Professional Documents
Culture Documents
01 - Kesenian Sisingaan Subang - Tinjauan Historis
01 - Kesenian Sisingaan Subang - Tinjauan Historis
Naskah Diterima: 9 Mei 2017 Naskah Direvisi: 9 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017
Abstrak
Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara
Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian sisingaan
dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini
perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang
mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada
awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan.
Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri
dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi,
kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua
indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan.
Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk
penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta
penduduknya.
Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang.
Abstract
Sisingaan (lion dance) is an art that comes from the area in the north of West Java
Province; Subang Regency. Until now, the Sisingaan has been defined as a part of people’s
struggle against the landlords or the colonialists. However, this opinion needs to be reviewed
considering some art experts such as Edih and Armin Asdi who said that firstly this art is served
as a tool to parade children who will be circumcised. Therefore, to describe the problem,
researchers use historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation and
historiography. Based on research conducted, Sisingaan was not born as an action of resistance
because before the action occured, this art has existed and several times held at circumcision
event. There are at least two indicators that can be put forward to explain the background of the
formation of Sisingaan. First, it is an integral part of the Islamization process in Subang. Second,
as a form of respect to P.W. Hofland for his contribution in building Subang and its residents.
Keywords: Sisingaan, Historic, Subang.
Daerah lainnya yang patut dicatat pada akhirnya melawan tuan tanah dan
adalah daerah yang terletak di sebelah salah satunya adalah melalui kesenian
utara Provinsi Jawa Barat bernama bernama sisingaan1. Dengan demikian
Subang. Subang adalah salah satu daerah dapat dikatakan bahwa sisingaan lahir
yang memiliki banyak kesenian. sebagai bentuk perlawanan rakyat Subang
Umpamanya, kesenian gembyung, doger terhadap tuan tanah atau penjajah. Tokoh
kontrak, jaipongan dan sisingaan. yang mendukung dengan asumsi tersebut
Sebenarnya masih banyak kesenian lainnya di antaranya adalah Ukat Mulyana yang
yang belum disebutkan dari daerah ini. dikenal sebagai “Kang Robot” sekaligus
Namun demikian, kesenian yang paling sebagai seniman sisingaan Subang (Dewi,
khas dan bahkan menjadi simbol dari dkk., 2015: 5).
daerah ini adalah kesenian sisingaan. Hal Namun demikian, berbicara
ini dibuktikan dengan ditempatkannya sisingaan secara historis tentu harus
patung manusia yang sedang bermain berbicara data dan fakta. Sampai hari ini
sisingaan di pusat Kota Subang. belum ditemukan data yang akurat untuk
Sebagai kesenian yang paling memperkuat asumsi tadi. Dengan
khas, sisingaan terus mengalami demikian, hal itu masih memungkinkan
perkembangan yang cukup signifikan. untuk diperdebatkan kembali.
Banyaknya grup sisingaan yang ada di Sejarah munculnya sisingaan di
Kabupaten Subang membuktikan hal itu. Subang sangat menarik untuk dikaji karena
Hal ini tentu tidak lepas dari besarnya sampai hari ini terkait dengan kapan
antusias masyarakat terhadap sisingaan kesenian ini lahir, siapa yang
yang kemudian menjadi sumber motivasi menciptakannya, dan di mana tempat
bagi mereka untuk tetap melestarikan lahirnya masih menjadi misteri meskipun
kesenian tersebut melalui grup-grup yang beberapa orang telah mencoba meneliti hal
mereka dirikan. Besarnya antusias itu itu baik yang dilakukan oleh seniman
terefleksikan pada seringnya Kesenian sisingaan maupun akademisi dengan hasil
sisingaan digunakan pada berbagai acara yang berbeda-beda.
seperti acara pernikahan, khitanan dan Selain itu, terdapat pendapat yang
acara lainnya baik sebagai pembuka agaknya perlu ditinjau ulang berkenaan
maupun sebagai penutup acara. dengan gerakan perlawanan yang kerap
Setiap kesenian di berbagai daerah kali dikaitkan dengan lahirnya sisingaan.
tentu memiliki sejarahnya masing-masing, Padahal, alasan-alasan berikut kiranya
kapan munculnya dan apa yang dapat dipertimbangkan untuk
melatarbelakanginya. Kesenian sisingaan mempertimbangkan kembali asumsi
juga memiliki sejarah yang sangat panjang. tersebut. Pertama, gerakan perlawanan di
Akan tetapi, sampai hari ini belum Subang menurut Iim Imadudin baru terjadi
ditemukan angka yang tepat untuk pada 1913 (Imadudin, 2013: 165-166).
menunjukkan sejak kapan sebenarnya Padahal, sisingaan telah ada sebelum tahun
sisingaan muncul. tersebut yang dibuktikan dengan
Sampai hari ini, masyarakat umum pengakuan seorang lurah di Cigadung yang
mempercayai bahwa sisingaan lahir sejak pernah diarak menggunakan sisingaan
Subang menjadi tanah swasta. Selama pada 1910 (Alamsyah, 2015: 4-5). Kedua,
menjadi tanah swasta, rakyat Subang hampir semua pakar sisingaan sepakat
mengalami banyak penderitaan karena tuan bahwa pada awalnya kesenian ini
tanah mewajibkan mereka untuk bekerja difungsikan untuk mengarak anak-anak
menjadi buruh perkebunan dengan upah
yang sangat kecil. Bahkan tidak sedikit 1
Dalam hal ini, kesenian sisingaan digunakan
dari mereka yang tidak mendapatkan upah. untuk menyulut semangat nasionalisme yang
Akibatnya, banyak rakyat Subang yang berarti membebaskan diri dari belenggu tuan
tanah atau penjajah (Saini, 2001: 1).
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 183
yang akan dikhitan. Dengan demikian, masa lampau yang berkaitan dengan objek
betulkah sisingaan lahir sebagai bentuk yang diteliti (Herlina, 2008: 7-15).
perlawanan?
Setelah sumber terhimpun, maka
Terkait dengan hal tersebut maka
dilakukan tahapan kedua, yaitu kritik.
muncul beberapa persoalan seperti:
Kritik terdiri atas kritik eksternal dan kritik
Bagaimana sejarah munculnya sisingaan di
internal. Kritik eksternal dilakukan dengan
Subang? Benarkah kesenian sisingaan
meneliti keaslian sumber dan kritik
muncul sebagai sikap perlawanan rakyat
internal dengan meneliti kredibilitas
Subang terhadap tuan tanah atau penjajah?
sumber (Kuntowijoyo, 2013: 77-78).
Penulisan artikel ini tentu bukan
Namun demikian, sumber yang
tanpa tujuan. Tulisan ini diharapkan dapat
telah dikritik belum dianggap sebagai fakta
memberikan informasi dan pengetahuan
sejarah. Untuk itu, perlu dilakukan
kepada semua orang terutama untuk
koroborasi suatu sumber sejarah dengan
mereka yang berkepentingan dengan
sumber lain yang bersifat merdeka
sejarah sisingaan. Adanya bukti-bukti baru
sehingga menghasilkan fakta yang
yang relevan mengantarkan penulis untuk
mendekati kepastian. Jika koroborasi tidak
mengupas kembali sejarah sisingaan yang
bisa dilakukan, maka berlaku prinsip
selama ini masih menjadi misteri.
argumentum ex silentio, sumber yang
Pada penelitian terdahulu, Dewi
berisi data dianggap sebagai fakta
(2013) mengungkapkan tentang sejarah
(Gottschalk, 2008: 130; Herlina, 2008: 34-
munculnya sisingaan yang disebutnya
35).
berbarengan dengan ditetapkannya Subang
Tahapan ketiga disebut dengan
menjadi tanah swasta pada 1812;
interpretasi. Tahapan ini terdiri atas
Puspitasary (2013) menguraikan tentang
analisis (menguraikan) dan sintesis
masuknya pengaruh komersial pada
(menyatukan). Interpretasi disebut sebagai
kesenian sisingaan yang sekaligus menjadi
biang subjektifitas. Untuk itu, pada
tanda telah terjadinya pergeseran makna
tahapan ini, penulis harus mengambil jarak
dalam kesenian tersebut; Mulyadi (2007)
dengan sumber agar tidak terlalu dekat dan
mendeskripsikan mengenai sejarah singkat
menimbulkan bias. Dikenal beberapa jenis
sisingaan, perkembangan fungsi sisingaan
interpretasi, yaitu interpretasi verbal,
dari masa ke masa dan menolak asumsi
teknis, logis, psikologis, dan faktual.
mengenai sisingaan yang lahir sebagai
Tahapan akhir dari metode sejarah disebut
bentuk perlawanan; Alamsyah (2015)
dengan historiografi (Herlina, 2008: 36-
memaparkan mengenai sejarah sisingaan
60).
dengan menghadirkan asumsi beberapa
Untuk penjelasan yang bersifat
peneliti sisingaan seperti Edih, Armin
analitis, penulis menggunakan konsep seni
Asdi, dan Nanu Munajar. Cakupan waktu
dan politik. Eratnya kaitan antara keduanya
yang dikaji dalam penelitian ini cukup
disebut Saini dengan political theatre
panjang yaitu dari abad ke-15 sampai
karena di dalam seni terdapat berbagai
dengan abad ke-20. Adapun wilayah
kepentingan yang menyertainya (Saini,
penelitian yang dikaji adalah Kabupaten
2001: 1). Oleh karena itu, memandang seni
Subang.
sebagai kepentingan merupakan cara
berfikir kritis dalam menganalisis sejarah
B. METODE PENELITIAN
munculnya kesenian sisingaan di Subang.
Penelitian ini menggunakan
Sebagaimana dikatakan Albert
metode sejarah yang terdiri atas heuristik,
Camus bahwa seni diciptakan oleh
kritik, interpretasi, dan historiogafi. Tahap
masyarakat. Ia adalah wujud dari
pertama dari metode sejarah adalah
kreativitas manusia baik secara individu
heuristik. Pada tahapan ini penulis mencari
maupun kelompok. Melalui seni seseorang
dan menghimpun sumber, informasi, jejak
dapat berekspresi, mengeluarkan jati
184 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196
dirinya. Lebih jauh, seni dapat digunakan merupakan seni pertunjukan dalam bentuk
untuk kepentigan tertentu oleh kalangan arak-arakkan yang biasanya dilakukan
tertentu pula (Camus, dkk., 1998: xxvi). dalam hajat sunatan3.
Dalam hal ini, sisingaan digunakan oleh Terkait dengan asal-usul kesenian
masyarakat Subang untuk kepentingan sisingaan, ada beberapa pendapat yang
politik. telah dikemukakan oleh para pakar
Pada dasarnya semua orang dapat sisingaan baik yang didasarkan pada cerita
menciptakan seni. Namun tidak semuanya yang berkembang di masyarakat maupun
memiliki kemampuan untuk pada bukti-bukti yang telah mereka
mengembangkan seninya lebih jauh lagi temukan. Namun, hampir semua pakar
hingga dikenal oleh masyarakat luas. meyakini bahwa kemunculan sisingaan
Artinya hanya orang-orang tertentu saja memiliki kaitan yang erat dengan situasi
yang dapat melakukannya terutama pada sosial politik Subang pada masa
seni pramodern. Sebagaimana dikatakan penjajahan.
Ahmad Norma bahwa seni pramodern Pendapat pertama dikemukakan
hanya ada di kelompok-kelompok elite oleh Yuliadi Soekardi yang mendasarkan
tertentu. Ia jauh dari kehidupan rakyat pada cerita yang berkembang di
jelata yang secara strata sosial berada di masyarakat. Ia mengatakan bahwa
bawahnya. Ia juga dapat menjadi alat yang Sisingaan diciptakan oleh seseorang yang
dikendalikan kekuasaan (Camus, dkk., berasal dari Desa Ciherang4. Ia
1998: xxi). Dengan perkataan lain, seni menggambarkan tokoh tersebut dalam
diciptakan oleh para penguasa untuk bukunya sebagai seorang rakyat biasa yang
mengendalikan berbagai hal sesuai dengan bekerja sebagai buruh perkebunan di Desa
kepentingan. Ciherang. Pemikirannya melampaui orang-
Namun demikian, Leon Trotsky orang pada umumnya. Ia selalu
berpandangan lain terkait dengan hal itu. Ia memikirkan nasib dirinya dan rakyat
berpandangan bahwa sebenarnya seni Subang yang berada dalam tekanan dan
merupakan ekspresi dari masyarakat yang siksaan para penjajah. Kondisi demikian
tertindas oleh para penguasa (Camus, dkk., membuat dirinya semakin benci terhadap
1998: 27). Artinya seni diciptakan bukan penjajah dan ingin melakukan perlawanan
oleh para penguasa melainkan oleh rakyat terhadap mereka. Namun demikian, ia
yang berada di bawahnya sebagai akibat sadar bahwa tidak mungkin melakukan
telah dirampasnya hak-hak mereka. Oleh perlawanan hanya seorang diri dan tanpa
karena itu, analisis yang dilakukan untuk adanya persatuan dari rakyat Subang untuk
mengungkap siapa yang melahirkan seni melakukan yang sama. Untuk itu, ia
berupa sisingaan tidak hanya terfokus mencoba mencari cara terbaik untuk
kepada kalangan tertentu saja melainkan melakukan perlawanan. Jalan keluar dari
seluruh lapisan masyarakat baik rakyat
jelata maupun elite sehingga diharapkan
mampu memberikan hasil yang maksimal. tersebut dan kemudian diakhiri dengan akhiran
–an maka kata tersebut memiliki arti
C. HASIL DAN BAHASAN menyerupai seperti si-singa-an, ku-kuda-an,
1. Asal-usul Kesenian Sisingaan mo-mobil-an, dan lain sebagainya.
Kesenian sisingaan2 merupakan 3
Sunatan adalah ritual dalam Islam yang
kesenian yang berasal dari Subang. Ia diperuntukan bagi anak laki-laki dengan
memotong bagian tertentu dari alat
2 reproduksinya.
Sisingaan memiliki kata dasar singa. Ia
4
mendapatkan awalan si- dan akhiran–an. Di dalam bukunya, ia memberi nama tokoh
Dalam kepercayaan masyarakat Sunda, apabila pencipta sisingaan dengan nama fiktif bernama
sebuah kata mendapatkan awalan dengan Tarya (Soekardi, 2006: 1).
pengulangan morfem awal pada kata dasar
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 185
kemudian membentuk N.I Landbouw meningkat. Di sisi lain, hal tersebut tidak
Maatschapij (Imadudin, 2013: 62-63). lepas dari situasi sosial politik di Subang
Dalam perkembangan selanjutnya, yang saat itu mulai bermunculan
perusahaan mengalami fluktuatif dan organisasi-organisasi kebangsaan yang
mengarah kepada kemunduran (masa pada intinya menuntut kemerdekaan
disintegrasi P en T). Setelah dianggap sehingga gelombang perlawanan semakin
tidak bisa lagi berkembang, pada akhirnya meningkat.
penguasaan tanah Subang kembali lagi ke Dengan demikian, apabila
tangan orang-orang Inggris yaitu kepada sisingaan dikaitkan dengan gerakan
suatu perusahaan bernama The Anglo- perlawanan seharusnya sisingaan baru lahir
Dutch Plantation of Java, Limited pada setidak-tidaknya setelah 1913. Akan tetapi,
1910 (Pemerintah Kabupaten Subang tt: kenyataannya tidak demikian, pada 1910
36). seperti yang telah dipaparkan di awal,
Pada masa ini, perusahaan P en T sisingaan telah digunakan sebagai upacara
kembali bangkit. Salah satu komoditas syukuran. Oleh karena itu, dapat dikatakan
unggulannya adalah teh. Namun bahwa sisingaan tidak lahir dengan latar
kebangkitan perusahaan ini dibarengi belakang perlawanan.
dengan penekanan yang lebih berat kepada
rakyat Subang. Kebijakan menaikkan
2. Sisingaan sebagai Bagian dari
cukai hingga dua ratus persen membuat
Islamisasi
rakyat semakin dibebani pekerjaan yang
Telah dijelaskan sebelumnya
berat. Karena pembayaran cukai dilakukan
bahwa berdasarkan bukti-bukti yang ada
dengan bekerja kepada perusahaan. Di sisi
sisingaan tidak lahir dengan latar belakang
lain, upah yang diterima tidak mengalami
perlawanan. Akan tetapi, terdapat beberapa
perubahan yang signifikan. Dampaknya,
hal yang membuat sisingaan dapat
kesejahteraan rakyat mulai terganggu.
diasumsikan sebagai bagian dari proses
Sejak saat itu, rakyat Subang mulai aktif
islamisasi di Subang seperti halnya
melakukan gerakan perlawanan baik dalam
kesenian gembyung11Subang (wawancara
skala kecil maupun yang lebih besar
dengan Agustias, 13 Februari 2017). Hal-
(Imadudin, 2013: 165-166).
hal tersebut yaitu penggunaan singa
Pada 1913 terjadi aksi perlawanan
sebagai wujud kesenian dan fungsi dari
yang dilakukan para petani di distrik
sisingaan itu sendiri.
Pamanukan dan Ciasem. Penyebabnya
Penggunaan singa sebagai wujud
antara lain meningkatnya cukai yang
kesenian Sisingaan menjadi menarik untuk
kemudian berimbas kepada tuntutan kerja
dikaji lebih dalam lagi. Sebab, masyarakat
yang semakin berat. Pada awalnya, aksi
Sunda tidak mengenal binatang itu.
tersebut tidak dapat diredam karena jumlah
Dengan demikian, muncul dugaan telah
antara pendemo dan aparat setempat tidak
masuknya pengaruh asing ke Subang.
sebanding. Tercatat petani yang melakukan
Rute perdagangan dan pelayaran
demo sekitar 350 orang. Meskipun
antara Kepulauan Indonesia dengan negeri-
demikian, aksi tersebut tidak terkoordinasi
negeri di Timur Tengah seperti Persia telah
dengan baik, hingga pada akhirnya polisi
dikenal sejak zaman dahulu (Algadri,
setempat berhasil meredamnya (Imadudin,
2013: 167-176).
Sejak saat itu sampai dengan 11
Menurut cerita masyarakat, kesenian
berakhirnya masa penjajahan Belanda di gembyung lahir untuk menarik minat anak
Indonesia gerakan perlawanan mulai kecil agar mau dikhitan karena masyarakat saat
bermunculan di Subang. Hal itu itu merasa takut ketika akan dikhitan
disebabkan karena meningkatnya pajak (wawancara dengan Agustias, 13 Februari
yang diterima rakyat dan beban kerja yang 2017).
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 191
dengan makam lainnya (Daukes, 1943: 22- dalam tesisnya, kemudian Armin Asdi
23). dengan asumsinya seperti yang telah
dijelaskan di awal dapat diterima.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan
di atas kiranya dapat dimungkinkan bahwa
kesenian sisingaan dibuat untuk
menghormati P. W. Hofland mengingat
gelar yang didapatnya dari Kerajaan
Belanda adalah Lion atau singa. SelPin itu,
jika benar sisingaan lahir pada masa ia
berkuasa maka dapat dipastikan hal
tersebut bukan sebagai perlawanan karena
kondisi masyarakat berada pada tingkat
kesejahteraan yang cukup baik.
Gambar 5. Makam P.W. Hofland di Subang
Sumber: Anggi Agustian J.
Namun siapakah yang menjadi
pada 4 Maret 2017. pencetusnya? Tentu saja bukan dari
kalangan bawah dalam strata sosial
Di sisi lain, masyarakat Subang masyarakat Subang. Ia adalah para elite15
mengenal baik P. W. Hofland. yang secara sosial memiliki kedekatan
Perkembangan kota selalu diikuti dengan dengan tuan tanah karena mereka
perkembangan masyarakat yang dalam hal penyambung lidah di antara penguasa dan
ini berarti peningkatan kesejahteraannya yang dikuasai.
(Rahardjo, 1983: 11). Sebagaimana telah Adapun kaitan antara sisingaan
dijelaskan terdahulu bahwa P. W. Hofland dengan gerakan perlawanan rakyat Subang
telah berhasil mengembangkan kota dan merupakan simbol yang muncul
masyarakatnya melalui irigasi dan belakangan terutama pasca seminar
pemanfaatan tanah. Dampaknya, kesenian sisingaan yang diselenggarakan
masyarakat berada dalam kondisi yang pada 1988 (Mulyadi, 2003:5). Artinya
cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan telah terjadi perubahan simbol pada
tidak terdapatnya perlawanan dari rakyat sisingaan.
Subang selama ia berkuasa. Lebih jauh, Munculnya simbol sisingaan
bukti yang dapat dikemukakan lagi antara sebagai bentuk perlawanan dapat kita
lain patung P. W. Hofland yang terdapat di pahami melalui kultuurgebundenheit
tempat peristirahatannya. Biasanya, ketika (ikatan kebudayaan) dan zeitgeist (jiwa
masa revolusi fisik berlangsung, zaman). Pada 1913 rakyat Subang mulai
bangunan-bangunan yang menjadi simbol melakukan gerakan perlawanan terhadap
orang Belanda atau penjajah akan dirusak tuan tanah. Kemudian pada periode 1945-
untuk menghilangkan nuansa penjajahan di 1949 rakyat Subang berada pada periode
daerah tersebut. Seperti yang terjadi pada
bangunan pemerintah jajahan di Subang
15
seperti Kantor Besar P en T, Atelier, Yang dimaksud dengan golongan elite disini
Gedong Hejo, Gedung Tuan Houwing dan ialah mereka yang disebut oleh Geertz sebagai
yang lainnya yang dibumihanguskan. golongan priyayi. Van Niel kemudian
Namun demikian, patung P. W. Hofland menambahkan bahwa para priyayi bekerja
tidak ada yang merusaknya. Bahkan sebagai pejabat-pejabat administrasi
sampai kini patung tersebut dapat dilihat di pemerintahan pribumi dan oleh sebab itu
mereka dipersilahkan oleh pemerintah kolonial
Museum Wisma Karya Subang secara utuh
untuk menggunakan gelar Raden atau Raden
tanpa adanya kerusakan sedikitpun. Mas. Lihat Kartodirdjo, Sartono,
Hal itu menunjukkan kepada kita Perkembangan Peradaban Priyayi,
untuk sampai kepada pemikiran bahwa apa (Yogyakarta: Gadjahmada University
yang dikemukakan Machmoed Effendhie Press,1987) hlm. 1-5.
194 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196