You are on page 1of 7

“STIGMA MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN DAN

PENGOBATAN PENDERITA TB PARU”

OLEH:
ANNISA NOVITA SARY
NIM: 2230322008

Dosen Pengampu : Dr.Alfan Miko, M.si

Mata Kuliah Promosi kesehatan

PROGRAM STUDI S3 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2023

1|Page
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang ditularkan melalui udara yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang biasanya menyerang paru-paru yang menyebabkan
batuk parah, demam, dan nyeri dada. Penularan Tuberkulosis umumnya bersumber dari percikan
dahak yang dikeluarkan oleh pasien TB BTA Positif dari kontak dekat.Kelompok dari bakteri
Mycobacterium selain Mycobacterium Tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada
saluran nafas dikenal sebagai Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT) yang terkadang
bisa mengganggu penegakan diagnosis pengobatan tuberculosis paru tersebut (Kemenkes RI,
2018). Pengobatan tuberculosis paru ini dilakukan secara rutin selama enam bulan. Pengobatan
yang terputus atau tidak sesuai dengan standar Directly Observed Treatment Shost-course
(DOTS) dapat menyebabkan kekambuhan penyakit dan kemungkinan terjadinya resisten
sekunder kuman tuberculosis terhadap obat anti tuberculosis atau Multi Drug Resistance (MDR)
(Pusdatin RI, 2018).
Data dari WHO pada tahun 2015 menunjukkan bahwa ada sekitar 10,4 juta kasus baru
(insiden) TB Paru di seluruh dunia. Kasus baru tersebut tersebar sebanyak 5,9 juta (56%) pada
laki-laki dewasa, 3,5 juta (34%) pada perempuan dewasa dan 1,0 juta (10%) pada anak-anak.
Indonesia merupakan peringkat empat terbanyak di dunia setelah China, India, dan Afrika
Selatan jumlah prevalensi TB Paru (WHO, 2020).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat ditemukan jumlah kasus TB Paru pada
tahun 2018 sebanyak 4.764 kasus dan tahun 2019 sebanyak 5.199 kasus, yang berarti di Provinsi
Sumatera Barat mengalami peningkatan jumlah kasus TB paru (Kemenkes RI, 2019). Jumlah
kasus TB Paru terkonfirmasi bakteriologis yang terdaftar dan diobati tahun 2019 sebanyak 2.617
pasien termasuk pasien terkonfirmasi, pasien sembuh 1.072 orang (41%) dan pasien yang
melakukan pengobatan lengkap sebanyak 1.545 orang (59%). Jumlah kematian selama
pengobatan meningkat dari tahun sebelumnya dari 34 kasus pada tahun 2018 menjadi 57 kasus di
tahun 2019 (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Stigma sosial atau stigma masyarakat merupakan sebuah prasangka, diskriminasi,
stereotip yang mengarah pada sikap negatif atau memandang seseorang atau membedakan
seseorang berdasarkan sesuatu. Alasan kenapa muncul stigma TB pada masyarakat diantaranya,
penularannya, pengetahuan yang kurang tepat akan penyebabnya, perawatannya atau

2|Page
berhubungan dengan kelompok-kelompok marjinal seperti kemiskinan, ras minoritas, pekerja
seks, tahanan penjara, dan orang yang terinfeksi HIV/AIDS (Adriani, Astuti and ..., 2020).
Program pengendalian TB Paru telah dieksplorasi dan dipromosikan oleh WHO.
Berbagai kegiatan inovatif yang memberdayakan sumber nasional atau internasional juga telah
dilaksanakan. Misalnya, pengendalian pada kelompok marginal dan rentan, peningkatan akses
terhadap kualitas dan ketersediaan obat, memperluas layanan perawatan yang berkualitas,
memberdayakan individu dan keluarga serta masyarakat melalui mobilisasi sosial, pendidikan
kesehatan, dan cara-cara efektif untuk melakukan perawatan TB di komunitas, serta
meningkatkan kemandirian penderita dalam aktivitas perawatan (WHO, 2020).
Stigma pada klien TB mungkin timbul akibat konsekuensi keseriusan penyakit TB,
seperti penularan penyakit tersebut. Banyak orang masih percaya bahwa TB tidak dapat
disembuhkan (Khan et al., 2000; dalam Woith, W. M. and Rappleyea, M. L, 2014), sehingga
orang yang didiagnosis TB akan mengalami gangguan emosional. Pada kondisi ini, peran
keluarga dan pelayanan kesehatan sangat penting untuk mengurangi stigma dan membantu
mengelola perasaan emosional klien TB. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan pada klien
dengan berfokus pada aspek psikologis sebagai upaya peningkatan penerimaan pasien
terhadap penyakit (Manangsang et al., 2016).

B. Kajian Literatur
No. Penulis,Tahun Siapa Yang Metode Promosi Hasil
Terlibat Kesehatan
1 Pangestika,R 1. Keluarga Penyuluhan berupa Kegiatan ini cukup efektif
(2019) (Alnur pasien TB leaflet dan poster dalam peningkatan
and Pangestika, 2. Kader kepada keluarga pengetahuan penyakit TB
2019) Community ataupun penderita TB (71,4%), mekanisme
Care penularan penyakit TB
Aisyiyah (71,4%), pengobatan penyakit
TB (80%) dan cara
pencegahan TB dengan PHBS
(100%) dengan rata-rata total

3|Page
peningkatan pengetahuan
sebesar 80,7%
2 Ratnasari, MT,et 1. Keluarga Pendidikan kesehatan, menggambarkan adanya
al (2022) (Nita penderita TB demonstrasi, perubahan pengetahuan
Yunianti Paru redemonstrasi, pre-post sebesar 38,0% setelah
Ratnasari, 2023) 2. Petugas test dan pendampingan dilakukan pendidikan
Kesehatan (Health Coaching) pada kesehatan dengan metode
Puskesmas keluarga dalam Health Coaching. kegiatan
Payo merawat penderita TB pendidikan kesehatan dengan
Selincah paru pendekatan health coaching
3. Lurah dan yang dilakukan cukup efektif
Tokoh terhadap peningkatan
masyarakat pengetahuan dan pemahaman
keluarah keluarga serta perubahan
Payo prilaku keluarga tentang TB
Selincah Paru.
3 Rahayu, S Pasien TB Peer education peer education efektif
(2020) (Rahayu Paru dilakukan dengan cara dilakukan pada pasien TB
and Happy responden diberikan paru, karena secara signifikan
Patriyani, 2020) pre tes tentang dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan pengetahuan, sikap, dan
perilaku pencegahan perilaku pencegahan
TB paru kemudian penularan TB paru, meskipun
diberikan materi responden tanpa peer
tentang TB paru dan education, pengetahuan dan
pencegahannya, perilaku pencegahan
dilanjutkan diskusi penularan TB paru juga
permasalahan dan cara meningkat.
pencegahan TB paru Peer education dapat
dari masing-masing dijadikan program

4|Page
responden. pencegahan TB paru.
4 Sukartini et al. Kader Program kemitraan Penelitian dilakukan di dua
(2019) kesehatan masyarakat tempat dengan masing-masing
(Sukartini, “penanggulang an sampel 25 kader dan 23 kader
Hidayati and Tuberculosis (TB) dengan total 48. Pelatihan
Pratiwi, 2019) menggunakan model dilakukan selama 6 minggu
interaksi guna dengan 6 kali pertemuan
mencegah kejadian dengan materi berbeda
drop out (DO) di disetiap pertemuan. Hasil
Surabaya.” penelitian didapatkan tidak
ada perbedaan pengetahuan
antara sebelum dan sesudah
pelatihan. Untuk variabel
sikap, self efficacy dan
motivasi ada peningkatan
antara sebelum dan sesudah
pelatihan
5 Utami et al. 1. Kader TB Pendidikan kesehatan Terdapat dua responden yaitu
(2019) (ibu-ibu) yang diberikan dalam responden kader TB (ibu-ibu)
2. Kader muda bentuk pelatihan dan responden kader muda
(siswa MAN menggunakan aplikasi (siswa MAN 3 Jakarta Pusat)
3 Jakarta Edu TB Paru. yang dilatih untuk menjadi
Pusat) kader kesehatan TB paru.
Responden dilatih dengan
teknologi berbasis TIK,
dimana hasil akhir pendidikan
kesehatan terdapat
peningkatan pengetahuan
pada responden.
6 Pratiwi et al. Kader Media Publikasi Didapatkannya peningkatan

5|Page
(2022) (Pratiwi, posyandu Promosi Kesehatan pengetahuan dan sikap
Vita Lucya and Indonesia melalui responden dari hasil sebelum
Paramitha, 2022) permainan simulasi dibandingkan hasil sesudah
monopoli pelatihan dengan waktu jarak
ujian sebelum dan sesudah
satu minggu.

C. Teknik Pemberdayaan
Beberapa program promosi kesehatan yang dapat dilakukan untuk mencegah tuberkulosis
paru (TB paru) antara lain:
1. Penyuluhan, demonstrasi, dan pelatihan tentang cara perawatan, pencegahan penularan,
dan pengobatan TB paru kepada keluarga penderita.
2. Pemberdayaan masyarakat melalui program promotif dan preventif risiko kejadian
penyakit TB paru, termasuk strategi promosi kesehatan di puskesmas.
3. Promosi kesehatan rumah sakit tentang TB, seperti anjuran untuk minum obat secara
teratur, hidup sehat tanpa TB, dan anjuran untuk segera memeriksakan diri jika mengalami
gejala TB.
4. Edukasi dan promosi kesehatan pada anak dan keluarga, termasuk peningkatan kesadaran
akan gejala TB, vaksinasi BCG, dan peran orang tua dalam pengawasan minum obat anak
yang sedang menjalani terapi TB.
5. Metode dan media promosi kesehatan terhadap perubahan perilaku pengobatan penderita
TB paru, seperti program DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) yang
melibatkan pengawasan langsung pengobatan jangka pendek.
Dengan melaksanakan program-program tersebut, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang TB paru, mempercepat deteksi dini, dan meningkatkan kepatuhan
dalam pengobatan, sehingga dapat membantu dalam upaya pencegahan dan pengendalian TB
paru.

6|Page
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, R.B., Astuti, D.D. and ... (2020) ‘Stop Tuberkulosis Melalui Pendekatan Model
Information Motivation and Behavioral Skills (IMB)’, … (Jurnal Pengabdian dan …
[Preprint].
Alnur, R.D. and Pangestika, R. (2019) ‘Faktor Risiko Tuberkulosis Paru pada Masyarakat di
Wilayah Kerja Puskesmas Bambu Apus Kota Tangerang Selatan’, ARKESMAS (Arsip
Kesehatan Masyarakat) [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v3i2.2929.
Kementrian Kesehatan RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia 2019, Profil Kesehatan.
Manangsang, F. et al. (2016) ‘Behavior Model Analysis and Risk Factors of Pulmonary
Tuberculosis Transmission of Honai Residents in Wamena, Jayawijaya District, Papua’,
International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) [Preprint].
Nita Yunianti Ratnasari (2023) ‘UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN MELALUI
PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENATALAKSANAAN
TUBERKULOSIS PADA KELOMPOK LANSIA “NGUDI WARAS” SUMBER SARI,
PURWOSARI, WONOGIRI’, Jurnal Abdimas Pamenang [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.53599/jap.v1i1.135.
Pratiwi, G.D., Vita Lucya and Paramitha (2022) ‘EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA
LEAFLET DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP
PENCEGAHAN TUBERKULOSIS’, Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of
Nursing) [Preprint]. Available at: https://doi.org/10.33023/jikep.v8i3.1153.
Pusdatin RI (2018) ‘InfoDatin Tuberculosis 2018’, Kementerian Kesehatan RI [Preprint].
Rahayu, S. and Happy Patriyani, R.E. (2020) ‘Peer Education Meningkatkan Perilaku dalam
Mencegah Penularan Tuberkulosis Paru pada Keluarga’, (JKG) JURNAL KEPERAWATAN
GLOBAL [Preprint]. Available at: https://doi.org/10.37341/jkg.v5i1.79.
Sukartini, T., Hidayati, L. and Pratiwi, I.N. (2019) ‘PROGRAM KEMITRAAN
MASYARAKAT “PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS (TB) MENGGUNAKAN
MODEL INTERAKSI GUNA MENCEGAH KEJADIAN DROP OUT (DO) DI
SURABAYA”’, Dharmakarya [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v8i3.19156.
WHO (2020) WHO | Global tuberculosis report 2019, World Health Organization. Available at:
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78.

7|Page

You might also like