Professional Documents
Culture Documents
LP Prolaps Uteri
LP Prolaps Uteri
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2011), adapun etiologi prolaps uteri ialah :
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik,
terutama ligamentum transversal dapat dilihat pada nulipara dimana terjadi
elongatio colli disertai prolapsus uteri. Faktor penyebab lain yang sering
adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua,
penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak
baik. Pada menopause, hormon estrogen telah berkurang (hipoestrogen)
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
Walaupun insiden prolaps uteri tinggi, hanya sedikit yang diketahui
dasar patofisiologi yang mendasarinya. Umur, pekerjaan, berat badan, paritas,
jenis persalinan, persalinan pervaginam menggunakan alat vakum atau
forceps, berat badan anak yang terbesar yang dilahirkan, riwayat penyakit
medis, status menopause dan pemakaian terapi sulih hormon merupakan
faktor resiko yang sering dikaitkan dengan kejadian prolaps uteri.
Prolaps uteri sering terjadi pada wanita multipara tetapi seringkali tidak
dilaporkan. Penyebab salah satunya yaitu partus pervaginam. Kehamilan,
persalinan dan kelahiran pervaginam dapat menyebabkan berbagai derajat
kerusakan pada struktur penunjang panggul termasuk ligamentum, fasia, otot
dan suplai sarafnya. Lebih banyak kerusakan disebabkan oleh persalinan
lama, kepala bayi atau bahu yang besar dan ketika tindakan dengan forsep
yang sulit diperlukan untuk melahirkan bayi.
Penyebab prolaps uteri adalah multifaktoral, secara umum antara lain:
frekuensi partus yang tinggi, partus dengan penyulit, asites atau tumor-tumor
daerah pelvis, usia tua, defisiensi hormonal (hipoestrogen) akibat menopause,
batuk kronis, obesitas, aktivitas angkat berat, konstipasi kronis dan disfungsi
neuromuskuler. Serta ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah
panggul kendor.
2.1.5 Patofisiologi
Prolaps uteri terbagi dalam berbagai tingkat dari yang paling ringan
sampai prolaps uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya
persalinan pervaginam yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan
ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik dan otot-otot serta fasia- fasia
dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat
dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus-
tonus otot melemah seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak di luar vagina akan tergesek oleh pakaian wanita
tersebut dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya terjadi
trauma obstetrik, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina ke belakang yang dinamakan
sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar
karena persalinan berikutnya yang kurang lancar atau yang diselesaikan
dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Kekendoran fasia dibagian
belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau sebab- sebab lain dapat
menyebabkan turunnya rectum ke depan dan menyebabkan dinding belakang
vagina menonjol ke lumen vagina yang dinamakan rektokel.
2.1.6 WOC
MK : Nyeri akut
2.1.7 Klasifikasi
Mengenai istilah dan klasifikasi prolaps uteri terdapat perbedaan
pendapat antara ahli ginekologi. Tahun 1996, International Continence
Society, the American Urogynecologic Society, and the Society of
Gynecologic Surgeons memperkenalkan sistem POP-Q (Pelvic Organ
Prolapse Quantification). Metode penilaian prolapsus organ pelvis ini
memberikan penilaian yang objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan
nilai kuantifikasi atau derajat ringan beratnya prolapsus yang terjadi.
Pengklasifikasian derajat prolaps organ pelvis berdasarkan sistem POP-Q
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Poin dan landmark untuk sistem POP-Q
2.1.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan dari prolaps organ panggul adalah untuk
menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi, memperbaiki anatomi, atau
bahkan untuk kosmetik. Prolaps organ panggul yang tidak ada gejala atau
dengan gejala ringan, kadang tidak diperlukan terapi. Wanita dengan prolaps
organ panggul berat atau dengan gejala berat, terapi baik konservatif (non
bedah) atau terapi pembedahan dapat dipilih. Pemilihan terapi bergantung
pada jenis, beratnya gejala, umur, keadaan umum penderita, kebutuhan fungsi
seksual, fertilitas, maupun faktor resiko kekambuhan (Doster, 2012).
Pasien prolaps uteri dengan terapi operasi cenderung lebih tinggi
kualitas hidupnya. Operasi dipilih ketika pasien tidak nyaman dengan
pesarium. Ada beberapa teknik bedah yang berbeda dan efektif . Selain
pengalaman dan pelatihan ahli bedah, pilihan terapi operasi didasarkan pada
beberapa aspek individual pasien, yakni anatomi, kondisi kesehatan saat ini,
dan keinginan untuk mempertahankan hasrat seksual (American
Urogynecologic Society, 2014). Junizaf (2011) menyebutkan bahwa
berdasarkan sebuah telaah sistematis mengenai penatalaksanaan prolaps uteri
yang terbaru, terapi operasi/pembedahan pada wanita yang memiliki prolaps
dapat meningkatkan kualitas hidup wanita. Operasi prolaps organ panggul
biasanya efektif dalam mengendalikan gejala-gejala prolaps, sepertiadanya
tonjolan pada vagina (Maher C et al,. 2013).
o. Pola Eliminasi
1) BAK (warna : kuning jernih, konsistensi)
2) BAB (warna : kuning kecoklatan, konsistensi)
p. Personal
1) hygiene (mandi / g anti pakaian)
q. Pola aktivitas
pekerjaan sehari-hari
r. Kebiasaan hidup
1) Merokok
2) Minum – minuman keras
3) Obat terlarang
4) Minum jamu
s. Data psikososial
Ibu Mengatakan saat ini merasa cemas dengan keadaan yang
dialaminya.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Hematologi Erythrocyte (CRBC)
c. Hemaglobin (HB)
d. HCT
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kolaborasi:
1. Kolaborassi dengan ahli
gizi tentang cara
Tujuan Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Kriteria Hasil
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
meningkatkan asupan
makanan
3 Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
dengan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan
informasi ditandai dengan keperawatan diharapkan, Tindakan
merasa khawatir. tingkat ansietas menurun Observasi :
1. Identifikasi saat tingkat
Definisi : Kriteria Hasil : ansietas berubah (mis.
Kondisi emosi dan 1. Verbalisasi kebingungan kondisi, waktu, stresor)
pengalaman subyektif menurun 2. Identifikasi kemampuan
individu terhadap objek yang 2. Verbalisasi khawatir akibat
tidak jelas dan spesifik mengambil keputusan
kondisi yang dihadapi 3. Monitor tanda-tanda
akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu menurun ansietas (verbal dan
melakukan tindakan untuk 3. Perilaku gelisah menurun nonverbal)
menghadapi ancaman. 4. Perilaku tegang menurun
5. Keluhan pusing menurun Terapeutik :
Penyebab : 6. Anoreksia menurun 1. Ciptakan suasana
1. Krisis situasional’ 7. Palpitasi menurun terapeutik untuk
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 8. Frekuensi pernapasan menumbuhkan
3. Krisis maturasional menurun kepercayaan.
4. Ancaman terhadap 9. Frekuensi nadi menurun 2. Temani pasien untuk
konsepdiri 10. Tekanan darah menurun megurangi kecemasan,
5. Ancaman terhadap 11. Diaforesis menurun jika memungkinkan
kematian 12. Tremor menurun 3. Pahami situasi yang
6. Kekhawatiran mengalami 13. Pucar menurun membuat ansietas
kegagalan 14. Konsentrasi membaik 4. Dengarkan dengan
7. Disfungsi sistem keluarga 15. Pola tidur membaik penuh perhatian
8. Hubungan orang tua-anak 16. Perasaan keberdayaan 5. Gunakan pendekatan
tidak memuaskan membaik yang tenang dan
9. Faktor keturunan 17. Kontak mata membaik menyakinkan
(temperamen mudah 18. Pola berkemih membaik 6. Tempatkan barang
teragitasi sejak lahir) 19 Orientasi membaik pribadi yang
10. Penyalahgunaan zat memberikan
11. Terpapar bahaya kenyamanan
lingkungan (mis. toksin, 7. Motivasi
polutan, dan lain-lain) mengidentifikasi situasi
12. Kurang terpapar informasi yang memicu
kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor :
8. Diskusikan perencanaan
Subjektif :
1. Merasa bingung realistis tentang
2. Merasa khawatir dengan peristiwa yang akan
akibat dari kondisi yang datang.
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Edukasi :
Objektif 1. Jelaskan prosedur,
1. Tampak gelisah
termasuk sensasi yang
2. Tampak tegang
mungkin dialami
3. Sulit tidur
Tujuan Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
No Kriteria Hasil
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
Gejala dan Tanda Minor : 2. Informasikan secara
Subjektif : faktual mengenai
1. Mengeluh pusing diagnosis, pengobatan,
2. Anoreksia dan prognosis
3. Palpitasi 3. Anjurkan keluarga untuk
4. Merasa tidak berdaya tetap bersama pasien,
Objektif : jika perlu
1. Frekuensi napas
4. Anjurkan melakukan
meningkat kegiatan yang tidak
2. Frekuensi nadi meningkat kompetitif, sesuai
3. Tekanan darah meningkat kebutuhan
4. Diaforesis 5. Anjurkan
5. Tremor mengungkapkan
6. Muka tampak pucat
perasaan dan persepsi
7. Suara bergetar
6. Latih kegiatan
8. Kontak mata buruk
pengalihan untuk
9. Sering berkemih
mengurangi ketegangan
Berorientasi pada masa lalu
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu.
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018; Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)