Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Minggu 1
Laporan Pendahuluan Minggu 1
(Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Stase KMB)
Disusun Oleh :
IRMA NURMALA
321FK09039
1
A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang
2
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
urea dan sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
3
dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra
T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan
yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah
adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini
(Tortora, 2011).
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.
nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari
volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal
reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di
keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan
Wilson, 2012).
4
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler
Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi
6) Sakit kepala
8) Gatal
5
9) Sesa
11) Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak mata
C. Etiologi
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate
(GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan
fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan
yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri
ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara
pielonefritis.
6
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
glomerulus.
logam berat.
kontstriksi uretra.
berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan
7
gejala yang komplek.
D. Patofisiologi
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
yaitu :
a. Stadium I
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasien asimptomatik.
b. Stadium II
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
8
pemekatan urin.
c. Stadium III
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
serum dan BUN akan meningkat.Klien akan mulai merasakan gejala yang
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
E. Pathway
9
F. Klasifikasi
10
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
2) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
3) cIVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
5) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
6) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
9) Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
11
11) EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
menurunnya diuresis
12
Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
lipoprotein lipase.
ginjal.
a) Konservatif
b) Dialysis
makadilakukan :
13
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
1) Dialisis
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan
apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga
tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
Pada proses ini darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam
racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan
14
khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah
2) Koreksi hiperkalemi
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
3) Koreksi anemia
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya
4) Koreksi asidosis
15
100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika
mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi
6) Transplantasi ginjal
I. Komplikasi
reninangiotensin-aldosteron.
merah.
Hiperuremia
16
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih menekankan
tubuh. Dengan tidak optimalnya atau gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh
Tetapi jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai
(Prabowo, 2014) :
2) Pemeriksaan Fisik
(b) Kepala
Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari
(c) Mata
daerah orbital ada tidaknya edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah
17
bidang orbital, amati konjungtiva dan sklera (untuk mengetahui adanya
warna, edema, dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea)
(d) Hidung
yang keluar. Palpasi : batang dan jaringan lunak hidung adanya nyeri,
(e) Telinga
Palpasi: kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang telinga ada
(g) Leher
pada wanita (inspeksi payudara: bentuk dan ukuran). Palpasi : ada tidaknya
18
(i) Paru posterior, lateral, interior
meminta pasien menyebutkan angka misal 7777. Bandingkan paru kanan dan
prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Perkusi : dari puncak
aorta pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke intercostae 3, dan 4
jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri. : untuk mengetahui batas
(k) Abdomen
(l) Genetalia
19
mengetahui pembesaran prostat), perdarahan, cairan, dan bau. Palpasi:
(m) Ekstremitas
3) Diagnosa Keperawatan
sindrom hipoventilasi.
untuk makan)
20
4) Rencana Tindakan keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipervolemia Manajemen
Setelah dilakukan Tindakan Hipervolemia
keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
1. Periksa tanda dan
jam maka hypervolemia gejala hipervolemia
meningkat dengan kriteria (edema, dispnea,
suara napas
hasil : tambahan)
2. Monitor intake dan
1. Asupan cairan meningkat output cairan
2. Haluaran urin meningkat 3. Monitor jumlah dan
3. Edema menurun warna urin
4. Tekanan darah membaik Terapeutik
5. Turgor kulit membaik 4. Batasi asupan
cairan dan garam
5. Tinggikan kepala
tempat tidur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan
21
makan, jika perlu
6. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
7. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
9. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
11. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika
6. perlu pemberian
medikasi sebelum
Makan
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka nausea membaik 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: pengalaman mual
1. Nafsu makan membaik 2. Monitor mual (mis.
2. Keluhan mual menurun Frekuensi, durasi,
3. Pucat membaik dan
4. Takikardia membaik 100 Tingkat keparahan)
kali/menit) Terapeutik
3. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
(mis. Bau tak sedap,
suara,dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
4. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual (mis)
5. Kecemasan,ketak utan,
kelelahan)
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan
integritas kulit keperawatan selama 3x8 integritas kulit
jam diharapkan integritas Obsevasi
kulit dapat terjaga dengan 1. Identifikasi penyebab
kriteria hasil: 6. Anjurkan
1. Integritas kulit yang baik menggunakan
bisa dipertahankan pelembab (mis.
2. Perfusi jaringan baik Lotion atau
3. Mampu melindungi kulit serum)
7. Anjurkan mandi dan
22
dan mempertahankan menggunakan sabun
kelembaban kulit secukupnya
8. Anjurkan minum air
yang cukup
9. Anjurkan
Menghindari terpapar
suhu ekstrem
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 respirasi
jam diharapkan pertukaran Observasi
gas tidak terganggu dengak 1. Monitor
kriteria hasil: frekuensi, irama, kedalaman
1. Tanda-tanda vital dan upaya napas
dalam rentang normal 2. Monitor pola
2. Tidak terdapat otot bantu napas
napas 3. Monitor saturasi
3. Memlihara kebersihan paru oksigen
dan bebas dari tanda-tanda 4. Auskultasi bunyi napas
distress pernapasan Terapeutik
4. Nafsu makan membaik 5. Atur interval
5. Keluhan mual menurun pemantauan respirasi
6. Pucat membaik sesuai kondisi pasien
6. Bersihkan sekret
pada mulut dan hidung, jika
perlu
7. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
7. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
23
5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama 3x8 Observasi
jam toleransi aktivitas 1. Monitor
meningkat dengan kriteria kelelahan fisik
hasil: 2. Monitor pola dan jam
1. Keluhan lelah menurun tidur
2. Saturasi oksigen dalam Terapeutik
rentang normal (95%- 3. Lakukan latihan
100%) rentang gerak
3. Frekuensi nadi dalam pasif/aktif
rentang normal (60-100 4. Libatkan keluarga
kali/menit) dalam melakukan
4. Dispnea saat beraktifitas dan aktifitas, jika perlu
setelah beraktifitas menurun Edukasi
(16-20 kali/menit) 5. Anjurkan
melakukan
aktifitassecara bertahap
6. Anjurkan
keluarga untuk
memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
6. Resiko penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
curah jantung keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam diharapkan penurunan 1. Identifikasi tanda dan
curah jantung meningkat gejala primer
dengan kriteria hasil: penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung (mis.
meningkat Dispnea, kelelahan)
2. Tekanan darah membaik 2. Monitor tekanan
100-130/60-90 mmHg darah
3. Lelah menurun 3. Monitor saturasi
4. Dispnea menurun dengan oksigen
frekuensi 16-24 x/menit Terapeutik :
2. Posisikan semi- fowler
atau fowler
3. Berikan terapi
Oksigen
Edukasi
4. Ajarkan teknik
relaksasi napas dalam
5. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
24
7. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
tidak efektif perawatan selama 3x8 jam Observasi
maka perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
meningkat dengan kriteria (mis. Nadi perifer,
hasil: edema, pengisian
1. denyut nadi perifer kapiler, warna, suhu)
meningkat 2. Monitor
2. Warna kulit pucat menurun perubahan kulit
3. Kelemahan otot menurun 3. Monitor panas,
4. Pengisian kapiler membaik kemerahan, nyeri atau
5. Akral membaik bengkak
6. Turgor kulit membaik 4. Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi
Terapeutik
5. Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
6. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
7. Lakukan pencegahan
infeksi
8. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Edukasi
7. Anjurkan berhent
merokok
8. Anjurkan berolahraga
rutin
9. Anjurkan mengecek air
mandi untun
menghindari kulit
terbakar
10. Anjurkan meminum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
25
9 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi factor
pencetus dan pereda
nyeri
2. Monitor kualitas nyeri
3. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas nyeri
dengan menggunakan
skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Teraupetik
6. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
8. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan analgetiksecar
tepat
Kolaborasi
26
1. Implementasi
2011).
2. Evaluasi
kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa
ke asuhan keperawatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29