You are on page 1of 25

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN DAN HASIL

PENELITIAN

A. Gambaran Umum GKS Jemaat Bukambero 1

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang penulis

temukan selama proses pelaksanaan penelitian di GKS Jemaat Bukambero maka

penulis memaparkan hal-hal yang berhubugan dengan keadaan di GKS Jemaat

Bukambero yakni sebagai berikut:

1. Sejarah Singgkat Berdiri dan Pertumbuhan GKS Jemaat

Bukambero

Gereja Kristen Sumba Bukambero pada awalnya adalah cabang dari

GKS jemaat Kori. Awal masuk dan berkembangnya agama dalam hal ini agama

kristen protestan berawal dari seorang tokoh masyarakat Kori yaitu bapak GI.

Obed Rangga Duni yang dipilih dan diutus oleh jemaat Kori. Bapak Guru Injil

yang diutus ke Bukambero pertama ia mulai misinya dengan mengunjungi para

tokoh-tokoh marapu di bukambero, naumun kehadirannya tidak berhasil karena

beliau mengunjungi tokoh-tokoh Marapu di bukambero hanya beberapa kali.

Akan tetapi pelayanan tidak berhenti disitu saja akan tetapi kembali

diutus seorang Guru Injil dari Karendi pada tahun 1986 atas nama Markus

Rangga Mone, kedatangan beliau tidak langsung mengunjugi parah tokoh

marapu melainkan ia adakan pendekatan dengan guru-guru SDM Bukambero

1
Wawancara dengan Ingsiany M. Ina Bili, Bukambero 24 September 2022.

32
dan akhirnya ia diterima dengan baik sebagai pekabar injil di SDM, sesudah itu

ia mulai mengajak guru-guru SD untuk membantu dalam pekabaran Injil kepada

orang Marapu tanpa bantahan atau penolakan guru-guru SDM pun membantu ia

dalam pekabaran Injil di kampung-kampung, ketika melakukan pekabaran Injil

beliau sudah tinggal bersama saudaranya di mes sekolah atas nama Dominggus

Dara Daku beliau sendiri adalah saudara dari GI Markus Rangga Mone, seiring

berjalannya waktu dengan pertolongan Tuhan melalui Roh kudus beliau berhasil

mengajak 6 orang tokoh Marapu atas nama: Yohanes wonda Maha, Daniel Deta

Ghelo, Martinus leko tondo, Daud Dinga Dera, Alex Muda Maloko, dan

Wilhelmus Hendrik Pati. Keenam tokoh Marapu ini dibaptis dan menjadi orang

Kristen, setelah itu bapak GI perlahan-perlahan ia mengajak para tokoh marapu

untuk mengajak lagi saudara-saudara mereka untuk masuk Kristen dengan

pertolongan Tuhan mereka tidak ditolak dalam pendekatan dengan orang-orang

Marapu lainnya.

Pada Tanggal 24 April 1988 terjadilah baptisan massal di SDM

Bukambero dengan jumlah 330 orang, yang dipimpin oleh Pdt Yosea Bili S. Th

sekaligus diresmikan menjadi GKS Jemaat Kori cabang Bukambero. Setelah

baptisan massal tersebut Jemaat sudah beribadah seperti biasa dan beribadah

sementara di gedung SDM Bukambero, dipimpin oleh GI Markus Rangga Mone,

selama beribadah minggu, tetapi ketika perjamuan dipimpin oleh Pendeta tamu

atas nama Pdt samuel Nono S. Th. Proses pertumbuhan Jemaat semakin baik dan

jumlah keluarga Kristen yang beribadah semakin bertambah, pada akhirnya

33
Jemaat GKS Kori Cab Bukambero bersepakat untuk berdiri sendiri dan adakan

pemilihan Pendeta.

Pada tanggal 15 Desember 2011 mekar menjadi gereja yang berdiri

sendiri, GKS Jemaat Bukambero mekar dari GKS Jemaat Kori dan terpilihlah

seorang gembala yang bernama, Pdt. Igsiany Meldi Ina Bili, S.Si. wilayah

pelayanan berjumlah 6, 1 pusat, 4 cabang dan 1 pos pi.

2. Data Statistik Warga GKS Jemaat Bukambero

Tempat Jumlah Jumlah Jumlah

Ibadah Kepala Jiwa Pelayan

Keluarga (berjabatan)

Pusat 150 753 Jiwa 17 Orang

Bukambero

Cabang Bondo 28 131 Jiwa 4 Orang

Kamodo

Cabang Bondo 82 387 Jiwa 4 Orang

Maliti

Cabang 48 279 Jiwa 7 Orang

Kalembu

Bungga

Cabang 55 175 Jiwa 6 Orang

Magho

Kawango

34
Pos PI Rada 22 120 Jiwa 4 Orang

Bonnu

Total 385 1845 Jiwa 42 Rang

3. Kondisi Geografis, Ekonomi, Pendidikan Dan Budaya Masyarakat Setempat

a. Kondisi Geografis

Gereja Kristen Sumba Jemaat Bukambero terletak di kabupaten Sumba

Barat Daya, kecamatan Kodi Utara desa Kadu Eta. Jemaat Bukambero

merupakan salah satu jemaat yang terletak di wilayah paling barat. Pelayanan

jemaat GKS Bukambero memiliki keadaan dan kondisi yang subur. Dengan

kondisi yang ada tersebut memungkinkan jemaat Bukambero dapat

menghasilkan kebutuhan sandang dan pangan untuk kebutuhan sehari-hari.

Tanaman jambu mente, lombok, kacang tanah, tomat dan terong merupakan

tanaman yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan jemaat. Yakni

dalam hal keuangan.

b. Kondisi Ekonomi

Dari segi ekonomi jemaat Bukambero merupakan jemaat yang tingkat

ekonominya cukup beragam, namun rata-rata perekonomian jemaat sangat

minim. Sumber pendapatan jemaat yakni: ada yang berpenghasilan dari kebun

berupa: padi, jagung, kacang tanah, jambu mente, pedagang, nelayan, perangkat

desa dan sebagian kecil PNS.

35
c. Sosial Budaya

Mengenai budaya masyarakat, warga jemaat Bukambero terdiri dari

suku yaitu suku campuran seperti, adanya Suku Kodi, Wewewa dan yang paling

dominan Suku Bukambero. Sebagai masyarakat yang berbudaya, ada beberapa

adat istiadat yang terus dipertahankan dan masih melekat kuat sampai saat ini

ialah: pesta adat woleka dimana adanya budaya yang tidak bisa sudah disepakati

bersama oleh keluarga dan biasa dirayakan pada bulan november-desemper,

kawin mawin dan kedukaan. Secara garis besar, keadaan sosial jemaat

Bukambero sangat nampak dalam hubungan kekerabatan yang sangat kental erat.

Kebersamaan dalam berbagai kegiatan masih sangat nampak seperti gotong

royong di kebun, kematian, pesta woleka dan kawin mawin. Hubungan ini

terjalin dengan baik oleh karena warga yang ada merupakan orang Bukambero

asli sedangkan pendatang memiliki jumlah yang sangat sedikit. Budaya patriarki

masih benar-benar terikat sehingga mengakibatkan relasi antara sesama tidak

setara.

A. Data Hasil Penelitian

Didikan Orangtua Yang Menggunakan Kekerasan Terhadap Remaja Di

GKS Jemaat Bukambero.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan kepada 10 KK

orangtua dan 10 orang remaja, maka penulis memperoleh informasi tentang

bagaimana cara orangtua mendidik remaja di GKS Jemaat Bukambero seperti

yang tertulis di bawah ini,

36
1. Wawancara dengan orangtua

a. Ibu Marta Ra Winyo (50 tahun)

“Anak adalah berkat Tuhan, sebagai berkat Tuhan sudah seharusnya


kami orangtua menjaga dan mendidik dengan baik. Menjaga dan mendidik
yang dimaksudkan ialah, rajin pergi sekolah, bersihkan kebun dan harus
menghormati orang yang lebih tua. Karena didikan itu tidak dituruti maka
sudah seharusnya kami perhatikan dengan memberi hukuman atau teguran
yang baik dengan cara dicubit, maki, bentak dan usir dari rumah. Kami
mendidik dengan cara demikian bukan berarti kami membenci tapi kami
memberikan tegutan untuk dia bisa berubah dan rajin untuk menyelesaikan
pekerjannya. Mendidik tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain, itu
sudah hal biasa, jadi tidak sulit dalam mendidik remaja. Semua orang jika
siapapun yang memiliki kesalahan ma sudah pasti menerima akibatnya, itu
juga yang kami terapkan dalam keluarga kami, ketika remaja memiliki
kesalahan, seperti, tidak mendengar nasihat orangtua, tidak pergi sekolah
dan tidak kerjakan pekerjaan rumah, pastinya orangtua kecewa, marah,
pukul, maki, cara didik seperti ini bukanlah kekerasan melainkan ini adalah
cara untuk bisa merubah mereka agar lebih baik dari kami nantinya.
Dampak dari cara didik kami orangtua kepada remaja sejauh ini tidak ada
kecuali dipukul dengan kayu besar baru ada bekas, tapi kami orangtua tetap
kembali mengasihi dan meminta maaf. Jika mau dilihat cara didik orangtua
saat ini dan dulu sangat berbeda karena kami dulu benar-benar dididik
dengan cara kekerasan seperti dipukul pake kayu besar, pergi timbah air di
tempat yang jauh dan dampak dari didikan itu masih ada sampai saat ini.”2

b. Ibu Oudi Nuryati Tloim (36 tahun)

“Kami orangtua, bersyukur dengan berkat Tuhan atas kehadiran


anak ini, cara didik yang kami ajarkan biasanya, mendidik untuk rajin pergi
sekolah, kerjakan pekerjaan rumah, jaga adik dan cuci pakian. Sejauh ini
cara didik ini merupakan hasil pengamatan dan pengalaman pribadi kami
dan tidak pernah pergi berkonsultasi dengan orang lain, sebagai manusia
biasa pastinya memiliki batas kesabaran, untuk itu jika remaja tidak
mendengar nasihat kami orangtua, tidak jaga adik dan tidak pergi sekolah,
maka sudah pasti dapat hukumannya, yaitu dicubit dan tidak diijinkan pergi
bermain, sebagai orangtua juga memiliki keinginana ketika pulang dari
kerja pekerjaan sudah beres tapi ternyata ini anak pergi bermain saja,
dengan masih dalam keadaan cape pulang kerja, akhirnya mulai dibentak,
cubit dan tidak ijinkan pergi bermain, semua karena ulah sendiri. Jadi harus
dibuat seperti itu untuk ia merubah caranya, kami orangtua merasa bahwa
ini bukanlah kekerasan melainkan ini merupakan sebuah cara didik yang

2
Marta Ra Winyo, Petani, Wawancara, Bukambero 18 September 2022.

37
tepat untuk mengajarkan rasa bertanggung jawab dan juga untuk tidak
membuang waktu percuma. Berbicara tentang dampak dari cara didik kami
orangtua selama ini kami merasa tidak ada dampak yang dirasakan oleh
anak kami, karena cara didik kami ini tidak ada yang terlalu fatal. Kecuali
kami dulu dididik dengan menggunakan kekerasan, seperti ditampar,
ditendang dan tidak diberi makan, menurut kami, cara didik dulu dengan
sekarang sangat berbeda jauh.”3

c. Bapak Dominggus Baha Biri (54 tahun)

“Puji Tuhan, kami orangtua merasa bahwa anak adalah anugrah


yang belum tentu semua orang bisa miliki, maka dari itu kami mendidik anak
tidak dengan memukul sampai babak belur melainkan cara didik kami ialah
dimulai dengan, mengerjakan pekerjaan rumah, rajin pergi sekolah dan
kerja kebun. Ini merupakan pola didik yang diajarkan oleh orangtua kami
dan cara didik itu sangat bermanfaat bagi kami saat ini, manfaatnya karena
uang tidak selamanya ada untuk itulah pola didik itu kembali kami ajarkan
kepada anak kami. Kami tidak pernah berkonsultasi dengan cara didik ke
siapapun, karena kami sudah paham cara didik anak seperti apa, Jika anak
memiliki kesalahan atau tidak mendengar akan nasihat orangtua, maka kami
orangtua hanya sebatas membentak, ditatap, pukul kaki dengan lidih.
Menurut kami orangtua hal ini bukanlah kekerasan melainkan ini adalah
salah satu cara untuk bisa membentuk anak menjadi pribadi yang baik.
Tidak ada dampak yang dirasakan oleh anak, karena kami orangtua tidak
memukul seperti orang lain yang sampai menyiksa. Jika mau diliihat,
orangtua kami dulu mendidik dengan cara kekerasan, seperti ikat kami di
bawah pohon dan pukul pake tali kuda, jika orangtua dulu mendidik kami
dengan cara kekerasan, maka saat ini kami harus berbeda dan tidak mau
menerapkan pola didik itu kepada anak-anak kami.”4
d. Bapak lukas Radu Kaleka (70 tahun)

“Menurut kami anak adalah berkat Tuhan, akan tetapi saya tidak
terlalu cape lagi mendidik, karena kami sudah percayakan di saudaranya
yang lebih tua dan lebih pintar dalam mendidik. Cara didik yang kakak nya
ajarkan ialah, rajin pergi sekolah, timbah air, kerja kebun dan harus
mengghargai orang yang lebih. Sejauh tidak pernah konsultasi cara didik
karena ia sudah mengalami cara didik yang dari kami yang membuat dia
sukses jadi pastinya dia juga sudah terapkan itu pada adiknya, dalam kami
orangtua mendidik maupun kakak nya tidak ada kekerasan karena itu
adalah bentuk kami peduli dan mendidik remaja dengan kasih sayang, jika
tidak mendengar nasihat orang yang mendidik sudah seharusnya ia dipukul
pada bagian kepala, ditendang dan dihukum untuk tidak makan dan tidak
pergi bermain. Dampak dari cara didik kepalanya sampai benggkak.
Sebagai saudara jika ia mengalami sakit maka pasti akan diurus untuk

3
Oudi Nuryati Tloim, Guru Paud, Wawancara, Bukambero 22 September 2022.
4
Dominggus Baha Biri, petani, Wawancara, Bukambero 23 September 2022

38
belikan obat. Cara didik yang sekarang dengan dulu sangat berbeda jauh,
kami dulu jika memiliki kesalahan atau tidak rajin menyelesaikan
pekerjaan maka kepala yang jadi sasaran, ditoki, di cekik bahkan sampai di
tendang. Akan tetapi sekalipun kami terapkan cara didik itu, bukan berarti
kami tidak peduli melainkan itu bentuk kepedulian kami untuk dia sukses
seperti kakak nya sudah sukses.”5
e. Ibu Elizabet Pati Bebe (46 tahun)

“Anak itu berkat dari Tuhan, sebagai berkat Tuhan maka anak perlu
diperhatikan dengan cara mendidik dengan baik, cara didik itu dimulai
dengan, harus rajin pergi sekolah, belajar mandiri dalam mencari uang,
pergi gereja dan rajin kerja kebun. Cara didik ini tidak pernah konsultasi
dengan orang lain, melainkan ini kesepakatan kami sebagai kepala rumah
tangga dan wakil rumah tangga, agar mendidik dengan cara seperti itu,
karena kami tidak memiliki dasar pemahaman tentang cara mendidik anak
yang tepat akhirnya kami menggunakan cara yang menurut kami juga baik,
kami tidak pernah pukul, jadi kami sama sekali tidak mendidik menggunakan
kekerasan, melainkan kami orangtua hanya maki dan usir dari rumah jika ia
memiliki kesalaham dan jika setiap saat minta uang untuk foto copy, uang
komite, sedangkan dia tau kalau orangtua tidak punya pekerjaan dan tidak
dapat uang, hanya kerja kebun setiap hari dan harap bantuan PKH itupun
langsung pake bayar utang di kios, kami orangtua tau itu tanggung jawab
kami tapi kami ambil dimana, ketika meluapkan emosi sebagai orangtua
juga merasa legah untuk itulah anak harus didik dengan cara ajarkan
dengan cara mandiri dalam hal ini mencari uang sendiri agar mereka
paham bahwa hidup ini tidak mudah dan untuk mendapatkan uang juga
tidak mudah. Sejauh ini dia tidak pernah omong apa-apa jadi kami orangtua
merasa bahwa dia ada baik-baik saja. Cara didik orangtua dulu dan
sekarang sangat berbeda, jika kami dulu dididik betul-betul untuk belajar
mandiri, salah satu didikan yang saya ingat ketika saya masih remaja, saya
diberi tanah untuk mengelola agar menghasilkan makanan, akhirnya sampai
saat ini pelajaran itu saya ingat dan terapkan pada anak saya, agar belajar
mandiri dalam hal cari uang dan dalam membersihkan kebun.”6
f. Ibu Damiana Dapa Sebe (37 tahun)

“Anak itu adalah berkat yang Tuhan titipkan dalam kehidupan rumah
tangga, sebagai berkat Tuhan sudah seharusnya dididik, menjaga dan
mengarahkan, dididikan dalam hal ini, rajin pergi sekolah, rajin gembala
hewan dan rajin belajar. Karena kami bahan cibiran orang-orang, jadi kami
tidak pernah berkonsultasi dengan siapapun tentang cara mendidik anak.
Sebagai orangtua yang mau lihat anaknya sukses berarti harus didik dengan
cara yang baik. Sebagai anak sudah seharusnya bisa mendengar nasihat
atau arahan orangtua, jika tidak mendengar nasihat orangtua berarti anak

5
Lukas Radu Kaleka, Petani, Wawancara, Bukambero 20 September 2022.
6
Elizabet Pati Bebe, Petani, Wawancara, Bukambero 20 September 2022.

39
tambah melukai hati orangtua. Sejauh ini tidak ada dampak yang buruk yang
anak rasakan. Masih lebih baik anak-anak saat ini, sekalipun mereka dicaci
maki, tapi tidak merasakan seperti yang kami rasakan pada masa itu di
mana kami dipukul dengan kayu besar, jika memiliki kesalahan atau lelet
dalam melakukan pekerjaan maka sudah pasti kami dihukum untuk tidak
diberi makanan.”7
g. Bapak Daniel Dara Holo (36 tahun)

“Kami bersyukur punya anak, karena anak adalah berkat Tuhan.


Bersyukur karena saat ini kami tidak diperhamba lagi oleh orang lain. Cara
didik yang diajarkan, harus rajin pergi sekolah, rajin kerja kebun dan harus
dengar nasihat orangtua. Kami tidak pernah berkonsultasi dengan siapapun
mengenai cara didik, alasannya, karena kami sudah paham cara didik yang
baik dan benar kepada anak jika mereka tidak pergi sekolah atau tidak pergi
kebun kami orangtua benar-benar pukul bahkan sampai darah, semua ini
karena ulah yang diperbuat sendiri jadi wajib ditanggung, kami orangtua
tidak senang jika melihat anak membuang waktu percuma dan tidak jika
nanti diperhamba oleh orang lain karena tidak berpendidikan. Cara didik itu
bukan kekerasan melainkan cara itulah yang kami gunakan untuk mendidik
anak. Alasan utama kami mendidik seperti itu agar kedepannya mereka tidak
lagi mengalami seperti yang kami alami. Kami dulu bukan didik oleh
orangtua melainkan didik oleh saudara dari orangtua yang memiliki banyak
uang, tapi mendidik kami bukan untuk pintar melainkan mendidik kami
dengan cara kerja kebun, jika kami kami kabur atau tidak kerja kebun, maka
kami dipukul dan membuat perjanjian jika kedepannya ada istri, maka kami
belis sendiri.”8
h. Markus Muda Kondo (39 tahun)

“Anak adalah berkat dari Tuhan, sebagai berkat Tuhan saya


mendidik, agar rajin pergi sekolah, rajin pergi pancing, rajin jual ikan, cara
didik seperti ini tidak pernah berkonsultasi dengan orang lain melainkan,
pengalaman pribadi dari cara didik orangtua, sebagai seorang suami yang
mendidik sendiri anak pastinya tidak semua tidak dipahami cara mendidik
yang baik namun saya tetap mendidik dengan cara baik dan tidak pernah
menggunakan kekerasan. Jika anak memiliki kesalahan atau tidak
mendengar saya omong, palingan saya menghukum untuk tidak memberi
kendaraan ketika pergi sekolah, karena sudah cape dengan ulah nya yang
melawan dan buang-buang waktu untuk pergi bermain, akhirnya saya coba
pukul mereka dengan cara toki dengan pukul pake lidih, sebagai orangtua
setelah memukul pasti menyesal tapi dampak dari cara didik itu tidak ada
karena tidak ada luka pada bagian tubuh. Bersyukur dengan cara didik yang
seperti ini, jika kami dulu, tidak pergi pancing berarti tidak dibelikan pakian
dan tidak makan”9
7
Damiana Dapa Sebe, Petani, Wawancara, Bukambero 19 September 2022.
8
Daniel Dara Holo, Petani, Wawancara, Bukambero 17 September 2022.
9
Markus Muda Kondo, Petani, Wawancara, Bukambero 23 September 2022.

40
i. Bapak Yohanes Mahemba (42 tahun)

“Anak adalah berkat dari Tuhan, sebagai berkat dari Tuhan, kami
orangtua mestinya mendidik dengan penuh rasa tanggung jawab, cara didik
kami orangtua dimulai dengan, rajin bantu orangtua dengan cara bantu
jualan di pasar, pergi sekolah dan bantu menyelesaikan pekerjaan rumah.
Kami orangtua tidak pernah konsultasi dengan siapapun tentang cara didik
anak, karena menurut kami semua orang punya keahlian masing-masing
dalam mendidik anak, jika anak melawan atau tidak menyelesaikan
pekerjaan rumah maka sudah seharusnya orangtua memperhatikan dengan
cara mendidik dengan kasih, seperti mencubit, membentak dan mengghukum
untuk tidak keluar rumah, menurut kami orangtua ini bukan didikan yang
menggunakan kekerasan melainkan ini adalah bentuk kasih sayang kami
orangtua, yang wajar dikatakan kekerasan itu, sampai patah kaki, patah
tangan, itu baru yang namanya kekerasa. Setelah kami pukul atau marah,
kami kembali arahkan untuk tidak dendam dengan orangtua, karena kami
juga dulu tidak dendam. Dampak dari cara didik kami sama sekali tidak ada.
Kami orangtua tidak mungkin mendidik untuk membunuh melainkan kami
sebatas mengarahkan dan mendidik dengan kasih. Kami pernah mengalami
cara didik yang menggunakan kekerasan dari orangtua kami dengan cara
dipukul sampai membekas dan bekas itu masih ada sampai saat ini.”10
j. Bapak Markus Bili Lende (50 tahun)

“Anak itu adalah berkat Tuhan, sebagai berkat Tuhan, kami


mendidik mereka untuk selalu ingat Firman Tuhan yang mengatakan
“Hormatilah Ayah dan Ibumu” saya mendidik mereka untuk terus
menghargai orang yang lebih tua, melakukan nasihat orangtua, seperti,
menyelesaikan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, jaga hewan di padang.
Kami orangtua tidak pernah berkonsultasi dengan cara didik anak karena
paham bagaimana mendidik anak dengan baik tanpa menggunakan
kekerasan, jika anak melakukan kesalahan kami orangtua hanya sebatas,
kutuk, maki dan bentak, kami seperti itu tidak berarti semua amarah itu dari
lubuk hati orangtua, melainkan itu semua cara yang orangtua gunakan
untuk anak bisa mendengar. Dampak dari cara didik kami, sejauh ini anak
kami tidak apa-apa, jadi semua sudah sama-sama menikmati apapun bentuk
didikan kami. Kami dididik bukan untuk makin pintar, melainkan makin
bodoh karena orangtua hanya berharap agar kami terus-terusan kerja kebun
dan selesaikan pekerjaan rumah, jika tidak mendengar maka kami akan
dipukul bagian kepala dan dibentak.”11

10
Yohanis Mahemba, Petani, Wawancara, Bukambero 17 September 2022.
11
Markus Bili Lede, Petani, Wawancara, Bukambero 22 September 2022.

41
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para orangtua di GKS

Jemaat Bukambero, bahwa orangtua sering mendidik dengan cara menggunakan

kekerasan dengan tujuan untuk mendidik dan mendisiplinkan remaja menjadi

orang yang baik dan sukses. Orangtua berpendapat bahwa cara didik yang

digunakan dalam mendidik remaja masih berdasarkan pengalaman masa lalu

dan pengamatan. Alasan mengapa orangtua mendidik menggunakan kekerasan,

karena menurut pemahaman orangtua bahwa menggunakan kekerasan tidak

menjadi persoalan asalkan orangtua tidak membunuh dan tidak membiarkan

remaja terlantar. Oangtua mendidik menggunakan kekerasan salah satu bentuk

bahwa orangtua peduli dan mengasihi remaja. Ada beberasapa alasan mengapa

orangtua mendidik remaja menggunakan kekerasan. Pertama, karena remaja

tidak membantu orangtua dalam menyelesaikan pekerjaan. Kedua, remaja

memiliki prestasi yang kurang baik di sekolah dan juga karena bolos, Yang

ketiga, remaja lebih sering membuang waktu untuk bermain dengan teman-

teman dari pada belajar dan membantu orangtua. Dengan sikap dan perilaku

remaja yang demikian membuat orangtua marah dan memberikan hukuman

dengan memukul, mengancam, membentak, mengucapkan kata-kata kotor dan

mengusir dari rumah.

b. Hasil wawancara dengan remaja

a. Glen Andika Dera (13 tahun)

“Orangtua mendidik saya rajin kerja kebun, pergi sekolah agar


dapat nilai yang memuaskan dan rajin bantu kakak masak. Tapi kadang
saya malas kerja karena cape pulang dari sekolah dan saya nonton tv,
akhirnya saya kena cakar di bagian muka, dibentak dan kena pukul di

42
bagian kaki, kalau saya tidak kerja atau ada nonton tv. Tapi saya sedih
saat selesai dipukul setelah lewat beberapa hari saya sudah lupa kalau
orangtua pernah pukul saya dan cakar saya tapi kalau tiba-tiba ingat saya
malu dengan teman-teman saya di sekolah mereka cerita kalau mereka
tidak kena pukul, tidak kena cakar, karena saya cerita kalau saya kena
pukul di rumah mereka pun buat seperti itu dengan saya di sekolah sampai
mereka tolak saya sampai tergelincir di lantai dan mereka juga kadang
tidak suka kalau saya diam terus di sekolah. Saya sakit hati di sekolah
akhirnya di rumah saya kurang semangat, tapi orangtua saya tidak pernah
tanya kenapa saya tidak semangat dan tidak sepenuhnya kerja, karena saya
tidak semangat kerja akhirnya merekapun pukul saya lagi karena cara saya
yang berubah-ubah baik di sekolah dan di rumah.”12

b. Marvel Evendi Mone (13 tahun)

“Orangtua mendidik tidak pernah berubah dari anak pertama


sampai dengan saya saat ini, cara didik itu seperti orangtua selalu suruh
saya bangun pagi buka kios, masak nasi, pilih jambu dan juga
pamaning/tenun. Jika saya tidak lakukan maka saya akan kena pukul, maki,
dibilang anak tidak baik dan juga dikutuk, menurut saya cara didik seperti
ini salah karena hanya perhatikan pekerjaan saya kerjakan tapi pergi
sekolah tidak diperhatikan, maka itu saya mau sekali kalau orangtua saya
mendidik saya dengan pake omong saja, sekalipun mungkin saya kadang
melawan karena saya masih mengantuk untuk bangun pagi, pusing kalau
pilih jambu dan juga cape duduk terus kalau pamaning atau tenun. Kalau
saya melawan orangtua tidak tanya kenapa saya melawan melainkan
tambah pukul, kutuk saya dan juga bilang disaya kalau mau
dikatoko/dipotong. Saya diperhatikan untuk terus kerja saja tapi tidak
terlalu diperhatikan untuk pergi ibadah di gereja dan juga sam pakian juga
tidak diperhatikan seperti sam teman-teman. Walaupun saya sakit hati,
saya nikmati saja, karena saya ingat sam kakak juga dulu rasa seperti yang
saya rasa tapi mereka tetap besar walaupun mereka juga sakit hati.”13

c. Catliyanti Mahemba (14 tahun)

“Di rumah saya hidup dengan bapak dan mama tiri sedangkan
kakak saya sudah di bali ikut mama pergi kerja. Cara didiknya bapak
dengan mama di rumah harus rajin pergi sekolah, pergi gereja, kalau di
rumah rajin cuci piring, tapi kalau sam bapak ada pekerjaan saya di rumah
hanya cuci piring tapi kalau sam bapak tidak ada maka sam mama tiri
akan suruh untuk masak nasi anjing, cuci pakian tapi kalau saya tidak
dengar sam mama akan selalu pukul saya sampai gosok sikat gigi dimuka

12
Glen Andika Dera, Pendidik, Wawancara, Bukambero 23 September 2022.
13
Marvel Evendi Mone, Pendidik. Wawancara, Bukambero 18 September 2022.

43
dan maki saya. Terkadang saya mau lapor di papa tapi takut dorang
bakalai lagi akhirnya saya diam saja, menangis sendiri, kadang saya pikir
sudah mungkin karena dia sam mama tiri akhirnya pukul saya sampai
begitu. Saya sabar saja nanti kalau sam mama dengan sam kakak pulang
saya lapor semua yang dia perbuat.”14

d. Rizky Alvandro Ndoda (17 tahun)

“Bapak mama percayakan kakak saya yang lebih tua untuk


mendidik dan membantu untuk membiayai uang sekolah, cara didik
orangtua tidak jauh berbeda dengan cara didiknya kakak untuk itu cara
didik yang diajarkan ialah, harus rajin pergi kebun, pergi sekolah dan rajin
timbah air. Saya kadang tidak dengar dan juga kalau saya cape saya
melawan akhirnya saya kena pukul, kena maki bahkan di kebun saya
sampai pingsan karena dipukul bagian kepala dan sampai sekarang masih
benggkak, ketika terlalu lama dibawah panas matahari maka saya akan
pusing. Tapi orangtua saya tetap mengatakan bahwa lebih bagus kalau
kom kakak yang didik dari pada kami dulu lebih parah, jika saya yang
didik maka akan lebih dari itu, bisa-bisa ko langsung mati. Perkataan itu
yang saya ingat terus akhirnya sekarang ketika disuruh kerja kebun saya
pergi tidak lama saya pulang, saya harus pitimba air dan juga saya jarang
pergi bermain. Dulu kalau disuruh saya masih melawan sekali sekarang
kalau disuruh palingan melawan sedikit tapi saya tetap kerjakan karena
takut kena marah. Terkadang pulang sekolah saya tidak terus di rumah tapi
saya ajak sam teman singgah di orang punya kebun untuk petik kelapa,
menghindari pekerjaan di siang hari dan juga karena sampai rumah belum
tentu ada makan atau tidak. Salah satu cara sam sakit hati hilang ketika
saya sama-sama terus dengan teman sekolah.”15

e. Juventri Arini Mete (14 tahun)

“Di rumah saya hanya hidup dengan mama dan adik, cara didiknya
mama harus jaga adik, masak nasi, cuci pakian dan juga tidak boleh pergi
bermain. Tapi karena saya sering melawan dengan mama akhirnya saya
kena cubit dari mama kadang juga mama cubit saya karena emosi dengan
orang di luar rumah, saya sakit hati kalau mama begitu sama saya tapi
kadang saya nikmati saja karena nanti pasti lupa saya bilang. Tapi di
sekolah saya sering dibilang sombong karena saya diam saja di sekolah,
terus saya kena marah terus dari guru karena banyak alpa akhirnya
sampai rumah saya diam saja, mau kasih tau mama, mama sibuk terus dan
saya malas kerja karena saya diam terus akhirnya kena cubit lagi dari
mama, tapi mama sendiri tidak tanya kenapa saya diam. Saya juga mau

14
Catliyanti Mahemba, Pendidik, Wawancara, Bukambero 17 September 2022
15
Rizky Alvandro Ndoda, Pendidik, Wawancara, Bukambero 20 September 2022.

44
kaya sam teman-teman mereka bermain terus, sedangkan saya harus jaga
sam adik dan harus masak sedangkan mama keluar terus baru bilang
mama pi cari uang. itu juga alasan kenapa saya diam saja kalau sampe
rumah karena mau cerita sam sakit hati di sekolah mama selalu sibuk dan
saya juga selalu banyak pekerjaan akhirnya saya omong dalam hati biar
sudah mau bagaimana lagi, sebenarnya mau sekali kalau mama itu di
rumah saja, lagian juga bapak sudah cari uang di bali”16

f. Rikzon Putra Wabo (14 tahun)

“Orangtua mendidik saya dengan cara, rajin ambil kayu mati, rajin
pergi gereja, jadi anak yang sopan, tidak boleh malu cari uang, seperti pi
kerja di rumahnya om untuk dapat uang. Orangtua nya saya banyak utang
jadi kalau ada yang datang tagih utang sudah pasti semua pekerjaan yang
saya kerjakan salah dan saya pasti kena pukul di bagian kaki, kepala,
cubit, kena maki dan kena usir dari rumah, setelah saya dipukul, dimaki,
saya memang benar-benar keluar dari rumah selama beberapa hari. Tapi
tetap pulang kalau sudah lewat empat lima hari di rumah keluarga,
walaupun saya pulang rumah dengan masih sakit hati, tapi karena rindu
suasana rumah dengan rindu teman-teman akhirnya paksakan diri pulang,
mulai kembali kerjakan aktifitas yang sudah ditugaskan, jika saya melapor
di om atau oma saya pun akan kena pukul justru itu setiap kalih saya tiba
di rumah keluarga saya tidak mengadu tapi mereka sudah tetap tau itu
karena tidak ada alasan lain lagi jika bukan diusir dan kena pukul. Semua
tidak ada yang salah, bukan saja karena utang tetapi juga saya kena pukul
dan marah ketika saya minta uang sekolah dengan uang komite. Saya mau
sekali kalau orangtua tidak ada uang itu omong baik-baik bukan usir saya
untuk keluar dari rumah dan suruh saya pergi kerja di rumah nya om biar
dapat uang, padahal saya masih kecil, saya juga mau kaya sam teman-
teman yang walaupun ada banyak pekerjaan di rumah tapi dorang tidak
marah anak kalau ada minta uang.”17

g. Defensies Dinarto Holo (14 tahun)

“Didikan yang orangtua saya ajarkan ialah, harus rajin pergi


kebun bantu orangtua, baik pagi sebelum pergi sekolah maupun pas pulang
sekolah, rajin timbah air dan kasih makan anjing, ayam. alasan yang
orangtua sampaikan ialah agar kelak tidak pergi baminta diorang lain,
pulang dari kebun kasih makan babi, saya sering melawan kadang saya
ergi bermain ketika pulang sekolah dan kadang pulang sekolah sore baru
saya sampai rumah karena masih singgah bermain diteman. Tapi ketika
saya seperti itu ketika bapak dengan mama pulang dari kebun saya tetap

16
Juventri Arini Mete, Pendidik, Wawancara, Bukambero 22 September 2022.
17
Rikzon Putra Wabo, Pendidik, Wawancara, Bukambero 20 September 2022.

45
kenal pukul dari bapak dengan mama, bapak pukul dengan kayu di bagian
kaki sampai darah dan mama pasti cubit di bagian paha, selesai pukul
harus tetap kerja untuk makan malam sambil kerja bapak selalu nasihat,
tujuan dipukul dan orangtua omong supaya nanti tidak jadi hamba seperti
kami dulu yang selalu diperhamba oleh kamu punya opa oma. Kadang saya
dengar ketika mereka nasihat tapi kadang tidak karena masalah terus yang
dibahas setiap setelah saya kena pukul, saya biasa lihat orangtua lain
setiap setelah pukul anak pasti minta maaf tapi ini tidak, saya sebenarnya
tidak melawan tapi setiap hari ini saya tidak pergi bermain diteman,
akhirnya saya kadang melawan kadang rajin dan dapat nasihat dengan
kena pukul juga kadang-kadang. Alasannya tidak ada lain pastinya karena
tidak pergi kebun dan tidak masak pas pulang dari kebun.”18

h. Melkianus Ole Awa (14 tahun)

“Orangtua didik saya untuk rajin pergi ibadah, rajin belajar. Pergi
sekolah, pergi bersihkan kebun dan jangan suka bakalai di sekolah, jika
saya tidak dengar saya dikutuk dengan maki dan dipukul bagian kaki,
kalau setelah mama kutuk saya, maki dan pukul saya pergi sudah
dibelakang rumah menangis sendiri karena sakit sam hati, karena saya
lebih suka dipukul dari pada mama kutuk dengan pukul, setelah selesai
menangis saya naik di atas rumah langsung tidur sudah bangun pagi
bategur kembali kadang saya ingat kadang tidak, saya mau orangtua itu
tidak harus pake kutuk andai saja omong yang halus pasti saya tidak
melawan, karena takut kata orang akhirnya saya menangis di belakang
saja dan tidak pernah ceritakan di orang lain karena tidak setiap hari juga
kena marah dan kena kutuk hanya pas saya melawan dan tidak dengan
ketika orangtua panggil baru saya kena pukul dan dikutuk.”19

i. Nofrianto Alvin Ghadi (14 tahun)

“Saya dididik dengan cara rajin gembala kerbau, ambil kayu mati,
cabut rumput untuk makanan hewan, pergi sekolah, pergi bersihkan kebun
dan tidak boleh di tetangga punya rumah, jika tidak dilakukan saya dipukul
bagian belakang, kena maki dan tidak dapat uang jajan, saat saya dibuat
begitu saya sakit hati bahkan bekas pukul masih sakit, saya tidak mau
kalau orangtuanya saya mendidik dengan pake cara begitu tapi saya mau
orangtua pake cara kasih tau baik-baik, bukan bentak, maki ataupun pukul
karena semakin saya dibuat begitu, saya semakin melawan dan sampai
kepikiran ketika di sekolah, saya bingung ceritakan sakit hati kesiapa,
bukan saja saya tidak kerja dipukul tapi ketika saya pergi main bola dan

18
Defensies Dinarto Holo, Pendidik, Wawancara, Bukambero 17 September 2022.
19
Melkianus Ole Awa, Pendidik, Wawancara, Bukambero 22 September 2022.

46
pergi di tetangga juga di pukul, alasannya takut nanti dihina,padahal itu
orang tidak omong apa-apa. “20

j. Fridolin Kondo (16 tahun)

“Ketika mama masih hidup dulu, bapak dengan mama selalu cerita
sama-sama sambil kasih nasihat sama saya dengan sam kakak, tapi setelah
mama meninggal semua sudah berubah, papa didik dengan cara rajin
pergi sekolah, rajin pergi pancing dan rajin jual ikan, setelah omong begitu
papa tidak temani lagi saya di rumah kadang titip saya dengan kakak
disaudara atau kadang sepanjang hari hanya pancing ikan dengan jual
ikan saja. Didikan yang bapak ajarkan baik tapi tidak baiknya bapak tidak
kasih saya waktu pergi bermain. Coba bapak hanya suruh pergi sekolah
dan jual ikan saja pasti saya dengar dan tidak melawan-melawan. Setelah
mama tidak ada, harus rajin pergi sekolah, pulang sekolah harus pergi
pancing setelah itu lanjut bantu bapak jual hasil pancing, bapak selalu
bilang ini bukan untuk bapak nanti tapi untuk kamu sekolah untuk kita
makan sama-sama, kadang juga saya tidak pergi bantu bapak karena saya
juga mau bermain akhirnya bapak pukul di bagian kepala, cubit telinga,
kalau pas bapak pukul saya langsung ingat mama, karena saya berubah-
ubah akhirnya bapak belikan saya motor, lewat beberapa bulan bapak
langsung ambil istri baru, yang saya belum kenal dengan sam kakak, saya
sakit hati sekali karena bapak ambil istri tidak kasih tau, akhirnya saya
lebih senang dengan teman-teman keluar jalan- dengan motor terus gas
motor di jalan sekalipun pas pulang saya tidak rasa damai karena mama
yang dulu dengan sekang berbeda, saya mau sekali bapak itu omong
dengan saya seperti pas ada mama dulu, tapi bapak tidak pernah begitu,
dia tuntut saya harus tenang di rumah tapi di dalam rumah saya tidak
nyaman dan damai karena bingung cerita kepada siapa akhirnya saya ikut-
ikutan sudah gas motor biar jangan kepikiran.21

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 responden, dalam hal ini

remaja di GKS Jemaat Bukambero, mengakui bahwa tidak semua tugas dan

tanggung jawab yang dimandatkan oleh orangtua dikerjakan secara maksimal,

karena remaja merasa bosan dengan pekerjaan yang sama, kelelahan, malas dan

lebih tertarik untuk bermain di luar rumah. Namun, ketika remaja tidak taat pada

20
Nofrianto Alvin Ghadi, Pendidik, Wawancara, Bukambero 19 September 2022.
21
Fridolin Kondo, Pendidik, Wawancara, Bukambero 23 September 2022.

47
orangtua dan tidak memiliki prestasi yang baik, maka orangtua tidak segan

dalam menghukum remaja dengan menggunakan kekerasan seperti dipukul,

dicubit, diancam dan diusir dari rumah. Akibat dari didikan orangtua yang

menggunakan kekerasan ada beberapa dampak yang dialami oleh remaja baik itu

psikis maupun fisik, diantaranya ialah, kondisi fisik remaja memar, terdapat

goresan dibagian-bagian tertentu, seperti di kepala, wajah, lengan, paha dan

betis. Bukan pada bagian fisik saja melainkan psikis remaja juga tergangu karena

orangtua, menggertak, mengancam, mengutuki dan memelototi sehingga

mengakibatkan remaja sulit tidur, tidak percaya diri, melamun, sering

menyendiri dan merasa malu dengan orang lain. Masa remaja adalah masa di

mana adanya perubahan yang berkesinambungan dan remaja baru meninggalkan

masa kanak-kanak yang lemah dengan penuh ketergantungan. Oleh karena itu

remaja belum mampu menanggung semua beban dan belum mampu bertanggung

jawab atas dirinya sendiri.

B. Analisis Data

1. Faktor-faktor penyebab orangtua mendidik remaja dengan menggunakan

kekerasan

a. Pemahaman Orangtua Bahwa Di Ujung Rotan Ada Kasih

Diujung rotan ada kasih merupakan pepatah yang sangat populer

di Jemaat Bukambero. Alasan inilah yang sering digunakan oleh banyak

orangtua untuk membenarkan tindakan dalam mendisiplinkan remaja

menggunakan kekerasan. Kekerasan yang sering digunakan ialah

48
memukul dengan kayu, mencaci maki, mengancam, memelototi,

mencubit dan mengusir dari rumah. Hal ini dilatar belakangi karena

kurangnya pemahaman orangtua dalam mendidik, mengarahkan serta

mendisiplinkan remaja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber remaja

mendapatkan hukuman karena perbuatan yang tidak sesuai harapan

orangtua. Orangtua mengatakan bahwa, mendisiplinkan remaja di masa

sekarang harus dengan kekerasan, bukan karena orangtua membenci

remaja melainkan karena orangtua mengasihi. Pola didik orangtua

kepada remaja tidak harus menggunakan kekerasan untuk menjadi orang

sukses, karena menurut Brooks, "pengasuhan anak tidak dapat terjadi

apabila hanya dilakukan satu arah saja. Pengasuhan haruslah

dilakukan secara dua arah, di mana ada interaksi dan komunikasi yang

baik dan benar antara orangtua dan anak." 22 Artinya bahwa ketika

orangtua mau menunjukkan rasa sayangnya kepada remaja atau

menginginkan remaja taat dan disiplin, seharusnya orangtua tidak

terpaku dengan pola didikan yang sama, melainkan orangtua bisa

mendidik dengan cara mengarahkan, membimbing, mendengarkan setiap

keluh kesah remaja, menghargai pedapatnya, membangun komunikasi

yang efektif dan menghargai keberadaannya. Dengan demikian bentuk

kasih sayang orangtua tidak harus dengan kekerasan sekalipun remaja

akan patuh pada orangtua.

22
Jane Brooks. The Process of Parenting (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 10.

49
b. Pola Didikan Yang Menggunakan Kekerasan Menjadikan Remaja Patuh

Pada Orangtua

Pola didikan yang menggunakan kekerasan merupakan salah satu

cara yang digunakan oleh orangtua dalam mendidik dan mendisiplinkan

remaja dengan menggunakan kekerasan. Pola didikan ini sebagai salah

satu cara untuk membuat remaja patuh, taat dan disiplin. Jika remaja

tidak patuh dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, seperti,

membuang waktu dengan bermain bersama teman-teman, tidak

menyelesaikan pekerjaan dan bolos sekolah, maka remaja akan

mendapatkan hukuman dari orangtua, seperti dicubit, dibentak,

memelototi, mengancam dan membatasi ruang geraknya untuk bermain

bersama teman-teman. Orangtua mengatakan bahwa pola didikan ini

bukan karena orangtua membenci atau tidak mengghargai keberadaan

remaja, melainkan cara inilah yang bisa membuat remaja menjadi

pribadi yang bertanggung jawab, patuh pada orangtua, rajin dan cerdas.

Orangtua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam

mendidik, membesarkan serta dalam mendisiplinkan remaja, namun

tidak berarti orangtua memaksa remaja untuk taat atau patuh pada

apapun yang diperintahkan oleh orangtua. Menurut Gunarsa "remaja

adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak-

kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu

ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya

50
maupun masyarakat." 23 Artinya remaja belum mampu bertanggung

jawab dengan semua pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.

Seharusnya orangtua perlu menyesuaikan dalam memberi tugas dan

pekerjaan, bukan sebaliknya orangtua mendidik dengan cara kekerasan

dengan alasan supaya remaja patuh, taat dan cerdas. Sikap orangtua juga

berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku remaja, jika orangtua

menjadikan kekerasan sebagai salah satu cara untuk membuat remaja

patuh secara tidak langgsung orangtua sedang membentuk remaja untuk

melawan dan tidak mendengarkan orangtua.

Patuhnya seorang remaja tidak dilihat dari pola didikan yang

menggunakan kekerasan, melainkan remaja akan patuh pada orangtua

tanpa diminta ketika orangtua mengghargai keberadaannya, tidak

mengekang, memberikan ruang untuk bermain dengan teman-temannya,

mengghargai apapun yang dikerjakannya, membangun komunikasi yang

efektif antara orangtua dan remaja. Patuhnya seorang remaja juga dilihat

dari bagaimana orangtua menjadi panutan dan mendidik dengan penuh

kasih sayang. Untuk menjalankan peran ini secara maksimal, tentunya

tidak mudah bagi orangtua untuk itulah orangtua perlu memiliki

pemahaman lebih dalam tentang pola pengasuhan yang tepat kepada

remaja, sehingga orangtua mampu memahami dan tidak salah dalam

mendidik remaja. Hal ini perlu diperhatikan oleh GKS Jemaat

Bukambero untuk mengadakan pembinaan khusus bagi orangtua

23
Yulia Singgih D. Gunarsa Dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi remaja, (Jakarta :
Penerbt Libri, 2017), 107.

51
mengenai pola asuh kepada remaja tanpa menggunakan kekerasan.

Pembinaan pada orangtua melalui sosialisasi dan pelayanan PA rumah

tangga. Gereja bisa menyampaikan kepada setiap orangtua, agar tidak

menjadikan pola asuh yang menggunakan kekerasan sebagai salah satu

cara untuk membuat remaja patuh dan taat pada orangtua.

c. Orangtua Tidak Memiliki Pengetahuan Berkaitan Dengan Pola

Pengasuhan

Minimnya pengetahuan orangtua mengenai pola asuh

mengakibatkan adanya kekerasan pada remaja. Tidak jarang orangtua

mendidik remaja menggunakan kekerasan karena berdasarkan

pengalaman masa lalu dan juga pengamatan dari lingkungan. Orangtua

menganggap bahwa hal itu adalah pola asuh yang baik dan bermanfaat

dalam proses pertumbuhan remaja. Alasan mengapa orangtua

menggunakan kekerasan dalam mendidik remaja karena pengalamaan

masa lalu yang masih berhubungan erat dengan sikap orangtua, sehingga

dalam penerapan pola asuh, orangtua cenderung untuk mengulangi pola

asuh orangtua di masa lalu yang juga mendidik menggunakan kekerasan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber di

GKS Jemaat Bukambero, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa

orangtua mendidik remaja dengan pola asuh yang tidak sesuai harapan

remaja. Pola asuh yang orangtua terapkan pada remaja hampir sebagian

berdasarkan pengalaman pribadi orangtua. Semua ini dilatarbelakangi

karena orangtua merasa nyaman dengan pola asuh yang menggunakan

52
kekerasan. Menurut penulis seharusnya orangtua belajar pola

pengasuhan lain, seperti pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis,

yang berarti orangtua dan anak memiliki kesempatan yang sama untuk

menyatakan pendapat. Penerapan pola asuh demokratis kepribadian anak

bertumbuh secara optimal sesuai dengan perkembangan usianya, anak

dilatih untuk mengembangkan kreatifitasnya. Jadi pola asuh anak di

rumah sangat menentukan perilaku, pertumbuhan dan perkembangan

anak selanjutnya. 24

2. Dampak Dari Didikan Orangtua Yang Menggunakan Kekerasan

a. Luka secara fisik

Kekerasan dalam bentuk apapun akan menimbulkan

dampak, demikian pula dalam kekerasan fisik orangtua terhadap

remaja. Dampak dari kekerasan terhadap remaja diantaranya

adalah, kondisi fisik remaja memar, terdapat goresan dibagian-

bagian tertentu, seperti di kepala, wajah, lengan, paha dan betis.

Dari beberapa dampak yang dialami oleh remaja tidak terbatas

pada bagian fisik melainkan psikis remaja juga ikut terganggu.

b. Remaja merasa ketakutan

Bentuk pola asuh orangtua yang menggunakan kekerasan

membuat remaja takut berkomunikasi dengan orangtua, karena

orangtua selalu meremehkan dan tidak menghargai pendapat

remaja. Dampak yang dirasakan oleh remaja ialah, tidak memiliki

24
Andriarto Kapu Enda, Pola Asuh Otoriter Dalam Mendidik Anak di Keluarga
(SHANAN: Jurnal Pendidikan Agama Kristen) Vol. 1 Nomor 1 Maret 2017, 114.

53
mental yang baik, takut mengutarakan pendapat, takut salah dalam

bertindak sekalipun itu dirasa benar, takut salah berkomunikasi

dengan orang lain, merasa tertekan, tidak bebas beraktivitas karena

takut salah.

c. Remaja tidak percaya diri

Dampak dari cara didik orangtua yang menggunakan

kekerasan yaitu: remaja tidak percaya diri. Terkadang remaja juga

merasa minder untuk melakukan sesuatu karena merasa tidak

diakui dalam segala hal, akhirnya tidak berani untuk bertindak dan

bahkan tidak berani untuk memulai sesuatu yang berbeda,

sekalipun remaja tahu melakukan hal tersebut. Oleh karena itu,

sangat perlu dukungan orangtua dalam membangun dan

mengembangkan talenta setiap remaja agar remaja terpolah dan

juga memiliki rasa percaya diri.

d. Emosi tidak stabil

Masa remaja merupakan masa di mana remaja dapat

berusaha untuk menemukan bagaimana jati diri yang sebenarnya,

pertumbuhan dan perkembangan remaja menjadi semakin pesat

sehingga terkadang remaja juga menjadi sangat mengerti siapa dan

mengapa remaja harus mendapatkan arahan, didikan dan juga

pelajaran baik di dalam rumah maupun di dalam lingkungan

bermasyarakat. Hal ini penulis menemukan bahwa remaja

memiliki emosi yang tidak stabil, seperti, perasaan cemas yang

54
tidak kunjung surut menyebabkan remaja mudah marah pada

akhinya tidak dapat mengontrol diri dan juga depresi karena

penumpukan rasa sedih dan tertekan dengan masalah yang dialami

sehingga membuat remaja mudah marah kepada orang lain.

Menurut Yulia Singgih D. Gunarsa dalam bukunya “Psikologi Untuk

Keluarga” mengatakan bahwa “orangtua adalah orang yang mengajarkan ilmu

hidup dan keterampilan bagi kehidupan remaja.”25 Itu berarti untuk mendidik

remaja dibutuhkan ilmu hidup yang baik dan benar. Tujuan dari adanya pola

didik yang baik dan tepat untuk orangtua adalah sebagai salah satu tugas dan

peran untuk bisa merubah pola didikan kepada remaja, agar dapat membantu

proses pertumbuhan remaja secara baik tanpa menggunakan kekerasan. Proses

mendidik berarti tahapan kegiatan yang digunakan untuk menyempurnakan

perkembangan dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan dan sikap. Tujuannya

ialah membantu remaja menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dewasa dan

mandiri dalam menjalani kehidupan baik itu di masyarakat dan dalam kehidupan

keluarga.

Orangtua sebagai ruang pembentukan pribadi remaja, proses mendidik

remaja tidak berlangsung saat masih kecil saja melainkan orangtua mendidik

sampai sudah bisa mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Itulah

sebabnya bahwa orangtua harus memiliki pemahaman dalam mendidik remaja

dengan menggunakan beberapa cara ini, menjadi pendengar yang baik ketika

remaja bercerita, bersikap lembut, tunjukkan kasih sayang, tumbuhkan sikap

25
Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga (Jakarta: Libri, 2012), 90.

55
saling menghormati, ajarkan remaja rasa tanggung jawab atas dirinya dan ajarkan

untuk bertanggung jawab atas apapun yang diperbuat. Orangtua bersikap terbuka

terhadap remaja, orangtua membangun komunikasi yang efektif, menghargai

keberadaannya, menghindari kalimat mengancam, selalu memberikan dukungan

atas prestasi apapun yang diraih, mengayomi untuk menjadi pribadi yang

tangguh, kuat, tegas dan disiplin.

56

You might also like