You are on page 1of 75

MAKALAH SOSIAL BUDAYA DASAR

“ Laporan Hasil Wawancara Pada Suku Baduy dan Masyarakat Sampit”

STRATEGI BIDAN MELAKSANAKAN PELAYANAN


TERKAIT BUDAYA KEHAMILAN

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Adel Lia Muzdalifa (P17124020001)
Adelina Tiana Rozaqi (P17124020002)
Afrilia Zahra (P17124020003)
Lintang Chessa Amorita (P17124020016)
Reifalenza Syafilla Rhesta (P17124020029)
Risca Indah Rayani (P17124020030)
Anastya Noor Fadhilla (P17124020042)
Fanaurellia Agifah Saffanan (Pl7124020056)
Jihan Salsabila Herlianto (P17124020061)
Jihan Salsabila Herlianto (P17124020061)
Inka Masayu (P17124020060)
Velin Manik (P17124020078)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Laporan
Hasil Wawancara Pada Suku Baduy”. Sehubungan dengan itu kami ingin
menyampaikan terimakasih sebanyak banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan agar terciptanya
makalah ini

2. Dosen pembimbing mata kuliah Sosial Budaya Dasar dalam memberikan


materi dan arahan kepada kami.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 27 Oktober 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I ( PENDAHULUAN) ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................2
2.3 Manfaat Makalah ....................................................................................2
BAB II (TINJAUAN MASALAH).................................................................4
2.1 Definisi Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, Bayi Baru Lahir,
KB/Kespro ................................................................................................4
2.2 Etiologi Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, Bayi Baru Lahir,
KB/KesPro ................................................................................................6
BAB III (PELAKSANAAN KEGIATAN) ..................................................12
3.1 Waktu dan Tempat Wawancara ..............................................................12
3.2 Sasaran ....................................................................................................12
3.3 Kendala yang dihadapi ..........................................................................12
3.4 Biodata Narasumber ...............................................................................13
BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN) ....................................................15
4.1 Format Wawancara .................................................................................15
4.2 Hasil Wawancara ....................................................................................19
4.3 Pembahasan ............................................................................................32
BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN) .....................................................63
5.1 Kesimpulan .............................................................................................63
5.2 Saran .......................................................................................................63
DOKUMENTASI ........................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................70
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................71

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah
– masalah sosial yang timbul dan berkembang, khususnya yang terjadi di
dalam warga Indonesia. Ilmu Sosial Dasar membantu perkembangan
wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan
yang lebih luas dan membentuk kepribadian yang diharapkan dari seorang
mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia
dalam menghadapi manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia
terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik.
ISBD juga merupakan suatu usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk melengkapi gejala – gejala sosial agar daya tanggap
(tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi
lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada
lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.
Indonesia memiliki keragaman budaya, adat istiadat, dan agama yang
berbeda, salah satunya yaitu dari Suku Baduy. Suku Baduy adalah kelompok
etnis yang hidup di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Suku ini dibagi menjadi dua yaitu
Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Suku Baduy masih memegang
teguh adat dan menjalankan dengan baik, sementara Suku Baduy Luar sudah
terkontaminasi dengan budaya luar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan nilai – nilai budaya terhadap individu, keluarga,
dan masyarakat?

1
2. Bagaimana Sosial Budaya pada masa Perkawinan dan Kehamilan di Suku
Baduy?
3. Bagaimana Sosial Budaya pada Persalinan dan BBL di Suku Baduy?
4. Bagaimana Sosial Budaya pada masa Nifas dan Laktasi di Suku Baduy?
5. Bagaimana Sosial Budaya pada Neonatus / Bayi Baru Lahir / Balita di
Suku Baduy?
6. Bagaimana Sosial Budaya pada KB/KR dan Kesehatan Reproduksi di
Suku Baduy?

1.3 Tujuan Makalah


1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu mengimplementasikan Sosial Budaya Dasar dalam
pelayanan kebidanan
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosial Budaya Dasar
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perkembangan nilai-nilai
budaya terhadap individu, keluarga dan masyarakat
c. Mahasiswa mampu mengkaitkan berbagai aspek kehidupan,
perkembangan dan masalah-masalah masyarakat pedesaan dan
perkotaan
d. Mampu menganalisis aspek sosial budaya yang mempengaruhi
perilaku sehat dalam kaitan status kesehatan ibu, bayi , anak balita,
anak pra sekolah dan keluarga
e. Mampu menerapkan cara-cara pendekatan sosial, budaya dalam
praktik kebidanan
f. Memadukan konsep motivasi, perilaku sosial dan cultural
awareness

1.4 Manfaat Makalah


1. Mengidentifikasi perkembangan nilai-nilai budaya terhadap individu,
keluarga dan masyarakat
2. Mengidentifikasi Sosial Budaya pada Masa Perkawinan dan
Kehamilan
3. Mengidentifikasi Sosial Budaya pada Persalinan dan BBL
4. Mengidentifikasi Sosial Budaya pada nifas dan Laktasi
5. Mengidentifikasi Sosial Budaya pada Neonatus / Bayi Baru Lahir /
Balita

2
6. Mengidentifikasi Sosial Budaya pada KB/KR dan Kesehatan
Reproduksi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, Bayi Baru


Lahir, KB/KesPro
a. Definisi Perkawinan
Dari sudut ilmu bahasa kata perkawinan berasal dari kata “kawin” yang
merupakan terjemahan dari bahasa Arab “nikah”. Kata “nikah” mengandung
dua pengertian, yaitu dalam arti yang sebenarnya (hakikat) berarti
berkumpul dan dalam arti kiasan berarti aqad atau mengadakan perjanjian
perkawinan.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana dirumuskan
pada Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian perkawinan,
yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikologi seorang perempuan karena pertumbuhan dan perkembangan alat
reproduksi dan janinnya. Kehamilan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan seluruh sistem tubuh yang cukup mendasar. Periode transisi dari
kehamilan dapat berpengaruh pada fisik, emosi, kognitif, dan pola hubungan
seksualitas (Sagiv, 2012; Bobak, 2004).

c. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur ( Rohani et al, 2011). Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

4
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Suliswaty & Esti,
2010).

d. Definisi Masa Nifas


Masa nifas berasal dari bahasa latin yaitu Puer adalah bayi dan parous
adalah melahirkan yang berarti masa sesudah melahirkan.(Saleha, 2008).
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2009).
Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum yang ditandai dengan
lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6 minggu.
(Varney, 1997).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Jadi,
Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum
hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari).

e. Definisi Bayi Baru Lahir


Bayi Baru Lahir adalah setelah bayi baru lahir pada jam pertama kelahiran.
Atau bayi lahir dengan UK 37-42 minggu dan Berat Lahir 2500-4000gram.
(Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. (Donna L. Wong, 2003)

f. Definisi KB/KesPro
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai
landasan hukum yang berisikan berbagai pengertian. Keluarga Berencana
(KB) adalah usaha peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

5
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Selain undang-undang yang mendefinisikan tentang program KB, Hanafi
Hartanto (1994: 08) menjelaskan pengertian Keluarga Berencana (KB)
sebagai suatu ikhtiar atau usaha manusia mengatur kehamilan dalam
keluarga, secara tidak melawan hukum agama, undang-undang negara dan
moral pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga khususnya
dan kesejahteraan bangsa umumnya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem
reproduksi (Rostina, 2008).

2.2 Etiologi Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, Bayi Baru


Lahir, KB/KesPro
a. Etiologi Perkawinan
Faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yang sering
dijumpai di lingkungan masyarakat, yaitu :
1) Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di
garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak
wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
2) Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan
anaknya yang masih dibawah umur.
3) Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran
dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan
anaknya.
4) Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern
kian permisif terhadap seks.

6
5) Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.

b. Etiologi Kehamilan
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
6) Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter ± 0,1 mm yang terdiri dari
suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona
pellusida oleh kromosom radiata
7) Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak
cepat.
8) Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopii.
9) Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
10) Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
(Mochtar, 2011).

c. Etiologi Persalinan
Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks. Perlu
diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil.
1) Estrogen
a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim

7
b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
2) Progesteron
a. Menurunkan sensitivitas otot rahim
b. Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis
c. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi keseimbangan
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua
hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis
pars posterior dapat menimbulkan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi
Braxton Hiks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan,
oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering
(Rohani et al, 2011). Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja
melalui prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur
kehamilan minggu ke-15 (Rohani et al, 2011).

d. Etiologi Masa Nifas


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas dan
menyusui,antara lain :
11) Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk
merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi
inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur
rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
12) Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya
organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan
pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering
melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul

8
infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah
dan terdapat nanah).
13) Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa
ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah
berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu
lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas..
14) Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap
kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung
kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang
berakibat terjadi perdarahan.
15) Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan
menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit
BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu
setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan
saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah
melahirkan.
16) Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin
(keping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1
minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan
kembali normal hingga 2 pekan.
17) Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang
berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg
lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan
timbunan cairan waktu hamil.

9
18) Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah
12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas
tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda
bahaya lain.

e. Etiologi Bayi Baru Lahir


Bayi khususnya neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat:
1) Ukuran jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran
udara
2) Compliance paru yang lebih besar
3) Otot pernafasan dan diafragma cenderung yang lebih mudah lelah
4) Predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar
5) Gagal nafas pada neonatus dapat disebabkan oleh hipoplasia paru
(disertai hernia diafragma kongenital), infeksi, aspirasi mekoneum, dan
persistent pulmonary

f. Etiologi KB/ KesPro


Kualitas kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tiga
faktor utama yang sangat berpengaruh adalah status kesehatan,praktik
budaya, serta sarana dan prasarana yang menunjang kesehatan. Petama,
status kesehatan berkaitan dengan gizi seorang remaja dan menjadi
perhatian karena remaja yang sakitcenderung mengalami permasalahan
pada fungsi dan proses reproduksinya. Kedua, pengaruh praktik budaya di
masyarakat yang hinga saat ini menjadi “momok” dalam permasalahan
kesehatan reproduksi, salah satunya adalah praktik budaya pernikahan usia
dini. Ketiga, sarana dan prasarana kesehatan semangkin dilengkapi
pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan kesehatan
reproduksi.
Selain itu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dapat
bersumber dari dalam (internal) atau luar (eksternal) dan dapat juga
kombinasi antara keduanya. Faktor internal, seperti kondisi kesehatan baik

10
fisik maupun mental, sedangkan faktor eksternal, seperti lingkungan
tempat sosialisasi atau lingkungan yang mempengaruhi asupan nutrisi.
Kondisi kesehatan remaja harus dijaga dan diperhatikan dengan baik
karena dampaknya dapat dirasakan di masa depan.

11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Acara ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
Pukul : 10.30-12.15 WIB
Tempat : Zoom Meeting Room

3.2 Sasaran
Untuk menambah pengetahuan/ pemahaman terhadap sosial budaya atau
Adat mengenai perkawinan, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
serta keluarga berencana di suku baduy.

3.3 Kendala Yang dihadapi


Adapun kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. Bahasa
Sebagian masyarakat Baduy lebih fasih berbahasa Sunda dibanding
Bahasa Indonesia sehingga anggota kelompok sulit untuk
berkomunikasi dan mengerti apa yang di bicarakan atau tanggapan dari
masyarakat Suku Baduy tersebut.
2. Sinyal
Diadakan zoom meeting dengan sinyal yang memadai dan terjadinya
mati lampu sehingga koneksi tidak terhubung.
3. Narasumber
Tanggapan dari narasumber yang kurang aktif (pasif) dikarenakan
sinyal yang kurang baik yang dapat menyebabkan informasi yang
didapat belum maksimal.
4. Waktu
Waktu yang terburu-buru sehingga membuat pewawancara dan
narasumber terlalu singkat tidak mendalam.
5. Tempat Narasumber
Pemaparan dari narasumtidak terlalu jelas dikarenakan adanya suara
ayam dan suara-suara kurang jelas sehingga membuat jalannya acara
kurang kondusif karena tempat kurang tepat.

12
3.4 Biodata Narasumber

I. DATA PRIBADI
Nama : Eros Rosita, SST, SKM
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunung Kencana ,15 Agustus 1972
Alamat : Kampung Ciboleger RT/RW. 03/02
Desa Bojong Menteng
No. HP : 082113876124
Email : rosrosita1432@gmail.com
Pendidikan : D4 Pendidik
Tempat bekerja : Instansi Puskesmas Cisimeut
Kampung Ciboleger
Alamat Puskesmas : Kampung Ciboleger RT/RW.
03/02Desa Bojong Menteng
Agama : Islam
Motto Hidup : Bekerjalah dari hal-hal kecil,
sebelum melakukan hal- hal yang
besar karena dengan cinta yang
kecil akan mendapatkan cinta yang
besar.

II. PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI


1. Sekolah Perawat Kesehatan Labak Rangkas belitung
2. D1 Kebidanan Dapartemen Kesehatan Labak Rangkas belitung
3. D3 Kebidanan Departemen Kesehatan Labak Rangkas belitung
4. D4 Kebidanan Pendidik Kota Tanggerang
5. S1 SKM di UNMA Pandeglang
6. Mitra Ria Husada Profesi Di Jakarta (saat ini)

III. PENGALAMAN NARASUMBER

13
1. 2008, Narasumber Danamon Award SCTV tentang pelayanan
keshatan
2. 2008, Narasumber IDI se-Indonesia diAceh
3. 2008, Narasumber IDI dipadang
4. 2008-2014,Narasum berkampus-kampus salah satunya di
kebidanan Departemen Kesehatan Rangkas belitung

IV. Apresiasi
1. Tahun 2013, Penghargaan oleh Bapak SBY tentang kependudukan
KB, adanya Keberhasilan tentang KB dibaduy.
2. Tahun 2019, Penghargaan oleh Bapak Jokowi tentang Inovasi Akar
Rumput Wanita dikalangan bawah.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Format Wawancara


FORMAT OBSERVASI KEGIATAN PRAKTEK SOSIAL BUDAYA DIMASYARAKAT
PRODI DIII KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA I
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

TEMPAT : Kampung Ciboleger RT/RW. 03/02 Desa Bojong


Menteng
PEMBIMBING/KEL : Mumun Munigar, MA. Kes/Kelompok 1
HARI / TANGGAL : Selasa, 27 Oktober 2020

PENILAIAN
NO ASPEK YANG DIOBSERVASI
YA TDK
1 Perkawinan dan Kehamilan
a. Terdapat adat atau aturan pada suatu suku kepada √
pasangan yang akan menikah
b. Terdapat larangan atau aturan oleh adat kepada √
calon pengantin untuk melakukan sesuatu sebelum
pernikahan
c. Terdapat kebiasaan setelah menikah pasangan yang √
baru menikah harus mengkosumsi
makanan/minuman tertentu
d. Terdapat kebiasaan setelah menikah pasangan yang √
baru menikah harus mengkosumsi
makanan/minuman tertentu untuk merencanakan
kehamilan
e. Terdapat adat atau aturan kebiasaan yang hanya √
boleh diberikan pada ibu hamil (seperti keluar
rumah atau lainnya)
f. Terdapat larangan / adat tertentu yang melarang √
ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan tertentu
yang baik untuk kehamilannya (seperti telur, ikan
atau lainnya)
g. Terdapat aturan adat, kapan waktu yang tepat √
untuk merencanakan kehamilan
h. Terdapat larangan adat pada ibu hamil untuk √
memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan
atau fasilitas kesehatan

15
i. Menerapkan aturan adat tertentu apabila ada √
masalah dalam kehamilannya untuk datang ke
tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan
j. Menerapkan aturan bahwa ibu hamil tidak boleh √
diberikan immunisasi/multivitamin/obat dari
tenaga kesehatan
k. Terdapat ritual inisiasi menyampaikan pesan simbolis yang √
menyuarakan nilai dan keyakinan budayanya.
l. Menyakini jika pantangan itu dilanggar akan √
mengakibatkan
hal buruk pada ibu dan bayi yang di kandungnya
2 Persalinan YA TDK

a. Mempercayakan persalinan pada hukum adat √


tertentu tanpa campur tangan tenaga kesehatan
b. Memperbolehkan ibu didampingi oleh tenaga √
kesehatan / bidan pada saat persalinan
c. Terdapat ramuan khusus untuk diminum atau √
dipakai sesuai dengan aturan adat setempat, yang
diberikan pada saat ibu bersalin
d. Jika hendak bersalin kebiasaan orang setempat lebih √
senang ditolong oleh dukun/paraji dari pada tenaga
kesehatan /bidan
e. Transportasi/jarak yang menghambat rujukan ke √
tempat pelayanan kesehatan saat terjadi komplikasi
saat melahirkan
f. Terdapat ritual adat tertentu seperti upacara adat √
untuk keselamatan ibu dan bayi saat melahirkan
g. Menurut adat istiadat, persalinan harus berlangsung √
normal
h. Orang tua harus berkonsultasi dengan Kiai atau √
Pemangku mengenai nama yang akan diberikan
kepada buah hatinya
i. Menurut budaya, ibu yang ingin bersalin harus √
memperbanyak jongkok

j. Menurut budaya, memakai peniti yang diikatkan √


pada baju atau pakaian saat persalinan dapat
menjaga ibu dan bayi dari makhluk alus
k. Hingga waktu persalinan, ibu hamil tidak boleh √
memotong rambut

l. Menurut budaya, duduk di depan pintu dapat √


menghambat kelahiran

16
m. Sebelum melahirkan ibu tidak perlu kontrol √
kehamilan

3 Nifas YA TDK

a. Terdapat larangan adat untuk mengkonsumsi √


makanan tertentu (seperti telor, ikan atau lainnya)
setelah melahirkan
b. Tidak diperbolehkan keluar dirumah / aktivitas √
tertentu sampai 40 hari pasca melahirkan
c. Terdapat ramuan khusus untuk diminum / dipakai √
sesuai dengan aturan adat setempat yang diberikan
pada ibu setelah melahirkan
d. Menempatkan aturan khusus pada ibu nifas yang akan √
menyusui bayinya dengan ritual tertentu (memijat
payudara, atau lainnya).
e. Mengikut sertakan paraji atau dukun bayi untuk √
perawatan ibu nifas sampai 40 hari
f. Terdapat kebiasaaan atau upacara adat tertentu yang √
dilakukan untuk keselamatan ibu setelah melahirkan
g. Perilaku menolak minum banyak yang dilarang untuk √
dilakukan saat ibu nifas
h. Melanggar larangan mengkonsumsi makanan tertentu √
dapat menyebabkan jahitan yang sulit sembuh atau
kering
i. Menggunakan stagen bagi ibu selama masa nifas √

j. Dilarang berhubungan intim selama masa nifas √

k. Tidur siang dapat menyebabkan kebutaan bagi ibu √


yang sedang memasuki masa nifas setelah melahirkan
l. Jangan keremas atau cuci rambut sebelum 40 hari atau √
selama masa nifas
m. Tidak diperbolehkan duduk dengan kaki tertekuk √
karna dapat menyebabkan farises
n. Dilarang makan dan minum yang terlalu panas atau √
dingin selama masa nifas
o. Dilarang langsung berdiet ketat √

p. Tidak diperbolehkan melakukan aktivitas fisik yang √


berat
q. Harus menghindari emosi yang terlarut √

r. Mengoleskan ramuan jeruk nipis serta enjet di bagian √


perut, agar luka pada ibu cepat sembuh

17
4 Bayi Baru Lahir YA TDK

a. Tidak memperbolehkan bayi baru lahir sampai usia 6 √


bulan untuk makan/minum tertentu selain ASI
b. Mengikutsertakan dukun bayi untuk perawatan bayi √
baru lahir sampai 40 hari/puput
c. Memberikan ramuan tertentu untuk dipakai atau √
dikonsumsi oleh bayi baru lahir
d. Terdapat perlakuan khusus yang berbeda sesuai √
aturan adat antara bayi laki-laki dan bayi perempuan
e. Tidak boleh diberikan immunisasi apapun pada bayi √
karena alasan tertentu
f. Terdapat ritual tertentu menyambut kelahiran bayi √
baru lahir
g. Memberikan ramuan tertentu sesuai adat atau √
mengundang dukun bayi tanpa mengikutsertaakan
tenaga kesehatan apabila bayi sakit
h. Menerapkan tindakan tertentu sesuai aturan adat √
(seperti membedong atau lain nya) dengan harapan
bayi tumbuh sehat dan tidak ada gangguan dari
mahluk lain
i. Bayi yang baru lahir harus sering di jemur di pagi hari √
tepatnya dibawah pukul 10, dan penjemurannya hanya
selama 10 sampai 15 menit
j. Bayi baru lahir tidak boleh keluar saat waktu magrib √

k. Terdapat ritual tertentu setelah kelahira bayi √


(menguburkan ari2/placenta)
l. Diwajibkan bagi ayah bayi atau wali bayi untuk √
mengumandangkan adzan ditelinga kanan bayi dan
Iqomat ditelinga kiri bayi
m. Bayi kalo keluar dikasih peniti di bajunya √

5 KB/Kespro YA TDK

a. Terdapat aturan adat yang melarang ibu atau bapak √


membatasi kehamilan
b. Mengenal jenis-jenis alat kontrasepsi untuk membatasi √
kehamilan
c. Terdapat larangan/batasan menurut aturan adat √
istiadat pada penggunaan alat kontrasepsi tertentu
untuk membatasi/menjarangkan kehamilan
d. Terdapat aturan tertentu menurut adat, yang mengatur √
remaja putri dalam pergaulan

18
e. Terdapat sanksi adat pada remaja apabila melakukan √
penyimpangan pergaulan
f. Terdapat suatu kebiasaan pada suatu suku √
memberikan makanan atau minuman kepada seorang
remaja laki – laki / perempuan pada saat mengalami
pubertas √
g. Terdapat banyak memegang adat istiadat (banyak anak
banyak rezeki ) √
h. Terdapat penggunaan kontrasepsi oral yang dapat
membuat tubuh menjadi gemuk

4.2 ASPEK YANG DIWAWANCARI


A. Seputar Perkawinan dan Kehamilan
• Wawancara Adel Lia Muzdalifa dengan Bidan Ros

Adel : “Apakah terdapat adat atau aturan pada Suku Baduy kepada
pasangan yang akan menikah?”
Bidan Ros : “Ya ada, Kebetulan di desa kanekes terdapat Baduy dalam dan
Baduy luar. Baduy dalam terdiri dari 3 kampung, kalau untuk
pernikahan masyarakat suku Baduy dalam harus menikah
dengan suku Baduy dalam juga. Kalau misalkan ada
masyarakat Baduy dalam mau menikah dengan masyarakat
suku Baduy luar, berarti masyarakat suku Baduy dalam harus
keluar dari dulu ke suku Baduy luar karena tidak boleh nikah
antara suku Baduy dalam dengan suku Baduy luar, jadi salah
satunya harus keluar dulu. Kalau untuk pernikahan di
masyarakat Baduy luar mereka seperti layaknya di kita. Ada
yang di jodohkan ada juga yang memilih pasangannya.
Sementara untuk pernikahan dalam adatnya sama
pernikahannya juga sama cuman yang membedakan kalau di
suku Baduy dalam tidak ada syahadat kalau yang di luar
memakai syahadat dan memakai penghulu dari luar.”
Adel : “Bagaimana larangan atau aturan oleh adat kepada calon
pengantin untuk melakukan sesuatu sebelum pernikahan?”
Bidan Ros : “Tidak, Kalau itu tidak ada larangan apapun, Jadi kalau

19
misalkan suku Baduy luar menikah dengan suku Baduy luar,
misal kaduketuk dan kampung desadane itu sebelum
pernikahan ada sistem penjemputan. Jadi kalau di di kita
seperti mulung mantu, jadi penjemputan dulu di kampung
desadane membawa calon pengantin perempuan untuk di bawa
ke kampung kaduketuk. Jadi itu nikahnya tidak di kampung
desadane atau tidak di kampung calon pengantin
perempuannya karena calon pengantin perempuan itu sudah di
ambil mulung mantuya di kaduketuk. Tidak ada larangan
khusus, yang mereka larang seperti sebelum menikah dia
berbuat (zina) jadi itu di hukum dulu, di hukum di suatu tokoh
adat. Contoh: orang Baduy dalam berbuat hal yang kurang
baik sebelum pernikahan itu di ambil dulu keluar dan di
hukum di suatu tokoh adat di pertanyakan apakah kamu mau
berubah atau mau lanjut seperti itu, kalau mau lanjut berarti di
nikah kan dan kalau mau berubah dia akan di masukan lagi ke
Baduy dalam.”
Adel : “Apakah terdapat kebiasaan setelah menikah, pasangan
yang baru menikah harus mengonsumsi makanan/minuman
tertentu?”
Bidan Ros : “Tidak, Kalau untuk itu kebiasaan makan-makanan tidak ada
cuman bagi pasangan yang sudah menikah tidak wajib di KB”
Adel : “Apakah terdapat kebiasaan setelah menikah, pasangan yang
baru menikah harus mengonsumsi makanan/ minuman tertentu
untuk merencanakan kehamilan?”
Bidan Ros : “Tidak, larangannya cuman tidak wajib di KB”∙Adel: “Apakah
terdapat adat atau aturan kebiasaan yang hanya boleh di berikan
pada ibu hamil (seperti keluar rumah, dll )?”
Bidan Ros : “Ya, kalau itu mereka masih memegang teguh, kalau misalkan
mau keluar rumah di saat beliau lagi hamil, yaitu suka membawa
sapu lidi dan beberapa lidi. Kebanyakan kalau keluar rumah
membawa sapu lidi dengan 3 batang lidi jadi untuk mau keluar
rumah atau menonton tv.”
Adel : “Bagaimana larangan atau adat tertentu yang melarang ibu

20
hamil untuk mengonsumsi makanan tertentu yang baik untuk
kehamilannya ( seperti telur, dll )?”
Bidan Ros : “Ya, Sebagian besar ada yang melarang jangan terlalu banyak
memakan telur, jangan terlalu banyak memakan di piring yang
besar itu mereka masih memegang teguh adat itu karena katanya
kalau banyak makanan di piring yang besar plasentanya itu akan
besar dan kalau terlalu banyak makan telur anaknya nanti akan
bisulan.”

• Wawancara Adelina Tiana Rozaqi dengan Bidan Ros

Adelina : “Apakah terdapat aturan adat di suku anak dalam baduy yang
mengatur tentang kapan waktu yang tepat untuk merencanakan
kehamilan bu?”
Bidan Ros : “Tidak ada. Untuk awal pernikahan tidak ada aturan
perencanaan kehamilan, mereka menerima kapan saja yang
kuasa akan memberikan keturunan. Kecuali untuk yang sudah
memiliki anak, mereka bisa untuk merencanakan kehamilan
berikutnya.”
Adelina : “Apakah terdapat larangan pada ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya di tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan bu?”
Bidan Ros : “Tidak ada larangan. Pada tahun 1997 masih ada larangan

untuk memeriksakan di tenaga kesehatan, sedangkan saat ini


mereka mencari - cari keberadaan bidan karena mereka
mempercayai bidan dapat menentukan kelahiran yang tepat kalau
di paraji hanya palpasi dan jampe saja.”

Adelina : “Apakah menerapkan aturan adat apabila ada masalah dalam


kehamilannya untuk datang ke tenaga kesehatan atau fasilitas
kesehatan?”
Bidan Ros : “Iya ada, kalau ada masalah mereka akan melakukan ritual doa
dulu dari adatnya. Seresiko apapun itu pasti akan tetap meminta
doa dulu kepada tokoh adat di suku tersebut, jika tokoh adatnya
sudah menyarankan untuk ke bidan, mereka baru mau

21
memeriksakan ke bidan. Sebelum berangkat menuju bidan,
mereka akan meminta doa terlebih dahulu kepada sesepuh
disana.”
Adelina : “Di suku anak dalam baduy apakah menerapkan aturan bahwa
ibu hamil tidak boleh diberikan immunisasi/multivitamin/obat
dari tenaga kesehatan?”
Bidan Ros : “Tidak, namun di baduy dalam masih menerapkan. Pada zaman
dulu iyaa, ketika diberi obat penambah darah mereka tidak mau
dengan alasan nanti menjadi terlalu banyak darah dan berbau
amis. Setelah dijelaskan kegunaan imunisasi bisa mencegah
penyakit tetanus. Saat ini, sudah mau karena mereka sudah bisa
membandingkan perbedaan anak yang diberi multivitamin dan
tidak ketika masih dikandungan. Namun suku baduy dalam saat
ini masih menolak untuk diimunisasi karena mereka
mempercayai mereka akan sehat-sehat saja tanpa diberi
multivitamin.”
Adelina : “Apakah terdapat ritual inisiasi menyampaikan pesan simbolis
yang menyuarakan nilai dan keyakinan budayanya bu?”
Bidan Ros : “Iya, jadi untuk menyuarakan budaya itu kolaborasi dengan
tokoh adat, menjelaskan kepada tokoh adat bahwa komunitas
kesehatan tidak membahayakan ibu dan bayi. Tenaga kesehatan
bekerja disana itu untuk memberikan pelayanan tidak semena-
mena tanpa dukungan dari tokoh adat. Jadi apa saja yang akan
kita lakukan disana harus pegang dulu tokoh adatnya, maka
upaya apapun akan diterima.”
Adelina : “Apakah di suku anak dalam baduy itu menyakini jika
pantangan dilanggar akan mengakibatkan hal buruk pada ibu dan
bayi yang di kandungnya?”
Bidan Ros : “Iya, namun di baduy dalam. Jika si ibu dirujuk ke tenaga
kesehatan pasti menggunakan kendaraan, sedangkan adat istiadat
baduy dalam tidak boleh menggunakan kendaraan. Karena
menggunakan kendaraan itu merupakan larangan, ketika sudah
pulang imbasnya itu ke suami atau ibunya sendiri atau
keluarganya. Bentuk imbasnya itu bisa suaminya sakit atau

22
suaminya kerjanya susah, dll. Jadi bagi baduy dalam, sesakit
apapun ibu hamil itu tidak akan di rujuk.”

B. Seputar Persalinan
• Wawancara Lintang Chessa Amorita dengan Bidan Ros

Lintang : “Apakah suku baduy lebih mempercayakan persalinan pada


hukum adat tanpa campur tangan tenaga kesehatan?”
Bidan Ros : “Tidak. Untuk persalinan walaupun mereka sudah sama adat
pasti selalu ujungnya ke petugas rumah sakit juga untuk meminta
pertolongan. Misalkan di Baduy dalam dia sudah mau lahiran
retensio plasenta 4 hari 4 malam sesudah dia kewalahan dari
adat, kalau di kita retensio plasenta 4 hari 4 malam itu sudah plus
meninggal karena ada banyak pendarahan sudah ke dukun sini ke
dukun situ pakai doa" 4 hari 4 malam tidak berhasil ternyata
mereka memakai petugas kesehatan juga menghubungi bidan dan
di rujuk di rumah sakit sudah ada belatungnya, berbau, dll. Jadi
ujung"nya walaupun mereka kesulitan untuk pertolongan
persalinan di Baduy tapi ujung"nya pakai petugas kesehatan
juga.”
Lintang : “Apakah pada saat persalinan Ibu didampingi oleh tenaga
kesehatan lainnya?”
Bidan Ros : “Untuk persalinan ada yang disampingi bidan dan ada juga
yang tidak. Kebanyakan warga suku Baduy melahirkan sendiri,
dalam artian mereka melahirkan tanpa ada paraji, namun setelah
bayi nya keluar baru memanggil bidan.Tapi setelah kejadian 2
Ibu yang meninggal tahun 2019 dan 2020 akibat pendarahan
banyak, sejak itu saat Ibu hamil sudah merasakan mulas
langsung memanggil bidan melalui kader.”
Lintang : “Apakah terdapat ramuan khusus untuk diminum sesuai adat
suku Baduy yang diberikan kepada ibu bersalin?”
Bidan Ros : “Iya ada. Ramuannya dinamakan kapoek untuk
memberhentikan pendarahan. Diolah dengan cara direbus.”
Lintang : “Saat hendak bersalin, biasanya warga setempat lebih memilih

23
untuk ditolong oleh dukun/paraji daripada tenaga
kesehatan/bidan?”
Bidan Ros : “Warga suku Baduy lebih sering ditolong oleh paraji. Namun
memanggil parajinya setelah bayinya keluar, jika ada kader
biasanya kader langsung memanggil bidan.”
Lintang : “Apa saja hal yang menghambat melakukan rujukan ke tempat
pelayanan kesehatan saat terjadinya komplikasi saat
melahirkan?”
Bidan Ros : “Hal yang menghambat melakukan rujukan, yaitu karena adat
suku Baduy yang wajib untuk melaporkan ke tokoh adat untuk
dibawa rujukan ke pelayanan kesehatan, jika sudah disetujui baru
akan dilakukan rujukan dengan syarat bidan yang akan
mengantar dan menjemputnya.”
Lintang : “Apakah terdapat adat ritual tertentu seperti upacara adat untuk
keselamatan Ibu dan bayi? Jika iya adat apa saja yang
dilakukan?”
Bidan Ros : “Ada. Acara 3 harian, 7 harian, dan 40 harian syukuran bayi”

Lintang : “Apakah menurut adat istiadat suku Baduy persalinan harus


dilakukan dengan normal?”
Bidan Ros : “Iya, namun itu kembali lagi ke kondisi Ibu masing-masing.
Jika ada persalinan yang beresiko mereka mengganggap ada bala
yang menimpanya, dan biasanya diadakan ritual dahulu lalu
memanggil bidan”
• Wawancara Jihan Salsabila Herlianto dengan Bidan Ros
Jihan : “Apakah orang tua di suku baduy harus berkonsultasi dengan
kiai atau pemangku agama mengenai nama yang akan diberikan
kepada buah hatinya?”
Bidan Ros : “Tidak, biasanya suku baduy dalam menentukan nama di
tentukan langsung oleh orangtua langsung atau oleh sesepuh
mereka. Karena dalam menentukan nama tidak sembarangan dan
ada ketentuan nya. Misal bapaknya bernama Anta lalu punya
anak perempuan maka anak nya harus memiliki nama dengan
huruf depan yang sama seperti bapak, begitupun dengan anak

24
laki-laki maka anak tersebut harus mengikuti nama huruf depan
ibu nya. Jadi nama anak dan orangtua berkaitan”
Jihan : “Apakah menurut budaya baduy, ibu yang ingin bersalin harus
memperbanyak jongkok?”
Bidan Ros : “Iya betul, biasanya di suku Baduy itu sebelum persalinan
memperbanyak jongkok bahkan saat persalinan masyarakat
baduy melahirkan dengan posisi jongkok. Mereka biasanya
menggunakan alat bantu tambang untuk mengedan. Karena
menurut budaya baduy kalau melahirkan tidak jongkok itu tidak
ada tenaga jadi dengan jongkok akan mempermudah proses
melahirkan. bahkan ada juga ibu yang melahirkan dengan posisi
nungging karna malu terlihat vaginanya, baru saat bayi di
keluarkan pindah posisi menjadi telentang”
Jihan : “Apakah menurut budaya baduy, memakai peniti yang
dikaitkan pada baju atau pakaian saat persalinan dapan menjaga
ibu dan bayi dari makhluk halus?”
Bidan Ros : “Tidak, di suku baduy hal-hal memasangkan peniti memang
masi ada tetapi hanya sebatas ritual dan tidak ada kaitannya
dengan makhluk halus”
Jihan : “Apakah menurut budaya suku baduy ibu hamil tidak boleh
memotong rambut?”
Bidan Ros : “Tidak, di suku baduy tidak ada larangan ibu hamil untuk
memotong rambut”
Jihan : “Apakah menurut suku baduy, duduk di depan pintu dapat
menghambat kelahiran?”
Bidan Ros : “Iya, di suku Baduy masih memegang teguh kepercayaan itu
bahwa duduk di depan pintu dapat memperhambat persalinan”
Jihan : “Apakah di suku baduy saat sebelum ibu melahirkan ibu tidak
perlu kontrol kehamilan?”
Bidan Ros : “Tidak, ibu hamil di suku baduy sebelum melahirkan wajib
kontrol kepada tenaga kesehatan”

C. Seputar Nifas
• Wawancara Inka Masayu dengan Bidan Ros

25
Inka : “Apakah ada larangan tertentu untuk mengkonsumsi makanan
setelah melahirkan?”
Bidan Ros : “Tidak ada larangan untuk makan, ibu nifas diperbolehkan
makan apapun sesuai kebutuhan”
Inka : “Apakah ada larangan tidak diperbolehkan keluar rumah atau
aktivitas tertentu sampai 40 hari pasca melahirkan?”
Bidan Ros : “Tidak ada larangan, ibu nifas diperbolehkan keluar”
Inka : “Apakah ada ramuan khusus untuk diminum atau dipakai yang
diberikan pada ibu pasca melahirkan?”
Bidan Ros : “Ada, masyarakat baduy masih mempercayai ramuan
tradisional seperti jamu misalnya kunyit, jahe, lempuyang yang
ditumbuk kasar lalu diambil sarinya untuk diminum selama 40
hari pra persalinan guna menyuburkan peranakan pada wanita.
Dampak jika tidak mengikuti tradisi tersebut akan merasakan
sakit kepala dan tidak sehat.”
Inka : “Apakah ada ritual tertentu untuk ibu nifas yang akan menyusui
seperti memijat payudara atau lainnya?”
Bidan Ros : “Pemijatan payudara biasanya dilakukan pada saat asi tidak
keluar”
Inka : “Apakah mengikut sertakan paraji atau dukun bayi untuk
perawatan ibu nifas sampai 40 hari?”
Bidan Ros : “Tidak. Dalam masyarakat baduy, paraji atau dukun bayi tidak
diikut sertakan dalam perawatan ibu nifas.”
Inka : “Adakah terdapat kebiasaaan atau upacara adat tertentu yang
dilakukan untuk keselamatan ibu setelah melahirkan?”
Bidan Ros : “Ya. Dalam masyarakat baduy, kebiasaan atau ritual yang
dilakukan biasanya adalah upacara selamatan 3 hari, 7 hari dan
40 hari setelah bayi lahir”

• Wawancara Annastasya Noor Fadilla dengan Bidan Ros


Annastasya : “Apakah perilaku minum banyak dilarang untuk dilakukan saat
ibu nifas?”
Bidan Ros : “Tidak ada larangan yang melarang minum banyak dilakukan
saat ibu nifas”

26
Annastasya : “Apakah melanggar larangan mengkonsumsi makanan tertentu
dapat menyebabkan jahitan yang sulit sembuh atau kering?”
Bidan Ros : “Iya, paling makan telor aja yang tidak boleh”

Annastasnya : “Apakah ibu selama masa nifas harus menggunakan stagen?”

Bidan Ros : “Iya pakai, sampai usia bayi 2 tahun atau ada yang sampai usia
bayi 5 tahun itu mereka pakai”
Annastasya : “Apakah dilarang berhubungan intim selama masa nifas?”

Bidan Ros : “Iya dilarang, jika masih 40 hari masa nifas jika sudah melewati
40 hari masa nifas baru diperbolehkan”
Annastasya : “Apakah tidur siang dapat menyebabkan kebutaan bagi ibu
yang sedang memasuki masa nifas setelah melahirkan?”

Bidan Ros : “Iya dilarang, karna katanya mereka darah putih akan naik ke
kepala sehingga bisa menyebabkan kebutaan”
Annastasya : “Apakah keramas atau cuci rambut sebelum 40 hari atau selama
masa nifas dilarang?’
Bidan Ros : “Boleh aja dilakukan kalau untuk keramas atau cuci rambut
tidak ada larangan”

• Wawancara Risca Indah Rayani dengan Bidan Ros


Risca : “Apakah dalam suku baduy selama masa nifas tidak
diperbolehkan duduk dengan kaki tertekuk karna dapat
menyebabkan farises?”
Bidan Ros : “Tidak ada seperti itu, selama masa nifas diperbolehkan duduk
dengan kaki terteku”
Risca : “Apakah dalam suku Baduy dilarang makan dan minum yang
terlalu panas atau dingin selama masa nifas?”
Bidan Ros : “Ada, karna jika makan/minum yg panas menyebabkan si
bayinya monoliasis pada puting ibunya”
Risca : “Apakah dilarang langsung berdiet ketat selama masa nifas?”
Bidan Ros : “Tidak ada/jarang, karna mereka beraktivitas seperti biasa juga
bisa menjadi diet dengan sendirinya”
Risca : “Apakah dalam suku Baduy tidak diperbolehkan melakukan

27
aktivitas fisik yang berat selama masa nifas?”
Bidan Ros : “Boleh, karna kebanyakan dalam suku Baduy ketika sudah
melahirkan, banyak yg meninggalkan anaknya utk
aktivitas/bekerja yg lainya”
Risca : “Dalam suku Baduy bagaimana cara menghindari emosi yang
terlarut?”
Bidan Ros : “Ada kalau untuk Postpartum blues mereka pakai ritual mereka
dulu, setelah memakai ritual jika tidak berhasil maka mereka
menghubungi para bidan untuk digalih lebih dalam lagi”
Risca : “Apakah dengan cara mengoleskan ramuan jeruk nipis serta
enjet di bagian perut, luka pada ibu cepat sembuh?”
Bidan Ros : “Ada yg pakai ramuan itu, misal luka robek pada bagian vagina
menggunakan batu yg dipanaskan lalu mereka dudukin, dan
mereka masih pakai ramuan-ramuan seperti itu”

D. Seputar Bayi Baru Lahir


• Wawancara Fahaurellia Agifah Saffanah dengan Bidan Ros
Aurel : “Apakah dalam suku Baduy bayi yg baru lahir sampai dengan
usia 6 bulan tidak diperboleh kan untuk makan/minum selain
ASI?”
Bidan Ros : “Ya. Namun ada juga yang baru beberapa bulan diberi
makan/minum selain ASI”
Aurel : “Apakah dukun bayi diikutsertakan untuk perawatan bayi baru
lahir sampai 40 hari dalam suku baduy?”
Bidan Ros : “Ya. Dukun bayi diikutsertakan dalam perawatan bayi baru
lahir di suku baduy”
Aurel : “Apakah ada ramuan tertentu yang harus dikonsumsi bayi baru
lahir di suku baduy?”
Bidan Ros : “Ya. Seperti didalam air yang akan diminumnya diberi jampe
jampe”
Aurel : “Apakah dalam suku baduy ada perbedaan perlakuan terhadap
bayi perempuan/laki2?”
Bidan Ros : “Tidak. Didalam suku baduy tidak ada perbedaan”
Aurel : “Apakah ada larangan di suku baduy dalam pemberian

28
immunisasi pada bayi dgn alasan tertentu?”
Bidan Ros : “Tidak. Dalam adatnya tidak ada pelarangan dan hal tersebut itu
bergantung pada ibu nya mau diberi immunisasi atau tidak”
Aurel : “Apakah ada ritual tertentu untuk menyambut kelahiran seorang
bayi di suku baduy?”
Bidan Ros : “Ya. Namun ritual tersebut hanya dapat dilakukan bagi
masyarakat yang mampu mengadakan ritual tersebut”

• Wawancara Reifalenza Syafilla Rhesta dengan Bidan Ros


Alen : “Apakah ada ramuan tertentu atau budaya seperti pengobatan

oleh dukun apabila bayi sakit tanpa mengikutsertakan tenaga


kesehatan?”

Bidan Ros : “Ada, kebanyakan sebelum kebidan/tenaga kesehatan mereka

melakukan ritual kepercayaannya terlebih dahulu.”

Alen : “Apakah ada adat istiadat di suku anak dalam badui seperti

membedong bayi dengan harapan bayi tumbuh sehat dan


terhindar dari gangguan makhluk halus?”

Bidan Ros : “Tidak. Kalo untuk membedong tujuannya agar tidak bengkok

saja, bukan untuk terhindar dari gangguan makhluk halus”

Alen : “Apakah didalam adat suku badui bayi yang baru lahir harus

dijemur pagi hari dibawah jam 10 selama 10-15 menit?”

Bidan Ros : “Tidak, kebanyakan sebelum 40 hari setelah dilahirkan bayi

tidak diperbolehkan keluar. Kalo ada disuruh kita(bidan/tenaga


kesehatan) untuk dijemur, baru mereka jemur. Jadi tergantung
kondisi aja.”

Alen : “Apakah pada suku anak dalam badui, bayi yang baru lahir

tidak diperbolehkan keluar pada waktu magrib?”

Bidan Ros : “Tidak, mereka bebas. Namun 40 hari setelah kelahirkan, bayi

29
tersebut tidak boleh keluar”

Alen : “Apakah terdapat ritual tertentu setelah kelahiran bayi seperti

mengubur ari-ari atau plasenta pada suku anak dalam badui, bu?”

Bidan Ros : “Ada, setelah dilahirkan plasenta dikubur oleh keluarganya lalu

dijampe-jampe dengan paraji”

• Wawancara Velin Manik dengan Bidan Ros


Velin : “Apakah jika bayi baru lahir diwajibkan untuk
mengumandangkan adzan pada telinga kanan dan iqomat
ditelingga kiri?”
Bidan Ros : “Tidak ada, pada umumnya masyarakat baduy bukan hanya
beragama islam, hanya beragama islam saja yang melakukan
itu”
Velin : “Apakah dalam suku baduy bayi yang baru lahir harus
diberikan peniti?”
Bidan Ros : “Tidak ada, pada umunya masyarakat baduy tidak ada
mengharuskan memberikan peniti pada bayi yang baru lahir”

E. Seputar KB/Kespro
• Wawancara Velin Manik dengan Bidan Ros
Velin : “Apakah ada aturan pada adat yang melarang ibunya/suaminya
untuk membatasi kehamilan?”
Bidan Ros : “Ya, terdapat pada baduy dalam. Pada masyarakat suku baduy
dalam juga hanya memakai alat yang alami saja karna terdapat
imbasnya pada dirinya”
Velin : “Apakah ada alat kontrasepsi untuk membatasi kemahilan?”
Bidan Ros : “ Ya. Semua jenis dipakai. Contohnya seperti pil, implan, Intra
uterine device (IUD) jarang digunakan, vasektomi.”
Velin : “Apakah dalam suku baduy terdapat larangan dalam
penggunaan alat kontrasepsi kehamilan?”
Bidan Ros : “Ya. Yang dilarang hanya masyarakat baduy dalam saja.
Masyarakat baduy lain sudah memakai alat kontrasepsi, terdapat
contoh larangan pada masyarakat baduy dalam yaitu alat

30
kontasepsi yang dipakai suntikan, pada masyarakat baduy dalam
jika memaksakan untuk memakainya akan terdapat imbasnya
yaitu pada suaminya/saudara terdekatnya yaitu sakit-sakitan.”

• Wawancara Afrilia Zahra dengan Bidan Ros


Afrilia : “Apakah terdapat aturan tertentu pada suku baduy, yang
mengatur remaja putri dalam pergaulan?”
Bidan Ros : “Ya ada larangan. Remaja perempuan tidak diperbolehkan
menggunakan alat moderen(Hp,motor,sendal) dalam
bergaul.Tetapi karena terdesak kebutuhan sehingga membuat
mereka melanggar aturan tsb”
Afrillia : “Apakah terdapat sanksi di suku baduy pada remaja apabila
melakukan penyimpangan pergaulan?”
Bidan Ros : “Ya. Bagi remaja yang melanggar akan di panggil ke kepala
desa jika mereka melakukan perbuatan hukum(mencuri,dll),kalo
melanggar menggunakan alat moderen (hp,sendal,motor)suku
baduy dalam akan mengumpulkan menjadi satu lalu dihancurkan
oleh kepala suku(wakil pu'un).”
Afrillia : “Apakah terdapat suatu kebiasaan pada suku baduy
memberikan makanan atau minuman kepada seorang remaja laki
– laki / perempuan pada saat mengalami pubertas?”
Bidan Ros : “Tidak ada . kebiasaan memberikan makanan/minuman pada
remaja yang baru mengalami pubertas tidak dilakukan oleh suku
baduy”
Afrillia : “Apakah di suku baduy mempercai/ memegang persepsi bahwa
banyak anak banyak rezeki?”
Bidan Ros : “Ya. Suku baduy masih mempercayai presepsi bahwa banyak
anak banyak rezeki”
Afrilia : “Apakah terdapat penggunaan kontrasepsi oral/meminum pil kb
yang dapat membuat tubuh menjadi gemuk?”
Bidan Ros : “Ya.Terdapat penggunaan kontrasepsi oral,tetapi untuk presepsi
menggunakan kontrasepsi oral dapat membuat tubuh menjadi
gemuk mereka tidak terganggu sama sekali,karena kondisi
wilayah mereka yang berupa pengunungan dan kebiasaan

31
beraktivitas dengan berjalan kaki maka sebagian besar wanita
baduy memiliki tubuh yang normal/ ideal (tidak gendut)”

4.3 PEMBAHASAN

A. Perkawinan dan Kehamilan


1. Terdapat adat atau aturan pada suku Baduy kepada pasangan yang akan
menikah
➢ Menurut masyarakat suku Baduy dalam, mereka harus menikah
dengan suku Baduy dalam juga. Jika misalkan ada masyarakatBaduy
dalam mau menikah dengan masyarakat Baduy luar, berarti
masyarakat Baduy dalam harus keluar dariBaduy dalam karena tidak
diperbolehkan antara suku Baduy dalam dengan suku Baduy luar
melakukan pernikahan. Untuk pernikahan di masyarakat Baduy luar,
mereka seperti layaknya pernikahan di kita. Ada yang di jodohkan, ada
juga yang memilih pasangannya. Sementara untuk pernikahan Baduy
dalam, adatnya sama, pernikahannya juga sama. Yang membedakan
hanya syahadat, Jika suku Baduy dalam tidak ada syahadat, sedangkan
suku Baduy luar memakai syahadat dan memakai penghulu dari luar.

2. Terdapat larangan atau aturan oleh adat kepada calon pengantin untuk
melakukan sesuatu sebelum pernikahan
➢ Dalam masyarakat Baduy tidak terdapat larangan khusus, hanya ada
larangan jika berbuat (zina) sebelum menikah mereka akan dihukum di
suatu tokoh adat dan dipertanyakan apakah mau berubah atau mau
melanjutkan seperti itu, jika mau melanjutkan berarti di nikahkan dan
kalau mau berubah akan dimasukan lagi ke Baduy dalam.

3. Terdapat kebiasaan setelah menikah pasangan yang baru menikah harus


mengkonsumsi makanan/minuman tertentu

32
➢ Dalam masyarakat Baduy, tidak terdapat kebiasaan harus
mengkonsumsi makanan/minuman tertentu bagi pasangan yang baru
menikah.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Setelah menikah, beberapa pasangan


ada yang setuju untuk segera memiliki momongan dan ada juga yang
ingin menundanya. Faktanya, kehamilan lebih mungkin terjadi jika
kita dan pasangan dalam keadaan sehat. Selain itu, masalah terkait
kesuburan juga merupakan hal yang cukup berpengaruh hingga 15
persen pasangan. Ada beberapa cara alami untuk meningkatkan
kesuburan dan membuat kehamilan jadi lebih mungkin terjadi. Salah
satunya adalah melalui makanan.Misalkan seperti telur yang
merupakan sumber protein tanpa lemak yang murah, yang juga
terbukti baik untuk kesuburan pada pria dan wanita. Telur juga
mengandung kolin yang dapat mengurangi risiko cacat lahir. Lalu, ada
salmon yang merupakan superfood yang baik untuk meningkatan
kesuburan. Salmon kaya akan asam lemak esensial dan omega-3, yang
telah terbukti bermanfaat bagi kesuburan pada pria dan wanita. Ini juga
merupakan nutrisi yang harus dimiliki selama kehamilan untuk
pertumbuhan janin yang sehat.
Nutrisi reproduksi penting lainnya yang ditemukan dalam salmon adalah
vitamin D dan selenium. Kadar vitamin D yang tinggi dikaitkan dengan
tingkat kesuburan pada pria dan wanita. Faktanya, salmon adalah sumber
makanan terbaik vitamin D.

4. Terdapat kebiasaan setelah menikahpasangan yang baru menikah harus


mengkonsumsi makanan/minuman tertentu untuk merencanakan
kehamilan
➢ Dalam masyarakat Baduy, tidak terdapat kebiasaan bagi pasangan yang
baru menikah harus mengkonsumsi makanan/minuman tertentu untuk
merencanakan kehamilan.

33
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Setelah menikah, beberapa pasangan
ada yang setuju untuk segera memiliki momongan dan ada juga yang
ingin menundanya. Faktanya, kehamilan lebih mungkin terjadi jika kita
dan pasangan dalam keadaan sehat. Selain itu, masalah terkait
kesuburan juga merupakan hal yang cukup berpengaruh hingga 15
persen pasangan. Ada beberapa cara alami untuk meningkatkan
kesuburan dan membuat kehamilan jadi lebih mungkin terjadi. Salah
satunya adalah melalui makanan. Misalkan seperti telur yang
merupakan sumber protein tanpa lemak yang murah, yang juga terbukti
baik untuk kesuburan pada pria dan wanita. Telur juga mengandung
kolin yang dapat mengurangi risiko cacat lahir. Lalu, ada salmon yang
merupakan superfood yang baik untuk meningkatan kesuburan. Salmon
kaya akan asam lemak esensial dan omega-3, yang telah terbukti
bermanfaat bagi kesuburan pada pria dan wanita. Ini juga merupakan
nutrisi yang harus dimiliki selama kehamilan untuk pertumbuhan janin
yang sehat. Nutrisi reproduksi penting lainnya yang ditemukan dalam
salmon adalah vitamin D dan selenium. Kadar vitamin D yang tinggi
dikaitkan dengan tingkat kesuburan pada pria dan wanita. Faktanya,
salmon adalah sumber makanan terbaik vitamin D.

5. Terdapat adat atau aturan kebiasaan yang hanya boleh diberikan pada ibu
hamil (seperti keluar rumah, atau lainnya)
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat adat aturan kebiasaan yang masih
mereka pegang teguh, misalkan mau keluar rumah disaat sedang hamil
mereka harus membawa sapu lidi dan beberapa lidi.

6. Terdapat larangan atau adat tertentu yang melarang ibu hamil untuk
mengonsumsi makanan tertentu yang baik untuk kehamilannya ( seperti
telur, ikan, atau yang lainnya)

34
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat larangan yang melarang ibu hamil
untuk tidak terlalu banyak memakan telur, karena katanya akan
membuat si anak bisulan.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Telur mengandung protein, vitamin A,


vitamin B, selenium, fosfor, dan asam folat. Pada ibu hamil, nutrisi
tersebut menjaga sel tubuh tetap sehat dan mencegah bayi dari cacat
tabung saraf. Sayangnya, ibu hamil hanya dibolehkan untuk
mengonsumsi telur matang bukan mentah atau setengah matang.

7. Terdapat aturan adat di suku baduy mengatur tentang kapan waktu yang
tepat untuk merencanakan kehamilan.
➢ Dalam masyarakat Baduy, tidak terdapat aturan adat dan kapan waktu
yang tepat untuk merencanakan kehamilan.Untuk awal pernikahan tidak
ada aturan perencanaan kehamilan, mereka menerima kapan saja yang
kuasa akan memberikan keturunan.Kecuali untuk yang sudah memiliki
anak, mereka bisa untuk merencanakan kehamilan berikutnya.

8. Terdapat larangan pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di


tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan.
➢ Dalam masyarakat Baduy, sudah tidak ada aturan atau larangan lagi.
Pada tahun 1997 masih ada larangan untuk memeriksakan di tenaga
kesehatan, sedangkan saat ini mereka mencari - cari keberadaan bidan
karena mereka mempercayai bidan dapat menentukan kelahiran yang
tepat karna di paraji hanya palpasi dan jampe saja.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Ibu hamil dianjurkan untuk


memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya minimal 4 kali yaitu 1
kali pada tri mester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester
III. Dilihat dari keterbukaan masyarakat Baduy yang mau menerima

35
bidan sebulan sekali di desanya, dampak yang diberikan pada ibu hamil
sudah cukup bagus karena dengan begitu kehamilan ibu di daerah
setempat dapat lebih terkontrol.

9. Suku baduy menerapkan aturan adat disana apabila ada masalah dalam
kehamilannya untuk datang ke tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan
➢ Dalam suku Baduy, terdapat aturan seperti itu. Jika ada masalah mereka
akan melakukan ritual doa dulu dari adatnya. Seresiko apapun itu pasti
akan tetap meminta doa dulu kepada tokoh adat di suku tersebut, jika
tokoh adatnya sudah menyarankan untuk ke bidan, mereka baru mau
memeriksakan ke bidan. Sebelum berangkat menuju bidan, mereka
akan meminta doa terlebih dahulu kepada sesepuh disana.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, kebiasaanmasyarakat yang lebih


mengandalkan paraji dan memanggil bidan saat situasi sudah darurat
merupakan tindakan yang tidak tepat. Karena hal tersebut dapat
menyebabkan angka kematian ibu tinggi pada masyarakat tersebut yang
disebabkan pendarahan dan terlambat menghubungi tenaga kesehatan.

10. Di suku baduy menerapkan aturan bahwa ibu hamil tidak boleh diberikan
immunisasi/multivitamin/obat dari tenaga kesehatan
➢ Dalam suku Baduy, saat ini tidak ada aturan seperti itu. Sedangkan pada
zaman dahulu ketika diberi obat penambah darah mereka tidak mau
dengan alasan nanti menjadi terlalu banyak darah dan berbau amis.
Setelah dijelaskan kegunaan imunisasi bisa mencegah penyakit tetanus.
Saat ini, mereka sudah mau karna sudah bisa membandingkan
perbedaan anak yang diberi multivitamin dan tidak, ketika masih
dikandungan. Namun suku baduy dalam saat ini masih menolak untuk

36
diimunisasi karena mereka mempercayai mereka akan sehat - sehat saja
tanpa diberi multivitamin.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, pemberian obat penambah darah


bertujuan untuk menghindari terjadinya anemia pada ibu dan membantu
sistem kekebalan tubuh si ibu. Dengan terpenuhinya vitamin dan gizi
bayi saat dikandungan maka bayi akan lahir dengan kondisi yang baik.

11. Terdapat ritual inisiasi menyampaikan pesan simbolis yang menyuarakan


nilai dan keyakinan budayanya
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat ritual inisiasi untuk menyuarakan
budaya itu kolaborasi dengan tokoh adat, menjelaskan kepada tokoh
adat bahwa komunitas kesehatan tidak membahayakan ibu dan bayi.
Tenaga kesehatan bekerja disana itu memberikan pelayanan tidak
semena-mena tanpa dukungan dari tokoh adat. Jadi apa saja yang akan
kita lakukan disana harus dipegang dulu tokoh adatnya, maka upaya
apapun akan diterima.

➢ Jika dilihat dari segi social, sebelum kita akan melakukan tindakan di
suatu daerah kita harus meminta izin dan meminta saling membantu
kepada pemimpin daerah tersebut agar masyarakatnya dapat menerima
dengan baik.

12. Di suku baduy menyakini jika pantangan dilanggar akan mengakibatkan


hal buruk pada ibu dan bayi yang di kandungnya
➢ Menurut masyarakat Baduy dalam, mereka masih meyakinijika si ibu
dirujuk ke tenaga kesehatan pasti menggunakan kendaraan, sedangkan
adat istiadat baduy dalam tidak boleh menggunakan kendaraan. Karena
menggunakan kendaraan itu merupakan larangan, ketika sudah pulang

37
imbasnya itu ke suami atau ibunya sendiri atau keluarganya. Bentuk
imbasnya itu bisa suaminya sakit atau suaminya kerjanya susah, dan
lain-lain. Jadi bagi baduy dalam, sesakit apapun ibu hamil itu tidak akan
di rujuk.

➢ Jika dilihat dari segi budaya, itu merupakan hal yang tidak masuk akal
karena hanya menggunakan kendaraan saat berobat, suami atau
keluarganya mendapat dampaknya.

B. Persalinan
1. Mempercayakan persalinan pada hukum adat tertentu tanpa campur tangan
tenaga kesehatan
➢ Dalam masyarakat suku Baduy mereka selalu ke paraji dahulu, namun
jika mengalami kesulitan untuk pertolongan persalinan maka meminta
pertolongan kepada petugas kesehatan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, persalinan lebih baik ditangani oleh
tenaga kesehatan, seperti bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Agar
tidak terjadi resiko persalinan yang besar, bahkan dapat mengakibatkan
kematian pada Ibu dan bayi.

2. Ibu didampingi oleh tenaga kesehatan / bidan pada saat persalinan


➢ Dalam masyarakat suku Baduy, untuk persalinan ada yang didampingi
bidan dan ada juga yang tidak. Kebanyakan warga suku Baduy
melahirkan sendiri, dalam artian mereka melahirkan tanpa ada paraji,
namun setelah bayi nya keluar baru memanggil bidan.Tapi setelah
kejadian 2 Ibu yang meninggal tahun 2019 dan 2020 akibat pendarahan
banyak, sejak itu saat Ibu hamil sudah merasakan mulas langsung
memanggil bidan melalui kader.

38
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, proses melahirkan yang dilakukan
sendiri tanpa bantuan tenaga medis sangat berbahaya, akan
menyebabkan kematian ibu dan bayi. Banyak terjadi komplikasi pada
ibu yang melakukan persalinan sendiri atau paraji. Komplikasi itulah
yang menyebabkan kematian dan kecacatan pada bayi dan kematian
ibu. Maka lebih baik Ibu melakukan persalinan di tenaga medis.

3. Terdapat ramuan khusus untuk diminum atau dipakai sesuai dengan aturan
adat setempat, yang diberikan pada saat ibu bersalin
➢ Dalam masyarakat suku Baduy terdapat ramuan khusus untuk
memberhentikan pendarahan yang dinamakan kapoek. Di olah dengan
cara direbus.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, jika Ibu meminum ramuan khusus
seperti jamu tidak ada larangan, selagi itu memberikan manfaat kepada
Ibunya.

4. Jika hendak bersalin kebiasaan orang setempat lebih senang ditolong oleh
dukun/paraji dari pada tenaga kesehatan /bidan
➢ Dalam masyarakat suku Baduy, lebih sering ditolong oleh paraji.
Namun memanggil parajinya setelah bayinya keluar, jika ada kader
biasanya kader langsung memanggil bidan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, proses melahirkan yang dilakukan
sendiri ataupun paraji tanpa bantuan tenaga medis sangat berbahaya,
akan menyebabkan kematian ibu dan bayi. Banyak terjadi komplikasi
pada ibu yang melakukan persalinan sendiri atau paraji. Komplikasi
itulah yang menyebabkan kematian dan kecacatan pada bayi dan
kematian ibu. Maka lebih baik Ibu melakukan persalinan di tenaga
medis.

39
5. Transportasi/jarak yang menghambat rujukan ke tempat pelayanan
kesehatan saat terjadi komplikasi saat melahirkan
➢ Dalam masyarakat suku Baduy hal yang menghambat melakukan
rujukan, yaitu karena adat suku Baduy yang wajib untuk melaporkan ke
tokoh adat untuk dibawa rujukan ke pelayanan kesehatan, jika sudah
disetujui baru akan dilakukan rujukan dengan syarat bidan yang akan
mengantar dan menjemputnya.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, jika Ibu sudah mengalami komplikasi
maka harus cepat ditangani oleh tenaga medis. Karena jika terlambat
akan mengakibatkan kematian pada Ibu dan bayi.

6. Terdapat ritual adat tertentu seperti upacara adat untuk keselamatan ibu
dan bayi saat melahirkan
➢ Dalam masyarakat suku Baduy terdapat acara ritual seperti 3 harian, 7
harian, dan 40 harian dengan syukuran bayi.

7. Menurut adat istiadat, persalinan harus berlangsung normal


➢ Dalam masyarakat suku Baduy, mereka pasti menginginkan persalinan
normal. Namum itu kembali lagi ke kondisi Ibu masing-masing. Jika
ada persalinan yang beresiko mereka mengganggap ada bala yang
menimpanya, dan biasanya diadakan ritual dahulu lalu memanggil
bidan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, persalinan tidak normal tidak ada
hubungannya dengan bala, itu disebabkan adanya beberapa kondisi
kesehatan dari faktor ibu, janin, dan jalan lahir yang tidak
memungkinkan bagi ibu untuk melakukan persalinan normal, maka
diperlukan bantuan dengan metode pembedahan. Sectio Caesarean
(SC), adalah proses persalinan dengan metode pembedahan dinding
perut, kemudian pembedahan dinding rahim, untuk dapat mengangkat
bayi keluar dari kandungan.

40
8. Orang tua harus berkonsultasi dengan kiai atau pemangku agama
mengenai nama yang akan diberikan kepada buah hatinya
➢ Dalam masyarakat Baduy, biasanya dalam menentukan nama di
tentukan langsung oleh orangtua langsung atau oleh sesepuh mereka.
Karena dalam menentukan nama tidak sembarang ada ketentuan nya.
Misal bapak bernama Anta lalu punya anak perempuan maka anak nya
harus memiliki nama dengan huruf depan yang sama seperti bapak,
begitupun dengan anak laki-laki maka anak tersebut harus mengikuti
nama huruf depan ibu nya. Jadi nama anak dan orangtua berkaitan

9. Menurut budaya, ibu yang ingin bersalin harus memperbanyak jongkok


➢ Dalam masyarakat suku Baduy biasanya sebelum persalinan
memperbanyak jongkok bahkan saat persalinan masyarakat baduy
melahirkan dengan posisi jongkok. Mereka biasanya menggunakan alat
bantu tambang untuk mengedan. Karena menurut budaya baduy kalau
melahirkan tidak jongkok itu tidak ada tenaga jadi dengan jongkok akan
mempermudah proses melahirkan. bahkan ada juga ibu yang
melahirkan dengan posisi nungging karna malu terlihat vaginanya, baru
saat bayi di keluarkan pindah posisi menjadi telentang.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, posisi jongkok bisa membuka otot
panggul sebesar 10 persen. Dengan sering melakukan posisi jongkok
jelang persalinan, otot-otot kaki akan lebih siap saat mendorong bayi
keluar. Selain itu jongkok juga bisa mengurangi kemungkinan sembelit
saat persalinan berlangsung.

10. Menurut budaya memakai peniti yang dikaitkan pada baju atau pakaian
saat persalinan dapan menjaga ibu dan bayi dari makhluk halus
➢ Dalam masyarakat Baduy, hal-hal memasangkan peniti memang masi
ada tetapi hanya sebatas ritual dan tidak ada kaitannya dengan makhluk
halus.

41
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Melekatkan benda-benda tersebut pada
pakaian ibu dan bayi tidak memiliki efek sama sekali. Pasalnya, benda-
benda tersebut tidak menimbulkan pengaruh pada status kesehatan ibu
hamil, janin ataupun bayi. Meskipun demikian, bagi masyarakat yang
mempercayai bahwa benda-benda tersebut dapat bermanfaat untuk
menjaga keluarga mereka, dan berkeinginan untuk tetap melekatkan
benda-benda tersebut pada ibu hamil maupun bayi tentunya
dipersilakan.

11. Menurut budaya, Hingga waktu persalinan ibu hamil tidak boleh
memotong rambut
➢ Dalam budaya masyarakat suku Baduy, tidak ada larangan ibu hamil
untuk memotong rambut.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Potong rambut saat hamil bukanlah hal
yang dilarang. Terkadang, perubahan hormon yang terjadi saat wanita
hamil akan membuat rambut terlihat seperti kusam, rapuh, dan “tak
bernyawa”. Tidak heran banyak wanita yang ingin potong rambut saat
hamil, untuk mengembalikan kecantikan rambutnya.Selain itu, potong
rambut saat hamil juga bisa membuat rambut bumil terlihat lebih indah,
karena mampu menghilangkan bagian rambut yang kusam dan rapuh
tadi. Aktivitas potong rambut saat hamil juga dianggap tidak
membahayakan kesehatan bayi yang ada di dalam rahim.

12. Menurut budaya, duduk di depan pintu dapat menghambat kelahiran


➢ Dalam masyarakat suku Baduy, masi memegang teguh kepercayaan itu
bahwa duduk di depan pintu dapat memperhambat persalinan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, larangan duduk di depan pintu bagi ibu
hamil ternyata ada alasannya. Duduk di depan pintu akan memperbesar
potensi ibu hamil untuk terpapar penyakit yang ditularkan melalui
udara, atau yang biasa dikenal dengan airborne disease. Pintu yang
terbuka akan mendukung penyebaran virus airborne disease seperti flu.

42
Ingat, hamil adalah saat daya tahan ibu sedang berada pada posisi
terendahnya, sehingga membuat ibu akan rentan terinfeksi penyakit
termasuk flu. Dari sisi kesehatan, duduk menghalangi pintu juga
berpotensi membuat masuk angin.

13. Sebelum melahirkan ibu tidak perlu kontrol kehamilan


➢ Dalam masyarakat suku Baduy, ibu hamil di suku baduy sebelum
melahirkan wajib kontrol kepada tenaga kesehatan puskesmas terdekat.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Saat memasuki usia 7-8 bulan
kehamilan, lakukan pemeriksaan tiap dua minggu sekali. Intensitas
kunjungan ditambah menjadi satu kali per minggu, ketika kehamilan
menginjak usia sembilan bulan.Melalui pemeriksaan kehamilan, dokter
bisa memantau kondisi Anda dan janin dalam kandungan, seperti
mengidentifikasi jika ada komplikasi kehamilan dan langsung
mengatasinya sebelum keadaan memburuk, serta mencegah risiko
gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan.

C. Nifas
1. Terdapat larangan adat untuk mengkonsumsi makanan tertentu (seperti
telor, ikan atau lainnya) setelah melahirkan
➢ Dalam masyarakat Baduy, biasanya tidak ada larangan untuk makan,
ibu nifas diperbolehkan makan apapun sesuai kebutuhan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, larangan makan ikan, telur, dan daging
selama masa nifas supaya bekas jahitan cepat sembuh. Tapi perlu
diketahui, tradisi yang satu ini hanya mitos. Pasalnya, ibu yang baru
saja melahirkan justru perlu asupan protein lebih tinggi dalam rangka
penyembuhan luka dan pemulihan fisik.

2. Tidak diperbolehkan keluar dirumah / aktivitas tertentu sampai 40 hari


pasca melahirkan

43
➢ Dalam masyarakat Baduy, tidak ada larangan yang melarang ibu nifas
untuk keluar atau aktivitas tertentu.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Tradisi tidak boleh keluar rumah selama
masa nifas ini cukup sering dipraktikkan dalam budaya Asia dan
Amerika Latin. Tujuannya adalah membantu ibu baru untuk
memulihkan diri dari proses kehamilan dan melahirkan. Faktanya, ibu
baru melahirkan memang disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik
dan banyak istirahat, setidaknya seminggu pertama setelah melahirkan.
Kemudian selama enam minggu masa nifas, ibu baru dapat kembali ke
aktivitas normalnya secara bertahap.

3. Terdapat ramuan khusus untuk diminum / dipakai sesuai dengan aturan


adat setempat yang diberikan pada ibu setelah melahirkan
➢ Dalam Masyarakat Baduy, masih mempercayai ramuan tradisional
seperti jamu misalnya kunyit, jahe, lempuyang yang ditumbuk kasar
lalu diambil sarinya untuk diminum selama 40 hari pra persalinan guna
menyuburkan peranakan pada wanita. Dampak jika tidak mengikuti
tradisi tersebut akan merasakan sakit kepala dan tidak sehat.

4. Menempatkan aturan khusus pada ibu nifas yang akan menyusui bayinya
dengan ritual tertentu (memijat payudara, atau lainnya).
➢ Dalam masyarakat Baduy, Pemijatan payudara biasanya dilakukan pada
saat asi tidak keluar.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Payudara merupakan suatu tindakan
untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015). Perawatan payudara tidak hanya
dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah melahirkan.
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah sumbatan saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI

44
5. Mengikut sertakan paraji atau dukun bayi untuk perawatan ibu nifas
sampai 40 hari
➢ Dalam masyarakat Baduy, paraji atau dukun bayi tidak diikut sertakan
dalam perawatan ibu nifas.

6. Terdapat kebiasaaan atau upacara adat tertentu yang dilakukan untuk


keselamatan ibu setelah melahirkan
➢ Dalam masyarakat Baduy, kebiasaan atau ritual yang dilakukan
biasanya adalah upacara selamatan 3 hari, 7 hari dan 40 hari setelah
bayi lahir.
➢ Menurut islam, Upacara cukuran telah membudaya dalam masyarakat
Indonesia, hal ini dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan
rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan
juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan
YME yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan
selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi berumur 40 hari.

7. Perilaku menolak minum banyak yang dilarang untuk dilakukan saat Ibu
nifas
➢ Dalam masyarakat Baduy, tidak terdapat larangan yang melarang
minum banyak dilakukan saat ibu sedang dalam masa nifas.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Banyak anjuran dan kepercayaan yang
berkembang di sekitar kita, Salah satu contoh anjuran yaitu melarang
ibu nifas minum banyak air untuk mempercepat pemulihan
penyembuhan luka. Ada juga yang mengatakan, minum banyak air akan
meningkatkan risiko inkontinensia urin pada ibu nifas. Ini karena otot-
otot rahim belum kuat untuk menyangga urin agar tidak keluar dari
salurannya. Anjuran tersebut keliru. Pasalnya tubuh ibu nifas justru
membutuhkan banyak cairan terutama mengganti cairan tubuh yang

45
hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, dan untuk
pembentukan ASI.

8. Melanggar larangan mengkonsumsi makanan tertentu dapat menyebabkan


jahitan yang sulit sembuh atau kering
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat larangan mengkonsumsi makanan
tertentu yang dapat menyebabkan jahitan yang sulit sembuh atau kering,
contohnya seperti telur.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, larangan makan ikan, telur, dan daging
selama masa nifas supaya bekas jahitan cepat sembuh. Tapi perlu
diketahui, tradisi yang satu ini hanya mitos. Pasalnya, ibu yang baru
saja melahirkan justru perlu asupan protein lebih tinggi dalam rangka
penyembuhan luka dan pemulihan fisik.

9. Menggunakan stagen bagi ibu selama masa nifas


➢ Dalam masyarakat Baduy, mereka menggunakan stagen sampai usia
anak mereka berusia 2 tahun, dan ada juga yang masih menggunakan
stagen sampai usia anak mereka 5 tahun.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Penggunanaan stagen atau kain yang
memiliki panjang hingga belasan meter nyatanya tidak dianjurkan.
Sebab kain stagen bersifat kaku dan pasif, yang artinya akan memaksa
perut ibu untuk mengecil karena lilitannya yang sangat kencang.
Sayangnya, hal ini sama sekali tidak memberi dampak banyak terutama
untuk mengecilkan ukuran perut. Memang, saat mengenakan stagen ibu
akan merasa perut terasa kencang. Namun jangan terkecoh, hal itu
terjadi semata karena bagian tersebut mengikuti kain. Artinya, saat kain
stagen dilepas, perut akan kembali seperti semula. Malahan, kebiasaan
menggunakan stagen pada ibu hamil malah bisa memicu terjadinya
masalah, seperti sesak napas, kesulitan bergerak, pemulihan luka yang
lebih lambat, hingga mual dan muntah.

46
10. Dilarang berhubungan intim selama masa nifas
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat larangan jika masih 40 hari masa
nifas untuk berhubungan intim tetapi jika sudah melewati 40 hari masa
nifas baru diperbolehkan melakukan hubungan intim.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Sebaiknya berhubungan seksual
sesudah masa nifas. Masa nifas itu sendiri terjadi selama sekitar 6
minggu. Pada masa nifas, rahim sedang dalam proses penyembuhan
sehingga jika melakukan hubungan intim akan berisiko seperti:
• Iritasi organ intim
• Peradangan pada panggul
• Emboli udara/ masuknya udara ke pembuluh darah karena masih
adanya luka terbuka pada rahim
• Nyeri hebat

11. Tidur siang dapat menyebabkan kebutaan bagi ibu yang sedang memasuki
masa nifas setelah melahirkan
➢ Dalam masyarakat Baduy, terdapat larangan untuk tidur siang bagi ibu
yang sedang memasuki masa nifas karna katanya mereka darah putih
akan naik ke kepala sehingga bisa menyebabkan kebutaan.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Mitos yang berkembang cukup pesat di
kalangan masyarakat Indonesia terkait masa nifas setelah melahirkan,
yaitu larangan tidur siang karena bisa menyebabkan kebutaan. Tentu
saja hal ini tidak terbukti kebenarannya. Sebaliknya, ibu pasca
persalinan justru membutuhkan banyak waktu beristirahat untuk
mempercepat proses pemulihan. Apabila kurang tidur, justru membuat
tubuhnya lemas dan mudah sakit sehingga tidak mampu merawat bayi
dan memberikan ASI eksklusif.

12. Jangan keramas atau cuci rambut sebelum 40hari atau selama masa nifas

47
➢ Dalam masyarakat Baduy, keramas atau cuci rambut boleh saja
dilakukan tidak ada larangan yang melarang hal tersebut.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Tidak ada larangan keramas setelah
melahirkan. Sebaliknya, hal ini justru dianjurkan dengan catatan kondisi
fisik Ibu sudah benar-benar sehat dan tidak mengalami pendarahan,
anemia, maupun tekanan darah tinggi.Akan tetapi, sebelum mandi dan
keramas setelah melahirkan, terlebih dulu Ibuakan diizinkan bergerak
secara bertahap untuk jaminan keamanan dan keselamatan. Gerakan
akan dimulai dengan memiringkan badan ke sisi kanan dan kiri, duduk,
berdiri, hingga berjalan. Apabila Ibu sudah bisa melakukannya tanpa
bantuan orang lain, maka Ibu diizinkan untuk membersihkan badan
setelah melalui proses persalinan.

13. Tidak diperbolehkan duduk dengan kaki tertekuk karna dapat


menyebabkan farises
➢ Dalam masyarakat suku Baduy setelah melahirkan tidak ada larangan
dalam duduk, dalam suku mereka diperbolehkan duduk dengan kaki
tertekuk selama masa nifas.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Fakta risiko terkena varises memang
berhubungan dengan kehamilan. Varises dapat terjadi karena adanya
penekanan pada salah satu aliran vena, ketika sirkulasi darah dalam
tubuh sedang meningkat. Jika Anda duduk bersila, maka gejala varises
bisa saja terjadi, namun jika dalam keadaan normal ketika melakukan
kegiatan sehari-hari, duduk bersila tidak akan menimbulkan varises.
Untuk disarankan untuk meluruskan dan meregangkan kaki, selepas
melakukan aktivitas yang memicu aliran darah meningkat. "Istirahatkan
tubuh setelah beraktivitas, hingga aliran darah dalam tubuh kembali
seimbang dan tetap lancar." Risiko lain yang terjadi setelah melahirkan
adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah yang
menyebabkan kaki bengkak, namun bisa kembali hilang dalam
beberapa hari kemudian

48
14. Dilarang makan dan minum yang terlalu panas atau dingin selama masa
nifas
➢ Dalam masyarakat suku baduy, setelah melahirkan ada larangan makan
atau minum, jadi setelah melahirkan tidak boleh makan atau minum
yang terlalu panas atau dingin, karna jika makan atau minum yang
panas menyebabkan si bayinya monoliasis pada puting ibunya.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Semua makanan dalam berbagai kondisi
suhu, baik dingin atau panas akan tetap masuk ke dalam tubuh,
khususnya lambung dengan suhu yang sudah disesuaikan tubuh. Hal ini
tentunya tidak akan sama sekali memengaruhi komposisi ASI.
Mengonsumsinya sangat aman, khususnya bila tidak merasakan
berbagai keluhan. Agar tetap bisa memiliki ASI dengan kualitas baik,
Dokter menekankan pentingnya asupan gizi seimbang serta kebiasaan
sehat mulai dari mengelola stress hingga istirahat yang cukup. Namun
sebaiknya Ibu memang tetap menghindari beberapa jenis makanan saat
menyusui, berdasarkan temuan medis yang bisa berdampak buruk pada
ASI.

15. Dilarang langsung berdiet ketat


➢ Dalam masyarakat suku Baduy tidak ada/jarang melakukan berdiet
ketat, dikarenakan mereka setelah melahirkan langsung beraktivitas
tidak memikirkan untuk berdiet ketat

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Diet ketat tidak disarankan karena dapat
mengganggu pemenuhan nutrisi penting dan menghambat proses
pemulihan tubuh setelah melahirkan. Selain itu, bagi ibu yang
memberikan air susu ibu (ASI) pada bayinya, diet ketat akan
memengaruhi kandungan nutrisi dalam ASI.

49
16. Tidak diperbolehkan melakukan aktivitas fisik yang berat
➢ Dalam masyarakat suku Baduy, diperbolehkan melakukan aktivitas yang
berat setelah melahirkan, karna kebanyakan dalam suku Baduy ketika
sudah melahirkan, banyak yang meninggalkan anaknya untuk aktivitas
bahkan sampai anaknya ditinggal bekerja.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Ibu yang baru melahirkan sebaiknya tidak
langsung melakukan aktivitas fisik yang berat. Terlalu cepat
melakukannya bisa menyebabkan cedera karena tubuh masih dalam tahap
pemulihan. Apalagi jika proses melahirkan bermasalah atau sebelumnya
tidak memiliki gaya hidup yang aktif. Jika dokter mengizinkan, lakukan
olahraga secara bertahap. Mulailah dari olahraga yang ringan, misalnya
berjalan kaki. Hindari berenang selama satu minggu pertama, karena darah
nifas masih deras dan rentan infeksi. Hindari juga olahraga yang
menggunakan otot perut, seperti sit up, karena otot panggul dan perut
masih lemah. Kegiatan lain, seperti menyetir, naik turun tangga, dan
mengangkat beban berat, juga hanya boleh dilakukan bila telah diizinkan
dokter. Kegiatan ini umumnya baru boleh dilakukan sekitar 6 minggu
setelah melahirkan.

17. Harus menghindari emosi yang terlarut


➢ Dalam masyarakat suku Baduy setelah melahirkan, kalangan ibu
biasanya tidak bisa menghindari emosi yang sampai terlarut, apalagi
kalau untuk Postpartum blues mereka pakai ritual mereka dulu, setelah
memakai ritual jika tidak berhasil maka mereka menghubungi para
bidan untuk digalih lebih dalam lagi.

➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Merasa bingung, cemas, dan sedih
setelah melahirkan sangat umum terjadi. Namun, jangan terlalu larut
dalam emosi ini, karena bisa saja menimbulkan depresi
pascamelahirkan. Cobalah untuk berbagi cerita dan perasaan dengan

50
pasangan, keluarga, atau teman dekat. Anda juga dapat meluangkan
waktu untuk diri sendiri, meski sibuk mengurus bayi yang baru lahir.

18. Mengoleskan ramuan jeruk nipis serta enjet di bagian perut, agar luka pada
ibu cepat sembuh
➢ Dalam masyarakat suku Baduy, untuk ramuan masih ada yang pakai
ramuan, misal luka robek pada bagian vagina menggunakan batu yg
dipanaskan lalu mereka dudukin, dan mereka masih pakai ramuan-
ramuan seperti itu.
➢ Jika dilihat dari segi kesehatan, Ramuan ini disebut TAPEL. Dicampur
dengan kapur sirih dan air jeruk nipis, dibalurkan pada perut sebelum
ibu mengenakan bengkung/stagen. Tujuannya antara lain untuk
mengurangi rasa sakit-sakit di perut, mengempiskan perut serta
memulihkan kondisi kulit perut. Jika ibu bersalin secara alami maka
boleh menggunakan tapel. Jika ibu bersalin lewat operasi, tapel tidak
boleh digunakan sampai luka operasinya dinyatakan baik oleh dokter,
atau kira-kira sampai 2 minggu setelah melahirkan. Namun pemakaian
tapel ini sebaiknya tidak kena daerah yang ada luka operasinya. Sejauh
mana efektifitas penggunaan tapel? Tapel menghangatkan perut yang
membuat usus bekerja atau berkontraksi lebih cepat sehingga angin
yang berada di dalamnya bisa keluar dengan mudah, sendawa lebih
mudah dan perut terasa kempis. Air kapur sirih dan jeruk nipis memiliki
sifat anti selulit. Hanya saja, kalau kulitnya sensitif, atau terlalu banyak
kapur sirihnya, maka bisa timbul luka bakar. Tapel sifatnya membantu
proses pembakaran lemak bawah kulit. Kalau lemaknya berkurang,
kulit yang tadinya meregang juga lebih cepat bertemu.

51
D. Bayi Baru Lahir
1. Tidak memperbolehkan bayi baru lahir sampai usia 6 bulan untuk
makan/minum tertentu selain ASI
➢ Dalam masyarakat baduy bayi yang baru lahir sampai dengan usia 6
bulan tidak diperbolehkan makan dan minum selain ASI, namun ada
beberapa masyarakat juga yang memberikan makan dan minum sampai
dengan usia 6 bulan namun sangat jarang.
➢ Dalam kesehatan, Bayi yang baru lahir hingga usia 6 bulan tidak
diperbolehkan makan dan minum selain ASI karena bayi yang baru
lahir tidak membutuhkan air putih, jus, atau cairan lainnya, karena
saluran pencernaannya masih dalam tahap perkembangan dan belum
dapat mencerna makanan lain selain ASI dan susu formula.

2. Mengikutsertakan dukun bayi untuk perawatan bayi baru lahir sampai 40


hari/puput
➢ Dalam masyarakat baduy mereka masih mengikutsertakan dukun dalam
perawatan bayi baru lahir karena pada dasarnya mereka masih lebih
percaya terhadap orang sukunya dibanding tenaga kesehatan

3. Memberikan ramuan tertentu untuk dipakai atau dikonsumsi oleh bayi


baru lahir
➢ Dalam masyarakat baduy mereka memberikan ramuan/air yang sudah
diberi jampi-jampi untuk konsumsi oleh bayi baru lahir menggunakan
ramuan tanaman dan jampi-jampi
➢ Dalam kesehatan pemberian jamu atau ramuan pada anak tidak
dibenarkan. Fakta menyebut bahwa bayi di bawah usia 6 bulan tidak
boleh diberikan jamu atau ramuan apapun sama sekali. Pasalnya, di
rentang usia tersebut, bayi hanya boleh menerima ASI eksklusif tanpa
tambahan lain sekalipun air putih

52
4. Terdapat perlakuan khusus yang berbeda sesuai aturan adat antara bayi
laki-laki dan bayi perempuan
➢ Dalam masyarakat baduy mereka tidak membedakan jenis kelamin bayi
yang baru lahir dalam pemerlakuannya. Menurut mereka semua sama
baik laki-laki maupun perempuan. Namun pada Suku Baduy ada sebuah
ritual yaitu Ritual Seba yang khusus untuk kaum lelaki. Ritual tersebut
harus dilakukan demi menjaga tradisi dengan pelibatan anak-anak muda
laki-laki di suku baduy

5. Tidak boleh diberikan immunisasi apapun pada bayi karena alasan tertentu
➢ Dalam masyarakat baduy mereka menggunakan immunisasi terhadap
bayi yang baru lahir atas saran tenaga kesehatan, tidak ada larangan
apapun dalam pemberian immunisasi. Namun sifatnya mendasar,
apabila si keluarga tidak menginginkan si bayi untuk di immunisasi
maka mereka tidak akan melakukan immunisasi. Dalam adatnya tidak
ada larangan
➢ Dalam ilmu kesehatan Imunisasi sangat penting untuk dilakukan,
terlepas dari upaya lain untuk mencegah penyakit pada anak. Bahaya
imunisasi pada dasarnya hanya sebatas efek samping ringan yang tidak
membahayakan, seperti nyeri di lokasi suntikan, demam ringan, atau
menyebabkan bayi menjadi rewel namun sangat pengaruh pada
pertumbuhan bayi agar terhindar dari rantaian penyakit pada bayi

6. Terdapat ritual tertentu menyambut kelahiran bayi baru lahir


➢ Dalam masyarakat baduy terdapat sebuah ritual/tradisi dalam
menyambut kelahiran bayi yang baru lahir. Seperti diadakannya acara
perehan/selamatan, namun acara penyambutan seorang bayi hanya
dilakukan oleh masyarakat yang mampu mengadakan sebuah ritual
tersebut

53
12. Diwajibkan bagi ayah bayi atau wali bayi untuk mengumandangkan adzan
ditelinga kanan bayi dan Iqomat ditelinga kiri bayi.
➢ Pada Umunmnya masyarakat baduy bermacam-macam agama, dan
pada agama islam tidak diharuskan untuk mengumandangkan adzan
pada telingga kanan dan kiri untuk mengumandangkan iqomat pada
suku baduy.

13. Bayi kalo keluar dikasih peniti di bajunya


➢ Dalam masyarakat baduy, terdapat pada bayi pada bayi yang lahir
untuk diberikan peniti tetapi tidak diharuskan untuk memakai peniti
karena masyarakat baduy menganggap sebagai ritual saja.
➢ Menurut pandangan medis, melekatkan benda-benda tersebut pada
pakaian ibu dan bayi tidak memiliki efek sama sekali. Pasalnya, benda-
benda tersebut tidak menimbulkan pengaruh pada status kesehatan ibu
hamil, janin ataupun bayi. Meskipun demikian, bagi masyarakat yang
mempercayai bahwa benda-benda tersebut dapat bermanfaat untuk
menjaga keluarga mereka, dan berkeinginan untuk tetap melekatkan
benda-benda tersebut pada ibu hamil maupun bayi tentunya
dipersilakan tetapi harus dijaga dan memkainya tertutup dengan rapat
agar tidak terjadi yang tidak diinginkan oleh ibu seperti tertusuk peniti.

E. Kespro/KB
1. Terdapat aturan adat yang melarang ibu atau bapak membatasi kehamilan
➢ Pada masyarakat suku baduy terdapat aturan adat Baduy Luar pun
masih tidak diperbolehkan untuk ber-KB, namun karena generasi
sekarang merasakan manfaat KB yang salah satunya adalah tidak susah
mengurusi anak jadi semua orang di Baduy Luar memaksakan untuk
ber-KB jika pada suku baduy dalam sangat melarang untuk KB karna
akan terkena imbasnya.

54
➢ Menurut pandangan medis bahwa memakai KB itu penting karena
mencegah unutk terjadinya pernikahan di usia dini. Menekan angka
kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau
terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi. Menekan jumlah
penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah
penduduk di Indonesia

2. Mengenal jenis-jenis alat kontrasepsi untuk membatasi kehamilan


➢ Pada umumnya semua alat kontasepsi digunakan pada masyarakat
baduy yakni
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan
alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal
Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antarasuhu basal
dan lendir servik.
Metode Kontrasepsi dengan alat
Kondom, Diafragma, Cup serviks dan Spermisida

2) Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu
Kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) terdapat pada pil dan suntikan atau injeksi.
Kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat pada pil,
suntik dan implant.

55
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandungLeuonorgestrel
AKDR yang tidak mengandung hormon

4) Metode Kontrasepsi Mantap


Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu
MetodeOperatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).
MOW seringdikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotongatau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuanantara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan namavasektomi, vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferenssehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi.

3. Terdapat larangan/batasan menurut aturan adat istiadat pada penggunaan


alat kontrasepsi tertentu untuk membatasi/menjarangkan kehamilan.
➢ Pada masyarakat suku baduy terdapat larangan yaitu suku baduy dalam
jika ada yang memakai juga sembunyi-bunyi contohnya pada alat
kontrasepsi alat suntikan bisa digunakan tetapi ada imbasnya yaitu
sakit-sakitan pada keluarga yang besangkutan dan pada baduy luar
sudah diiperbolehkan memakai kontrasepsi karna menurut suku baduy
banyak manfaatnya dalam kesehatan mengenai alat kontra sepsi
kehamilan yakni Kontrasepsi dapat mengatur usia ibu saat hamil, agar
ibu tidak terlalu tua atau terlalu muda saat hamil dan mengatur jarak
kelahiran sehingga dapat mencegah risiko kesehatan bagi bayi yang
dikandungnya seperti risiko prematur, berat badan lahir rendah,
gangguan tumbuh kembang serta terjadinya retardasi mental.

56
4. Terdapat aturan tertentu pada suku baduy, yang mengatur remaja putri
dalam pergaulan
➢ Aturan yang terdapat pada remaja perempuan yaitu, tidak
diperbolehkan menggunakan alat moderen (Hp,motor,sendal) dalam
bergaul. Tetapi karena terdesak kebutuhan sehingga membuat mereka
melanggar aturan tsb. Memakai alas kaki adalah salah satu larangan
suku pedalaman Baduy Dalam, Lebak, Banten. Suku ini menyakini
bahwa larangan memakai alas kaki adalah salah satu bentuk bersyukur
kepada nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

➢ Menurut kesehatan,terlalu sering berjalan kaki tanpa alas kaki memiliki


beberapa sisi negatif. yaitu
kemungkinan masuknya bakteri, infeksi jamur, dan virus akibat
bertelanjang kaki.
Kemungkinan adanya kutil plantar dan infeksi virus lebih sering
ditemukan pada permukaan yang kotor. Kaki atlet dan infeksi
jamur juga umum ditemukan di ruang ganti dan permukaan yang
basah lainnya.
Kekhawatiran lain adalah kemungkinan menginjak pecahan kaca
atau paku yang dapat menyebabkan infeksi tetanus.
kemungkinan terkena cacing tambang juga dapat terjadi ketika kaki
memiliki kontak langsung dengan kotoran hewan, yang biasanya
terdapat pada pasir dan rumput

5. Terdapat sanksi di suku baduy pada remaja apabila melakukan


penyimpangan pergaulan
➢ Bagi remaja yang melanggar akan di panggil ke kepala desa jika
mereka melakukan perbuatan hukum(mencuri,dll),kalo melanggar
menggunakan alat moderen (hp,sendal,motor)suku baduy dalam akan

57
mengumpulkan menjadi satu lalu dihancurkan oleh kepala suku(wakil
pu'un).

6. Terdapat suatu kebiasaan pada suku baduy memberikan makanan atau


minuman kepada seorang remaja laki – laki / perempuan pada saat
mengalami pubertas
➢ Tidak terdapat kebiasaan memberika makan atau minuman kepada
remaja yang sudah mengalami pubertas
➢ Menurut kesehatan,bagi remaja yang sudah mengalami pubertas orang
tua/instansi kesehatan berperan dalam memberikan edukasi / sosialisasi
kepada remaja yang sudah mengalami pubertas mengenai penyakit
seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat
pada hilangnya nyawa remaja.

7. Memberikan ramuan tertentu sesuai adat atau mengundang dukun bayi


tanpa mengikutsertaakan tenaga kesehatan apabila bayi sakit
➢ Dalam masyarakat Baduy, sebelum ke kebidan/tenaga kesehatan
mereka melakukan ritual kepercayaannya terlebih dahulu.
➢ Kedudukan dukun paraji dalam masyarakat Baduy sangat dihormati dan
berpengaruh karena dianggap memiliki kemampuan yang bisa
memberikan pertolongan pengobatan ketika sakit. Kepatuhan dan
ketaatan pada budaya serta faktor geografi s menyebabkan terbatasnya
kesempatan ibu hamil pada masyarakat Baduy untuk mendapat
pertolongan secara medis di fasilitas kesehatan. Masyarakat suku Baduy
kebanyakan sebelum kebidan/tenaga kesehatan mereka melakukan
ritual kepercayaannya terlebih dahulu seperti meminum ramuan yang
diberikan dukun paraji. Selain tetap menggunakan ramuan tanaman dan
ramuan lain, pengobatan yang dilakukan oleh penyembuh tradisional
tersebut juga disertai dengan mantra-mantra atau jampi-jampi tertentu.
Masyarakat Baduy sejatinya masih memiliki pengetahuan dan kearifan

58
lokal tentang pengobatan tradisional khususnya yang berbasis tanaman
yang diwariskan secara turun-temurun lewat tradisi lisan.

8. Menerapkan tindakan tertentu sesuai aturan adat (seperti membedong atau


lain nya) dengan harapan bayi tumbuh sehat dan tidak ada gangguan dari
mahluk lain
➢ Menurut budaya masyarakat Baduy, bayi yang baru lahir memang di
bedong. Membedong bayi bertujuan agar tidak bengkok saja, bukan
untuk terhindar dari gangguan makhluk halus
➢ Menurut Kesehatan, membedong bayi karena dianggap dapat
memberikan beberapa manfaat, seperti:
Menenangkan bayi ketika mereka rewel dan sulit tidur.
Menjaga agar bayi tidak mudah terbangun dari tidurnya.
Membuat bayi tidur lebih nyaman tanpa gangguan dan orang tua
juga memiliki waktu untuk istirahat.

Namun di samping manfaat, tradisi bedong bayi juga memiliki


sejumlah risiko, terutama jika cara bedongnya salah, membedong agar
kaki bayi tidak bengkok adalah cara yang keliru dan justru bayi berisiko
mengalami masalah panggul. Jika bedong terlalu ketat dengan posisi kaki
dirapatkan dan diluruskan, ada kemungkinan bayi berisiko lebih tinggi
untuk mengalami displasia panggul. Displasia panggul adalah kondisi
ketika posisi panggul bergeser dan tidak sejajar satu sama lain. Kondisi ini
membuat posisi kedua kaki bayi berbeda satu sama lain, sehingga bisa
menyebabkan pincang saat berjalan nanti.

9. Bayi yang baru lahir harus sering di jemur di pagi hari tepatnya dibawah
pukul 10, dan penjemurannya hanya selama 10 sampai 15 menit
➢ Dalam masyarakat baduy, kebanyakan sebelum 40 hari setelah
dilahirkan bayi tidak diperbolehkan keluar. Jika disuruh
kita(bidan/tenaga kesehatan) untuk dijemur, baru mereka jemur. Jadi
tergantung kondisi aja.

59
➢ Menurut Kesehatan: terdapat beberapa manfaat dari menjemur bayi
setiap pagi. Namun, penting untuk mengetahui waktu berjemur yang
terbaik adalah mulai pukul 7 hingga 9 pagi. Selebihnya, lebih baik
menghindari sinar matahari, karena justru membahayakan kesehatan
bayi. Adapun manfaat nya yaitu:
Mencegah Penyakit Kuning
Memperkuat Tulang Bayi
Meningkatkan Produksi Serotonin
Mempunyai Energi yang Lebih Banyak

10. Bayi baru lahir tidak boleh keluar saat waktu magrib
➢ Masyarakat suku Baduy tidak ada aturan tidak boleh keluar saat magrib,
karena mereka memang hidup secara bebas. Namun 40 hari setelah
kelahirkan, bayi tersebut tidak boleh keluar. Setelah itu mereka bebas
untuk keluar
➢ Dalam agama islam waktu magrib adalah waktunya jin dan setan
berkeliaran. Itulah sebabnya sebagai orangtua harus menjaga anaknya
dari gangguan makhluk tersebut. Dijelaskan oleh Rasulullah SAW
dalam sabdanya:
" Bila malam datang, tahanlah anak-anak kalian karena
sesungguhnya setan menyebar kala itu! Dan jika sesaat waktu malam
telah berlalu, lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu dan bacakanlah nama
Allah! Karena sesungguhnya setan tidak bisa membuka pintu yang
tertutup. Tutuplah bejana-bejana kalian dan bacakanlah nama Allah
meski engkau akan menghidangkannya. Dan padamkanlah lampu
kalian." (Hadist Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

11. Terdapat ritual tertentu setelah kelahiran bayi (menguburkan ari2/placenta)


➢ Setelah dilahirkan plasenta dikubur oleh keluarganya lalu dijampe-
jampe dengan paraji/dukun. Setelah bayi dan plasenta lahir biasanya

60
keluarga memanggil paraji. Paraji memotong tali pusat dengan (hinis)
tali pusat diikat pakai benang teureup, bayi di mandikan, diolesi
dengan kunyit supaya bersih dan tidak mudah terkena penyakit, tali
pusat diberi kopi lalu ditutup dengan daun sirih supaya cepat kering
dan puput. Ibu diurut perutnya, dimandikan dan disuruh nyanda
selama 3 minggu, dengan alasan supaya peredaran darahnya lancer

12. Terdapat banyak memegang adat istiadat / meyakini banyak anak banyak
rezeki
➢ Suku baduy masih mempercayai presepsi bahwa banyak anak banyak
rezeki.
➢ Menurut kesehatan,kehamilan terlalu sering atau banyak juga
berdampak serius bagi ibu.Kehamilan yang terlalu sering dapat
mengakibatkan kendurnya otot-otot di sekitar rahim. Hal itu membuat
rentannya terjadi pendarahan setelah persalinan karena otot yang tidak
bisa kembali ke bentuk semula. Fatalnya, berujung pada kematian ibu.

13. Terdapat penggunaan kontrasepsi oral yang dapat membuat tubuh menjadi
gemuk
➢ Terdapat penggunaan kontrasepsi oral pada suku baduy ,tetapi untuk
presepsi menggunakan kontrasepsi oral dapat membuat tubuh menjadi
gemuk mereka tidak terganggu sama sekali,karena kondisi wilayah
mereka yang berupa pengunungan dan kebiasaan beraktivitas dengan
berjalan kaki maka sebagian besar wanita baduy memiliki tubuh yang
normal/ ideal (tidak gendut).

➢ Menurut kesehatan, Pil KB disebut juga dengan kontrasepsi oral,


merupakan obat-obatan yang diminum untuk mencegah kehamilan. Pil
KB merupakan metode yang efektif untuk mencegah kehamilan. Obat
oral ini mengandung sejumlah hormon estrogen dan progestin (hormon
progesteron sintetik). Kedua hormon tersebut bekerja dalam

61
pencegahan kehamilan dengan cara menghambat pelepasan sel telur
(ovulasi). Hormon-hormon dalam pil KB ini juga akan memodifikasi
selaput lendir di leher rahim yang membuat sperma kesulitan mencapai
sel telur. Dan apabila pembuahan terjadi, hasil pembuahan tersebut
akan sulit menempel pada dinding rahim untuk dapat bertumbuh,
karena adanya perubahan struktur lapisan dalam dinding rahim yang
disebabkan oleh hormon-hormon dalam pil KB. Jenisnya ada beberapa
macam, yakni monofasik, multifasik, dan pil KB yang memperpanjang
siklus haid (extended-cycle pills), tergantung pembagian dosis hormon
dalam satu siklusnya. Penambahan berat badan yang disebabkan oleh
kontrasepsi oral terjadi karena adanya penimbunan cairan, dan hanya
bersifat sementara.

62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Budaya perkawinan suku baduy terbagi menjadi 2 yaitu, baduy
dalam dan luar. Perkawinan dilaksanakan secara umum seperti
masyarakat, perbedaannya terdapat pada prosesi akad dimana pada suku
baduy dalam tidak menggunakan syahadat sedangkan baduy luar
menggunakan, terdapat tradisi ngunduh mantu atau menjemput wanita.
Budaya kehamilan perencanaan kehamilan tergantung individu
sendiri (warga baduy), saat ini suku baduy mulai mempercayai tenaga ahli
dalam melakukan imunisasi, kontrol dan lain-lain. Ketika hamil suku
baduy yang ingin berpergian mempercayai bahwa dengan membawa 3
bauh batang lidi dapat mengusir roh jahat untuk bayi.
Saat persalinan suku baduy akan melahirkan sendiri kemudian jika
bayi sudah lahir baru memanggil paraji atau bidan, terdapat kebiasaan
meminum kapoek (ramuan khas). Setalah bayi lahir biasanya suku baduy
akan merayakan 3 harian dan 7 harian setelah persalinan.
Nifas suku baduy mempercayai bahwa tidur siang dapat membuat
buta karena darah putih yang naik ke otak. Bayi yang baru lahir akan
diberi jampe-jampe, kemudian akan dibedong supaya kaki bayi tidak
bengkok, tidak mengumandangkan azan.
Program keluarga berencana (KB) pada suku baduy dalam tidak
menggunakan KB, untuk aturan dalam remaja tidak dibolehkan
mengunakan alat moderen karena dapat membuat kemalangan, jika
melanggar akan diberi hukum oleh Pu'un (tokoh adat).

B. Saran
Strategi yang dilakukan bidan dalam memberikan perawatan
kehamilan dan persalinan yaitu melakukan pendekatan kepada masyarakat
dan tokoh masyarakat Baduy Dalam, menjalin kemitraan bidan dengan

63
paraji yang ada, menggerakan partisipasi masyarakat, meningkatkan
profesionalisme sebagai bidan. Mendirikan program imah pangubaran
pusat informasi Baduy, bidan bersedia tinggal di daerah Baduy untuk
beradaptasi, bidan harus menerima dan menghormati budaya setempat.
Untuk memudahkan jangkauan pelayanan Kesehatan agar dibangun sarana
rumah tunggu dilengkapai dengan peralatan kesehatan tanpa
menghilangkan ciri khas dari budaya Baduynya.

64
DOKUMENTASI

DOKUMENTASI PELAKSANAAN WAWANCARA SOSIAL BUDAYA

65
66
67
68
69
DAFTAR PUSTAKA

Subekti, T. (2010). Sahnya Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun


1974 Tentang Perkawinan Ditinjau Dari Hukum Perjanjian. Jurnal Dinamika
Hukum, 10(3), 329-338.
Farhani, F. (2014). Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil
tentang hubungan seksual saat kehamilan di wilayah Sukabumi Utara.
Rahmy, C. (2013). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kelancaran Proses
Persalinan Ibu Primigravida di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun
2013 (Karya Tulis Ilmiah). STIKES U’BAUDIYAH, Jurusan Kebidanan, Banda
Aceh.
Mansyur, N. (2014). Buku ajar: Asuhan kebidanan masa nifas.
Hidayati, I. N. (2018). STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUAN DAN SIKAP
PERAWAT TENTANG MANAJEMEN NYERI PADA NEONATUS DI
RUANG PERINATOLOGI DAN PICU/NICU RSUD TUGUREJO DAN RSUD
KRMT WONGSONEGORO SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).
Soleha, S. (2016). Studi tentang dampak program keluarga berencana di Desa
Bangun Mulya Kabupaten Penajam Paser Utara. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 4(1),
39-52.
Dewi, R. N. V. R. (2010). Hubungan penggunaan media massa dengan tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMAN 8 Surakarta.
Khasanah, P. N. (2017). HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN
KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
Rahmy, C. (2013). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kelancaran Proses
Persalinan Ibu Primigravida di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun
2013 (Karya Tulis Ilmiah). STIKES U’BAUDIYAH, Jurusan Kebidanan, Banda
Aceh.
SADIKIN, R. S. U. P. H. (2010). DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
KEGAGALAN NAFAS PADA NEONATUS.
Wirenviona, R., & Riris, A. I. D. C. (2020). Edukasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Airlangga University Press.

70
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok pembahasan“Laporan Hasil


Wawancara Pada Suku Baduy”. Telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab
dan telah dilakukan revisi oleh tim.

Jakarta, 27 Oktober 2020


Dosen Pengampu

Dra. Mumun Munigar,MA.Kes

71

You might also like