Professional Documents
Culture Documents
Makalah 1
Makalah 1
Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam
rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang
mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah. Manusia sebagai
mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta‟alla dengan
suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang
lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan
suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut William F Pendidikan harus dilihat di dalam cakupan
pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang
netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan Ideologi.
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah
merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu
(terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik
menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Pengertianpendidikandalambeberapabahasa, diantaranya :
a. Dalam bahasa Yunani pendidikan adalah pedagogik, yaitu : ilmu
menuntun anak.
b. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan
dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu
dilahirkan di dunia.
c. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yakni :
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi
anak.
d. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan),
mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan
dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
e. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik dan kecerdasan pikiran.
Apabila ditarik secara garis besar dapat di artikan pendidikan ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik masyarakatnya.
B. Unsur-UnsurPendidikan
Terlepas dari berbagai macam definisi pendidikan yang diutarakan
oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Usaha
Pendidikan mengandung unsur usaha. Hal ini dibutuhkan untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah direncanakan.
2. Tujuan
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan
untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.
3. Lingkungan
Pendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya
lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan
dengan tidak teratur.
4. Kesengajaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan
sadar.
C. Hakikat Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan ialah kegiatan mendidik manusia menjadi
manusia sehingga hakikat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari
hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan
yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau
metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya. Kita sepakat bahwa
pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi
karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi
sering kali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri.
Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna
dasar dan hakikatnya.
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat
dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan
hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai
buah refleksinya.
Beberapa Asumsi Dasar yang Berkaitan dengan Hakikat Pendidikan
sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
D. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional harus sesuai dengan Tap MPRS No
XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, sehingga
dirumuskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia Pancasila
sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Dalam UU No. 2 tahun 1989 juga
ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan artian bahwa
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki budi pekerti
luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani,
memiliki pribadi yang baik, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan, kebangsaan.
Tujuan pendidikan bisa didefinisikan sebagai salah satu unsur dari
pendidikan yang berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh para peserta
didik
E. Asas-AsasPendidikan
Selain itu hakekat pendidikan juga mengarah pada asas-asas seperti :
1. Asaspendekatan manusiawi/humanistik
meliputi keseluruhan aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat
(aspek fisik–non fisik : emosi–intelektual ; kognitif–afektif
psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan
dimana anak didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial,
(mempunyai kemampuan kelebihan – kekurangannya dll), diperlukan
dengan penuh kasih sayang – hangat – kekeluargaan – terbuka –
objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana kebebasan tanpa ada
tekanan/paksaan apapun juga.
2. Asas kemerdekaan
Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan
yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun
oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
3. Asas kodrat Alam
Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan
kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang
diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara
wajar menurut kodratnya.
4. Asas kebudayaan
Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar
yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti,
namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
5. Asas kebangsaan
Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka,
perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan
keserasian dengan bangsa lain.
6. Asas kemanusiaan
Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan
kodratnya sebagai makhluk Tuhan.
F. Konsep Pendidikan
Kecenderungan pemberian informasi yang lebih dari pada pengembangan
kepribadian memberi kesan bahwa hanya bisa menampakkan kecerdasan
intelektualnya saja (IQ). Pernyataan ini memberi uraian bahwa konsepsi ini
menyebabkan peranan sekolah terpisah dari pengalaman hidup nyata sehari-
hari di samping kurang adanya perhatian terhadap semua bentuk sumber
belajar yang ada dalam masyarakat. Pemahaman tentang konsep ini begitu
dominan, sehingga pembaharuan pendidikan selalu diartikan pembaharuan isi
dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Bahkan ada kecenderungan bekal
hidup yang diberikan kepada peserta didik terlalu berat, sehingga bobot
kegiatan belajar merupakan beban yang tak tertanggungkan bagi peserta didik
maupun bagi guru, karena waktu yang disediakan terbatas.
Pengembangan konsep pendidikan selanjutnya mengarah kepada
pengertian yang lebih lengkap. Batasan pendidikan lebih mengacu kepada
pendapat para ahli yang mengartikan pendidikan sebagai usaha yang
disengaja dan sadar untuk mengembangkan kepribadian anak untuk menjadi
anggota masyarakat. pandangan tentang hakikat manusialah yang menjadi
dasar untuk membina kepribadian anak manusia dan menyiapkan mereka
menjadi anggota masyarakat.
Konsep pendidikan selanjutnya adalah konsep pendidikan yang
menyatukan semua kegiatan pendidikan, baik yang terjadi dalam sekolah,
maupun di luar sekolah (dalam keluarga dan masyarakat), secara terpadu
yang berlangsung sepanjang hayat, yang oleh UNESCO disebut pendidikan
seumur hidup terpadu life long integrated education.
Konsep pendidikan seperti terkemuka mengandung dua pengertian
esensial yaitu pendidikan berlangsung sepanjang hayat manusia dan
pendidikan merupakan kegiatan terpadu antara kegiatan pendidikan dalam
sekolah dan di luar sekolah.
Pengertian pertama menegaskan bahwa pendidikan mengembangkan
potensi-potensi dan sikap subjek didik secara maksimal tanpa mengenal batas
usia. Konsep ini tidak sependapat dengan pendidikan yang hanya
mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat atau mempersiapkan
kedewasaan saja.
Pengertian yang kedua, pendidikan seharusnya dapat mengintegrasikan
pendidikan yang bermacam-macam dalam masyarakat baik pendidikan
sekolah, pendidikan dalam masyarakat dan pendidikan di tempat kerja.
Pendidikan di luar sekolah kadang kala lebih intensif
memberikan pengetahuan dan keterampilan pada bidang tertentu namun
faktanya sekolah adalah lembaga pendidikan yang membawa anak ke dalam
posisi sosial. Keadaan seperti mi menimbulkan kehidupan sosial yang kurang
sehat, karena kadang kala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui bermacam-macam pendidikan di luar sekolah yang justru sangat
penting untuk mengembangkan ekonomi atau kehidupan manusia kurang
mendapat tempat.
A. Konsep Pendidikan
Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais=anak,
gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan
bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris,
pendidikan diterjemahkan menjadi „education‟ (Yunani, educare) yang berarti
membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar
tumbuh dan berkembang.
Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses mendidik atau
melakukan suatu kegiatan yang mengandung proses komunikasi pendidikan
antara yang mendidik dan yang dididik. Melalui masukan-masukan kepada
peserta didik yang secara sadar akan dicerna oleh jiwa, akal maupun raganya
sehingga pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap
(afektif) sesuai dengan yang dituju oleh pendidikan tersebut.
1. Behaviorisme
2. Kognitivisme.
3. Konstruktivisme.
4. Humanistik
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk ,memanusiakan
manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si
pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan
kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
C. Konsep Pembelajaran
1. Learn to know
2. Learn to do
3. Learn to be
Pilar learn to be merupakan pembekalan untuk menyempurnakan dua pilar
sebelumnya, yaitu bahwa setelah peserta didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan, langkah selanjutnya tentunya dengan berbekal ilmu
penegtahuan dan teknologi, maka si pemilik ilmu pengetahuan dan teknologi
itu harus dapat mendayagunakannya untuk tercapainya kemanfaatan.
Pilar lear to live together merupakan upaya memadukan ketiga pilar yang
terdahulu dan terimplementasikan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di
pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan
nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk.
Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan
yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan
baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti
dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak
adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di
tangan manusia”. Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau
mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan
berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak
mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan
orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini
juga di sebut negativisme.
Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita
dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu
karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita
kembangkan.
A. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari diri manusia untuk
melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi timbul dan
berkembang melalui dua faktor, yaitu faktor dari diri sendiri (intrinsik) dan
faktor lingkungan (ekstrinsik).
Banyak para ahli yang mendefinisikan motivasi dengan cara berbeda,
namun tujuannya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa
motivasi itu merupakan :
- Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy).
- Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan
(preparatory set) dalam diri individu (organism) untuk bergerak (to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tidak disadari.
B. Jenis-Jenis Motivasi
1. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-
motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi
biologis, atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk berjasmani,
sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan
jasmaninya. Di antara insting yang penting adalah memelihara,
mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri,
rasa ingin tahu, membangun, dan kawin. (Koeswara, 1989: Jalaludin
Rachmat.1991)
Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan,
sasaran, objek dan sumber.
a. Tekanan. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu
untuk bertingkah laku, semakin besar energi dalam insting, maka
tekanan terhadap individu semakin besar.
b. Sasaran. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan,
kepuasan tercapai apabila tekanan enargi pada insting berkurang.
c. Objek. Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting, hal-
hal yang memuaskan insting tersebut dapat berasal dari luar
individu atau dari dalam individu.
d. Sumber. Sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu.
Insting manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu insting
kehidupan (life instinct) dan insting kematian (death instinct).
Insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan
memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut
berupa makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan.
Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak,
menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri.
2. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Perilaku
manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti :
a. Komponen afektif, komponen afektif adalah aspek emosional.
Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi.
b. Komponen kognitif, komponen kognitif adalah aspek intelektual
yang terkait dengan pengetahuan.
c. Komponen konatif, komponen konatif adalah tekait dengan
kemauan dan kebiasaan bertindak.
Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya
sikap. Sikap adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap :
a. merupakan kecenderungan berfikir, mersa, kemudian bertindak,
b. memiliki daya dorong bertindak,
c. relatif bersifat tetap,
d. berkecenderungan melakukan penilaian, dan
e. dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.
Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan
adanya sejenis kegoncangan seseorang. Emosi memiliki fungsi sebagai
:
a. pembangkit energi,
b. pemberi informasi pada orang lain,
c. pembawa pesan dalam berhubungan dengan orang lain,
d. sumber informasi tentang diri seseorang.
Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan.
Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung otomatis.
Kemauan seseorang timbul karena adanya :
a. keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan,
b. pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan,
c. energi dan kecerdasan,
d. pengeluaran enrgi yang tepat untuk mencapai tujuan.
1. Motif darurat
Yang dapat digolongkan dalam motif darurat adalah sebagai berikut :
a. Motifuntuk melepaskan diri dari bahaya. Salah satu hal yang
dapat mengancam keselamatan individu adalah keadaan bahaya.
Sebagai contoh, anak kecil belum mengetahui bahwa berbahaya.
Namun berkat belajar (dari orang lain atau pengalaman sendiri) dia
mengetahui bahwa ular itu berbahaya, maka tiap kali berjumpa dengan
ular, dia merasa takut dan berusaha untuk menghindarinya.
b. Motif untuk melawan, Motif melawan timbul bila individu
merasa diri dihambat oleh hal atau orang alin, bila kebutuhan yang
dirasakan saat itu dihalangi. Sebagai contoh, bila ada seorang anak
bermain lalu mainannya itu direbut oleh kakaknya, maka anak itu akan
akan menangis atau melawan kakak yang dianggap menghambat
permainannya. Cara untuk melawan ini akan berkembang sesuai
dengan pengalaman anak.
c. Motif untuk mengatasi rintangan. Bila seseorang dapat menjalan
kan suatu pekerjaan dan tiba-tiba mendapatkan rintangan, maka akan
timbul beberapa kemungkinan reaksi. Pada umumnya reaksi orang
yang mendapatkan rintangan adalah lebih dahulu berusaha keras agar
rintangan dapat diatasi/dikalahkan.
d. Motif mengejar. Motif mengejar ini timbul bila ada rangsangan
yang bersifat mangsa. Contohnya seseorang anak kecil melihat sebuah
bola menggelinding di sampingnya, dia serta merta akan segera
berusaha menangkapnya , dia tidak berfikir bahwa ada kemungkinan
bola itu akan diambil orang lain atau mungkin akan menggelinding
jauh.
2. Motif Objektif
Sebagaimana telah disinggung di muka, motif objektif
adalah motif untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan tanpa
terbatas pda keadaan darurat. Yang dapat digolongkan kedalam motif
objektif ini adalah motif eksplorasi dan motif manipulasi.
a. Motif eksplorasi : motif eksplorasi adalah motif untuk
memeriksa dan menyelidiki. Baik manusia maupun binatang, bila
melihat sesuatu yang baru atau aneh segera akan menyelidikinya
mungkin dengan mata yang memandang dan meng amat-amati dengan
teliti, atau dengan menciumnya, meraba-raba dan lain-lain.
b. Motif manipulasi : sebenarnya motif manipulasi dapat pula
dimasukkan kedalam motif eksplorasi, karena kegiatan manipulasi
sering kali juga bertujuan bereksplorasi. Manipulasi sendiri artinya
berbuat atau mengerjakan sesuatu terhadap sesuatu objek, terutama
berbuat atau mengaerjakan dengan tangan. Motif manipulasi dapat
dilihat misalnya pada aktu seekor kucing sedang asik
bermain/mempermainkan bola, atau seorang anak kecil yang sedang
sibuk dengan alat permainannya .
C. Sumber-Sumber Motivasi
Motivasi dapat berasal dari dalam (Intrinsik) dan dari luar diri
seseorang (Eksrinsik). Dalam bidang pendidikan, seorang guru perlu
mengetahui apakah anak didiknya cenderung memiliki motivasi yang
timbul dari dalam ataupun dari luar diri mereka. Hal ini sangat diperlukan
supaya guru dapat bertindak dengan sewajarnya dalam memberikan
rangsangan kepada anak didiknya untuk selalu berusaha mengembangkan
motivasi yang dimilikinya.
1. Motivasi Intrinsik / drive.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah tindakan yang
digerakkan oleh suatu sebab yang datang di dalam individu atau motiv-
motiv yang menjadi aktif atau sangsinya tidak perlu dirangsang dari luar
karena dari dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Contoh, yang senang membaca, meskipun tidak adad yang
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau dilihat dari segi kegiatan yang dilakukannya (misal
kegiatan belajar), maka yang dimaksut motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.
Termasuk pada faktor internal adalah :
(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
(b) harga diri;
(c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan;
(e) keinginan;
(f) kepuasan kerja;
(g) prestasi kerja yang dihasilkan.
D. PENGGOLONGAN MOTIVASI
1. Motif Primer (Primary Motive) atau motif dasar (basic motive)
menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari (learned motive) yang
untuk ini sering juga digunakan istilah dorongan (drive). Golongan motif
ini pun dibedakan lagi ke dalam:
a. Dorongan fisiologis (physiological drive) yang bersumber pada
kebutuhan organis (organic needs) yang mencakup antara lain
lapar, haus, pernafasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk
menjamin kelansungan hidup organis diperlukan pemenuhan-
pemenuhan kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik
(physiological state or condition) yang seimbang (homeostasis).
b. Dorongan Umum (Morgan‟s General Drive) dan Motif Darurat
(Wodworth‟s Emergency Motive), termasuk di dalamnya dorongan
takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman dan ingin tahu; dalam
hubungannya dengan rangsangandari luar, termasuk dorongan
untuk melarikan diri (escape), menyerang (combat), berusaha
(effort) dan mengejar (pursuit) dalam rangka mempertahankan dan
meyelamatkan dirinya.
Motif-motif yang termasuk ke dalam kategori primer tersebut pada
umumnya terjadi secara natural dan instinktif.
2. Motif Sekunder (Secondary Motive) menunjukkan kepada motif yang
berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari
(conditioning and reinforcement). Ke dalam golongan ini termasuk, antara
lain:
a. Takut yang dipelajari (learned fears).
b. Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi,
persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya).
c. Motif-motif objectif dan interest (eksplorasi, manipulas, minat).
d. Maksud (purposes) dan spirasi.
e. Motif berprestasi (achievement motive)
BAB II
PEMBAHASAN
2. Taksonomi Tujuan
Taksonomi disusun oleh satu tim yang diketuai oleh Benyamin S. Bloom
dan Krathwool (1964) sehingga Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan
sebutan “Taksonomi Bloom”. Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun
1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, sebagai kelanjutan
kegiatan serupa tahun 1948, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa
persentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hafalan mereka. Hafalan
sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir (menalar, “thinking
behaviors”). Artinya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi. Bloom, Englehart,
Furst, Hill dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan ada tiga
golongan domain atau kawasan. Sampai saat ini taksonomi Bloom banyak
dipakai sebagai dasar pengembangan tujuan intruksional diberbagai kegiatan
latihan dan pendidikan.
2) Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan
pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan
hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan
mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif
Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh),
Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan),
Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining
(menjelaskan)
a) Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang
disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat
berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke
kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b) Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang
spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying
dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada
konsep umum.
c) Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan
bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai
mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola
tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika
Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk
mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh
khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d) Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat
memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang
disampaikan atau topik secara umum.
e) Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa
dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat
membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari
contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-
masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara
contoh-contoh tersebut.
f) Comparing (membandingkan)
Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan
sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan
objek yang lain.
g) Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model
sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan
menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian
dalam suatu sistem.
3) Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa
terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses
kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan
(Implementing).
a) Executing (melakukan)
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa
akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah
dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara
apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada
kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada
kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri
sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2) jika
setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan
diperoleh juga pasti benar.
b) Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus
memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan
prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu
Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang
dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan
bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang
dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode
daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1)
prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah
yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2)
jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi
jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4) Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu
unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian
tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan
mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan
membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi
simbol (Attributing)
a) Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari
keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b) Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur
secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c) Attributing (Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut
pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan.
Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat
menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
5) Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan
adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi,
sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun
kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori
menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a) Checking (mengecek)
Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau
kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur
yang digunakan.
b) Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan
criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh
berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati
jawaban yang benar.
6) Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau
cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan
sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang
menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau
fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk
baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau
stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses
Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang
sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu:
Masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal,
dan mengeluarkan solusi yang mungkin;
Perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa
kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan;
Pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan
rencana.
Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang
memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan
penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan siswa
yang mencoba untuk memahami soal (Generating). Langkah ini
dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan
metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan
(Planning). Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun
penyelesaian (Producing).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation),
dan motivasi (motivation) siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl &
Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah
afektif menjadilima aspek, yaitu:
a. Receiving (Penerimaan)
Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif
terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya
mendengarkan dengan seksama penjelasan guru energi dan panas.
b. Responding (Jawaban)
Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan
menanggapi atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut masyarakat. Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat
waktu.
c. Valuing (Penilaian)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus
tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau
tidak menghiraukan. Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap
alat-alat laboratorium yang dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur
dalam kegiatan pembelajaran.
d. Organization (Organisasi)
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Sikap-sikap
yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal
dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan
misalnya mampu menimbang akibat positif dan negatifnya tentang
kemajuan sains terhadap kehidupan umat manusia.
e. Characterization (Karakteristik)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya
bersedia mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak
mendukung pendapatnya.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan manual fisik (skills)
dan kemampuan bertindak individu. Harrow (Syambasri Munaf, 2001)
mengembangkan ranah psikomotor dengan enam jenjang, yaitu:
a. Gerakan refleks adalah gerakan yang tidak disadari.
b. Keterampilan gerakan-gerakan dasar yaitu gerakan yang menuntut kepada
keterampilan yang sifatnya kompleks.
c. Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, auditif, motoris.
d. Kemampuan dalam bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi, seperti gerakan ekspresif
dan interpretatif.
4. Motivasi Belajar
1. Motivasi
Menurut pendapat A.M. Sardiman (2004:75), motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dari subjek belajar itu
dapat dicapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa
motif yang sama-sama menggerakan siswa untuk belajar. Motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar.
2. Belajar
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil
dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau
munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan
atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa adalah suatu upaya atau dorongan yang
mendorong siswa mengarah pada perubahan tingkah laku terutama dalam
proses belajar mengajar.
a. Faktor-faktor intern
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor kesehatan
b) Faktor cacat tubuh
2) Faktor psikologis
a) Intelegensi
b) Minat dan motivasi
c) Perhatian dan bakat
d) Kematangan dan kesiapan
3) Faktor kelelahan
a) Kelelahan jasmani
b) Kelelahan rohani
b. Faktor ekstern
1) Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
b) Relasi antara anggota keluarga
c) Suasana rumah
d) Keadaan gedung dan metode mengajar
2) Faktor sekolah
a) Metode mengajar dan kurikulum
b) Relasi guru dan siswa
c) Disiplin sekolah
d) Alat pengajaran dan waktu sekolah
e) Keadaan gedung dan metode mengajar
f) Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
3) Faktor masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
b) Mass media dan teman bergaul
c) Bentuk kehidupan masyarakat
Umum
SMTA
Kejuruan
Pendidikan Menengah
Umum
SMTP
Kejuruan
TK
Pendidikan Dasar
SD
2. Pendidikan Non-Formal
Lembaga pendidikan non-formal atau pendidikan luar sekolah
(PLS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan
sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan. Komponen
yang diperlukan harus disesuaikan keadaan anak/peserta didik agar
memperoleh hasil yang memuaskan antara lain:
a) Guru atau tenaga pengajar atau pembimbing atau tutor.
b) Fasilitas
c) Cara menyampaikan atau metode
d) Waktu yang dipergunakan
Pendidikan ini juga dapat disesuaikan dengan keadaan daerah masing-
masing.
Raw input dari pendidikan non formal :
a) Penduduk usia sekolah yang tidak sempat masuk
sekolah/pendidikan formal atau orang dewasa yang
menginginkannya.
b) Mereka yang drop out dari sekolah/pendidikan formal baik dari
segala jenjang pendidikan.
c) Mereka yang telah lulus satu tingkat jenjang pendidikan formal
tertentu tetapi tidak dapat meneruskan lagi.
d) Mereka yang telah bekerja tetapi masih ingin mempunyai
ketrampilan tertentu.
Bidang pendidikan non-formal
a. Pendidikan masyarakat
1) Fungsi pendidikan masyarakat meliputi:
a) Membina program kegiatan dan kurikulum latihan
masyarakat.
b) Mengurus dan membina tenaga tehnis pendidikan
masyarakat.
c) Mengurus dan membina sarana pendidikan masyarakat.
2) Tugas pendidikan masyarakat meliputi:
a) Menyusun program kegiatan dan memberi petunjuk serta
pengarahan kepada orang yang bergerak dibidang
masyarakat.
b) Mengendalikan dan menuai tenaga tehnis serta menggunakan
saran sesaui ketentuan dan peraturan yang berlaku.
c) Membimbing dan mengendlikan kegiatan usaha dibidang
pendidikan masyarakat.
d) Menyelenggarakan supervise, membuat laporan dan
mengajukan usul kepada Ka Kan Wil setempat.
3) Kewajiban pendidikan masyarakat, meliputi :
a) Meningkatkan kecakapan dasar masyarakat dengan
karyadasar atau bacaan.
b) Memberikan kursus kejuruan dengan peningkatan mutunya.
c) Membina kesejahteraan keluarga dengan membimbing
kegiatan wanita, misalnya melalui PKK, Posyandu, LKMD.
4) Cara pelaksanaan pendidikan masyarakat, meliputi :
a) Memulihkan kembali masyarakat menjadi akasarawan
dalam kaitan kelompok belajar, setelah itu tetap diadakan
pemeliharaannya.
b) Meningkatkan para aksarawan mendapat pengetahuan
praktis ketrampilan dasar yang bertujuan untuk
meningktakan proses taraf hidup yang layak.
c) Melayani usaha pembinaan pendidikan kesejahteraan
keluarga.
5) Contoh – contoh pendidikan masyarakat
1. PLPM (Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat)
a) Raw inputnya mereka yang putus sekolah/pendidikan
formal dan merekan yang belum pernah sekolah.
b) Latihannya dapat berjudul:
a. Menjahit,memasak, merias
b. Dekorasi, reparasi, fotografi
c. Pertukangan, perbengkelan
2. PKK Remaja
a) Pembinanya: Kepala Desa
b) Latihannya: Aneka ragam ketrampilan, tergantung
keuangan desa tersebut.
3. Perpustakaan masyarakat:
a) Pembinanya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
b) Materinya: Buku-buku tuntutan praktik untuk keperluan
hidup dihari nanti
c) Sasarannya: sampai tingkat kecamatan
4. Kursus Penyelenggaran Swasta:
a) Pembinanya: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
b) Macamnya: Menjahit, Memasak, Merias, Stenografi,
Mengetik, akuntansi, Komputer, Bahasa Asing Piano,
Motir, Bengkel.
b. Bidang Keolahragaan
1) Fungsi keolahragaan:
a) Membina program olahraga dengan kurikulum pendidikan
luar sekolah.
b) Mengurus tenaga tehnisnya dan sarana prasarananya.
2) Tugas keolahragaan:
a) Menyusun program keolahragaan
b) Menilai tugas tehnisnya
c) Membimbing dan mengendalikan penyelenggaraannya.
d) Membuat laporan berkala.
e) Mengajukan usul/saran/pertimbangan kepada atasannya.
3) Kewajiban keolahragaan :
a) Membina olahraga karya pelajar/mahasiswa masyarakat.
b) Membina organisasi induk olahraga dari segala jenisnya.
4) Cara pelaksanaan bidang keolahragaan :
a) Menyelenggarakan setiap aktifitas olahraga
b) Mengusahakan bibit olahragawan
c) Merangsang peningkatan olahraga
d) Memberikan fasilitas sarana dan prasarana
5) Contoh bidang keolahragaan
a) Pembina Utama: KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia)
b) Lembaga organisasi: PPSI, PBSI, PBVSI, PASI
c) Anggota: Mereka yang berminat dan disiplin serta sanggup
mematuhi AD dan ART
1) Keluarga
Keluarga mempunyai hak otonom untuk melaksanakan pendidikan.
Orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak berkewajiban secara
kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak-anaknya.
Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal dan
merupakan lembaga pertama ia menerima pendidikan.
2) Sekolah/Negara
a. Gereja
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak.
Mereka di sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan
mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram
sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki
peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.
Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan
secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi
perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya.
Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak,
sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses
perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat
dominan dalam perkembangan aspek intelektual dan kognisi anak,
namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan
aspek-aspek sosial moral dan emosi.
Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah
yang tepat itu adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam
semua bidang perkembangan fisik, sosial, emosi dan intelektual
guna membangun suatu fundasi untuk belajar sepanjang hayat;
2. Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-
perasaan positif terhadap belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia
juga tidak terlepas dari fungsi dan peranannya dalam
mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak sehingga
mereka menjadi manusia-manusia yang beragama dan beramal
kebajikan.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah tempat anak – anak hidup dan bergaul
dengan orang dewasa yang juga memiliki peran dan pengaruh tertentu
dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka
bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan menemukan sejumlah
aturan dan tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.
Perkembangan anak, dari lingkungan keluarga, sekolah,
lingkungan masyarakat dapat mendukung perkembangan anak di
keluarga maupun di sekolah, begitupun sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk
bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan
guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan
(2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh
peserta didik menjadi hasil kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 menurut pemendikbud no.67 tahun
2013 adalah:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala
ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
2.1 Pengertian Desain Pembelajaran
Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan sebuah objek, sistem,
komponen, atau struktur. Desain dikenakan pada bentuk sebuah rencana,
dalam hal ini dapat berupa proposal, gambar, model maupun diskripsi. Jadi
dapat dikatakan desain merupakan sebuah konsep tentang sesuatu
Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang ssaling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Gerry dan Kingsley
dalam Snelbecker, 1980 : 12). Sedangkan menurut Gagne dan Briggs, 1979 :
3 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh
pendidik untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Jadi
pembelajaran merupakan aktifitas interaksi edukatif antara pembelajar dengan
peserta didik dengan didasari oleh adanya tujuan baik berupa pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan
Desain pembelajaran adalah pengembangan secara sistematis dari
spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran
untuk menjamin kualitas pembelajaran.
2. Model Kemp.
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya.
Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain.
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar.
Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan.
Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu
topik.
Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa
siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran.
Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
3. Model ASSURE.
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam
langkah kegiatan yaitu:
1). Analyze Learners
2). States Objectives
3). Select Methods, Media, and Material
4). Utilize Media and materials
5). Require Learner Participation
6). Evaluate and Revise
4. Model ADDIE.
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik
yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate).
ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
1. Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang
akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment
(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan
melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan
kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar,
identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang
rinci didasarkan atas kebutuhan.
1. Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan
(blueprint). barat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang
bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita
lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan
pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic).
Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah
strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan
media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping
itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber
belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan
lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print
yang jelas dan rinci.
2. Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain
tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu
software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut
harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut
perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain
yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan
dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah
uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang
merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih
tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
3. Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem
pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua Yang
telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan
peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan
software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika
penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau
desain awal.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran
yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak.
Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan
evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada
tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan
yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba
dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok
kecil dan lain lain.
2. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi:
Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan hal yang saling
berkaitan.
Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilain.
Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap).
Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta
didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh
peserta didik.
3. Penilaian Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan
selama pembelajaran berlangsung. Untuk mendapatkan gambaran utuh
mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian
proses dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan. Contohnya adalah
ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir semester.
2. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual menampilan materialnya dengan
menggunakan alat proyeksi atau proyektor,karena melalui media ini
perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini akan
dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi
yang diinginkan ; contohnya foto, gambar, poster, kartun, grafik dll.
3. Media Audio-Visual
Media audio-visual disebut juga sebagai media video. Video
merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling
bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan
siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran,
sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar
melalui bentuk visualisasi. Contohnya : film bersuara, video, televisi,
sound slide.
4. Media Multimedia
Media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti :
animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan
pembelajaran berbasis komputer.
5. Media Realita
Yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik digunakan
dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti: binatang,
spesimen, herbarium dll.
1. Karakteristik
2. Kemampuan dan keyakinan guru-guru
3. Harapan-harapan masyarakat
4. Aktivitas pemerintahan
5. Aturan dan hukum-hukum yang berlaku dimasyarakat
6. Masalah, persoalan serta pengaruh masyarakat
Selain faktor-faktor tersebut sumber daya masyarakat juga merupakan
faktor penting dalam perencnaan tujuan sekolah. Baik dari sumber daya alam
maupun sumber daya anusianya. Sumber daya manusia merupakan sumber
daya yang sangat penting dan strategis, karena ditangan manusialah sumber
daya lainnya dapat ditentukan. Karenanya peningkatan sumbe daya manusia
menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan. Selain hal-hal tersebut, faktor
administrator dan kepemimpinan parapengelola yang ada dalam organisasi
sekolah turut menentukan keberhasilan dan ketercapaian tujuan sekolah.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan administrator dan kepemimpinan
antara lain:
1. Pandangan hidup
2. Ide
3. Kemempuan
4. Gagasan
5. Ketrampilan
Dengan demikian diperlukan adanya keterlibatan semua komponen,
secara berdaya guna dan berhasil guna. Kegiatan manajemen tidak hanya
diperlukan pada lingkup institusi atau kelembagaan saja, namun pada setiap
tingkatan diperlukan aktivitas manajemen.
Manakala pada setiap jenjang dan jenis sekolah sebagai suatu
organisasi pendidikan telah tercapai secara baik, aka diharapkan tujun
pendidikan nasional dapat tercapai. Agar tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai dengan baik maka diperlukan partisipasi aktif seluruh komponen
masyarakat. Persoalan yang muncul adalah bagaimana meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan praktek-praktek pendidikan.
Sehingga slogan pendidikan sebagai tanggungjawab bersama dapat
direalisasikan dalam praktek.
3. Pelaksanaan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam
fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi Dalam hal ini, George
R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Pengkoordinasian
5. Pengawasan
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang
tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. T.Hani
Handoko (1995) menegemukakan bahwa “Pengawasan manajemen
adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
6. Penilaian
7. Pelaporan
8. Penentuan anggaran
b. Kegiatan yang bersifat operatif, yakni kegiatan yang dilakukan oleh para
pelaksana. Kegiatan ini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan.
Artinya, bagaimanapun baiknya kegiatan manajerial tanpa didukung oleh
pelaksanaan pekerjaan yang telah direncanakan tersebut mustahil tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik. Fungsi operatif ini meliputi:
1. Ketatausahaan yang dapat merembes dan dapat diperlukan oleh semua
unit yang ada dalam organisasi
2. Perbekalan
3. Kepegawaian
4. Keuangan
5. Humas
Dalam suatu proses kegiatan organisasi kedua fungsi tersebut saling
menunjang, saling mempengaruhi, saling memerlukan dan saling mengisi
satu sama lain.
1) Kemandirian
Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola
sumberdaya dan mengatur kepentingan warga sekolah menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga sekolah sesuai
peraturan perundangan.
2) Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber
daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya sekolah,
dan dalam pembagian sumberdaya untuk kepentingan peningkatan
mutu sekolah. Pembagian sumberdaya untuk pengelolaan semua
substansi manajemen sekolah dilakukan secara bijaksana untuk
mempercepat dan keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
Dengan diperlakukan secara adil, semua pemangku kepentingan
untukmemberikan dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3) Keterbukaan
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau
transparan, sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sumberdaya
sekolah.
4) Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat,
baik individu, kelompok/organisasi maupun Dunia Usaha dan Dunia
Industri. Dalam prinsip kemitraan antara sekolah dengan masyarakat
dalam posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama saling
menguntungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
5) Partisipatif
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan
pembuatan keputusan. Bentuk partisipasi dapat berupa sumbangan
tenaga, dana, dan sarana prasarana, serta bantuan teknis antara lain
gagasan tentang pengembangan sekolah.
6) Efisiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya (dana,
sarana prasarana dan tenaga) sedikit mungkin dengan harapan
memperoleh hasil seoptimal mungkin. Efisiensi juga berarti hemat
terhadap pemakaian sumberdaya namun tetap dapat mencapai sasaran
peningkatan mutu sekolah.
7) Akuntabilitas
Akuntabilitas menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, utamanya pencapaian sasaran peningkatan mutu
sekolah. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses dan
komponen manajemen sekolah.
a. PBM
b. Guru
c. Kepala Sekolah
d. Tenaga TU
e. Laporan
f. tenaga perpustakaan
g. fasilitas atau sarpras
h. media pengajaran
i. Buku
j. peserta didik
k. kurikulum
l. Manajemen sekolah
Analisis factor-faktor internal maupun eksternal digunakan oleh sekolah untuk
melihat kelemahan, kekuatan dan peluang sekolah dalam penyusunan visi, misi
dan rencana kerja sekolah.
2) Pengorganisasian
Memilih orang-orang yang dilibatkan dalam kegiatan tertentu,
mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang yang bersangkutan, antara
lain: karakteristik fisik dan psikhis (minat, kemampuan, emosi, kecerdasan, dan
kepribadian); serta latar belakang (pendidikan, pengalaman, dan jabatan
sebelumnya). Prinsip-prinsip pengorganisasian yaitu: (1) adanya kejelasan tugas
dan wewenang; (2) adanya kesatuan perintah; (3) fleksibel; (4) seimbang; dan (5)
semua orang atau unit kerja memahami tujuan yang akan dicapai, strategi dan
metode/tekhnik yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, memahami dan
bisa mendayagunakan dana, sarana, dan prasarana yang digunakan dalam
melaksanakan tugasnya.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan berarti implementasi dari rencana yang telah disusun. Dalam
pelaksanaan juga dilakukan pemotivasian, pengarahan, supervisi, dan
pemantauan. Pemotivasian dimaksudkan sebagai pemberian dorongan kepada
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah agar selalu meningkatkan mutu
kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
4) Pengawasan
Pengawasan diartikan sebagai proses kegiatan untuk membandingkan antara
standar yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan kegiatan. Pengawasan berguna
untuk mengukur keberhasilan dan penyimpangan, memberikan laporan dan
menerapkan sistem umpan balik bagi keseluruhan kegiatan komponen
manajemen sekolah. Pengawasan meliputi kegiatan evaluasi, pelaporan, dan
1
tindak lanjut hasil pengawasan. Kegiatan pengawasan juga didasarkan atas
kegiatan pemotivasian, pengarahan, supervisi, dan pemantauan.
A. Konsep Evaluasi Pembelajaran
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk
pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal
dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The
classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama
dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep
merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata
atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun
dari berbagai macam karakteristik. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang
umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu
akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation”, dalam bahasa
Arab “al-Taqdir”, dalam bahasa Indonesia berarti “penilaian”. Akar katanya
adalah “value” dari bahasa Inggris, “al-Qimah” dari bahasa Arab, dan “nilai” dari bahasa
Indonesia. Sedangkan menurut istilah, evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan.
Pengertian evaluasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu program pendidikan, pengajaran, atau pun
pelatihan yang dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan evaluasi tentu diperlukan
informasi atau data yang baik mutunya. Data seperti itu akan dapat diperoleh dengan
melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dahulu. Pengertian evaluasi menurut para
ahli antara lain, yaitu:
2
3. Nana Sudjana (Belajar dan Pembelajaran,1990:3) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan proses memberikan atau menetapkan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
4. Dimyanti dan Mudjiono dalam bukunya, Belajar dan Pembelajaran menyatakan
bahwa evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu melalui penilaian.
5. Wiersma dan Jurs mendefinisikan evaluasi sebagai proses yang mencakup
pengukuran, dan mungkin juga testing yang juga berisi pengambilan keputusan
tentang nilai.
Pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
3
pembelajaran adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan,
Indonesia mempunyai suatu Lembaga Administrasi Negara yang mengemukakan batasan
mengenai evaluasi pendidikan, yaitu sebagai berikut :
4
Hasil penilaian kemajuan belajar yang biasanya berbentuk “Buku
Raport” sangat penting bagi orang tua siswa, sebagai bahan informasi
mengenai kemajuan belajar yang dicapai anaknya.
Anas Sudijono mengungkapkan evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses yang
memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu:
a. Mengukur kemajuan.
b. Menunjang penyusunan rencana
c. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Menurut Lilik Nofiyanti, M. Baihagi, dkk. fungsi evaluasi terbagi menjadi empat
macam yaitu :
5
d. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi
peserta didik yang memang memerlukannya.
e. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
Fungsi evaluasi memang cukup luas, tergantung kepada dari sudut mana melihatnya.
Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah:
6
b. Evaluasi Selektif.
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk
memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program
kegiatan tertentu.
c. Evaluasi Penempatan.
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang
sesuai dengan karakteristik siswa.
d. Evaluasi Formatif.
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
e. Evaluasi Sumatif.
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk
menentukan hasil dan kemajuan siswa.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran
a. Evaluasi konteks.
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik
mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
b. Evaluasi input.
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber
daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Evaluasi proses.
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan,
baik mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana,
faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan, dan sejenisnya.
d. Evaluasi hasil atau produk.
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang
dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir,
diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
e. Evaluasi outcom atau lulusan.
7
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih
lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Lingkup Kegiatan
a. Evaluasi program pembelajaran.
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi
program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek
program pembelajaran yang lain.
b. Evaluasi proses pembelajaran.
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses
pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang
di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
c. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa
terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum
maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif,
psikomotorik.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Objek dan Subjek
a. Berdasarkan Objek
Evaluasi Input.
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan
kepribadian, sikap, keyakinan.
Evaluasi Transformasi.
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses
pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-
lain.
Evaluasi Output.
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada
ketercapaian hasil pembelajaran.
b. Berdasarkan Subjek
Evaluasi Internal.
8
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah
sebagai evaluator, misalnya guru.
Evaluasi Eksternal.
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah
sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
Dari sekian banyaknya jenis evaluasi, ada salah satu jenis evaluasi yang lebih
dikenal yaitu evaluasi formatif. Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu evaluasi satu
lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan
evaluasi lapangan (field evaluation).
9
a. Designer bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan
memerlukan umpan balik (feedback) untuk menyempurnakannya.
b. Memberikan tes awal (pre test) untuk mengukur kemampuan dan
pengetahuan siswa tentang topik yang disediakan. Sajikan media
atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut.
c. Designer mencatat waktu yang diperlukan dan semua bentuk
umpan balik (feedback) baik langsung maupun tak langsung
selama penyajian media.
d. Memberikan tes (post test) untuk mengetahui sejauh mana tujuan
dapat dicapai.
e. Memberikan atau membagikan kuesioner dan meminta siswa
untuk mengisinya. Apabila memungkinkan, adakan diskusi yang
mendalam dengan beberapa siswa.Beberapa pertanyan yang perlu
didiskusikan antar lain:
Menarik tidaknya media tersebut, apa sebabnya.
Mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan.
Konsistensi tujuan dan meteri program, cukup tidaknya
latihan dan contoh yang diberikan. Apabila pertanyan
tersebut telah ditanyakan dalam kuesioner, informasi yang
lebih detail dan jauh dapat dicari lewat diskusi.
f. Menganalisa data yang terkumpul. Atas dasar ini umpan balik
semua ini, media dapat dilakukan penyempurnaan.
3. Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)
Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Mula-mula designer memilih siwa-siwa yang benar-benar
mewakili populasi target, kira-kira 30 orang siswa. Usahakan agar
mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan ketramnpiulan
siswa yang ada. Tes kemampuan awal (pretest) perlu dilakukan
jika karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan
siswa dilakukan. Akan tetapi, jika designer benar-benar mengenal
siswa-siswa yang akan dipakai dalam uji coba, maka tes itu tidak
pelu dilakukan.
10
b. Designer menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut
dan apa yang harapkan designer pada akhir kegiatan. Pada
umumnya siswa tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau
media yang diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah
benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani
mengupayakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan
bahwa uji coba menguji kemampuan siswa.
c. Memberikan tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan
dan keteramnpilan siswa terhdap topik yang dimediakan.
d. Menyajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya
tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi
kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri.
e. Designer mencatat semua respon yang muncul dari sisiwa selama
kajian. Begitu pula, waktu yang diperlukan.
f. Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar
siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (posttest)
dibandingkan dengan hasil tes pertama (pretest) akan menunjukan
seberapa efektif dan efisien dari media yang dibuat.
g. Memberikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap
siswa terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya.
h. Designer meringkas dan menganalisis data-data yang telah
diperoleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini meliputi
kemampuan awal, skor test awal dan tes akhir, waktu yag
diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan
yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya.
i. Setelah menempuh ketiga tahap ini dapatlah dipastikan kebenaran
efektivitas dan efisiensi media yang kita buat.
11
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat
(Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa,
di dalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a. Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan.
Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita
memberikan tes itu.
b. Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut
syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes
yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga
buatan manusia.
c. Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan
objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh
dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan
gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d. Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk
memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak
memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak
perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e. Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini
bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya,
jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam
hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes
bahasa, dan sebagainya.
Dalam teknik tes, bentuk instrumen yang digunakan adalah soal-soal atau pertanyaan-
pertanyaan, latihan khusus atau alat lainnya guna mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, bakat (kemampuan), sikap dan minat seseorang. Bentuk-bentuk tes tertulis
dalam evaluasi antara lain:
a. Tes objektif.
Bentuk tes objektif ada beberapa macam, antara lain yaitu :
Tes benar salah (true false test)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang
ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan
12
melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya
harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif
(option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar
yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Tes menjodohkan atau mencocokkan (matching)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri
atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Tes melengkapi kalimat (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian
yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.
Kelebihan :
a. Lebih representative.
b. Dalam menilai tester lebih objektif.
c. Mengoreksinya mudah.
d. Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain.
e. Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya
pembeda, validitas dan relibialitasnya.
Kelemahan :
a. Menyusunnya sulit.
13
b. Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi
atau mendalam.
c. Terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi.
d. Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru
(A,B,C,D,E)
b. Tes Subjektif
Bentuk tes subjektif ada beberapa macam, antara lain adalah :
Tes uraian bentuk bebas atau terbuka.
Tes uraian bentuk terbatas.
Kelebihan :
a. Pembuatannya mudah dan cepat.
b. Dapat dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa.
c. Dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan
siswa.
d. Siswa terdorong berani mengungkapkan pendapatnya.
Kelemahan :
a. Kurang representatif/ mewakili materi karena soal terbatas.
b. Cara mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu.
c. Dalam penilaiannya tester dapat bersifat subyektif.
d. Koreksinya tidak dapat diwakilkan orang lain.
e. Validitas (daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan
mengukurr ) pada umumnya rendah.
14
c. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur,
1985 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu
alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan
kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis.
Angket dapat digolongkan sebagai berikut:
Angket langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah
subjek yang diselidiki sendiri.
Angket tak langsung yaitu menjawab atau mengisi angket itu adalah
bukan subjek yang diselidiki sendiri.
Berdasarkan bentuknya, angket dibedakan menjadi dua yaitu:
Angket terbuka
Angket tertutup
Berdasarkan atas aspek-aspek kepribadian yang diselidiki, angket
dibedakan menjadi dua yaitu :
Angket umum
Angket khusus
Keuntungan Angket :
a. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data
yang paling mudah adalah dengan angket.
b. Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu
yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
c. Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk
mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar
dijawab.
d. Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja,
kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
Kelemahan angket :
a. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
b. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada
pertanyaan yang ada.
15
c. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan
global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di
atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain
nomor.
d. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari responden sudah
terjawab atau belum.
e. Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini
terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan
responden menjawab.
Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) Interview atau sering disebut juga wawancara
mempunyai definisi suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak.
Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan
mempunyai tujuan tertentu yang spesifik. Ada dua macam tipe tujuan
interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya
permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif
untuk memperoleh data penelitian. Tujuan wawancara :
a. Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek
kualitatif dari suatu masalah.
a. Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan
diinterpretasikan dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek
dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha
mengatasi masalah tersebut.
b. Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk
mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara karena kuesioner tidak dapat
diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden
tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada
peniliti.
Kelebihan wawancara
a. Flexibility
Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan
sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia
menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan
16
“probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi
tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan,
bahkan jika suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan
pada saat itu, maka dia dapat menundanya.
b. Nonverbal Behavior
Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal,
misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat
pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
c. Question Order
Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden
dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga
responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
d. Respondent alone can answer
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh
responden yang telah ditetapkan.
e. Greater complexity of questionnaire
Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah dijawab
oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang
rumit dan mendetail.
f. Completeness
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh
pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan wawancara :
a. Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan
banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
b. Interview Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun
kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban,
masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial,
jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga
pewawancara mempengaruhi jawaban.
c. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human
relation).
17
d. Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu,
misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
e. Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan
sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat
ketelitian hasil wawancara.
f. Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama
dari pada angket dan biaya yang relatif yang lebih mahal.
Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku melihat atau
mengamati individuatau kelompok secara langsung.
Kelebihan Observasi :
a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai
keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk
mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya
dari individu-individu.
b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-
pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan,
misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara
dan lain-lain.
d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
Kelemahan Observasi :
a. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak
nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak
semestinya.
b. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu
tingkat kesulitan pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan
khusus yang tidak selalu dilakukan atau volume-volume kegiatan
tertentu.
c. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
18
d. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan
lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-
kejelekannya.
Skala Bertingkat (Rating Scale)
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam
bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah
hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
Daftar Cocok (Check List)
Daftar cocok (Check list) yaitu, deretan pernyataan dimana responden
yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang sudah
disediakan.
Riwayat Hidup
Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
A. Asessmen Autentik
Pengertian Asessmen Autentik
Sinonim kata:
19
Case for Authentic Assessment, “Asesmen autentik memberikan siswa
seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan penelitian; menulis, merevisi dan
membahas artikel; memberikan analisa oral terhadap peristiwa politik terbaru;
berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat, dst.” Melalui asesmen autentik,
siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang
diberikannya itu bermakna dan relevan.
21
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:
Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang
yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai
kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang
dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat
dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang
kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di
sekolah.
Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau
wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang
kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai
"Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi
lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami
sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian
sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan
teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
22
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis
pandangannya tentang "Kerusuhan Antar etnis" yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh
peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami
kecenderungan sikap yang dimilikinya.
3. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan
tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
Memilih jawaban, yang dibedakan menjadi:
a. Pilihan ganda
b. Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak
c. Menjodohkan
d. Sebab-akibat
Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
a. Isian atau melengkapi
b. Jawaban singkat atau pendek
c. Uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian
singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami dengan cakupan materi yang luas. Pilihan ganda mempunyai
kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini
menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda
kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik
23
guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal
yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini
antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:
Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang
akan diuji;
Materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas;
Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian proyek dilakukan mulai dari
perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas
atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian.
24
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam.
Penilaian produk biasanya menggunakan dua cara yaitu:
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
6. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik
dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes
(bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu
dalam satu mata pelajaran.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya
tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan
penelitian, sinopsis, dsb.
25
Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak
hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan
oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik
sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi
secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk
belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja
yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang
lain bisa sama bisa berbeda.
Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu
map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di
sekolah.
Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan
bobotnya dengan para peserta didik sebelum mereka membuat
karyanya .
Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru
dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya
tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat
dilakukan pada saat membahas portofolio.
Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara
peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian
mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang
telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika
perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang
maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu
dan memotivasi anaknya.
26
7. Penilaian Diri (self asessment)
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik
penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.
Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik
diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu.
Penilaian diri peserta didik didasarkan atas kriteria atau acuan yang
telah disiapkan.
Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap
suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk
melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik
dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah
dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara
lain:
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri.
Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena
ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi
terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
27
Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian.
Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara
cermat dan objektif.
Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat
mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan belajar peserta didik secara
lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi
tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula,
interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai
dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Kelebihan Asessmen Autentik
a. Asesmen autentik berorientasi kepada penilaian proses pembelajaran,
dengan demikian melalui penilaian otentik guru akan dapat mengetahui
dimana kelebihan dan kelemahan dari siswa.
b. Asesmen autentik dapat menggambarkan pencapaian seorang siswa
dalam pembelajaran berupa gain atau kemajuan belajar, tidak sekedar
ditunjukkan dengan angka-angka yang dinyatakan dalam rapor.
c. Penilaian dan hasil yang lebih autentik akan meningkatkan proses
belajar mengajar, siswa lebih jelas mengetahui kewajiban-kewajiban
mereka untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan, dan guru yakin
bahwa hasil-hasil asesmen itu bermakna dan berguna untuk
meningkatkan pengajaran.
d. Kurikulum berbasis kompetensi tidak semata-mata meningkatkan
pengetahuan peserta didik, tetapi kompetensi secara utuh yang
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dengan kata lain,
kurikulum tersebut menuntut proses pembelajaran di sekolah
28
berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah
ditentukan. Kurikulum tersebut memuat sejumlah standar kompetensi
untuk setiap mata pelajaran. Satu standar kompetensi terdiri dari
beberapa kompetensi dasar. Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan,
satu kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
pencapaian hasil belajar. Indikator tersebut menjadi acuan dalam
merancang penilaian.
Kekurangan Asessmen Autentik
a. Biaya asesmen autentik lebih banyak dibanding tes-tes standar.
b. Asesmen autentik mungkin kurang reliabel dan valid dibanding
bentuk-bentuk asesmen lain.
c. Bagi guru yang menggunakan asesmen autentik dalam kelas, dituntut
untuk lebih pengembangkan pendidikan dan profesionalitas.
d. Asesmen autentik tidak seberguna tes-tes standar bagi para pembuat
kebijakan karena asesmen otentik tidak dapat memperlihatkan trend-
trend jangka panjang seperti tes-tes standar.
e. Asesmen autentik memiliki bias di pihak penilai.
A. Pengertian Pengajaran Remidial
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris.Kata ini
berakar kata „toremedy‟ yang bermakna menyembuhkan.Remediasi merujuk pada proes
penyembuahan.Remedial merupakan kata sifat.Karena itu dalam bahasa Inggris selalu
bersama dengan kata benda, misalnya „remedial work‟, yaitu pekerjaan penyembuhan,
„remeial teaching‟ – pengajaran penyembuhan. Dsb. Di Indonesia, istilah „remedial‟
sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan menjadi pengajaran
remeial, atau kegiatan remedial dan sebagainya. Dalam bagian ini istilah remediasi dan
remedial digunakan bersama-sama, yang merujuk pada suatu proses membantu siswa
mengatasi kesulitan belajar terutama mengatasi miskonsepsimiskonsepsi yang dimiliki.
Dalam random House Webster‟s College Dictionary (1991), remediasi diartikan
sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remediasi adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa.Kalau dikaitkan
dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang
berhasil.Kekurangberhasilan pembelajaran ini biasanya ditunjukkan oleh
29
ketidakberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang diharapkan dalam
pembelajaran.
Kelompok siswa yang masuk dalam pembelajaran remedial, yaitu : (a)
kemampuan mengingat relatif kurang; (b) perhatian yang sangat kurang dan mudah
terganggu dengan sesuatu yang lain disekitarnya pada saat belajar; (c) secara relatif
lemah kemampuan memahami secara menyeluruh (d) kurang dalam hal memotivasi diri
dalam belajar (e) kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya; (f)
lemah dalam kemampuan pemecahan masalah; (g) sering gagal dalam menyimak suatu
gagasan dari suatu informasi; (h) mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep
yang abstrak; (i) gagal menghubungkan suatu konsep lainnya yang relevan; (j)
memerlukan waktu relatif lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
(Kunandar, 2008).
30
ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar. Apabila kriteria
keberhasilan 80 %, maka siswa yang dianggap berhasil jika mencapai tingkat
penguasaan 80 % ke atas, sedangkan siswa yang mencapai tingkat penguasaannya di
bawah 80 % dikategorikan belum berhasil.
Mereka inilah yang perlu mendapatkan remedial. Setelah guru mengetahui
siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial, informasi selanjutnya yang
harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang belum dikuasai oleh siswa
tersebut. Dalam hal ini guru harus melihat kesulitan belajar siswa secara individual.
Hal ini dikarenakan ada kemungkinan masalah yang dihadapi siswa satu dengan
siswa yang lainnnya tidak sama. Padahal setiap siswa harus mendapat perhatian dari
guru.
2. Menemukan Penyebab Kesulitan
Sebelum Anda merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus
mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
Faktor penyebab kesuliatan ini harus diidentifikasi terlebih dahulu, karena gejala
yang sama yang ditunjukkan oleh siswa dapat ditimbulkan sebab yang berbeda dan
faktor penyebab ini akan berpengaruh terhadap pemilihan jenis kegiatan remedial.
3. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang
belum dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya
adalah menyusun rencana pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada
umumnya, komponen-komponen yang harus direncanakan dalam melaksanakan
kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
1. Merumuskan indikator hasil belajar
2. Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
3. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
4. Merencanakan waktu yang diperlukan
5. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
6. Melaksanakan Kegiatan Remedial
31
kesulitan yang dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil
dalam belajarnya.
4. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara
mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai
yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan
cukup efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila
siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.Untuk itu guru harus menganalisis
setiap komponen pembelajaran.
32
menguasai kompetensi ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan.Melalui
kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.
33
merasa canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama
sehingga mudah dimengerti olehnya.
5) Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru juga
dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalanya guru meminta untuk
mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya
”bagaimana cara mencangkok ” siswa dapat mendatangi tukang kebun yang kegiatan
sehari-hari memang mencakok. Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan
bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai
keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
1. Fungsi Korektif
Pengejaran remedial mempunyai fungsi korektif, artinya melalui pengajaran
remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang
dianggap masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses
belajar mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran
remedial antara lain :
Perumusan tujuan
Penggunaan metode mengajar
Cara-cara belajar
Evaluasi
Segi-segi pribadi murid
Dengan perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, meka prestasi belajar
murid beserta faktor-faktor mempengaruhi dapat diperbaiki.
2. Fungsi Penyesuaian
Yang dimaksud fungsi penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk
menyesuaian dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar.Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar
34
untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.Tuntutan belajar yang diberikan
murid telah disesuaikan dengan sifat jenis dan latar belakang kesulitannya sehingga
murid diharapkan lebih terdorong untuk belajar.
3. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru,
murid dan pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
pribadi murid.Demikian pula murid diharapkan dapat lebih memahami dirinya dan
segala aspeknya. Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami
akan keadaan pribadi murid.
4. Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya
proses belajar mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam pengajaran
reguler, dapat diperoelh melalui pengajaran remedial. Pengayaaan lain adalah dalam
segi metode dan alat yang dipergunakan adalam pengajaran remedial. Dengan
demikian diharapkan hasil yang diperoleh murid dapat lebih banyak, lebih luas dan
lebih dalam sehingga hasil belajarnya lebih kaya.
5. Fungsi Terapuetik
Dengan pengayan remedial secara langsung atau tidak langsung dapat
meyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang
diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. Penyembuhan kondisi
kepribadian dapat menunjang pencapaian prestasi belajar, demikian pada
sebaliknya.
6. Fungsi Akselarasi
Fungsi akselarasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses
belajar baik dalam arti aktu maupun materi. Misalnya : murid yang tergolong lambat
dalam belajar dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui pengajaran
remedial.
35
data informasi untuk menunjukkan gambaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu
memadai atau tidaknya sesuai kriteria yang ditetapkan.
2. Perangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan/atau Teknik
Pendekatan Pengajaran Remedial
Kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini berorientasi kepada tiga
prinsip, yaitu: keserasian (appropriateness), keefektifan (effectiveness), dan
kelancaran (efficiency). Secara tentatif dapat kita formulasikan bahwa sesuatu model
strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial dapat dipandang baik kalau
terdapat indikator yang didukung oleh data/informasi yang memadai bahwa model
itu:
1. Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan),
jenis/jumlahtingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan
teknis dan kepribadian guru yang bersangkutan, serta daya dukung fasilitas
instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan.
2. Efektif yang ditujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar dan/atau
kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
diharapkan.
3. Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk mencapai
peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian siswa tersebut.
Ada dua cara yang fisibel untuk mendeteksi seberapa jauh taraf keserasian
model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam :
1. Bentuk pertanyaan pada setiap aspek yang dinilai
2. Kita kembangkan dalam bentuk atau format skala penilaian ataudaftar cek
2.1Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance and
counseling” dalam bahasa inggris.Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat
diartikan secara umum sebagai suatu bantuaan. Namun untuk pengertian yang
sebenarnya , tidak setiap bantuan adalah bimbingan.
Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan dan
program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.
Menurut Hamrin dan Neriscon dalam Laksi(2003:1)bimbingan sebagai salah satu
aspek dari program pendidikan diarahkan terutama pada membantu para siswa agar
36
dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan merencanakan
masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya.
Jones lebih lanjut memberikan penjelasan tentang perencanaan masa depan
ini. “bimbingan berkenaan dengan bantuan yang bersifat pribadi yang diberikan oleh
seseorang (konselor), yang diarahkan untuk membantu seseorang dalam menentukan
kemana dia akan pergi, apa yang dia lakukan atau bagaimana dia dapat mencapai
tujuannya, bimbingan merupakan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99
Berdasarkan pengertian bimbingan menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan
untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau
seseorang tersebut dengan cara terus menerus dan sistematis.
2. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien (Prayitno, 2004:105).
Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare
(2004) konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang
dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan
hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.
Sedangkan menurut Sulianti Saroso, Konseling adalah proses pertolongan
dimana seseorang dengan tulus dan tujuan jelas, memberi waktu, perhatian dan
keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan
melakukan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
37
Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan secara intensif
dan sistematis dari seorang konselor kepada kliennya dalam rangka pemecahan suatu
masalah agar klien mendapat pilihan yang baik. Disamping itu juga diharapakan agar
klien dapat memahami dirinya (self understanding) dan mampu menerima
kemampuan dirinya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
2.2Tujuan Bimbingan dan Konseling
Pemahaman terhadap tujuan bimbingan dan konseling akan memperjelas arah
atau sasaran yang akan dicapai. Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling
dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada
perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk
membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya(seperti kemampuan dasar dan bakat-
bakatnya), berbagai latar belakang yanag ada (latar belakang keluarga, pendidikan,
status sosial ekonomi),serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum
tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu
yang bersangkutan, sesuaidengan kompleksitas permasalahan itu. Masalah yang
dihadapi individu sangat beragam,memiliki intensitas yang berbeda- beda serta
bersifat unik. Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk
tiap- tiap individu bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk
individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh disamakan.
Menurut George dan Christiani (1981: 9) tujuan konseling adalah:
a) Membantu mengubah perilaku
b) Meningkatkan kemampuan individu dalam membina dan memelihara
hubungan.
c) Meningkatkan efektifitas dan kemampuan klien.
38
d) Mengembangkan proses pengembangan pengambilan keputusan, dan
meningkatkan potensi dan pengembangan individu
Semua siswa memilikikebutuhan untuk mengembangkan pemahaman diri,
serta pemahaman dan apersepsi terhadap individu yang hidup di dunia ini. Di
dalam suatu masyarakat yang majemuk individu harus memperoleh informasi dan
memberikan respon yang tepat. Bimbingan perkembangan didasarkan atas suatu
premis bahwa penghargaan yang positif terhadap martabat manusia merupakan suatu
yang esensial dalam masyarakat yang saling bergantung (interdependent society),
seperti sekarang ini. Agar mencapai tujuan-tujuan ini, setiap orang yang terlibat dalam
program bimbingan dan konseling ini harus berupaya mencapai tujuan berikut ini,
yaitu semua siswa dapat:
1. Mengalami perasaan positif dari interaksi dengan teman sebayanya, gurunya,
orang tua dan orang dewasa lainnya.
2. Memperoleh makna pribadi dari aktivitas belajarnya.
3. Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya, terhadap
kekhasan nilai yang dimilikinya serta dapat memehami dan menghubungkan
perasaannya.
4. Menyadari akan pentingnya nilaiyang dimiliki dan mengembangkan nilai-nilai
yang konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat yang majemuk.
5. Mengembangkan dan memperkaya ketrampilan studi untuk memaksimumkan
kecakapan yang dimilikinya.
6. Belajar tentang berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk hidup yang lebih
baik dalam perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-
masalah yang mungkin dihadapinya.
7. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilanpenyusunan tujuan,perencanaan
dan pemecahaan masalah.
8. Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan.
9. Menunjukan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
10. Bekerja dengan orang tua dalam berbagai program yang terencana untuk
membantu anak mengembangkan sikap dan ketrampilan yang dapat
memperkaya kemampuan akademik dan kemampuan sosial anaknya.
11. Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktivitas belajar
anak.
39
Tujuan-tujuandiatas adalah memberikan kemudahan pada siswa
SD.Asumsinya bahwa misi dasar dan tujuan utama pendidikan sekolah adalah untuk
membelajarkan siswa.Oleh sebab itu bimbingan dan konseling merupakan bagian dari
proses pendidikan maka seluruh aktivitas bimbingan harus diarahkan pada
pembelajaran siswa. Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu
dalam mencapai:
a. Kebahagiaanhidup pribadi sebagai mahluk Tuhan
b. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat
c. Hidup bersama dengan individu-individu lain
d. Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki
2.3Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang terkait dengan aktifitas yang
dilakukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.Berkaitan
dengan hal tersebut maka banyak ahli yang memberikan rumusan tentang fungsi
bimbingan dan konseling di sekolah pada umumnya. Pendapat yang dikemukakan para
ahli tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Prayitno dan Amti E mengatakan fungsi bimbingan dan konseling adalah:
Fungsi pencegahan
Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
2. Menurut Nurisan A J bimbingan memiliki empat fungsi yaitu:
Fungsi pengembangan
Fungsi penyaluran
Fungsi adaptasi
Fungsi penyesuaian
3. Tohirin menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi:
Fungsi pencegahan ( preventif )
Fungsi pemahaman
Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan
Fungsi penyaluran
Fungsi penyesuaian
Fungsi pengembangan
Fungsi perbaikan
40
Fungsi advokasi
4. Fakih A R menyatakan bahwa fungsi kegiatan bimbingan dan konseling islami ada
empat macam, yaitu:
Fungsi prefentif
Fungsi korektif
Fungsi preservative
Fungsi pengembangan (developmental)
5. Hallen A menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah ada lima
macam, yaitu:
Fungsi pemahaman
Fungsi pencegahan
Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi advokasi
6. Nurihsan AJ dan Sudianto menegaskan khusus fungsi bimbingan dan konseling di
Sekolah Dasar ada empat macam, yaitu:
Fungsi pemahaman
Fungsi penyaluran
Fungsi adaptasi
Fungsi penyesuaian
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas memiliki persamaan yaitu:
Fungsi pemahaman
Fungsi penyaluran
Fungsi adaptasi
Fungsi penyesuaian
Dari sejumlah fungsi bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan oleh
masing-masing ahli itu dapat dikemukakan beberapa fungsi umum bimbingan dan
konseling yaitu:
1. Fungsi Pemahaman
Hal yang pertama dan paling awal harus dilakukan oleh pembimbing adalah
mengetahui siapa dan bagaimana individu yangdibimbing itu. Mengetahui siapa dan
bagaimana individu siswa yang dibimbing itu berarti berusaha mengungkapkan dan
memahami apa masalah dan kesulitan yang dihadapinya,apa dan bagaimana kekuatan-
41
kekuatan dan kelemahan-kelemahan.Halini diperoleh melaluiberbagai keterangan
tentang diri siswa yang bersangkutan, baik dengan menggunakan alat atau prosedur
yang sudah baku (standardized) maupun yang belum baku.
2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan bimbingan dan konseling harus memiliki fungsi pencegahan, yaitu
penciptaan suatu suasana agar pada diri siswa tidak timbul berbagai masalah yang
dapat menghambat proses belajar dan perkembangannya. Untuk menjalankan fungsi
ini kiranya suatu program bimbingan yang terencana dan terarah perlu ditempuh
sehingga segala sesuatu yang dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan,
seperti kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah-masalah ketertiban sekolah,
dan masalah sosial lainnya dapat di hindari.
3. Fungsi pemecahan (pemberian bantuan)
Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tetapi
masih terjadi juga masalah pada diri siswa, maka dalam hal ini diperlukan adanya
upaya pemberian bantuan pemecahan masalah yang disebut Fungsi pemecahan atau
bantuan. Dalam hal ini, diperlukan agar masalah-masalah yang dialami siswa dapat
teratasi sesegera mungkin.Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah untuk
mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar di
sekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat berupa sikap dan kebiasaan
yang buruk dalam belaiar kesulitan dalam menangkap isi pelajaran, kurang motif
dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara baik denganteman-temannya,
masalah kesehatan, dan sebagainya.Fungsi pemecahan ini dapatdiselenggarakan oleh
konselor atau guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami oleh
siswa.
4. Fungsi pengembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang
dialami siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat mengembangkan segenap
potensi yang dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan menyalurkan
bakat, kemampuan, dan minat, serta cita-cita siswa dengan menyediakan berbagai
kegiatan di di sekolah seperti kegiatan olah raga, kesenian, kelompok-kelompok studi
tertentu, karyawisata, palang merah remaja, pramuka, dan kelompok pencinta alam.
2.4Jenis dan Bentuk Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling dapat diterapkan di berbagai jenjang pendidikan
mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dilihat dari sejarahnya,
42
bimbingan dan konseling mulai dilaksanakan secara resmi dalam sistem pendidikan di
Indonesia sejak diberlakukannya Kurikulum 1975.Di dalam Kurikulum 1975 tersebut
bimbingan ditempatkan sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang
secara khusus menangani bidang pembinaan pribadi siswa.Secara keseluruhan, sistem
pendidikan tersebut meliputi bidang adminsitrasi dan supervisi, bidang pembelajaran,
dan bidang pembinaan pribadi siswa.Dapat dikatakan, bimbingan merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan.Ketiga komponen pendidikan
tersebut secara bersama-sama bekerja untuk mendorong terjadinya perkembangan
yang optimal bagi setiap siswa.Kurikulum 1975 menjadi tonggak sejarah bagi
dilaksanakannya bimbingan di sekolah, mulai dari dari jenjang TK/SD sampai
SMA/SMK (Munandir, 1996).
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan
dan masalah perkembangan siswa, temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata, 1992;
Sutaryat Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalah
perkembangan siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif,
pribadi dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan
layanan bimbingan di sekolah dasar.
Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di SD
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, bidang Bimbingan dan Konseling
(2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu
program BK yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu:
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk
membantu seluruh siswa dalam mengembangkan perilaku efektif dan
ketrampilan-ketrampilan hidupyang mengacu padatugas-tugas
perkembangan siswa.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa
saat ini.Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif.Stategi
yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan
konsultasi. Isi layanan responsif adalah :
43
Ø Bidang belajar Ø Bidang tata tertib
Ø Bidang sosial Ø Bidang pribadi dll.
44
Organisasi siswa
Organisasi sekolah secara menyeluruh
Adanya bimbingan sosial bagi para siswa
c) Layanan orientasi dalam bidang bimbingan belajar, meliputi:
Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
Kurikulum yang ada
Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, jadwal pelajaran, guru-guru
setiap mata pelajaran
Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa
Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa
Fasilitas dan sumber belajar yang ada, seperti ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, ruang praktek, dan sebagainya.
d) Layanan orientasi dalam bidang bimbingan karir, meliputi:
Peran bimbingan dan konseling serta pelacakan karir di SD
Pelaksanaan bimbingan karir untuk siswa SD
Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan bimbingan
karir
2. Layanan Informasi
Layanan informasi adalah layanan konseling yang memungkinkan klien
menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan konseling yang
memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai
dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
Layanan penempatan dan penyaluran didahului oleh pengungkapan kondisi fisik
siswa yang meliputi:
a. Keadaan panca indra
b. Ukuran badan
c. Jenis kelamin
d. Keadaan fisik lainnya
e. Kemampuan akademik, kemampuan berkomunikasi,bakat dan minat
45
f. Kondisi psikofisik seperti terlalu banyak gerak, cepat lelah
4. Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang
penting diselenggarakan di sekolah.
5. Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten adalahlayanankonseling yang memungkinkan
klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,
serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
6. Layanan Konseling Individual
Layanan konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan
khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang
konseli/klien.
7. Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksud untuk mencegah perkembangan masalah
atau kesulitan pada diri konseli/klien.
8. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.
9. Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai proses penyediaan
bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya
dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas
siswa atau sekolah.
10. Layanan Mediasi
Layanan mediasi adalah layanan konseling yang memungkinkan
permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat
teratasi dengan konselor sebagai mediat
46