Professional Documents
Culture Documents
Perhitungan Cairan
Perhitungan Cairan
Ada aturan khusus dalam ranah keperawatan yang mengatur prosedurnya. Lantas, bagaimana cara
menghitung tetesan infus dengan benar? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.
Selain itu, Anda juga memerlukan flush yang berfungsi sebagai pendorong obat ke dalam tubing
intravena atau kantung cairan. Jangan lupa untuk mensterilkan tangan agar terhindar dari bakteri dan
virus berbahaya.
Makro drip
Infus set makro sering dipakai untuk pasien dewasa karena debit cairan yang dikeluarkan jauh
lebih besar. Sehingga, diharapkan pemenuhan cairan untuk pasien pun lebih cepat. Namun untuk
kasus tertentu, ada kalanya infus set makro juga dipakai untuk anak-anak.
Rumus menghitung tetesan infus untuk infus set makro:
Catatan:
Faktor tetes makro = 20
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan mililiter (ml)
Jadi, dengan rumus di atas kita dapat menghitung jumlah tetesan yang harus diatur agar
kebutuhan cairan pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Contoh soal:
Apabila seorang pasien datang ke rumah sakit dan setelah diperiksa, dokter menginstruksikan
agar diberikan cairan RL sebanyak 500ml dalam waktu 1 jam menggunakan infus set makro.
Maka bagaimana tetesan infusnya?
Jawab:
b. Mikro drip
Infus set mikro sering dipakai untuk pasien anak-anak karena debit cairan yang dikeluarkan 3
kali lebih sedikit dibandingkan infus set makro. Rumusnya sama seperti infus set makro, yang
membedakan hanya faktor tetesan infusnya.
Catatan:
Faktor tetes makro = 60
Jumlah kebutuhan cairan = dalam satuan mililiter (ml)
Contoh soal:
Seorang pasien anak-anak datang ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter menginstruksikan
untuk memasukkan cairan NaCl sebanyak 500 ml dalam waktu 2 jam dengan menggunakan
infus set mikro.
Jawaban:
Jadi berdasarkan perhitungan di atas, untuk memasukkan cairan NaCl sebanyak 500ml dalam waktu 2
jam menggunakan infus set mikro, maka kita harus mengatur tetesan infus dalam satu menit 250 gtt.
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum, sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Cairan ini dapat digunakan pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh).
Jenis cairan ini memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat ( RL ) dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %).
2. Cairan hipotonis
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum, sehingga mudah larut dan dapat menurunkan
osmolaritas serum. Cara kerjanya yaitu cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar jaringan sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Cairan infus ini biasanya digunakan saat keadaan sel mengalami dehidrasi. Misalnya, pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik dan pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoa
dosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan terjadi ketika perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah ke sel
secara tiba-tiba. Hal itu menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45 % dan Dekstrosa 2,5 % 3.
Cairan hipertonis
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan
dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5 %, NaCl 45 % hipertonik, Dextrose 5 % + Ringer - Lactate .
Berapa Lama Orang Diinfus?
Durasi pemberian infus tidak bisa disamakan bagi setiap pasien. Dokter akan menyesuaikannya
berdasarkan durasi, jenis cairan, dosis, dan jumlah tetesan sesuai dengan kondisi pasien tersebut.
Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai kebutuhan pasien terhadap
cairan infus. Untuk itu, mengenai berapa lama orang diinfus bisa diketahui melalui arahan dokter.