You are on page 1of 8

Pneumonia

Ditinjau oleh dr. Fadhli Rizal Makarim

Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada
kantung-kantung udara dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi
oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak
atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas.

Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun
keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun
jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan
hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi
yang baru lahir.

Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang
mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin
atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari
mulutnya dengan menggunakan masker.

Penyebab Pneumonia
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya,
pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi
di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit.

Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:

1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum

Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda
dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan
pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati.

Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara
lain:

 Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.


 Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
 Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
 Virus.

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit


Beberapa orang dapat terkena gangguan pada paru-paru ini saat dirawat di rumah sakit karena
penyakit lain. Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang
menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik.

Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu
penyakit. Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit
perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan

Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang
dirawat di fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik
rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal. Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah
sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih
resisten terhadap antibiotik.

Baca juga: Ibu, Ini Penyebab Pneumonia pada Anak yang Jarang Disadari

Faktor Risiko Pneumonia


Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena
pneumonia, seperti:

 Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.


 Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
 Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
 Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
 Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
 Merokok.
 Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang
mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian
pengobatan kemoterapi.

Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam
dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika
dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

 Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.


 Batuk berdahak.
 Mudah lelah.
 Demam dan menggigil.
 Mual dan muntah.
 Sesak napas.
 Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
 Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya
mengalami hipotermia.
Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak
selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak
menjadi cepat.

Diagnosis Pneumonia
Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah
dialami, termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, dokter akan
mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya mengalami adanya suara
retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.

Beberapa pemeriksaan dari dokter yang umum dilakukan adalah:

 Tes darah.
 Rontgen dada.
 Oksimetri nadi.
 Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan
lain atau dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:

 Tes gas darah arteri.


 Bronkoskopi.
 CT Scan.
 Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan,
yaitu foto rontgen dada. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi
yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui
organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengobatan Pneumonia
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang
terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang harus
dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif
yang diberikan dapat berupa:

 Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas
terganggu.
 Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak
bisa keluar.

Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

 Berusia >65 tahun.


 Mengalami gangguan kesadaran.
 Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
 Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
 Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
 Suhu tubuh di bawah normal.
 Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.

Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah
memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang
mungkin bisa terjadi yaitu:

 Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan
tulang rusuk (pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
 Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
 Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang
dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat
penyalahgunaan alkohol yang parah.
 Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat
serius.

Pencegahan Pneumonia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:

 Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya
pneumonia. Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang
penyakit ini semakin kecil. Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di
bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan jenis yang berbeda. Perlu juga untuk
memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.
 Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan
ini dengan mencuci tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
 Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi
infeksi pernapasan.
 Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur,
serta mengonsumsi makanan sehat.

Kapan Harus ke Dokter?


Jika mengalami gejala di atas, segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih
cepat dilakukan.

Untuk mendapatkan pemeriksaan terkait gejala pneumonia, kamu bisa awali dengan

konsultasi dokter di Halodoc yang akan memberikan penanganan medis dengan tepat sesuai
gejala, klik gambar di bawah ini.
Referensi:

WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia.

NHS. Diakses pada 2022. Pneumonia.

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.

Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Pneumonia.

Diperbarui pada 20 Juni 2022

Menampilkan hasil untuk:

Jul 8, 2020
dr. Fadhli Rizal Makarim
Saya mau nanya, gimana cara bedain gejala pneumonia dan corona?
Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru yang menyebabkan adanya
gangguan fungsi pada paru. Gejala yang ditimbulkan oleh pneumonia biasanya
demam, batuk, dan sesak napas. Pneumonia ini dapat disebabkan oleh bakteri,
virus ataupun jamur. Virus corona merupakan salah satu virus yang dapat
menyebabkan pneumonia, sehingga pneumonia karena virus corona juga akan
menimbulkan keluhan serupa demam, batuk dan sesak napas. Pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri biasanya menyebabkan demam yang tidak terlalu
tinggi dan batuk yang menghasilkan banyak dahak. Sedangkan pneumonia karena
corona lebih sering menyebabkan demam tinggi dan batuk kering.

Jul 8, 2020
dr. Fadhli Rizal Makarim
Dok, kalo misalkan orang yang punya paru-paru basah dan suka mimisan itu bahaya
tau enggak ya?
Paru-paru basah merupakan penyakit tuberculosis atau TBC. TBC ini
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri M.tuberculosis
ini dapat bersarang di kantung udara di paru-paru, jika kantung udara ini
pecah biasanya akan menyebabkan penderita mengalami batuk darah. Sedangkan
mimisan, terjadi karena adanya robekan pembuluh darah disekitar hidung.
Robekan ini bisa terjadi di hidung bagian depan maupun bagian belakang.
Mimisan dan TBC biasanya merupakan dua penyakit yang tidak saling terkait.
Jika kamu sering mengalami mimisan, coba condongkan hidung ke depan dan
tekan hidung bagian depan dengan menggunakan kapas. Jika mimisan sering
terjadi dan mudah berhenti, maka mimisan ini cenderung tidak berbahaya,
kamu hanya perlu menjaga kelembapan hidung dan menjaga agar tangan tidak
sering mengorek hidung. Jika mimisan sulit berhenti, berarti menandakan ada
penyakit lain yang mendasari mimisan seperti darah tinggi atau gangguan
pembekuan darah, jika ini terjadi segera periksakan diri ke dokter THT.

Jul 8, 2020
dr. Fadhli Rizal Makarim
Dok saya denger-denger kalo vaksi pneumonia itu bisa dipake buat corona juga. Itu
bener atau enggak ya dok? Terima kasih
Vaksin pneumonia biasa kita kenal dengan vaksin PCV. Vaksin ini melindungi
kita dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Sehingga
vaksin ini hanya membentuk kekebalan tubuh terhadap bakteri pneumokokus.
Sedangkan sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah secara
spesifik virus corona (Sars-Cov2). Beberapa memang menyarankan untuk
mengambil vaksin PCV dan influenza, hal ini dimaksudkan agar mereka tidak
mudah terserang pneumonia karena bakteri, atau flu yang dapat memperparah
gejala penyakit COVID-19. Namun, vaksin ini tidak dapat mencegah penyakit
COVID-19 itu sendiri.

Topik Terkini

Lihat Semua
Coronavirus
Diabetes
Jantung
Stroke
Kehamilan
Kolesterol
Hipertensi
Anemia
Kanker
Reproduksi

Artikel Terkait

Ibu, Ini 5 Cara Menjaga Si Kecil dari Bahaya Pneumonia


Pneumonia
5 menit

Ini 6 Obat Alami Paru-Paru yang Dapat Melegakan Pernapasan


Pneumonia
4 menit
Hal yang Perlu Diketahui Tentang Wabah Pneumonia Misterius di Cina
Infeksi Saluran Pernapasan
3 menit

Ibu, Ini Penyebab Pneumonia pada Anak yang Jarang Disadari


Pneumonia
3 menit

Kenali Gejala Pneumonia pada Bayi dan Penanganannya


Pneumonia
3 menit

Wajib Tahu, Ini 4 Organ Sistem Pernapasan pada Manusia


Pneumonia
4 menit
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan

You might also like