pengajaran

guru dan siswa disebut pengujian formatif.

3) Menyesuaikan atau mengevaluasi tingkat siswa mencapai topik yang

diajarkan, dan kemudian menentukan peningkatan tingkat atau tingkat

kelulusan siswa yang relevan, yang disebut tes umum.

4) Tes yang dirancang untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa,

seperti latar belakang psikologis, fisik dan ekonomi siswa, disebut tes

diagnostik.
f. Ruang.Lingkup.Hasil.Belajar

Ruang.lingkup.hasil.belajar merupakan tindakan psikologis yang akan

diubah.dalam.proses.pendidikan. Tindakan psikotik dibagi menjadi tiga bidang,

yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan paling dasar di bidang

kognitif...Adapun pengetahuan yang harus dikatahui adalah

kemampuan untuk mengenali objek, ide., proses, dll.

2. Pemahaman

Yaitu untuk memahami hubungan antar faktor, hubungan sebab akibat

antara konsep dan kesimpulan yang diambil. Rumus pada indikator,

misalnya: ungkapkan pemikiran dalam bahasa Anda sendiri, jelaskan

ide utama, ceritakan kembali dan jelaskan ide utama dalam bahasa

Anda sendiri.

3. Penerapan

Yakni, pengetahuan yang memecahkan masalah dan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk ekspresi indikator, misalnya:

melakukan percobaan, menghitung kebutuhan dan menggambar peta.

4. Analisis
Yaitu solusi atau gagasan, dan menunjukkan hubungan antara berbagai

bagian. Perkembangan indikator, seperti: bertanya, bertanya untuk

memperoleh informasi..

b. Ranah Afektif

Ranah emosional adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan

nilai. Domain efektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

1. Menerima atau berpartisipasi (menerima atau memperhatikan)

Yakni kepekaan seseorang terhadap rangsangan luar yang berupa

masalah, gejala, kondisi dan bentuk lainnya.

2. Respon (respon) Yaitu menanggapi untuk berpartisipasi.

3. Nilai (evaluasi atau hargai) Artinya, mau menentukan pilihan nilai

dari rangsangan tersebut.

4. Organization (organisasi atau organisasi) Yakni perkembangan nilai

dalam sistem organisasi, termasuk perkembangan nilai relatif satu

sama lain.

5. Characterization (penokohan) Artinya, sistem nilai komprehensif

yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi karakter dan perilakunya.

c. Ranah.Psikomotorik

Bidang psikomotori adalah bidang yang erat kaitannya

keterampilan.kinerja.atau keterampilan setelah.seseorang memperoleh

pengalaman.belajar. Menurut Simpson, bidang psikomotorik meliputi

enam tingkatan, yaitu:


1. Persepsi

Kemampuan membedakan satu gejala dengan gejala lainnya.

2. Set up (persiapan)

Contoh mengetik, mempersiapkan dan berdoa sebelum berlari

3. Membimbing respons

Kemampuan untuk melakukan hal-hal yang dapat dicontohkan

seseorang.

4. Mekanisme (kebiasaan olahraga)

Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil dari latihan yang

berulang-ulang, sehingga menjadi terbiasa dengannya.

5. Adaptasi (olahraga kompleks)

Kemampuan untuk melakukan serangkaian latihan dengan cara

dan urutan yang benar.

6. Tempat Asal (Kreativitas)

Kemampuan untuk membuat gerakan baru yang tidak ada

sebelumnya.

5. Kajian Tentang Pembelajaran Ilmu.Pengetahuan.Sosial

a. Pengertian.Ilmu.Pengetahuan.Sosial
“(Sapriya, 2009:hlm 7) mengemukakan bahwa.menurut kesepakatan para

akademisi, istilah IPS di Indonesia telah dikenal luas sejak tahun 1970-an, dan

secara resmi digunakan dalam sistem pendidikan nasional pada kurikulum 1975.

Menyediakan.mata.pelajaran.di.tingkat.sekolah.dasar.dan.menengah.yaitupelajara

n.IPS terpadu dalam bidang sejarah,geografidan ekonomi, serta mata pelajaran

ilmu sosial lainnya.”

“National Council for the Social Studies (NCSS), sebuah Sebuah

organisasi profesional yang didedikasikan untuk promosi dan pengembangan

penelitian sosial dan hubungannya dengan ilmu sosial dan disiplin pendidikan di

tingkat pendidikan dasar dan menengah, sampai NCSS mengeluarkan kesepakatan

dengan ilmu sosial sebagai inti dari kurikulum, dalam perkembangan selanjutnya,

(NCSS 1993) mengembangkan ilmu sosial berikut (Sapriya, 2009: 10):”

“Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, matemathics and natural sciences. The primary purpose of social
studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic
society in an independent world.”

Penjelasan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa tujuan utama dari

pendidikan sosial adalah membantu generasi muda berkembang menjadi warga

dari berbagai budaya dan masyarakat demokratis di dunia, serta mengambil

keputusan untuk kepentingan umum. Entor dan Ochoa (1988) mengemukakan

konsep IPS dalam Martorella, yaitu “penelitian sosial hanya berkaitan dengan
pendidikan warga negara” (Martorella, 1994: 6). Kesimpulannya adalah penelitian

sosial lebih banyak mempelajari manusia di lingkungan sekitar dan di tempat lain.

Menurut definisi Martorella, definisi penelitian sosial adalah: informasi

terpilih dan model survei ilmu sosial, informasi terpilih dalam bidang apapun

yang berkaitan dengan pemahaman langsung individu, kelompok, dan

masyarakat, dan informasi terpilih yang diaplikasikan dalam pendidikan

kewarganegaraan (Martorella, 1994 : 7).

“Begitu pula dengan konsep IPS di Indonesia yang tidak jauh berbeda

seperti halnya di banyak negara, secara umum masih dipahami dengan berbagai

cara dan memiliki arti yang berbeda di setiap jenjang pendidikan. Konsep IPS tiap

sekolah memiliki arti yang berbeda-beda,

disesuaikan.dengan.karakteristik.dan.kebutuhan siswa, terutama antara

IPS.Sekolah.Dasar.(SD) dan IPS Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS

Sekolah Menengah Atas (IPS). Konsep penelitian sosial dalam pendidikan

sekolah mengacu pada nama mata pelajaran mandiri, beberapa arti adalah

gabungan (komprehensif) dari beberapa mata pelajaran atau mata pelajaran

ilmiah, dan beberapa sarana rencana pengajaran. Perbedaan ini juga dapat

diidentifikasi dari masing-masing metode yang berlaku untuk jenjang pendidikan

tersebut (Sapriya, 2009: 20).”

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam lingkup tujuan pembelajaran penelitian sosial di setiap negara,

perubahan telah terjadi dalam pendidikan penelitian sosial di semua negara.


Banyak tokoh yang memperdebatkan tujuan pendidikan penelitian sosial, dan

pada dasarnya ada persamaan di antara pandangan-pandangan ini.

Stanley.dan Nelson (dalam Ross,.2006: 21) mengemukakan pendapatnya

adalah :

“They argue that the key element in the dispute over the purpose of social
studies in the school curriculum involves the relative emphasis given to cultural
transmission or to critical or reflective thinking. When cultural transmission is
emphasized, the intent to use the social studies curriculum to promote social
adaption. The emphasis is on teaching content, behaviors, and values that reflect
views accepted by the traditional, dominant society.”

“(Sapriya, 2009: 12) menuliskan bahwa Tujuan pendidikan IPS di

Indonesia pada dasarnya adalah menjadikan peserta didik menjadi warga negara

yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan

untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan. Sehingga diharapkan akan menjadi warga negara yang baik”

Soemantri.(2001: 260) menyatakan bahwa , tujuan.pengajaran.IPS.di

sekolah.sebagai.berikut.

1. Tujuan pembelajaran IPS adalah mendidik peserta didik menjadi ahli di

bidang ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan ilmu sosial lainnya

sehingga harus dipisahkan sesuai dengan basis pengetahuan disiplin ilmu

sosial tersebut.

2. Pengajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

Sifat warga negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa

apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam


konteks kebudayaannya daripada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu

sosial yang terpisah-pisah.

3. Pendapat ketiga adalah bentuk kompromi dari pendapat pertama dan

kedua yang menekankan pada organisasi bahan pelajaran harus dapat

menampung tujuan para siswa yang meneruskan pendidikan maupun yang

terjun langsung ke masyarakat.

4. Pengajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran

closed areas) agar mampu menyelesaikan masalah interpersonal maupun

antarpersonal. IPS atau social studies lebih mengarah untuk persiapan

peserta didik untuk siap berpartisipasi dalam masyarakat, sehingga setiap

peserta didik mengetahui bagaimana peran diri sendiri baik dalam keluarga

maupun masyarakat, mengetahui peranan orang lain dan bagaimana

memerankan peranan orang lain, serta siap untuk menerima bentuk apapun

yang diberikan masyarakat.

Oleh karena itu, pendidikan penelitian sosial merupakan kajian ilmiah

yang komprehensif yang dilaksanakan dalam.disiplin.ilmu.sosial

secara.menyeluruh, dan materinya.diambil dari rumpun.ilmu.sosial,

seperti.sejarah,.geografi,.sosiologi, .antropologi, politik, ekonomi, psikologi, dan

filsafat. dll. Domain dikonseptualisasikan sebagai pembelajaran terintegrasi.

Tujuan mata pelajaran IPS adalah membentuk siswa menjadi

warga.negara.yang.baik.berdasarkan.Pancasila dan.UUD.1945, serta fokus dengan

pembinaan.individu yang mampu memahami. permasalahan lingkungan


yang.bersumber dari pembahasan hubungan antara lingkungan dan masyarakat.

Selain itu,.mereka dapat berpikir.kritis dan kreatif, serta dapat melanjutkan.dan

mengembangkan.nilai.budaya negaranya.

(Sumaatmadja, 1984: 20) menyatakan bahwa IPS mempunyai.untuk

menumbuhkan kesadaran siswa supaya memiliki empati terhadap masalah.sosial

yang.terjadi di masyarakat, memiliki.sikap.positif.dalam mengoreksi seluruh

ketidakseimbangan.yang.terjadi, dan pandai mengatasi.masalah sehari-hari,

termasuk yangg merendahkan martabat diri sendiri. dan masyarakat yang

menyakitkan

Dewan Nasional untuk Studi Sosial (NCSS) menunjukkan bahwa tujuan

Ilmu Sosial (IPS) adalah untuk menumbuhkan kemampuan siswa untuk membuat

keputusan rasional dalam dunia yang saling bergantung dan berkembang menjadi

warga negara dengan berbagai budaya dan masyarakat demokratis (Ellis, 1998:

8 ). Zamroni.(2001: 11) berpendapat bahwa arah.tentang ilmu sosial adalah siswa

dapat lebih kritis serta sadar terhadap masalah- masalah social yang terjadi di

masyarakat. Sarifudin (1989: 15) mengemukakan bahwa pengetahuan dan

pengembangan keterampilan dan sikap social harus dimiliki oleh siswa.

Senada dengan Sarifudin,.Cholisin (2006: 131- 132) menyatakan bahwa

tujuan substansif yang mendasar dari pengajaran Studi Sosial di sekolah ialah

meningkatkan perilaku, sikap, keterampilan, dan pengetahuan (atau disingkat

BASK= behavior, attitude, skill, dan knowledge) para peserta didik.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar


pengertian ruang.lingkup jika berkiblat pada KBBI adalah subyek.yang

tercakup, tetapi dalam kajian.penelitian ini.dibatasi materi IPS. Dengan adanya

pembelajaran Ilmu pengetahuan social dapat menjadikan siswa menjadi generasai

penerus bangsa yang cakap dan bertoleransi.

“Berdasarkan cita-cita itulah Kemendikbud pada Tahun.2016 menetapkan

ruang lingkup materi.mata.pelajaran.IPS untuk sekolah dasar adalah sebagai

berikut

(1) karakteristik keruangan dalam lingkup nasional dan regional,

(2) keragaman sosial, interaksi sosial dan perubahan sosial,

(3) kegiatan ekonomi penduduk, dan

(4) perubahan masyarakat Indonesia sejak jaman Hindu Buddha sampai

sekarang.“

“Menurut (Soelaeman, 2005) yang berpendapat bahwa kita harus mulai

mengenalkan lingkungan terdekat dengan anak, yaitu keluarga. Keluarga adalah

unit kelompok terkecil dan paling dasar . Keluarga.inti ini juga disebut segitiga

abadi. Keluarga merupakan alat untuk memperkuat adat istiadat yang ada dalam

masyarakat kita, yang meliputi nilai budaya, norma dan sistem nilai. Proses

penguatan keluarga dilakukan melalui peradaban atau pelembagaan. Dalam proses

pelembagaan ini, individu harus belajar dan harus mampu menyesuaikan pikiran

dan sikapnya dengan adat istiadat, norma dan aturan hidup dalam budaya mereka.

Proses ini dimulai dari masa kanak-kanak, dari keluarga hingga tetangga.
Awalnya dengan meniru berbagai perbuatan, kemudian mulai memahami dan

tertanam serta terinternalisasi dalam tubuhnya.”

Selain itu, ruang lingkup penelitian sosial yang harus diberikan kepada

anak melibatkan keragaman karakteristik nasional dan daerah guna memberikan

.wawasan kepada anak.tentang.lingkungan.yang.lebih.luas. Perkembangan.dan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang transportasi dan informasi

dan komunikasi saat ini tak pelak memberikan kesempatan kepada anak untuk

memperluas hubungan.sosial.dari satu.ruang geografis ke ruang geografis lainnya,

bukan hanya.satu jalan, tetapi juga jalan dua arah.

“Proses.interaksi.sosial tidaka hanya mengkhususkan pada aspek budaya,

tetapi telah.meluas ke aspek lain, seperti.politik, khususnya ekonomi..Proses ini

juga telah merambah batas-batas lokal dan regional dalam skala global. Dan saat

ini hubungan social telah berkembang menjadai hubungan secara global,

meskipun ruang lingkup disiplin ilmu penelitian sosial yang ditentukan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) terbatas pada ASEAN.”

d. Nilai -Nilai Ilmu Pengetahuan Sosial

(Sumaatmadja, 1977: 45-49) berpendapat bahwa Peranan Sumber Daya

manusia yang berkualitas sangatlah penting mengingat perkembangan ilmua

pengetahuan dan teknologi sangat pesat..Pengembangan sumber daya manusia

harus.sejalan dengan perkembangan nilai-nilai.yang.terkandung.dalam.kajian

penelitian sosial, karena IPS.sarat.dengan.nilai-nilai seperti nilai teoritis,.nilai

praktis, nilai pendidikan, dan.nilai sakral


1. Nilai.Teoritis

Pada dasarnya membentuk dan Membina peserta siswa hari dan disiapkan

menjadi sumber daya manusia yang cakap dikemudian hari . Oleh karena

itu, kajian penelitian sosial bukan saja megedepankan dan membahas

sebuah fakta dan.data yang berdiri sendiri, tetapi.juga melangkah lebih

jauh, yaitu mengkaji keterkaitan antara berbagai aspek kehidupan sosial.

2. Nilai Praktis

Tema penelitian sosial tidak hanya melibatkan pengetahuan konsep

teoritis, tetapi juga bersumber dari.kehidupan.sehari-hari. Sebagai

contoh.lingkungan rumah,.pasar, jalan dan tempat lainnya. Dalam hal

ini, nilai sebenarnya akan disesuaikan dengan tingkat usia dan aktivitas

sehari-hari.siswa. Pengetahuan.praktis ini berguna untuk.melacak

berita, mendengarkan radio, membaca cerita, dan mengkaji masyarakat

ketika menghadapi permasalahan di setiap harinya, berguna untuk

melaksanakan pekerjaan seperti pegawai, PNS, pejabat daerah,

jurnalis, dll.

3. Nilai.Edukatif.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS,

yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih

baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Peningkatan kognitif dalam hal ini tidak hanya terbatas

makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan

nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan


masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas dalam

pembelajaran IPS, tidak hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data

sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-

hari. Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan

nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan

lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru

perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan. Melalui

pembelajaran IPS, perasaan, penghayatan, sikap, kepedulian, dan

tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepedulian dan

tanggung sosial, secara nyata dikembangkan dalam pembelajaran IPS

untuk mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong-royong,

dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan.

4. Nilai Ketuhanan

Kita bisa mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh sebagai

manusia, individu, dan masyarakat, berbeda dengan makhluk ciptaan

Tuhan Yang Maha Esayang lain seperti tumbuhan, dan hewan.

Kebahagiaan Tuhan Yang Maha Esa hadir dalam bentuk mentalitas

pembangunan, yang memungkinkan manusia memenuhi kebutuhannya

sendiri dari sumber daya alam yang disediakanNya. Kenikmatan kita

sebagai manusia yang mampu menguasai iptek menjadi dasar

hubungan yang lebih erat antara kita dengan Tuhan Yang Maha Esa

serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kita. Ruang lingkup

penelitian dan pendidikan sosial sangat luas dan menjadi landasan


yang kokoh bagi pembinaan dan pengembangan nilai-nilai sakral, dan

nilai-nilai sakral merupakan kunci kebahagiaan lahir dan batin kita.

Nilai sakral inilah yang menjadi landasan moralitas sumber daya

manusia saat ini dan di masa yang akan datang.

e. Penilaian Pembelajaran IPS

Menurut Anastasi (1982: 1), penilaian adalah “proses sistematis

menentukan ruang lingkup pencapaian tujuan sistem siswa. Senada dengan hal

tersebut, Fraser dan Runitzki (1995: 271) mengatakan: “Penilaian belajar siswa

telah berkembang menjadi posisi sentral dalam proses pengajaran.”. Selain itu,

dikatakan bahwa "bagaimanapun, evaluasi harus digunakan dalam keadaan yang

tepat dan untuk tujuan yang tepat."

Pada hakekatnya penilaian berguna untuk mengukur kepatuhan terhadap tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Mitchell.(dalam.Frazee dan Rudnitski,

1995:.273), evaluasi dapat memberikan informasi penting untuk meningkatkan

semua aspek pendidikan. Disebutkan bahwa penilaian memiliki

tujuan.utama.yaitu:

1) Menginformasikan hasil belajajar murid kepada guru,

2) Tujuan yang diinginkan dapat tercapai

3) Di masa yang akan dating keputusan yang diambil oleh murid dapat

berpengaruh

4) meemupuk jiwa kepemimpinan


Sudjana.(2006: 2), menyatakan bahwa “Kegiatan penilaian adalah suatu

tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan- tujuan instruksional

telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang

diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengetahuan belajarnya (proses

belajar mengajar)”.

Selain itu, Zainul dan Nasution (2005: 8) juga menyebutkan pengertian

evaluasi, “evaluasi adalah proses pengambilan keputusan yang menggunakan

informasi yang diperoleh melalui penggunaan alat tes dan non tes untuk

mengukur hasil belajar”. Oleh karena itu tujuan evaluasi adalah untuk

memberikan nilai atas kualitas sesuatu. Dalam hal ini, kita tidak.hanya harus

mencari.jawaban atas pertanyaannya tentang apa,.tetapi juga menjawab.secara

langsung derajat sertasejauh mana proses atau hasil yang diperoleh orang atau

program tersebut.

“Departemen Pendidikan Nasional (2004: 12) mengartikan bahwa

Penilaian adalah penerapan berbagai metode dan penggunaan berbagai alat

penilaian untuk memperoleh informasi tentang derajat hasil belajar siswa atau

kemampuan siswa (seri kompetensi). Penilaian jawaban tentang hasil belajar

seseorang atau pertanyaan seberapa baik pencapaiannya. Dari beberapa pengertian

evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah rangkaian kegiatan

yang digunakan untuk memperoleh, menganalisis dan menjelaskan sistem, data

berkelanjutan tentang proses dan hasil belajar siswa, Sehingga dapat dijadikan

informasi yang bermakna. Untuk pengambilan keputusan penilaian dapat berupa:

evaluasi tertulis (paper and pen test), PR , performance (performance), dan


kumpulan hasil karya dengan mempertimbangkan kemampuan penalaran dan

kreativitas siswa”

Selaras dengan pendapat di atas Etin.Solihatin.dan.Raharjo (2007: 43)

menyatakan bahwa.dewasa ini, pelaksanaan evaluasi IPS telah mengalami

perluasan. Penekanan secara khusus diarahkan pada apa yang disebut sebagai

keterampilan dasar (basic skills), yang meliputi keterampilan membaca bermakna,

menulis, dan keterampilan matematis Keterampilan dasar ini merupakan

minimum competency testing in social studies (kompetensi minimal dalam

pengujian IPS). Perhatian dan penekanan lebih jauh, pada apa yang dinamakan

the day to day evaluation of children’s work (evaluasi hasil karya siswa)”.

Dalam.jenis penilaian inii, penekanannya adalahh pada informalitas.prosedur

dalam.proses penilaian. Dengan.kata.lain, dalam merealisasikan penilaian atau

evaluasi kemampuan pembelajaran penelitian sosial, alat penilaian tes dan non tes

harus digunakan untuk menjaga keseimbangan antara tes formal dan informal.

Selain itu, Mulyasa.(2006: 38) mengemukakan bahwa.kemampuan yang

harus.dikuasai siswa harus. dinyatakan dengan cara yang dapat mengevaluasinya,

hal ini mengacu pada suatu bentuk hasil belajar siswa dari pembelajaran langsung.

Kompetensi siswa perlu dinilai secara obyektif berdasarkan kinerjanya dan

pembuktian penguasaannya terhadap pembelajaran, pengetahuan, keterampilan,

nilai, dan sikap. Oleh karena itu, dalam pembelajaran berbasis desain kompetensi

penilaian tidak didasarkan pada pertimbangan subjektif, tetapi lebih bersifat

obyektif. Beberapa kriteria atau hal yang perlu dipertimbangkanadalah sebagai

berikut:
1. Penilaian harus mencakup tiga aspek kompetensi yaitu pengetahuan,

keterampilan dan sikap..

2. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar

sedang berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan

pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, dan memberikan tes.

3. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan

kompetensi dasar.

4. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian

umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat

keberhasilan belajarnya, dan memberikan laporan kepada orang tua.

5. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang

kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan

mampu dilakukannya.

6. Tidak berlaku diskriminatif (tidak memilih-milih mana siswa yang

berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran (Depdiknas,

2004: 20).

F. Penelitian terdahulu yang relevan

Untuk mendukung penelitaian ini maka kami sajikan referensi-referensi

penelitian terdahulu yang relevan. Sehingga diharapkan dapat menjadi ukuran

ataupun acuan dalam pelaksanaan penelitian.


Hartanti dan Yuli (2017) menggunakan model pembelajaran.penemuan

terbimbing.untuk.meningkatkan.hasil.belajar penelitian sosial siswa.kelas.VIII

SMPN Karangploso. Penerapan.metode.pembelajaran.penemuan.terbimbing.dapat

meningkatkan.hasil.belajar pada tahap pertama dan.kedua berdasarkan.rata-rata

kelas..Pada siklus I nilai rata-rata.ditampilkan sebagai 79.41, dan pada.siklus.II

nilai rata-rata meningkat.menjadi 88.58.

“Dewi, Nurfiana (2016) meningkatkan hasil belajar penelitian sosial

melalui model discovery learning pada siswa SDN Gadungan 05 Kabupaten Blitar

tingkat IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

penemuan terbimbing dalam pembelajaran penelitian sosial berjalan dengan baik

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu pada pratindakan persentase

ketuntasan klasikal siswa meningkat sebesar 52% pada siswa pertama dan 2 siswa

meningkat. dari 73% menjadi 96%, dimana 1 siswa belum menyelesaikannya.

Bahwa penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing juga dapat

meningkatkan aktivitas guru (yaitu meningkat 86% pada siklus I dan 100% pada

siklus II).

Darmayetni (2018) mempelajari upaya metode pembelajaran penemuan

terbimbing siswa V.A SDN 26 Painan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada topik Ips. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan, dan kesimpulan yang dapat ditarik

adalah: “Metode Pembelajaran Penemuan Pembimbing” dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dari tahap pertama hingga tahap kedua,
hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Prestasi belajar siswa tahap I 51,97

(cukup), tahap II 83,67 (baik), meningkat 31,70%.

Misdalina, Ningsih, dan Marhamah (2017) yang meneliti tentang Pengaruh

Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian

menunjukkan koefisien r hitung sebesar 0,39 dan r tabel adalah 0,34. Hal ini

menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari rtabel 0,39> 0,34. Artinya,

pembelajaran mandiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Koefisien r 0,39 menunjukkan derajat hubungan kemandirian belajar dengan hasil

belajar lemah. Jika melihat”.nilai determinasi didapatkan 15% yang berarti

pembelajaran mandiri memberikan kontribusi 15% terhadap hasil belajar, dan

85% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan analisis uji korelasi dapat

dikatakan bahwa kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.

Novitayati, Ratna (2012) mempelajari pengaruh metode blended learning

dan self-regulated learning terhadap hasil belajar kognitif pada penelitian sosial.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara metode blended

learning dan self regulated learning dalam proses mempengaruhi hasil belajar

kognitif siswa. Metode blended learning dapat meningkatkan kemampuan

pengaturan diri siswa, dan pada akhirnya dapat meningkatkan efek belajar kognitif

siswa. Siswa dengan derajat kemampuan mengatur diri yang tinggi akan

memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya.

Wardhani (2013) yang melaksanakan penelitian tentang penerapan

pembelajaran kooperatif Gunakan metode penemuan terbimbing untuk


meningkatkan semangat belajar siswa Tentang Segitiga dan Segi Empat SMP VII-

B Topik 2 Kepanjen. Hasil penelitian menunjukkan persentase minat belajar siswa

Pada siklus I proporsi pertemuan pertama sebesar 62,5% dan proporsi pertemuan

kedua sebesar 67,5%. Setelah perbaikan pada kedua siklus tersebut, persentase

pembelajaran aktif Pada pertemuan pertama jumlah siswa meningkat menjadi

76,2%, dan pada Pertemuan kedua jumlah siswa meningkat menjadi 85,7%..

Qorri’ah (2011) melakukan penelitian tentang Penggunaan Metode Guided

Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok”

“Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di SMP Paramarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelompok yang

menggunakan metode Guided Discovery Learning lebih baik dari pada

peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelompok yang menggunakan

metode konvensional (metode ceramah). Artinya, penggunaan metode Guided

Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok

bahasan bangun ruang sisi lengkung. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil

perhitungan uji-t yang sangat signifikan.

Jayanto dan Noer (2017) mempelajari kemampuan berpikir inovasi dengan

pembelajaran penemuan terbimbing. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran “penemuan terbimbing”

dapat merangsang berpikir kreatif siswa dan membantu mereka menemukan

pengetahuan atau konsep baru. Karena pembelajaran “penemuan terbimbing”

menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam memahami konsep dan prinsip

konsep serta mengalaminya di bawah bimbingan guru untuk menarik kesimpulan.


Rudyanto (2014) melakukan penelitian tdengan judul Model Discovery

Learning Dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif. Hasil penelitian menunjukkan, 1) rata-rata

kemampuan berpikir kreatif kelas model discovery learning dengan pendekatan

saintifik lebih baik dari pada kelas ekspositori 2); kemampuan berpikir kreatif

mencapai ketuntasan dengan nilai rataan 71,55 dan mencapai ketuntasan klasikal

mencapai 90% 3) Adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada kelas

model discovery learning dengan pendekatan saintifik. dan 4) karakter rasa ingin”

tahu dan keterampilan mengkomunikasikan berpengaruh positif terhadap

kemampuan berpikir kreatif.

G. Kerangka Konseptual berfikir.

Kondisi awal

Guru mengajar dengan Tindakan


metode konvensioanal

Hasil belajar siswa Guru mengajar menggunakan model


rendah (KKM) pembelajaran

Siklus I: Siklus II:


Model pembelajaran Guided Model pembelajaran Self
Discoveri Learning Regulated Learning
(X1) (X2)
Kondisi Akhir

Diduga dengan adanya tindakan


“X1”dan “X2” dapat meningkatkan
hasil belajar “Y” IPS Siswa kelas VI SD

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Berpikir.Penelitian


BAB III

BAB.III

METODE.PENELITIAN

A. Desain.Penelitian

Metode.penelitian.yang.digunakan.adalah.metode.penelitian.kuan

titatif, dan jenis.penelitian.yang digunakan adalah.eksperimen semu

(quasi eksperimental research)..Peneliti.menggunakan.jenis.penelitian

ini karena tidak.mungkin.mengumpulkan.semua.variabel.yang.relevan,

yang akan menyulitkan sekolah untuk mengelola dan kegiatan belajar

mengajar (KBM).

Selaras dengan pendapat (Budiyono,2003:82) yang mengemukakan

bahwa tidak mungkin untuk melaksanakan penelitian true.experimen. Hal

ini dikarenakan bahwa untuk mengumpulkan semua variabel dalam kelas

yang sama yang sesuai akan mempersulit pihak sekolah.


Sedangkan untk desain penelitian yang penulis ambil adalah

menggunakan desain poretest dan post test dengan grup yang tidak

setara. Dengan mengacu hal diatas maka akan dijelaskan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

- Menentukan kelompok eksperiment I dan II

- Melaksanakan pre test dengan soal yang sama pada

kelompok eksperiment I dan II

- Memberikan traetment yang berbeda terhadap setiap

kelompok yang telah ditetapkan (kelompok I

menggunakan model pembelajaran Guided Discovery

Learning dan sedangkan kelompok II menggunakan

model pembelajaran Self Regulated Learning )

- Memberikan post test terhadap kelompok eksperimen I

dan II untuk mengetahu hasil belajar dan membandingkan

kedua buah model pebelajaran

Adapun tabel desain penelitian dapat diliat pada tabel 3.1


C. Variabel Penelitian

1. Variabel.Penelitian

Variable-variabel dalam penetian ini terdiri dari 1 variabel

dependen yaitu hasil belajar ( Y) dan 2 variable independent yaitu model

pembelajarn Guided Discovery Learning (X1) dan model pembelajaran

Self regulated learning (X2). Untuk lebih mudah, maka digambarkan

dengan skema sebagai berikut :

METODE
PEMBELAJARAN
GUIDED DISCOVERY
LEARNING (X1)
HASIL BELAJAR (Y)

METODE
PEMBELAJARAN SELF
REGULATED LEARNING
(X2)

Gambar.3.1 : Skema.Keterkaitan.Antar.Variabel

a. “Variabel Dependen

(Sugiyono, 2013: 39) menyatakan bahwa variabel terikat biasanya

disebut sebagai variabel keluaran, standar, dan hasil. Dalam bahasa

Indonesia biasa disebut dengan variabel dependen. Variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi hasil akibat variabel

bebas Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.

1. Pengertian Operasional: Prestasi belajar merupakan hasil kerja keras

siswa yang dapat dicapai melalui proses pembelajaran melalui

penguasaan pengetahuan, kebiasaan kemampuan, keterampilan dan

sikap, dan hasil tersebut dapat dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi
belajar inilah yang dibutuhkan untuk menentukan kemampuan yang

diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut belajar.

2. Indikator: Setelah mendapat treatment berupa nilai tes prestasi

akademik

3. Rentang pengukuran: interval

4. Simbol: Y

b. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang biasa disebut dengan

variabel stimulus, variabel prediktor, dan variabel anteseden. Dalam bahasa

Indonesia disebut variabel independen. Variabel bebas adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi hasil akibat variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39).”

c. “Model Pembelajaran

1. Pengertian Operasional: Model pembelajaran adalah suatu konsep

yang digunakan oleh guru dalam mendeskripsikan topik yang

didasarkan pada teori tertentu dan bertujuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran bagi siswa melalui proses pembelajaran.

2. Indikator: Kelas yang termasuk dalam model "Guided Discovery

Learning" (GDL) dan kelas "Self-Regulated Learning" (SRL).

3. Rentang pengukuran: nominal

4. Simbol: X1 untuk model pembelajaran Guided Discovery Learning

(GDL) dan X2 untuk model pembelajaran Self Regulated Learning


(SRL).

Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan model discovery

learning sebagai eksperimen pertama, dan model self-regulated learning

(SRL) digunakan sebagai eksperimen kedua.

Selama proses pembelajaran berlangsung digunakan model

Guided Discovery Learning dan Self Regulated Learning . Kegiatan

pembelajaran dalam penelitian ini akan menggunakan kurikulum darurat

Covid- 19 2020 sesuai Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan

pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.”

D. Obyek , Subyek dan teknik pengambilan Obyek Penelitian

1. Obyek dan Subyek Penelitian

Sugiyono (Sugiyono 2011: 117) berpendapat bahwa.

Populasi.adalah suatu wilayah.umum yang tersusun atas.objek dengan

kualitas.dan.karakteristik tertentu, dan objek tersebut ditentukan oleh

peneliti dan disimpulkan setelah dilakukan penelitian..Populasi.adalah

kelompok.subjek.yang ingin menerima generalisasi.hasil.penelitian.yang

mempunyai kesamaan ciri- ciri yang berbeda dengan kelompok.disiplin

ilmu lainnya (Azwar, 2012: 77)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menetapkan populasi sasaran


penelitian ini sebagai siswa SD Negeri Kabupaten Sidoarjo tahun

pelajaran 2020/2021.

2. Obyek.Penelitian

Sampel.merupakan bagian.dari ukuran dan.karakteristik.populasi

(Sugiyono.2011: 118)..Azwar.(2007: 79).menjelaskan bahwa sampel.

adalah.sebagian.individu.yang.diteliti.dan.seluruh.populasi. Sampel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

memilih siswa kelas sosial secara acak dari SD Negeri Sepanjang 1

Taman dan SD Negeri Trosobo 2 Taman Sidoarjo. Pengambilan sampel

didasarkan pada kualitas sampel yang sama dan kondisi demografi, sosial

budaya, dan ekonomi yang hampir sama.

3. Teknik Pengambilan Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan pada tahap penelitian

dilakukan secara random sampling menggunakan multi stage clustering

dengan tahapan sebagai berikut:

 Tahap pertama : Mendaftar sekolah dengan meminta data dari Dinas

Pendidikan Kabupaten Sidoarjo

 Tahap kedua: Berdasarkan data SD Negeri di Kabupaten Sidoarjo, maka

dipilihlah sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 dalam situasi darurat

Covid-19 sebagai obyek penelitian

 Tahap ketiga: Mendapatkan sampel.penelitian.yaitu.dua.sekolah.yang telah


menerapkan.kurikulum.2013,.yaitu SD Negeri.1 Taman dan SD Negeri.

Trosobo 2 Taman Sidoarjo.

 Tahap.IV: Diperoleh.secara.acak pada tingkat kelas.yang.terdiri.dari.2

kelas yaitu kelas.eksperimen.(kelas.dengan.model pembelajaran guided-

discovery.learning ) yaitu Kelas.VI SDN Sepanjang 1. Taman, kemudian.

dilakukan pencarian secara. acak untuk kelas."kontrol" SDN Trosobo 2

Taman Sidoarjo (kelas dengan model pembelajaran self regulated learning

). Pemilihan kedua kategori di atas dilakukan dengan mempertimbangkan

kategori yang sama dengan kualitas sampel, kondisi demografi, sosial

budaya dan ekonomi yang hampir sama.

D. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan Subjek Penelitian


Untuk lokasi penelitian.berada di.SDN di Kabupaten Sidoarjo ,

tepatnya di dua sekolah yakni SDN Sepanjang 1 Taman dan SDN

Trosobo 2 taman Sidoarjo. Adapun alasan penelitih meilih lokasi tersebut

adalah :

 Memudahkan peneliti untuk memperoleh data yang diinginkan karena

jarak kedua lokasi yang tidak terlalu jauh.

 Perlu dilakukan penelitian yang efektif terhadap sekolah.dasar negeri

yang.menerapkan.kurikulum.2013 sebagai acuan wabah Covid-19, agar


prestasi akademik siswa dalam pembelajaran IPS dapat sesuai dengan

tujuan diharapkan. Subjek penelitian.ini.adalah seluruh siswa kelas.

Semester.genap.tahun ajaran 2020/2021

2. Waktu Penelitian

Penelitian.dilaksanakan.pada.semester.genap.yaitu antara.bulan

maret sampai.dengan juni 2021 dengan jadwal mengikuti sekolah

masing- masing sebagai subyek penelitian. Sedangkan untuk ojtahap

tahap penelitian kami sajikan secara terperinci sebagai berikut::

a. Tahap.perencanaan.meliputi.penyusunan rencana penelitian.dan

instrumen.penelitian, dan waktu.pelaksanaannya dari Desember

2020 hingga Februari 2021

b. Tahap pelaksanaan meliputi penyusunan instrumen, pengujian

instrumen, dan pengumpulan data penelitian, periode pelaksanaan

mulai Februari 2021 hingga Maret 2021.

c. Tahap.penyelesaian.meliputi.pengolahan.data,.analisis.data,

penyelesaian.dan evaluasi laporan.penelitian. Periode implementasi

dari Maret 2021 hingga April 2021.

B. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Untuk.mengumpulkan.semua.data.dalam.penelitian.ini,.peneliti

menggunakan.metode.yang dirasa tepat dan.memenuhi persyaratan

untuk. memperoleh data.yang dibutuhkan untuk penelitian.ini. Peneliti

mempertimbangkan bahwa metode pengumpulan data yang tepat adalah

dengan.menggunakan metode.tes.dan.metode survei kuesioner untuk


pengumpulan data. Dengan adanya pandemi Covid 19 maka peneliti

menggunakan pengumpulan data dengan memakai Google form secara

online dan selanjutnya akan ditabulasi menggunakan google spreadsheet

via online .

1. Metode Tes

Budiyono.(2003:54) menyatakan bahwa metode.tes.adalah metode

pengumpulan.data.yang menyajikan pertanyaan--pertanyaan atau perintah

untuk menjawab kepada.subjek.penelitian..Dalam penelitian ini metode tes

sangat berguna.untuk.mengumpulkan.data hasil belajar.akademik

mata.pelajaran IPS di kelas.kontrol.dan.kelas.eksperimen. Setiap.kelas

eksperimen dan.kelas kontrol menggunakan alat tes.pilihan.ganda.dengan.4

alternatif .jawaban. Setiap.jawaban.benar memiliki skor.1, dan.setiap

jawaban.salah.memiliki skor.0.

2. .Metode.Angket

Menurut.Budiyono.(2003:47), metode.survei kuesioner

adalah.suatu metode pengumpulan data.dengan memberikan pertanyaan

.tertulis.kepada objek.penelitian,.responden, dan memberikan

sumber.data.dan.jawaban kepada mereka dalam bentuk.tertulis..Dalam

penelitian.ini.metode. survei kuesioner yang.digunakan telah

diberikan.kepada.subjek.penelitian secara online menggunakan aplikasi

google doc. Melalui subyek penelitian maka akan diketahui nilai hasil

belajar disetiap model pembelajaran . Tiap butir pada angket minat belajar
berupa butir positif.dan butir.negatif.dengan.pilihan.ganda.dan.5.alternatif

jawaban..Untuk pengukurannya peneliti menggunakan skala likert untuk

menilai variabel minat belajar siswa. Method.of.Summated.Rating.(.Arief

Furchan, .2011:279) :

1. .Sangat.Setuju

2. .Setuju.

3. .Ragu-ragu.

4. .Tidak Setuju.

5. .Sangat Tidak Setuju

Kemudian.untuk setiap skor.item afirmatif, jika siswa menjawab A

skornya adalah 5,.B.skor.4,.C.skor.3, D.skor 2,.dan E.skor.1. Untuk setiap

item.negatif, skornya dibalik. A.skor.1,.B.skor.2,.C.skor.3, D.skor.4,.dan.E

5. Skala tipe likert adalah banyak pernyataan positif dan negatif tentang

sikap objek.

C. Instrumen.Penelitian

Alat penelitian.yang.digunakan.dalam.penelitian.ini.adalah.tes

dan.angket. Instrumen.tes digunakan untuk.memperoleh.data.tentang

hasil belajar,.dan alat angket.digunakan untuk memperoleh.data.tentang

evaluasi dan.respon objek penelitian terhadap metode pembelajaran yang

digunakan. Untuk mendapatkan.data.yang.akurat, pengujian

yang.digunakan.dalam.penelitian.ini.harus.memenuhi standar pengujian

yang.baik..Langkah-langkah persiapan ujian adalah sebagai.berikut:

a. .Tes Hasil Belajar.IPS:


1. Mengumpulkan materi- materi maupun bahan ajar yang telah

diberikan kepada siswa beserta.tujuan.pembelajaran.

2. .Membuat soal- soal.yang.akan.ditulis,dengan.cara.membuat

tabel.2.jalan.yang.memuat topik pembelajaran

yang.akan.diukur.dan.aspek.pemahaman.yang.akan dievaluasi.

3. Membuat soal.-soal ujian berdasarkan materi-materi yang

diajarklan beserta.dengan.kunci.jawaban.

4. Menyusun skor.pada.setiap ituem soal.

b. .Angket Metode.belajar :

1. Menyusun butir-butir kuesioner untuk memahami dengan jelas

indikator mana yang akan diukur dalam penyusunan kuesioner.

2. Menentukan.jenis kuisioner langsung.tertutup.dengan

memberikan.5 pilihan jawaban dan pilihan.jawaban yang

tersedia A,.B,.C,.D,.dan.E.

3. Menyusun.kuesioner dengan.banyak pernyataan.yang.sesuai

dengan. indikator di tabel dan dengan.standar penilaian.tertentu.

4. .Menetapkan.skor kuesioner. Di antara 5.pilihan.jawaban,.A

skor.5, B.skor 4, C.skor 3, D.skor 2, dan D. skor 3 . E.akan

mendapatkan 1 skor..Sedangkan.untuk setiap item.negatif,

skornya akan dibalik. A.skor 1, B.skor 2, C.skor 3, D.skor 4, dan

E.5.

1. Uji Coba Instrumen


Setelah menyiapkan instrumen penelitian maka akan dilakukan

pengujian terlebih dahulu. Tujuan dari pengujian tersebut adalah.untuk

mengetahui.sejauh.mana.alat tersebut dapat mengukur.apa.yang harus

diukur.(validitas), begitu pula sebaliknya.Reliabilitas mengacu.pada

sejauh.mana.alat ukur secara.kontinyu mengukur.sesuatu yang.diukur

(Donald.Ali et al. ) al.Trans.Furqon, 2011: 293). Setelah ujian selesai

maka instrumen dan item (tes dan angket) akan dianalisis

sebagai.berikut:

a. Uji.Coba.Tes.Hasil.Belajar.IPS

“Uji coba tes prestasi belajar IPS dilakukan sebanyak dua kali

percobaan dari masing-masing kompetensi dasar yang sudah ditentukan

dalam kurikulum 2013 (KD 3.3 dan KD 4.3). Dari masing-masing soal

yang diambil dari KD 3.3 dan 4.3 berjumlah 25 soal berbentuk pilihan

ganda dengan total 50 soal pilihan berganda dengan durasi waktu 60

menit. Hasil dari analisis uji coba instrumen tes dijadikan pertimbangan

untuk memutuskan apakah butir soal dalam instrumen tes layak atau

tidak digunakan sebagai instrumen pengumpulan data pada penelitian.”

1) Uji Validitas

“suatu uji dapat dikatakan mempunyai tingkat validitas yang

tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan

hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud tersebut (Azwar

1996:174). Instrumen uji dalam penelitian ini dikatakan layak digunakan


apabila tes itu memiliki tingkat kevalidan (ketepatan) sebuah uji.

Dalam penelitian ini, validitas isi soal tes prestasi akademik IPS

dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Alasan dipilihnya guru sebagai

verifikator alat tes adalah karena peneliti menilai bahwa guru mata

pelajaran IPS memiliki pengetahuan dan keahlian dalam mata pelajaran

IPS, sehingga mereka akan dapat menuangkan pendapat dan sarannya

tentang isi atau isinya. Materi yang telah disusun dalam Alat Tes Hasil

Belajar Penelitian Sosial. Setelah validitas isi tercapai, maka instrumen

tes kinerja akademik IPS diujicobakan untuk memperoleh soal yang

memenuhi persyaratan persiapan tes yang baik, meliputi uji validitas dan

uji reliabilitas.”

uji validitas butir soal menggunakan rumus:

Keterangan :
Keterangan :

2) Uji Reabilitas
“Uji.reliabilitas.dihitung.dengan.memakai.rumus Alpha.Cronbach

dan dibantu dengan program SPSS versin.26 adapun rumusnya.adalah

sebagai.berikut”

3) Uji Tingkat Kesukaran Soal

Menentukan.taraf.kesukaran.(TK).digunakan .rumus.sebagai.berikut:

Dimana.:
Dengan.Interprestasi.Tingkat.Kesukaran.sebagaimana.terdapat.dalam

Tabel .berikut:

4) Uji Daya Pembeda Soal


Menentukan.daya.pembeda.(DP).digunakan.rumus.sebagai.berikut.

Dengan.interprestasi.DP.sebagaimana.terdapat.dalam.Tabel.berikut.
Setelah.mendapatkan data.skor.hasil tes, sortir dari terbesar ke terkecil.

Kemudian mulai dari urutan tertinggi 27% dianggap sebagai kelompok teratas,

dan mulai dari urutan paling bawah 27% dianggap sebagai kelompok terbawah.

Dengan cara ini banyaknya siswa tingkat atas = banyaknya siswa tingkat bawah

yaitu na = nb = 10 siswa.

1. Kisi – kisi soal tes hasil belajar IPS

REKAPITULASI HASIL UJI INSTRUMENT SOAL

nilai
no nilai kriteria kriteria
r nilai daya hasil
so validit hasil kesukar daya
tabel kesukaran pem uji
al as an pembeda
beda
tidak
tidak
1 0.270 0.329 0.88888888 0.3 digunak
valid
9 mudah CUKUP an
0.94444444 digunak
2 .408* 0.329 valid 0.2
4 mudah JELEK an
0.83333333 digunak
3 .433** 0.329 valid 0.4
3 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
4 .569** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
0.94444444 digunak
5 .581** 0.329 valid 0.2
4 mudah JELEK an
tidak
tidak
6 0.324 0.329 0.88888888 0.3 digunak
valid
9 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
7 .483** 0.329 valid 0.4
6 mudah CUKUP an
0.91666666 digunak
8 .589** 0.329 valid 0.3
7 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
9 .626** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
0.66666666 BAIKSEKA digunak
10 .588** 0.329 valid 0.7
7 sedang LI an
tidak
tidak
11 0.282 0.329 0.91666666 0.2 digunak
valid
7 mudah JELEK an
digunak
12 .b 0.329 valid 0
1 mudah JELEK an
0.91666666 digunak
13 .568** 0.329 valid 0.3
7 mudah CUKUP an
0.77777777 digunak
14 .381* 0.329 valid 0.5
8 mudah BAIK an
0.72222222 BAIKSEKA digunak
15 .651** 0.329 valid 0.8
2 mudah LI an
tidak
tidak
16 0.216 0.329 0.55555555 0.5 digunak
valid
6 sedang BAIK an
0.83333333 digunak
17 .600** 0.329 valid 0.5
3 mudah BAIK an
digunak
18 .422* 0.329 valid 0.4
0.75 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
19 .683** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
tidak
tidak
20 -0.087 0.329 0.91666666 -0.1 JELEKSEK digunak
valid
7 mudah ALI an
0.80555555 BAIKSEKA digunak
21 .783** 0.329 valid 0.7
6 mudah LI an
0.97222222 digunak
22 .388* 0.329 valid 0.1
2 mudah JELEK an
tidak
tidak
23 0.215 0.329 0.97222222 0.1 digunak
valid
2 mudah JELEK an
0.83333333 digunak
24 .509** 0.329 valid 0.3
3 mudah CUKUP an
0.86111111 digunak
25 .544** 0.329 valid 0.3
1 mudah CUKUP an
0.69444444 BAIKSEKA digunak
26 .431** 0.329 valid 0.9
4 sedang LI an
digunak
27 .b 0.329 valid 0
1 mudah JELEK an
0.41666666 digunak
28 .439** 0.329 valid 0.4
7 sedang CUKUP an
b. “Uji Coba Angket Model Pembelajaran

1. Uji Validitas

Apabila isi instrumen penelitian merupakan sampel yang

representatif dari seluruh isi perangkat uji, maka instrumen penelitian

dianggap efektif berdasarkan validitas isinya. Karena uji tersebut adalah

sebuah standar kinerja (Budiyono, 2003: 58). Dalam penelitian ini

apabila kisi-kisi istrument uji yang dibuat menunjukkan sudah

merepresentasikan isi yang akan diukur, maka alat survey kuisioner

dianggap baik, dan selanjutnya masing-masing butir angket yang telah

disusun .cocok.atau relevan.dengan.klasifikasi.kisi-kisi.yang.ditentukan.

Selain itu juga dilakukan validitas dan konfirmasi isi item

kuesioner. Dalam penelitian ini verifikasi dilakukan oleh guru mata

pelajaran IPS dan guru BK yang berpengalaman. Alasan mengapa

peneliti memilih guru ilmu sosial dan instruktur konsultasi yang

berpengalaman adalah karena guru ilmu sosial dan instruktur konsultasi

memiliki lebih banyak pengetahuan dan pemahaman tentang minat siswa

dalam standar pembelajaran dan status siswa. Hal ini sejalan dengan

pandangan Budiyono yang menilai apakah alat angket memiliki validitas

isi yang tinggi biasanya dilakukan oleh expert atau expert judgement

(Budiyono, 2003: 58).

Setelah uji validitas dan uji validasi butir angket dilakukan maka

peneliti akan menggunakan pedoman atau bahan acuan untuk

memperbaiki, menyempurnakan atau membuang butir-butir angket yang


telah peneliti susun sebelumnya. Kemudian untuk mendapatkan kriteria

butir angket yang baik maka akan menggunakan bantuan program SPSS

26.”

2. Uji.Reliabilitas

uji reabilitas menghitung apakah butir -butir angket layak atau

tidak untuk digunakan. Adapun cara perhitungannya dengan metode

alpha.Cronbach.dengan.rumus.adalah.sebagai.berikut :

Keterangan :

3. Kisi- kisi angket


Kisi – kisi angket GDL

Scale. Scale. Cronbach's Validitas


Mean if Variance R. table Alpha. if
Item if Item (12) Item
Item. Deleted Deleted (responden) Deleted
QUESTION 58.58 138.629 0.576 0.980 valid
1
QUESTION 58.33 141.333 0.576 0.974 valid
2
QUESTION 58.17 145.606 0.576 0.973 valid
3
QUESTION 58.08 137.902 0.576 0.969 valid
4
QUESTION 58.08 136.083 0.576 0.971 valid
5
QUESTION 58.25 137.659 0.576 0.971 valid
6
QUESTION 58.25 136.932 0.576 0.970 valid
7
QUESTION 58.25 136.386 0.576 0.970 valid
8
QUESTION 58.00 138.182 0.576 0.970 valid
9
QUESTION 58.17 137.788 0.576 0.970 valid
10
QUESTION 58.17 137.061 0.576 0.970 valid
11
QUESTION 58.00 138.909 0.576 0.970 valid
12
QUESTION 58.17 136.515 0.576 0.969 valid
13
QUESTION 58.08 137.538 0.576 0.970 valid
14
QUESTION 58.08 137.538 0.576 0.970 valid
15
Kisi – kisi angket SRL

Scale Scale Cronbach's Validitas


Mean Variance if R table Alpha if .
if.Item Item.Delete (14). Item.Delete
Item. Deleted d (responden) d
QUESTIO 47.46 101.103 0.775 0.958 valid
N1
QUESTIO 47.69 102.731 0.676 0.959 valid
N2
QUESTIO 48.00 99.667 0.779 0.958 valid
N3
QUESTIO 47.54 102.103 0.810 0.957 valid
N4
QUESTIO 47.46 98.603 0.758 0.958 valid
N5
QUESTIO 47.62 99.756 0.850 0.956 valid
N6
QUESTIO 47.92 97.577 0.865 0.956 valid
N7
QUESTIO 47.77 96.692 0.802 0.957 valid
N8
QUESTIO 47.62 101.256 0.758 0.958 valid
N9
QUESTIO 47.54 107.769 0.526 0.962 valid
N 10
QUESTIO 47.69 99.231 0.890 0.955 valid
N 11
QUESTIO 47.85 102.474 0.727 0.958 valid
N 12
QUESTIO 47.85 96.808 0.810 0.957 valid
N 13
QUESTIO 47.46 104.436 0.794 0.958 valid
N 14
QUESTIO 47.62 102.090 0.811 0.957 valid
N 15
D. Teknik.Analisis.Data

Adapun teknik yang digunakan untuk analisis data menggunakan

langkah-langkah dibawah ini:

1. Uji Asumsi atau Uji Prasyarat Analisis

Dalam menganalisa masalah , analisa kuantitatif sangat

diperlukan. Penelitian ini diselesaikan dengan mengumpulkan

informasi dalam bentuk digital. Kemudian interaksi informasi dalam

kerangka lanjutan dan menyelidikinya untuk mendapatkan data logis

di balik angka-angka tersebut (Nanang, 2010: 19). Sementara

menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008: 13) penelitian kuantitatif

adalah penelitian yang tidak menekankan pada derajat kedalaman

informasi, dan eksplorasi kuantitatif sebenarnya tidak berfokus pada

kedalaman informasi yang vital untuk memiliki pilihan. untuk

merekam. betapapun banyaknya informasi yang dapat diharapkan

dari populasi yang berbeda .

Sugiyono (2010: 275) berpendapat bahwa, jika peneliti

bermaksud untuk memprediksi kondisi variabel dependen (standar)

dan memanipulasi dua atau lebih variabel independen sebagai

prediktor, maka peneliti akan menggunakan analisis regresi

berganda (kenaikan dan penurunan nilai)). . Oleh karena itu, jika

jumlah variabel independen lebih besar dari dua maka akan

dilakukan analisis regresi berganda.


(Nanang 2010: 163) menyatakan bahwa Fungsi.regresi erat

kaitannya dengan uji korelasi.(korelasi pearson) karena uji.regresi

merupakan kelanjutan dari uji.korelasi. Jika nilai variabel x

ditambahkan beberapa kali, maka uji regresi berfungsi untuk

memprediksi atau memprediksi nilai variabel y. Untuk melakukan

pengujian regresi tentunya harus dilakukan pengujian korelasi

terlebih dahulu. Kami melakukan uji korelasi, belum tentu uji

regresi.

Untuk mendapatkan nilai pemikiran efektif dari persamaan

regresi, asumsi klasik harus dipenuhi dalam analisis data.

1) Uji.Normalitas

Uji.normalitas data diidentifikasikan dengan kesesuaian

informasi. Motivasi di balik penggunaan uji normalitas adalah

karena dalam penyelidikan faktual parametrik anggapan yang

seharusnya dibuat informasi adalah informasi yang disampaikan

secara teratur (Suharyadi dan Purwanto, 2009: 231-232). Sementara

itu, sesuai dengan pendapat (Sulhan, 2009: 24) uji normalitas data

dirancang untuk memutuskan apakah residual model regresi

tersalurkan secara normal. Teknik yang digunakan untuk menguji

normalitas adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov>

0,05 untuk memenuhi asumsi normalitas data.

2) Uji.Multikoliniaritas

Multikolinearitas pertama kali diusulkan oleh Ragner Frish.


Frish berpendapat bahwa multikolinearitas adalah adanya lebih dari

satu hubungan lurus (koefisien hubungan antar faktor = 1), sehingga

koefisien relaps faktor bebas tidak dapat diselesaikan dan kesalahan

standar tidak terbatas (Suharyadi dan Purwanto, 2009: 231-232) . ).

(Sulhan, 2009: 15-16) Perspektif lain menunjukkan bahwa adanya

multikolinearitas yang menakjubkan akan membuat

ketidakberdayaan menentukan koefisien regrsi, dan standar deviasi

tidak terbatas. Jika multikolinearitas tidak ideal, koefisien regresi

akan memiliki deviasi standar yang sangat besar meskipun dibatasi,

yang berarti koefisien tersebut tidak dapat dinilai secara efektif.

Penyelidikan pengenalan multikolinearitas adalah sebagai berikut:

3) Uji.Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji..hipotesis ini adalah untuk..menghitung apakah

varians residual antara satu observasi dengan observasi lainnya

dalam model regresi adalah tidak sama. Jika varians residual antara

observasi yang satu dengan observasi lainnya berbeda maka


dinamakan derajat anomali, dan model yang baik tidak memiliki

derajat anomali.

(Sulhan, 2009: 16) menyatakan bahwa uji koefisien hubungan

Spearman Rank digunakan untuk menguji heteroskedastisitas, untuk

mengaitkan secara spesifik residu tertinggi hasil dengan setiap variable

bebas. Apabila taraf signifikannya dibawah 0,05 (5%), maka

mengandung heteroskedastisitas, dan sebaliknya mengandung makna

non-heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.

4. Uji.Autokorelasi

Korelasi otomatis bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antara kesalahan perancu pada periode t dan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi

dilakukan uji Durbin-Watson (D-W) (Santoso, 2000: 219) dengan

kondisi sebagai berikut:

a. Angka D-W di bawah -2 memiliki autokorelasi positif.

b. Angka D-W berada di antara -2 dan +2 yang berarti tidak ada

autokorelasi.

C. Jika bilangan D-W lebih besar dari +2, ini menunjukkan

autorelasi negatif.

2. Regresi Linier Berganda

(Suharyadi dan Purwanto, 2004:508) mengemukakan bahwa

Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunbakan


untuk menhitung besaran pengaruh variable terikat yang jumlahnya

lebih dari dua.

Adapun rumus dari analisis regresi berganda tersebut adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 +

…+bkXk

untuk mendeteksi pengaruh antara variable terikan dengan variable

bebas maka dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 26.

Sehingga memudahkan peneliti untuk menghitung dan mengolah data

hasil penelitian.
3. Uji-Hipotesis

1) Uji.Signifikan.Simultan (Uji F)

Untuk melohat pengaruh secara berganda antara variable bebas

dan variable terikant maka digunakan uji F . dengan rumus

sebagai berikut :

Berikut kami sajikan tahap-tahap untuk menghitung uji F :

a. Perumusan Hipotesis

Ho : Diduga.variabel Guided Discovery Learning (X1) dan self

Regulated Learning (X2), secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap prestasi (Y) mata pelajaran IPS

kelas VI SD

H1: Diduga variabel Guided Discovery Learning (X1) dan self

Regulated Learning (X2), secara bersama-sama


berpengaruh terhadap prestasi (Y) mata pelajaran IPS

kelas VI SD

b. Kriteria penolakan atau penerimaan

4. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji T)

(Suharyadi dan Purwanto, 2011:228) menyatakan bahwa untuk

menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak

terhadap variable terikat digunakan uji signifikan parsial (uji t) atau

individu

Adapun langkah untuk uji t atau uji parsial adalah:

1) Perumusan hipotesis
2) Menentukan daerah kritis

Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas

n-k, dan taraf nyata α

3) Menentukan nilai t-hitung

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2011:229) nilai t- hitung dapat

diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
4) Menentukan daerah keputusan

Daerah keputusan untuk menerima Ho atau menerima Ha.

5) Memutuskan hipotesis

Ho: Diterima jika t hitung t tabel

Ha: Diterima jika t hitung≥ t tabel

5. Koefisien Determinasi (R2)

Persamaan regresi terhadap total variansi menentukan sejauh

mana perubahan yang terjadi yang ditunjukkan koefisin determinasi.

Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tambahkan daftar pustaka


Susunlah proposal lengkap. Mulai cover, kata pengatar, daftar isi
sampai daftar pustaka
90
91

You might also like