You are on page 1of 16

Kesenian Sisingaan.....

(Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 181

KESENIAN SISINGAAN SUBANG:


SUATU TINJAUAN HISTORIS
A SISINGAAN (LION) DANCE ART SUBANG: A HISTORICAL REVIEW

Anggi Agustian Junaedi, Nina Herlina Lubis, Kunto Sofianto


Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor
e-mail: anggiagustian81@gmail.com

Naskah Diterima: 9 Mei 2017 Naskah Direvisi: 9 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017

Abstrak

Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara
Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian sisingaan
dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini
perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang
mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada
awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan.
Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri
dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi,
kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua
indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan.
Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk
penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta
penduduknya.
Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang.

Abstract
Sisingaan (lion dance) is an art that comes from the area in the north of West Java
Province; Subang Regency. Until now, the Sisingaan has been defined as a part of people’s
struggle against the landlords or the colonialists. However, this opinion needs to be reviewed
considering some art experts such as Edih and Armin Asdi who said that firstly this art is served
as a tool to parade children who will be circumcised. Therefore, to describe the problem,
researchers use historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation and
historiography. Based on research conducted, Sisingaan was not born as an action of resistance
because before the action occured, this art has existed and several times held at circumcision
event. There are at least two indicators that can be put forward to explain the background of the
formation of Sisingaan. First, it is an integral part of the Islamization process in Subang. Second,
as a form of respect to P.W. Hofland for his contribution in building Subang and its residents.
Keywords: Sisingaan, Historic, Subang.

A. PENDAHULUAN daerah lainnya. Umpamanya, Aceh dengan


Indonesia merupakan tempat hidup tari saman-nya, Ponorogo dengan reog-
dan berkembangnya berbagai macam nya, Bali dengan tari kecak dan tari
kesenian yang tersebar dari Sabang sampai legong-nya, Cirebon dengan sintren-nya
Merauke. Tiap-tiap daerah memiliki dan masih banyak lagi kesenian lainnya
keseniannya masing-masing yang tentunya yang khas dari berbagai daerah di
berbeda-beda antara satu daerah dengan Indonesia.
182 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

Daerah lainnya yang patut dicatat pada akhirnya melawan tuan tanah dan
adalah daerah yang terletak di sebelah salah satunya adalah melalui kesenian
utara Provinsi Jawa Barat bernama bernama sisingaan1. Dengan demikian
Subang. Subang adalah salah satu daerah dapat dikatakan bahwa sisingaan lahir
yang memiliki banyak kesenian. sebagai bentuk perlawanan rakyat Subang
Umpamanya, kesenian gembyung, doger terhadap tuan tanah atau penjajah. Tokoh
kontrak, jaipongan dan sisingaan. yang mendukung dengan asumsi tersebut
Sebenarnya masih banyak kesenian lainnya di antaranya adalah Ukat Mulyana yang
yang belum disebutkan dari daerah ini. dikenal sebagai “Kang Robot” sekaligus
Namun demikian, kesenian yang paling sebagai seniman sisingaan Subang (Dewi,
khas dan bahkan menjadi simbol dari dkk., 2015: 5).
daerah ini adalah kesenian sisingaan. Hal Namun demikian, berbicara
ini dibuktikan dengan ditempatkannya sisingaan secara historis tentu harus
patung manusia yang sedang bermain berbicara data dan fakta. Sampai hari ini
sisingaan di pusat Kota Subang. belum ditemukan data yang akurat untuk
Sebagai kesenian yang paling memperkuat asumsi tadi. Dengan
khas, sisingaan terus mengalami demikian, hal itu masih memungkinkan
perkembangan yang cukup signifikan. untuk diperdebatkan kembali.
Banyaknya grup sisingaan yang ada di Sejarah munculnya sisingaan di
Kabupaten Subang membuktikan hal itu. Subang sangat menarik untuk dikaji karena
Hal ini tentu tidak lepas dari besarnya sampai hari ini terkait dengan kapan
antusias masyarakat terhadap sisingaan kesenian ini lahir, siapa yang
yang kemudian menjadi sumber motivasi menciptakannya, dan di mana tempat
bagi mereka untuk tetap melestarikan lahirnya masih menjadi misteri meskipun
kesenian tersebut melalui grup-grup yang beberapa orang telah mencoba meneliti hal
mereka dirikan. Besarnya antusias itu itu baik yang dilakukan oleh seniman
terefleksikan pada seringnya Kesenian sisingaan maupun akademisi dengan hasil
sisingaan digunakan pada berbagai acara yang berbeda-beda.
seperti acara pernikahan, khitanan dan Selain itu, terdapat pendapat yang
acara lainnya baik sebagai pembuka agaknya perlu ditinjau ulang berkenaan
maupun sebagai penutup acara. dengan gerakan perlawanan yang kerap
Setiap kesenian di berbagai daerah kali dikaitkan dengan lahirnya sisingaan.
tentu memiliki sejarahnya masing-masing, Padahal, alasan-alasan berikut kiranya
kapan munculnya dan apa yang dapat dipertimbangkan untuk
melatarbelakanginya. Kesenian sisingaan mempertimbangkan kembali asumsi
juga memiliki sejarah yang sangat panjang. tersebut. Pertama, gerakan perlawanan di
Akan tetapi, sampai hari ini belum Subang menurut Iim Imadudin baru terjadi
ditemukan angka yang tepat untuk pada 1913 (Imadudin, 2013: 165-166).
menunjukkan sejak kapan sebenarnya Padahal, sisingaan telah ada sebelum tahun
sisingaan muncul. tersebut yang dibuktikan dengan
Sampai hari ini, masyarakat umum pengakuan seorang lurah di Cigadung yang
mempercayai bahwa sisingaan lahir sejak pernah diarak menggunakan sisingaan
Subang menjadi tanah swasta. Selama pada 1910 (Alamsyah, 2015: 4-5). Kedua,
menjadi tanah swasta, rakyat Subang hampir semua pakar sisingaan sepakat
mengalami banyak penderitaan karena tuan bahwa pada awalnya kesenian ini
tanah mewajibkan mereka untuk bekerja difungsikan untuk mengarak anak-anak
menjadi buruh perkebunan dengan upah
yang sangat kecil. Bahkan tidak sedikit 1
Dalam hal ini, kesenian sisingaan digunakan
dari mereka yang tidak mendapatkan upah. untuk menyulut semangat nasionalisme yang
Akibatnya, banyak rakyat Subang yang berarti membebaskan diri dari belenggu tuan
tanah atau penjajah (Saini, 2001: 1).
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 183

yang akan dikhitan. Dengan demikian, masa lampau yang berkaitan dengan objek
betulkah sisingaan lahir sebagai bentuk yang diteliti (Herlina, 2008: 7-15).
perlawanan?
Setelah sumber terhimpun, maka
Terkait dengan hal tersebut maka
dilakukan tahapan kedua, yaitu kritik.
muncul beberapa persoalan seperti:
Kritik terdiri atas kritik eksternal dan kritik
Bagaimana sejarah munculnya sisingaan di
internal. Kritik eksternal dilakukan dengan
Subang? Benarkah kesenian sisingaan
meneliti keaslian sumber dan kritik
muncul sebagai sikap perlawanan rakyat
internal dengan meneliti kredibilitas
Subang terhadap tuan tanah atau penjajah?
sumber (Kuntowijoyo, 2013: 77-78).
Penulisan artikel ini tentu bukan
Namun demikian, sumber yang
tanpa tujuan. Tulisan ini diharapkan dapat
telah dikritik belum dianggap sebagai fakta
memberikan informasi dan pengetahuan
sejarah. Untuk itu, perlu dilakukan
kepada semua orang terutama untuk
koroborasi suatu sumber sejarah dengan
mereka yang berkepentingan dengan
sumber lain yang bersifat merdeka
sejarah sisingaan. Adanya bukti-bukti baru
sehingga menghasilkan fakta yang
yang relevan mengantarkan penulis untuk
mendekati kepastian. Jika koroborasi tidak
mengupas kembali sejarah sisingaan yang
bisa dilakukan, maka berlaku prinsip
selama ini masih menjadi misteri.
argumentum ex silentio, sumber yang
Pada penelitian terdahulu, Dewi
berisi data dianggap sebagai fakta
(2013) mengungkapkan tentang sejarah
(Gottschalk, 2008: 130; Herlina, 2008: 34-
munculnya sisingaan yang disebutnya
35).
berbarengan dengan ditetapkannya Subang
Tahapan ketiga disebut dengan
menjadi tanah swasta pada 1812;
interpretasi. Tahapan ini terdiri atas
Puspitasary (2013) menguraikan tentang
analisis (menguraikan) dan sintesis
masuknya pengaruh komersial pada
(menyatukan). Interpretasi disebut sebagai
kesenian sisingaan yang sekaligus menjadi
biang subjektifitas. Untuk itu, pada
tanda telah terjadinya pergeseran makna
tahapan ini, penulis harus mengambil jarak
dalam kesenian tersebut; Mulyadi (2007)
dengan sumber agar tidak terlalu dekat dan
mendeskripsikan mengenai sejarah singkat
menimbulkan bias. Dikenal beberapa jenis
sisingaan, perkembangan fungsi sisingaan
interpretasi, yaitu interpretasi verbal,
dari masa ke masa dan menolak asumsi
teknis, logis, psikologis, dan faktual.
mengenai sisingaan yang lahir sebagai
Tahapan akhir dari metode sejarah disebut
bentuk perlawanan; Alamsyah (2015)
dengan historiografi (Herlina, 2008: 36-
memaparkan mengenai sejarah sisingaan
60).
dengan menghadirkan asumsi beberapa
Untuk penjelasan yang bersifat
peneliti sisingaan seperti Edih, Armin
analitis, penulis menggunakan konsep seni
Asdi, dan Nanu Munajar. Cakupan waktu
dan politik. Eratnya kaitan antara keduanya
yang dikaji dalam penelitian ini cukup
disebut Saini dengan political theatre
panjang yaitu dari abad ke-15 sampai
karena di dalam seni terdapat berbagai
dengan abad ke-20. Adapun wilayah
kepentingan yang menyertainya (Saini,
penelitian yang dikaji adalah Kabupaten
2001: 1). Oleh karena itu, memandang seni
Subang.
sebagai kepentingan merupakan cara
berfikir kritis dalam menganalisis sejarah
B. METODE PENELITIAN
munculnya kesenian sisingaan di Subang.
Penelitian ini menggunakan
Sebagaimana dikatakan Albert
metode sejarah yang terdiri atas heuristik,
Camus bahwa seni diciptakan oleh
kritik, interpretasi, dan historiogafi. Tahap
masyarakat. Ia adalah wujud dari
pertama dari metode sejarah adalah
kreativitas manusia baik secara individu
heuristik. Pada tahapan ini penulis mencari
maupun kelompok. Melalui seni seseorang
dan menghimpun sumber, informasi, jejak
dapat berekspresi, mengeluarkan jati
184 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

dirinya. Lebih jauh, seni dapat digunakan merupakan seni pertunjukan dalam bentuk
untuk kepentigan tertentu oleh kalangan arak-arakkan yang biasanya dilakukan
tertentu pula (Camus, dkk., 1998: xxvi). dalam hajat sunatan3.
Dalam hal ini, sisingaan digunakan oleh Terkait dengan asal-usul kesenian
masyarakat Subang untuk kepentingan sisingaan, ada beberapa pendapat yang
politik. telah dikemukakan oleh para pakar
Pada dasarnya semua orang dapat sisingaan baik yang didasarkan pada cerita
menciptakan seni. Namun tidak semuanya yang berkembang di masyarakat maupun
memiliki kemampuan untuk pada bukti-bukti yang telah mereka
mengembangkan seninya lebih jauh lagi temukan. Namun, hampir semua pakar
hingga dikenal oleh masyarakat luas. meyakini bahwa kemunculan sisingaan
Artinya hanya orang-orang tertentu saja memiliki kaitan yang erat dengan situasi
yang dapat melakukannya terutama pada sosial politik Subang pada masa
seni pramodern. Sebagaimana dikatakan penjajahan.
Ahmad Norma bahwa seni pramodern Pendapat pertama dikemukakan
hanya ada di kelompok-kelompok elite oleh Yuliadi Soekardi yang mendasarkan
tertentu. Ia jauh dari kehidupan rakyat pada cerita yang berkembang di
jelata yang secara strata sosial berada di masyarakat. Ia mengatakan bahwa
bawahnya. Ia juga dapat menjadi alat yang Sisingaan diciptakan oleh seseorang yang
dikendalikan kekuasaan (Camus, dkk., berasal dari Desa Ciherang4. Ia
1998: xxi). Dengan perkataan lain, seni menggambarkan tokoh tersebut dalam
diciptakan oleh para penguasa untuk bukunya sebagai seorang rakyat biasa yang
mengendalikan berbagai hal sesuai dengan bekerja sebagai buruh perkebunan di Desa
kepentingan. Ciherang. Pemikirannya melampaui orang-
Namun demikian, Leon Trotsky orang pada umumnya. Ia selalu
berpandangan lain terkait dengan hal itu. Ia memikirkan nasib dirinya dan rakyat
berpandangan bahwa sebenarnya seni Subang yang berada dalam tekanan dan
merupakan ekspresi dari masyarakat yang siksaan para penjajah. Kondisi demikian
tertindas oleh para penguasa (Camus, dkk., membuat dirinya semakin benci terhadap
1998: 27). Artinya seni diciptakan bukan penjajah dan ingin melakukan perlawanan
oleh para penguasa melainkan oleh rakyat terhadap mereka. Namun demikian, ia
yang berada di bawahnya sebagai akibat sadar bahwa tidak mungkin melakukan
telah dirampasnya hak-hak mereka. Oleh perlawanan hanya seorang diri dan tanpa
karena itu, analisis yang dilakukan untuk adanya persatuan dari rakyat Subang untuk
mengungkap siapa yang melahirkan seni melakukan yang sama. Untuk itu, ia
berupa sisingaan tidak hanya terfokus mencoba mencari cara terbaik untuk
kepada kalangan tertentu saja melainkan melakukan perlawanan. Jalan keluar dari
seluruh lapisan masyarakat baik rakyat
jelata maupun elite sehingga diharapkan
mampu memberikan hasil yang maksimal. tersebut dan kemudian diakhiri dengan akhiran
–an maka kata tersebut memiliki arti
C. HASIL DAN BAHASAN menyerupai seperti si-singa-an, ku-kuda-an,
1. Asal-usul Kesenian Sisingaan mo-mobil-an, dan lain sebagainya.
Kesenian sisingaan2 merupakan 3
Sunatan adalah ritual dalam Islam yang
kesenian yang berasal dari Subang. Ia diperuntukan bagi anak laki-laki dengan
memotong bagian tertentu dari alat
2 reproduksinya.
Sisingaan memiliki kata dasar singa. Ia
4
mendapatkan awalan si- dan akhiran–an. Di dalam bukunya, ia memberi nama tokoh
Dalam kepercayaan masyarakat Sunda, apabila pencipta sisingaan dengan nama fiktif bernama
sebuah kata mendapatkan awalan dengan Tarya (Soekardi, 2006: 1).
pengulangan morfem awal pada kata dasar
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 185

persoalan tersebut adalah melalui kesenian Sejalan dengan pendapat pertama,


bernama sisingaan (Soekardi, 2006: 3-13). Edih sebagai pakar sisingaan menyatakan
Bentuk perlawanan melalui simbol hal yang sama terkait dengan daerah asal
sisingaan terhadap penjajah dapat pencipta sisingaan yaitu Desa Ciherang.
ditelusuri melalui nilai-nilai filosofis yang Namun, Edih memiliki pandangan lain
terdapat pada sisingaan. Adapun nilai-nilai terkait dengan siapa yang telah
filosofis itu adalah sebagai berikut: menciptakan kesenian itu. Ia mengatakan
 Boneka singa yang diusung merupakan bahwa orang yang menciptakan sisingaan
lambang kebesaran penjajah (Inggris adalah seorang elite pribumi bergelar
dan Belanda). Demang di Desa Ciherang pada 1857 yaitu
 Empat orang pengusung singa adalah Demang Mas Tanudireja. Pendapatnya ini
rakyat Subang yang sedang ditindas didasarkan atas penelitiannya selama
penjajah. empat tahun (1981-1985) mengenai sejarah
 Sementara itu anak kecil yang duduk lahirnya sisingaan di Subang dengan
di atas singa adalah generasi penerus menggunakan metode wawancara. Dari
Subang yang akan melawan tirani dan penelitiannya tersebut ia menemukan
mengusirnya dari tanah Subang beberapa fakta sebagai berikut: pertama,
(Mulyadi, 2003: 7). pada 1910, seorang lurah di Cigadung
Melalui nilai filosofis tersebut bernama Lurah Sayung mengaku pernah
pencipta kesenian (yang masih belum diarak menggunakan sisingaan sebagai
diketahui siapa) menginginkan adanya ucapan rasa syukur dan luapan
persatuan dari rakyat Subang ketika kegembiraan pendukungnya ketika dirinya
sisingaan digelar. Ia berharap rakyat terpilih sebagai lurah di sana. Fakta kedua,
Subang dapat menangkap nilai-nilai pada 1920, Patih Oman juga mengaku
tersebut agar bersatu melawan penjajah. bahwa ia pernah diarak menggunakan
Meskipun demikian, tidak dapat diyakini sisingaan saat dikhitan. Terakhir, pada
apakah saat itu masyarakat Indonesia 1927, Suparno mengalami hal yang sama
khususnya masyarakat Subang sudah dengan Patih Oman yaitu pernah diarak
mampu membuat nilai-nilai filosofis yang menggunakan sisingaan saat dirinya akan
cukup tinggi seperti yang terdapat pada dikhitan (Alamsyah, 2015: 4-5).
sisingaan. Apalagi berkaitan dengan proses Pendapat ketiga datang dari pakar
penyampaian dan penerimaan nilai-nilai sisingaan lainnya bernama Armin Asdi.
tersebut yang sifatnya tersembunyi Dalam mengkaji asal-usul kesenian
mengingat pemikiran masyarakat saat itu sisingaan, ia mencoba melacaknya melalui
belum seperti hari ini yang mampu melihat penguasaan daerah Subang oleh para tuan
lebih jauh makna-makna yang terdapat atau pemilik tanah. Diketahui bahwa sejak
dalam berbagai simbol. Raffles menjadikan Subang sebagai tanah
partikelir melalui penjualan sebagian tanah
negara pada 1813, daerah ini telah
mengalami tiga periode pergantian
kekuasaan. Sejarah mencatat pada periode
pertamanya daerah Subang dimiliki orang
Inggris selama dua puluh tujuh tahun
(1813-1840). Setelah berakhirnya masa
kepemilikian orang Inggris, kepemilikan
tanah Subang dilanjutkan oleh orang
Belanda bernama P.W. Hofland.
Kepemimpinannya di Subang sebagai tuan
Gambar 1. Lambang Kerajaan Inggris
tanah terekam dalam sejarah selama tiga
Sumber: http://ispu.ru/files/The_UK.pdf.
puluh dua tahun (1840-1872) setelah
186 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

kematian membuatnya melepaskan status menjadikan tanah-tanah di Subang yang


tuan tanah di Subang. Penguasaan tanah semula terbengkalai menjadi tanah-tanah
Subang kemudian dilanjutkan oleh anak- yang produktif. Di saat yang bersamaan,
anak Hofland sampai dengan 1911. Dari hal tersebut berdampak kepada pembukaan
masa Hofland sampai dengan penerusnya perkebunan di beberapa daerah yang
dianggap sebagai satu periode karena semula terbengkalai tersebut yang pada
dimiliki satu keluarga. Setelah dinasti akhirnya membuat kebutuhan akan tenaga
keluarga Hofland berakhir pada 1911 kerja semakin meningkat. Secara tidak
akibat menurunnya pendapatan yang langsung, pembukaan perkebunan yang
diterima oleh mereka. Periode terakhir dilakukan tuan tanah berdampak kepada
penguasaan Subang kembali lagi kepada peningkatan jumlah penduduk di Subang
orang Inggris berbentuk perusahaan menjadi lebih banyak dari sebelumnya.
bernama The Anglo-Dutch Plantation of Kondisi ini kemudian ditambah dengan
Java, Limited. Perusahaan ini menguasai meningkatnya produktifitas perkebunan
daerah Subang selama empat puluh tiga yang menimbulkan hasil ekspor meningkat
tahun (1911-1954) (Asdi, dkk., 1980: 40). sehingga Hofland bukan saja menambah
Dari tiga periode tersebut, Armin pundi-pundi kekayaannya tetapi juga
Asdi meragukan jika sisingaan lahir pada meningkatkan kesejahteraan rakyat
periode pertama. Hal ini didasarkan pada Subang. Dalam kondisi-kondisi yang
beberapa pertimbangan sebagai berikut: demikian, mungkin sekali sisingaan lahir.
pertama, pada periode ini, daerah Subang Namun bukan sebagai perlawanan seperti
belum dikelola secara sungguh-sungguh. yang telah dipersepsikan banyak orang hari
Kedua, jumlah penduduk di Subang pada ini melainkan bersifat pemujaan atau
periode ini dapat dikatakan masih sangat sanjungan kepada tuan tanah
jarang. Melalui dua pertimbangan tersebut (Rachmawaty, 2013: 496).
Armin Asdi sampai pada kesimpulan Pendapat keempat berasal dari
bahwa tidak mungkin sisingaan sebagai seniman sisingaan lainnya bernama Mas
karya seni yang cukup besar lahir pada Nanu Munajar. Berbeda dengan beberapa
kondisi-kondisi demikian. pakar sisingaan sebelumnya, Nanu
Munajar memiliki pandangan lain terkait
dengan asal-usul kesenian sisingaan.
Menurut Nanu Munajar, sejak zaman
dahulu, yaitu sebelum masuknya agama-
agama besar ke Subang, daerah ini telah
memiliki tradisi yang erat kaitannya
dengan pertanian yang terwujud dalam
upacara ngaruwat bumi. Tradisi itu disebut
dengan tradisi odong-odong yang dalam
pelaksanaannya hampir mirip dengan
kesenian sisingaan hari ini yaitu mengarak
suatu benda yang dibentuk menyerupai
binatang tertentu. Dalam perkembangan
Gambar 2. Lambang Kerajaan Belanda berikutnya, tradisi ini kemudian
Sumber: berkembang terus menerus hingga
http://symbolsnet.com/symbols/netherlands- melahirkan seni pertunjukan dan helaran
national-symbol.html. dalam bentuk baru termasuk sisingaan.
Ia berasumsi bahwa kemungkinan Menurutnya, nama sisingaan sendiri baru
terbesar lahirnya sisingaan adalah ketika lahir pasca dilakukannya seminar kesenian
Subang berada di bawah kepemimpinan sisingaan oleh dinas setempat ketika
Hofland. Pada saat itu, Hofland Subang diminta Pemerintah Indonesia
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 187

untuk menampilkan dan mendelegasikan Sisingaan seperti yang telah dipersepsikan


kesenian daerahnya (Rachmawaty, 2013: sampai hari ini. Untuk itu perlu dipaparkan
496-497). mengenai masuknya perkebunan ke
Subang hingga perkembangannya sampai
Pendapat terakhir datang dari
melahirkan aksi perlawanan.
seorang akademisi yang mencoba
Berakhirnya kekuasaan VOC di
merekonstruksi kembali sejarah sisingaan.
Indonesia ditandai dengan berdirinya suatu
Enden Irma Rachmawaty sejalan dengan
pemerintahan yang dibentuk oleh Kerajaan
pemikiran Nanu Munajar yang
Belanda bernama Pemerintah Hindia-
memandang bahwa sisingaan merupakan
Belanda. Pada awal pembentukannya,
transformasi dari tradisi odong-odong.
Kerajaan Belanda mengirimkan H.W.
Selain itu, ia sampai pada kesimpulan
Daendels untuk mengatur pemerintahan di
bahwa meskipun waktu dan siapa yang
Hindia-Belanda. Pada saat ia berkuasa di
menciptakan sisingaan serta terdapat
Indonesia, ia mengubah sistem yang
banyak tokoh daerah di Subang yang
sebelumnya dijalankan oleh VOC. Ia
mengklaim bahwa daerahnya merupakan
membentuk Prefektur yang dipimpin oleh
pencipta sisingaan, hal itu tidak membuat
seorang Perfek. Di satu sisi, Pemerintah
sisingaan kehilangan identitasnya sebagai
Hindia-Belanda sedang berada dalam masa
kesenian yang benar-benar berasal dari
transisi. Di sisi lain, untuk menjalankan
Subang.
roda pemerintahan di sana membutuhkan
Dari kelima pendapat di atas
banyak biaya. Akibatnya muncul wacana
setidak-tidaknya dapat ditarik beberapa
untuk menjual sebagian tanah jajahan.
kesimpulan sebagai berikut: pertama,
Pada masa Daendels, penjualan tersebut
sebagian besar pakar tanpa Nanu Munajar
berhasil dijalankan dan sebagian tanah
dan Enden meyakini bahwa sisingaan lahir
jajahan seperti Jasinga, Besuki, Panarukan
sejak masuknya sistem perkebunan ke
dan Probolinggo resmi menjadi milik
Subang. Kedua, sebagian pakar meyakini
swasta (Kusma, 2007: 28).
bahwa sisingaan lahir sebagai bentuk
Kondisi demikian berlanjut hingga
perlawanan penduduk terhadap penjajah.
penggantinya yaitu Sir Thomas Stamford
Sebagian pakar lainnya meragukan asumsi
Raffles berkuasa di Hindia-Belanda.
tersebut karena terdapat beberapa fakta
Menurut Machmoed Effendhie, terkait
yang membantahnya. Ketiga, hampir
dengan penjualan tanah yang dilakukan
seluruh pakar sisingaan tanpa Nanu
oleh Raffles sebenarnya dilatarbelakangi
Munajar dan Enden meyakini bahwa pada
oleh dua hal: pertama, kondisi keuangan
awalnya kesenian ini difungsikan untuk
Pemerintah Hindia-Belanda sangat buruk,
mengarak anak-anak yang hendak
sementara biaya operasional pemerintahan
dikhitan.
sangat tinggi. Kedua, masuknya
1. Subang sebagai Perkebunan Swasta kepentingan para kapitalis Eropa ke
Sebagaimana telah dijelaskan Pemerintah Hindia-Belanda yang
sebelumnya bahwa kesenian sisingaan kemudian mendesak Raffles agar menjual
selalu dikaitkan dengan gerakan sebagian tanah jajahan kepada mereka
pemberontakan atau perlawanan penduduk (Effendhie, 1998: 160).
terhadap penjajah sebagai dampak Pada 1812, sebagai akibat dari
masuknya perkebunan ke Subang. Dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Raffles
perkataan lain, sejarah sisingaan tidak tersebut, daerah Subang dipilih oleh
dapat dilepaskan dari sejarah Subang itu Raffles sebagai daerah yang akan dijual
sendiri, terutama ketika masuknya kepada siapa saja yang menginginkannya
perkebunan yang membawa tuan tanah ke
Subang yang pada gilirannya melahirkan
berbagai perlawanan termasuk melalui
188 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

dengan hak eigendom5. Penjualan tanah itu Dalam perkembangan selanjutnya,


diiklankan dalam Java Government saham P en T dijual sebagian kepada
Gazette selama lima hari pada bulan Charless Forbes yang berkedudukan di
November (5, 7, 14, 21 dan 28 November India. Sampai dengan tahun 1839, telah
1812). Pada 1813 tanah itu terjual kepada terjadi beberapa kali pergantian pengelola
dua orang. Pemilik tanah Subang berasal perusahaan P en T, namun tidak ada
dari Inggris yaitu James Sharpnel dan satupun yang berhasil mengangkat
Philip Skelton. Pada saat itu mereka perusahaan lebih maju lagi. Pada akhirnya,
memberi nama daerah tersebut dengan tahun 1842 keseluruhan saham P en T
nama Pamanoekan en Tjiassemlanden dijual kepada tiga orang: John Erich
6
atau disingkat P en T (Asdi, dkk., 1980: Banck, Peter William Hofland7 dan
32-35; Imadudin, 2013: 49). Dengan Thomas Hofland8 (Broersma, 1912: 14-
demikian, pada awal abad ke-19 daerah 15).
Subang secara resmi ditetapkan menjadi Pada 1848 saham J.E. Banck dibeli
tanah swasta. oleh Hoffland bersaudara sehingga saham
Kurang lengkapnya sumber pada P en T saat itu dimiliki oleh keduanya.
periode awal Subang menjadi tanah Namun, P.W. Hofland tidak puas jika
swasta membuat para peneliti sulit untuk saham P en T belum dimiliki sepenuhnya
merekonstruksinya termasuk penulis. atas nama dirinya. Oleh karena itu, pada
Beberapa buku yang telah mencoba 1858, saham dari saudara laki-lakinya
merekonstruksi pun tidak banyak dibeli olehnya. Sejak saat itu, saham P en
memberikan informasi kecuali mengenai T secara resmi dimiliki satu orang saja dan
para pemilik saham dan mengenai tanah- menjadikan P.W. Hofland sebagai
tanah di Subang yang menjadi perkebunan penguasa tunggal tanah Subang (Broersma,
dan sawah. Satu hal yang perlu dicatat 1912: 15).
bahwa saat itu (sekitar 1825-1835) beras Sekitar 1850, P.W. Hofland
yang dihasilkan dari daerah Pamanoekan memilih Ciherang (Subang) sebagai tempat
(Pamanukan) telah dikenal sampai ke pasar kediamannya. Selain itu, Ciherang juga
Amsterdam yang menunjukkan adanya dijadikannya sebagai pusat pemerintahan P
potensi alam yang dimiliki Subang en T. Hal ini diperkirakan karena daerah
sehingga daerah ini dapat dikembangkan itu terletak di tengah-tengah antara
lebih jauh lagi (Pemerintah Kabupaten Pamanoekan-Segalaherang yang menjadi
Subang, tt: 4). ujung utara dan selatan dari tanah P en T
(Kusma, 2007: 37-38).
Sejak saat itu, perkembangan
5
Ciherang yang hari ini menjadi Kota
Hak eigendom adalah hak perseorangan yang Subang semakin berkembang ke arah
kuat (tidak termasuk milik Negeri) dan dijamin progresif, terutama setelah P.W. menjadi
oleh Undang-undang (Tauhid, 2011: 40).
penguasa tunggal. Salah satu perubahan
Dalam batas-batas tertentu hak eigendom
memiliki pengertian yang sama dengan tanah
mendasar adalah perubahan jumlah
apanage di mana tanah tersebut dapat penduduk. Sebelum Ciherang ditetapkan
dieksploitasi yang kemudian menghasilkan sebagai pusat pemerintahan yaitu pada
pajak berupa uang, barang dan tenaga kerja. 1845, jumlah penduduknya berkisar 8.051
Dengan demikian, tenaga kerja di tanah
tersebut dikuasai oleh pemilik tanah
7
(Suhartono, 1991: 1-2). Peter William Hofland dilahirkan di Jagernaik
6 Poeram dekat Madras India pada 1802. Lihat
Nama Pamanoekan en Tjiassemlanden
Bosma and Raben dalam (Imadudin, 2013: 59).
merefleksikan wilayah yang hari ini disebut
8
dengan Kabupaten Subang dengan batas-batas Thomas Hofland lahir di Jacana Tapoera pada
yang sama (Effendhie, 1990: 1). 1799 (Imadudin, 2013: 59).
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 189

orang. Setelah menjadi pusat mengeksploitasi daerahnya. Dengan


pemerintahan, jumlahnya meningkat tajam demikian, dapat dikatakan bahwa pada
pada 1867 yaitu 16.158 orang (Bleeker, masa tuan tanah P.W. Hofland berkuasa,
1869: 481). rakyat Subang berada dalam kondisi yang
Pertambahan jumlah penduduk di baik (Effendhie, 1998: 161)9. Kondisi-
Subang dibarengi dengan peningkatan kondisi inilah yang membawa Armin Asdi
kesejahteraan masyarakatnya. Di bawah ragu jika sisingaan lahir sebagai gerakan
kepemimpinan P.W. Hofland tanah-tanah perlawanan. Jika memang waktu yang
yang semula terbengkalai menjadi tanah- dipilih untuk menetapkan kelahiran
tanah yang produktif. Hal ini tidak lepas sisingaan adalah sekitar abad ke-19 maka
dari kejelian dari tuan tanah saat itu yang yang terjadi adalah bukan perlawanan
melihat bahwa tanah-tanah di Subang melainkan sanjungan kepada Hofland.
memiliki potensi yang cukup besar untuk Apa yang dilakukan P.W. Hofland
dikembangkan, terutama untuk perkebunan nampaknya sulit untuk diikuti oleh para
dan persawahan seperti yang telah tuan tanah berikutnya. Bahkan Kedua
dijelaskan terdahulu. Hal ini bukan saja anaknya yaitu Johannes Theodorus dan
mendatangkan pundi-pundi kekayaan Egbert Charles selaku pewaris P en T tidak
kepada tuan tanah, tetapi juga pekerjaan mampu untuk mengikuti kepemimpinan
kepada rakyatnya. ayahnya sepeninggal P.W. Hofland pada
Selain membangun perkebunan ia 1872.
juga membangun jalan sebagai sarana Setelah diberlakukannya Undang-
transportasi yang memudahkan para Undang Agraria pada 1870 secara
pekerja menjalankan pekerjaannya. Hal berangsur-angsur pemerintah berupaya
yang lebih penting yang dilakukan oleh untuk mempersempit ruang gerak tuan
P.W. Hofland adalah dibangunnya pasar tanah atas tanahnya dengan dalih
yang harga-harga barangnya jauh lebih melindungi rakyat Indonesia dari
murah dibandingkan dengan toko-toko kekerasan yang dilakukan tuan tanah. Di
pedagang Cina. Sementara itu, untuk sisi lain, di tangan keturunan Hofland, P en
meningkatkan pengetahuan rakyat Subang, T tidak berkembang secara signifikan.
P.W. Hofland membangun sekolah desa Pada akhirnya keturunan Hofland menjual
dengan pengajaran bahasa Melayu dan tanah itu kepada pemerintah kembali dan
aritmatika (Imadudin, 2013: 61). kemudian pemerintah menyewakannya
Pembangunan sarana-sarana di kembali dengan hak erfacht10 kepada bank
Subang tidak lepas dari meningkatnya Handelsbankpada 1886. Bank tersebut
jumlah ekspor perusahaan. Ekspor yang
paling menguntungkan di antaranya adalah 9
padi, kopi, dan gula (Imadudin, 2013: 64). Sejalan dengan Machmoed Effendhie, Armin
Artinya, hasil yang didapat dari perusahaan Asdi dalam Suwardi Alamsyah menjelaskan
bahwa kondisi tanah Subang beserta
bukan saja untuk kepentingan dirinya,
masyarakatnya pada masa kepemimpinan P.W.
tetapi juga untuk membangun kota dan Hofland berada pada kondisi yang baik.
masyarakatnya. Hal ini mungkin yang Dikatakan demikian karena Hofland berhasil
mengantarkan Machmoed Effendhie memajukan perusahaan P en T dan
kepada suatu hipotesis bahwa selama P.W. memperbaiki kehidupan rakyat Subang
Hofland menjadi tuan tanah, rakyat Subang (Alamsyah, 2015: 6).
berada dalam kondisi yang sejahtera 10
Hak erfacht adalah hak benda untuk
sehingga tidak ada pemberontakan. mendapatkan kenikmatan yang sepenuh-
Padahal, di tanah partikelir lainnya seperti penuhnya dari kepunyaan orang lain dengan
di Buitenzorg (Bogor) dan lainnya sering kewajiban memberi upeti kepada yang punya
terjadi pemberontakan akibat kesewenang- tanah baik berupa uang maupun penghasilan
wenangan tuan tanah dalam lainnya (Tauhid, 2007: 43).
190 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

kemudian membentuk N.I Landbouw meningkat. Di sisi lain, hal tersebut tidak
Maatschapij (Imadudin, 2013: 62-63). lepas dari situasi sosial politik di Subang
Dalam perkembangan selanjutnya, yang saat itu mulai bermunculan
perusahaan mengalami fluktuatif dan organisasi-organisasi kebangsaan yang
mengarah kepada kemunduran (masa pada intinya menuntut kemerdekaan
disintegrasi P en T). Setelah dianggap sehingga gelombang perlawanan semakin
tidak bisa lagi berkembang, pada akhirnya meningkat.
penguasaan tanah Subang kembali lagi ke Dengan demikian, apabila
tangan orang-orang Inggris yaitu kepada sisingaan dikaitkan dengan gerakan
suatu perusahaan bernama The Anglo- perlawanan seharusnya sisingaan baru lahir
Dutch Plantation of Java, Limited pada setidak-tidaknya setelah 1913. Akan tetapi,
1910 (Pemerintah Kabupaten Subang tt: kenyataannya tidak demikian, pada 1910
36). seperti yang telah dipaparkan di awal,
Pada masa ini, perusahaan P en T sisingaan telah digunakan sebagai upacara
kembali bangkit. Salah satu komoditas syukuran. Oleh karena itu, dapat dikatakan
unggulannya adalah teh. Namun bahwa sisingaan tidak lahir dengan latar
kebangkitan perusahaan ini dibarengi belakang perlawanan.
dengan penekanan yang lebih berat kepada
rakyat Subang. Kebijakan menaikkan
2. Sisingaan sebagai Bagian dari
cukai hingga dua ratus persen membuat
Islamisasi
rakyat semakin dibebani pekerjaan yang
Telah dijelaskan sebelumnya
berat. Karena pembayaran cukai dilakukan
bahwa berdasarkan bukti-bukti yang ada
dengan bekerja kepada perusahaan. Di sisi
sisingaan tidak lahir dengan latar belakang
lain, upah yang diterima tidak mengalami
perlawanan. Akan tetapi, terdapat beberapa
perubahan yang signifikan. Dampaknya,
hal yang membuat sisingaan dapat
kesejahteraan rakyat mulai terganggu.
diasumsikan sebagai bagian dari proses
Sejak saat itu, rakyat Subang mulai aktif
islamisasi di Subang seperti halnya
melakukan gerakan perlawanan baik dalam
kesenian gembyung11Subang (wawancara
skala kecil maupun yang lebih besar
dengan Agustias, 13 Februari 2017). Hal-
(Imadudin, 2013: 165-166).
hal tersebut yaitu penggunaan singa
Pada 1913 terjadi aksi perlawanan
sebagai wujud kesenian dan fungsi dari
yang dilakukan para petani di distrik
sisingaan itu sendiri.
Pamanukan dan Ciasem. Penyebabnya
Penggunaan singa sebagai wujud
antara lain meningkatnya cukai yang
kesenian Sisingaan menjadi menarik untuk
kemudian berimbas kepada tuntutan kerja
dikaji lebih dalam lagi. Sebab, masyarakat
yang semakin berat. Pada awalnya, aksi
Sunda tidak mengenal binatang itu.
tersebut tidak dapat diredam karena jumlah
Dengan demikian, muncul dugaan telah
antara pendemo dan aparat setempat tidak
masuknya pengaruh asing ke Subang.
sebanding. Tercatat petani yang melakukan
Rute perdagangan dan pelayaran
demo sekitar 350 orang. Meskipun
antara Kepulauan Indonesia dengan negeri-
demikian, aksi tersebut tidak terkoordinasi
negeri di Timur Tengah seperti Persia telah
dengan baik, hingga pada akhirnya polisi
dikenal sejak zaman dahulu (Algadri,
setempat berhasil meredamnya (Imadudin,
2013: 167-176).
Sejak saat itu sampai dengan 11
Menurut cerita masyarakat, kesenian
berakhirnya masa penjajahan Belanda di gembyung lahir untuk menarik minat anak
Indonesia gerakan perlawanan mulai kecil agar mau dikhitan karena masyarakat saat
bermunculan di Subang. Hal itu itu merasa takut ketika akan dikhitan
disebabkan karena meningkatnya pajak (wawancara dengan Agustias, 13 Februari
yang diterima rakyat dan beban kerja yang 2017).
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 191

1988: 45). Temuan arkeologis berupa


manik-manik yang ditemukan di kawasan
situs Subanglarang menunjukkan adanya
hubungan antara masyarakat Kepulauan
Indonesia, khususnya Subang, dengan
orang-orang yang berasal dari Asia
Selatan12.

Gambar 4. Bendera Kerajaan Mughal


Sumber: https://www.quora.com/What-did-the-
Mughal-Empires-flag-symbolize.

Bendera sebagai salah satu wujud


identitas suatu bangsa (dalam hal ini
kerajaan) biasanya digunakan sebagai
simbol dan identitas pembawanya (Burke,
2015: 83). Karena identitas merupakan
proses yang penting dalam berkomunikasi
baik antarindividu maupun antarkelompok
Gambar 3. Manik-manik di Subang (Littlejohn & Foss, 2009: 139). Sebagai
Sumber: Hasil foto penulis pada 13 contoh, ekspansi yang dilakukan oleh
Februari 2017 sebuah kerajaan umumnya menyertakan
Di kawasan Asia Selatan telah berdiri bendera kerajaannya. Setelah mereka
Kerajaan Islam pada abad ke-15 yang berhasil menguasai wilayah baru tersebut
dikenal dengan nama Kerajaan Mughal13 pasti akan menandainya dengan
dengan Delhi sebagai ibu kotanya. mengibarkan bendera yang dibawa itu.
Kerajaan ini memiliki bendera berwarna Dalam dunia perdagangan dan pelayaran
hijau yang terdapat gambar matahari dan (termasuk di dalamnya penyebaran agama
singa seperti yang terdapat pada bendera Islam) bendera biasanya diletakkan di
Kerajaan Safawi (Persia). tiang kapal (bagian atas)14 yang secara
tidak langsung merupakan penyebarluasan
simbol dan identitas. Maka, diperkirakan
pengetahuan penduduk Subang pada singa
terjadi ketika orang-orang dari India
12
Manik-manik yang ditemukan di Subang melakukan proses komunikasi dengan
berasal dari kawasan Asia Selatan. Hal ini masyarakat setempat terutama orang-orang
didasarkan pada bentuk ukiran yang terdapat yang hidup dan tinggal di lokasi manik-
pada manik-manik tersebut. Selain itu, ukiran manik tersebut ditemukan. Adapun proses
tersebut menunjukkan waktu yang diperkirakan komunikasi tersebut berkaitan erat dengan
sekitar abad ke-15. Lihat dalam lampiran
proses penyebaran agama Islam karena
Dubin, Lois Sherr. The History of Beads From
30.000 B.C. to the Present (London: Thames
sejak abad ke-7 hingga abad ke-15 orang-
and Hudson Ltd, 1995) hlm. 136. orang yang berasal dari Arab, Persia dan
13
India sedang gencar-gencarnya
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin
Babur. Kerajaan ini adalah salah satu dari tiga
14
Kerajaan Islam besar pada masa itu. Lihat Lihat dalam Chaudhuri, K.N. Trade and
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Civilization in the Indian Ocean: An Economic
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008: History from the Rise of Islam to 1750 (United
147). Kingdom: Cambridge University Press, 2002)
hlm. 149 & 154.
192 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

menyebarkan agama Islam di Indonesia berlebihan kiranya untuk mengatakan


(Ali & Effendy, 1986: 29-30). bahwa sisingaan merupakan bagian
Sampai saat ini proses islamisasi integral dari islamisasi di Subang.
di Subang diyakini dilakukan oleh seorang
pemuda dari Talaga bernama Aria Wangsa
3. Sisingaan sebagai Upaya
Goparana (Kusma, 2007: 20). Namun,
Penghormatan kepada P.W. Hofland
menurut cerita yang berkembang di
masyarakat terdapat tokoh lainnya yang Selain diasumsikan sebagai upaya
telah menyebarkan agama Islam di Subang islamisasi di Subang, kesenian sisingaan
yaitu Subanglarang beserta para santrinya. pun dapat diasumsikan sebagai upaya
Dikatakan bahwa ia membangun pesantren penghormatan kepada seseorang yang telah
di Amparan Alif (sekarang kawasan Situs banyak berjasa kepada Subang yaitu Peter
Subanglarang). Setelah membangun Willem Hofland.
pesantren di sana, Subanglarang kemudian P.W. Hofland adalah orang yang
berkelana ke seluruh Subang untuk banyak memberikan kontribusi bagi
menyebarkan agama Islam. Begitupun perkembangan Subang. Tercatat ada
dengan santri-santri pesantren yang beberapa hal yang dapat dikemukakan
ditinggalkannya. Santri-santri yang telah mengenai jasa-jasanya; pertama, ia adalah
dididik Subanglarang juga aktif orang yang menjadikan tanah Subang yang
menyebarkan agama Islam di lingkungan semula tidak produktif menjadi lebih
pesantren. Tidak hanya itu, mereka juga produktif pada masanya (Asdi, dkk., 1980:
aktif mnyebarkan agama Islam ke seluruh 40-41). Kedua, pembangunan kota
Subang serta daerah-daerah lainnya di luar termasuk saluran irigasi telah menambah
Subang (wawancara dengan Abah Dasep, 9 jumlah produksi berbagai tanaman
Februari 2017). komoditas ekspor meningkat yang pada
Upaya mengislamkan masyarakat akhirnya berpengaruh terhadap
Subang oleh mereka nampaknya dilakukan peningkatan kesejahteraan rakyat Subang.
dengan berbagai cara seperti yang Meningkatnya jumlah penduduk secara
dilakukan orang-orang pada masanya signifikan di Subang sejak ia menjadi tuan
melalui berdagang, pernikahan, guru tanah merupakan bukti telah meningkatnya
agama (da’i), dan kesenian. Khusus yang kesejahteraan penduduk di sana
terakhir disebutkan, cara itu melekat pada sebagamana dipaparkan di awal.
penyebar Islam di Jawa yang dikenal Prestasi-prestasi yang telah
dengan sebutan Walisongo. Cara-cara itu ditorehkan oleh P.W. Hofland tersebut
dapat ditemui pada kesenian wayang yang membuat namanya semakin dikenal oleh
ceritanya bernuansakan Islam (Tajuddin, dua kalangan. Pertama Pemerintah Hindia-
2014: 385). Cara tersebut nampaknya Belanda dan kedua oleh rakyat Subang
diikuti para santri untuk menyebarkan sendiri.
agama Islam di Subang dengan wujud Kerja sama yang dilakukan P.W.
kesenian sisingaan. Hofland dengan pemerintah terkait dengan
Telah dijelaskan di awal bahwa komoditas ekspor menjadi penyebab
Sisingaan pada awalnya difungsikan untuk dirinya dikenal baik oleh pemerintah
mengarak anak-anak saat akan dikhitan. karena melalui dirinya pemerintah
Nampaknya, kesenian sisingaan dalam mendapatkan keuntungan dari sisi
kaitannya dengan proses islamisasi di ekonomi. Sehingga setelah ia meninggal
Subang digunakan untuk menegakkan pada 1872, ia dianugerahi penghargaan
syariat Islam yang terwujud dalam proses oleh Kerajaan Belanda dengan julukan The
khitanan. Order of Netherlands Lion. Selain itu
Jadi, sisingaan dan Islam memiliki dibangun pula makam untuknya yang
kaitan yang cukup erat sehingga tidak cukup megah dan mencolok dibanding
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 193

dengan makam lainnya (Daukes, 1943: 22- dalam tesisnya, kemudian Armin Asdi
23). dengan asumsinya seperti yang telah
dijelaskan di awal dapat diterima.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan
di atas kiranya dapat dimungkinkan bahwa
kesenian sisingaan dibuat untuk
menghormati P. W. Hofland mengingat
gelar yang didapatnya dari Kerajaan
Belanda adalah Lion atau singa. SelPin itu,
jika benar sisingaan lahir pada masa ia
berkuasa maka dapat dipastikan hal
tersebut bukan sebagai perlawanan karena
kondisi masyarakat berada pada tingkat
kesejahteraan yang cukup baik.
Gambar 5. Makam P.W. Hofland di Subang
Sumber: Anggi Agustian J.
Namun siapakah yang menjadi
pada 4 Maret 2017. pencetusnya? Tentu saja bukan dari
kalangan bawah dalam strata sosial
Di sisi lain, masyarakat Subang masyarakat Subang. Ia adalah para elite15
mengenal baik P. W. Hofland. yang secara sosial memiliki kedekatan
Perkembangan kota selalu diikuti dengan dengan tuan tanah karena mereka
perkembangan masyarakat yang dalam hal penyambung lidah di antara penguasa dan
ini berarti peningkatan kesejahteraannya yang dikuasai.
(Rahardjo, 1983: 11). Sebagaimana telah Adapun kaitan antara sisingaan
dijelaskan terdahulu bahwa P. W. Hofland dengan gerakan perlawanan rakyat Subang
telah berhasil mengembangkan kota dan merupakan simbol yang muncul
masyarakatnya melalui irigasi dan belakangan terutama pasca seminar
pemanfaatan tanah. Dampaknya, kesenian sisingaan yang diselenggarakan
masyarakat berada dalam kondisi yang pada 1988 (Mulyadi, 2003:5). Artinya
cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan telah terjadi perubahan simbol pada
tidak terdapatnya perlawanan dari rakyat sisingaan.
Subang selama ia berkuasa. Lebih jauh, Munculnya simbol sisingaan
bukti yang dapat dikemukakan lagi antara sebagai bentuk perlawanan dapat kita
lain patung P. W. Hofland yang terdapat di pahami melalui kultuurgebundenheit
tempat peristirahatannya. Biasanya, ketika (ikatan kebudayaan) dan zeitgeist (jiwa
masa revolusi fisik berlangsung, zaman). Pada 1913 rakyat Subang mulai
bangunan-bangunan yang menjadi simbol melakukan gerakan perlawanan terhadap
orang Belanda atau penjajah akan dirusak tuan tanah. Kemudian pada periode 1945-
untuk menghilangkan nuansa penjajahan di 1949 rakyat Subang berada pada periode
daerah tersebut. Seperti yang terjadi pada
bangunan pemerintah jajahan di Subang
15
seperti Kantor Besar P en T, Atelier, Yang dimaksud dengan golongan elite disini
Gedong Hejo, Gedung Tuan Houwing dan ialah mereka yang disebut oleh Geertz sebagai
yang lainnya yang dibumihanguskan. golongan priyayi. Van Niel kemudian
Namun demikian, patung P. W. Hofland menambahkan bahwa para priyayi bekerja
tidak ada yang merusaknya. Bahkan sebagai pejabat-pejabat administrasi
sampai kini patung tersebut dapat dilihat di pemerintahan pribumi dan oleh sebab itu
mereka dipersilahkan oleh pemerintah kolonial
Museum Wisma Karya Subang secara utuh
untuk menggunakan gelar Raden atau Raden
tanpa adanya kerusakan sedikitpun. Mas. Lihat Kartodirdjo, Sartono,
Hal itu menunjukkan kepada kita Perkembangan Peradaban Priyayi,
untuk sampai kepada pemikiran bahwa apa (Yogyakarta: Gadjahmada University
yang dikemukakan Machmoed Effendhie Press,1987) hlm. 1-5.
194 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagaimana gelar yang didapatnya dari


terakhir periode 1949-1968 merupakan pemerintah.
periode peralihan. Disebut peralihan Namun demikian, asumsi-asumsi
karena meskipun Indonesia telah merdeka, yang telah dijelaskan oleh penulis di atas
tanah Subang secara administrasi masih jangan sampai menimbulkan suatu
menjadi milik perusahaan asing, sehingga penerimaan pandangan tanpa pertanyaan.
belum merdeka sepenuhnya. Baru setelah Artinya, asumsi-asumsi tersebut harus
1968, Subang mendapatkan didukung oleh fakta-fakta yang lebih
kemerdekaannya secara penuh. Dengan akurat lagi. Sampai saat penulis
demikian dapat dikatakan bahwa periode menuliskan tulisan ini belum dapat
1913-1968 merupakan periode perjuangan ditemukan bukti yang sangat akurat,
rakyat Subang melawan tuan tanah atau terutama indikasi yang kedua. Oleh
penjajah. Oleh karenanya, wajar bila karenanya, penulisan lanjutan dengan
simbol perjuangan pada Sisingaan muncul penelitian yang lebih mendalam dan kritis
di benak orang-orang saat itu karena sesuai memungkinkan untuk dilakukan. Bahkan,
dengan jiwa zamannya. dalam penelitian itu dapat mendukung
ataupun membantah argumen-argumen
D. PENUTUP yang terdapat dalam tulisan ini. Paling
Berdasarkan uraian di atas dapat tidak, tulisan ini menjadi landasan awal
disimpulkan bahwa kesenian sisingaan untuk sampai kepada pemikiran yang baru
merupakan kesenian yang berasal dari mengenai sisingaan dalam tinjauan
daerah utara Provinsi Jawa Barat bernama historisnya.
Kabupaten Subang. Pendapat yang
UCAPAN TERIMA KASIH
mengatakan bahwa kesenian sisingaan
Karya yang sederhana ini tidak
lahir dengan latar belakang perlawanan
akan dapat tercapai tanpa izin Allah Swt.
tidak dapat lagi diterima karena terdapat
Selain itu, penulis menyadari bahwa tanpa
bukti-bukti yang membantah hal itu.
bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin
Adapun latar belakang lahirnya sisingaan
tulisan ini dapat selesai. Penulis
yang didasarkan pada uraian di atas
mengucapkan banyak terima kasih kepada
setidak-tidaknya menghasilkan dua
Tolib Rohmatillah M. A. karena telah
indikasi. Pertama, kesenian sisingaan lahir
memberikan arahan dan bimbingannya
sebagai bagian dari proses islamisasi di
dalam menyelesaikan tulisan ini.
Subang yaitu untuk menegakkan syariat
Kemudian kepada Etty Saringendyanti M.
Islam di daerah tersebut. Hal itu tercermin
Hum. dan Budimansyah Suwardi, S. Ars,
pada fungsi awal sisingaan yaitu untuk
penulis juga haturkan terima kasih karena
mengarak anak-anak yang akan dikhitan.
telah meluangkan waktu untuk berdiskusi
Kedua, indikasi berikutnya
terkait dengan tulisan ini. Dari hasil
mengarah kepada sanjungan,
diskusi tersebut penulis mendapatkan ide
penghormatan, atau penghargaan kepada P.
yang secara langsung telah membuka
W. Hofland. Ia merupakan orang yang
wawasan penulis sehingga dapat
banyak berjasa terhadap perkembangan
menghadirkan tulisan ini. Selain itu,
Subang beserta penduduknya. Terdapat
penulis juga menghaturkan terima kasih
kesan kuat bahwa ia tidak hanya
kepada para penulis atau peneliti sisingaan
mementingkan keuntungan semata selama
terdahulu seperti Edih, Mulyadi dan Nanu
ia menjadi tuan tanah di Subang sehingga
Munajar. Melalui tulisan-tulisan mereka
tidak heran apabila penduduk Subang baik
lah penulis tergerak untuk melengkapinya
elit pribumi maupun rakyat biasa membuat
melalui tulisan ini. Serta penulis haturkan
suatu karya seni untuk menghormatinya
terima kasih kepada para reviewer Jurnal
dalam wujud kesenian sisingaan
Patanjala karena telah mengkritisi tulisan
Kesenian Sisingaan..... (Anggi Agustian J, Nina Herlina L, Kunto Sofianto ) 195

ini sehingga didapatkan tulisan yang lebih 2. Buku-Buku


baik lagi. Algadri, Hamid. 1988.
Islam dan Keturunan Arab dalam
Pemberontakan Melawan Belanda.
DAFTAR SUMBER Bandung: Mizan.

1. Jurnal Ilmiah, Tesis, Disertasi Ali, Fachry &Effendy, Bahtiar. 1986.


Merambah Jalan Baru Islam:
Alamsyah, Suwardi. “Sisingaan; Kesenian Rekonstruksi Pemikiran Islam
Kabupaten Subang”, Makalah dalam Indonesia Masa Orde Baru. Bandung:
Kegiatan BPNB, Bandung: BPNB, Mizan.
2015.
Asdi, et all. 1980.
Dewi, Jilly N, Sumarno, Sumarjono. Hari Jadi Kabupaten Subang dengan
“Perkembangan Kesenian Sisingaan di Latar Belakang Sejarahnya. Subang:
Kabupaten Subang Tahun 1955-2013” Pemerintah Kabupaten Subang.
dalam artikel ilmiah mahasiswa 1 (1):
Bleeker, P. 1869.
1-12, 2015.
Nieuwe Bijdragen Tot de Kennis der
Effendhie, Machmoed. 1990. Dari Tanah Bevolking Statistiek van Java.
Partikelir P en T Menuju Tanah Netherlands: KITLV.
Merdeka: Draft Pendahuluan
Broersma. 1910.
Monografi (Kab) Subang 1900-1968.
De Pamanoekan en Tjiassem-Landen.
Bogor: Lembaga Penelitian Institut
Batavia: Drukkerij Papyrus.
Pertanian Bogor.
Burke, Peter. 2015.
Effendhie, Machmoed. 1998.
History and Social Theory, second
Negara Kecil dalam Negara: Kondisi
edition. Diterjemahkan oleh Mestika
Sosial-Ekonomi di tanah Partikelir
Zeid, Zulf Almi, dan A. Sairozi.
Pamanoekan dan Ciasem 1813-1910.
Sejarah dan Teori Sosial, edisi kedua.
Tesis. Yogyakarta: Program Pasca
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Sarjana UGM.
Indonesia.
Imadudin, Iim. 2013.
Chaudhuri, K.N. 2002.
Kehidupan Sosial-Ekonomi Buruh di
Trade and Civilization in the Indian
Tanah Partikelir Pamanukan dan
Ocean: An Economic History from the
Ciasem (1910-1969). Tesis. Bandung:
Rise of Islam to 1750. United
Program Pasca Sarjana Ilmu Sejarah
Kingdom: Cambridge University Press.
Unpad.
Daukes, W.H. 1943. The P & T Lands: An
Mulyadi, T. “Sisingaan Kemasan Wisata di
Agricultural of Anglo-Dutch
Kabupaten Subang” dalam Anonim.
Enterprise. Amsterdam: P&T.
Vol. 2 No. 2. 2003.
Dubin, Lois Sherr. 1995.
Rachmawaty, Enden I. “Nilai Estetika dalam
The History of Beads From 30.000
Sisingaan di Kabupaten Subang” dalam
B.C. to the Present. London: Thames
Jurnal Ilmiah Patanjala Vol.5 No.3.
and Hudson Ltd.
2013.
Gottschalk, Louis. 2008.
Saini, K.M. “Political Theatre: Indonesian
Understanding History. Diterjemahkan
Case” dalam Jurnal Ilmiah Seni dan
oleh Nugroho Notosusanto. Mengerti
Budaya Panggung Nomor XX.
Sejarah. Jakarta: UI-Press.
September 2002. Bandung: Puslitmas
STSI Bandung. Herlina, Nina. 2008.
Metode Sejarah. Bandung: Satya
Tajuddin, Yuliyatun. “Walisongo dalam
Historika.
Strategi Komunikasi Dakwah” dalam
Jurnal Ilmiah Addin. Vol.8 No. 2.
2014.
196 Patanjala Vol. 9 No.2 Juni 2017: 181- 196

Kartodirdjo, Sartono. 1987. http://symbolsnet.com/symbols/netherlans-


Perkembangan Peradaban Priyayi. national-symbol.html. Diakses pada 9
Yogyakarta: Gadjah Mada University Mei 2017 pukul 11.46 WIB.
Press.
http://ispu.ru/files/The_UK.pdf. Diakses pada 9
Kuntowijoyo. 2013.
Mei 2017 pukul 11.46 WIB.
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarya:
Tiara Wacana.
Kusma, dkk. 2007.
Sejarah Kabupaten Subang. Subang:
Pemerintah Kabupaten Subang.
Littlejohn, Stephen, W & Foss, Karen, A.
2009.
Encyclopedia of Communication
Theory. California: SAGE Publications,
Inc.
Rahardjo. 1983.
Perkembangan Kota dan
Permasalahannya. Jakarta: PT Bina
Aksara.
Soekardi, Yuliadi. 2006.
Asal Mula Kesenian Sisingaan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Suhartono. 1991.
Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial
di Pedesaan Surakarta 1830-1920.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Tauhid, Mochammad. 2011.


Masalah Agraria: sebagai Masalah
Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat
Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Desa.

Yatim, Badri. 2008.


Sejarah Peradaban Islam: Dirasah
islamyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
3. Informan
a. Nama : Abah Dasep
Umur : 70 tahun
Pekerjaan : Budayawan
b. Nama :Muhammad
Agustias Amin
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : Kepala Humas
Kabupaten Subang
4. Internet
https://www.quora.com/What-did-the-Mughal-
Empires-flag-symbolize. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2017 pukul 12.30
WIB.

You might also like