You are on page 1of 12

PENERAPAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA :

HUKUM PIDANA, HUKUM PERDATA DAN HUKUM


ADMINISTRASI

Ahmad Baikhaki
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pakuan Bogor

ABSTRAKSI
Hukum lingkungan mempunyai peran yang strategis, karena
hukum lingkungan mempunyai manfaat, yaitu segi hukum
administrasi, hukum pidana dan hukum perdata. Hukum
lingkungan memiliki aspek yang kompleks, maka untuk
mendalami hukum lingkungan akan berkaitan dengan hukum
yang lain.

Kata Kunci: Lingkungan, Hukum, Administrasi, Pidana, Perdata

PENDAHULUAN
Penegakan hukum lingkungan hidup adalah satu elemen
penting dalam upaya mencapai tujuan mengapa Negara Indonesia
lahir. Tujuan Negara yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945, tujuan itu adalah : (1). Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2). Memajukan
kesejahteraan umum, (3). Mencerdaskan kehidupan bangsa, (4).
Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
Dalam batang tubuh UUD 1945 setelah amandemen,
penegakan hukum lingkungan hidup diletakan dalam pasal-pasal
yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Salah satu pasal itu
adalah pasal 28 H point 1 Undang- Undang 1945, adapun bunyi
pasal itu adalah : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 131


yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”.
Pasal diatas menjadi landasan bahwa lingkungan hidup
harus menjadi point penting dalam konteks perlindungan hak
asasi manusia di Indonesia. Dan penegakan hukum menjadi
element perlindungan hak asasi manusia itu.
Penegakan hukum sendiri menurut Jimly Asshiddiqie
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ketika dikaitkan dengan lingkungan hidup, maka proses
penegakan hukum berarti tegaknya norma-norma hukum dalam
upaya perlindungan lingkungan hidup. Dalam upaya tegaknya
perlindungan hukum itu, maka regulasi hukum lingkungan hidup
tak bisa dilupakan dalam upaya penegakan hukum lingkungan
itu.
Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang perlindungan
hidup diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam
regulasi itu, ada 3 cara penegakan hukum yang bisa dilakukan
dalam upaya perlindungan lingkungan hidup.

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


Istilah penegakan hukum dalam Bahasa Indonesia
membawa kita kepada pemikiran bahwa penegakan hukum selalu
dengan paksaan sehingga ada yang berpendapat bahwa
penegakan hukum hanya bersangkutan dengan hukum pidana
saja. Penegakan hukum memiliki arti yang sangat luas meliputi
segi preventif dan represif, cocok dengan kondisi Indonesia yang
unsur pemerintahnya turut aktif dalam meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat.1

1
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem
penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. (Alumni Bandung,
2001), hlm. 48-49
132 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
Sementara pengertian hukum lingkungan menurut Koesnadi
Hardjosoemantri adalah “Salah satu bidang yang menangani
masalah yang berkaitan dengan sistem aturan atau norma
masyarakat dalam interaksinya dengan lingkungan
hidup”.Hukum lingkungan memuat berbagai norma dan kaidah
yang mengatur mengenai perilaku masyarakat terhadap
lingkungannya.
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan adalah
hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di
mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk
di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat
dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad
hidup lainnya. Dalam pengertian modern, hukum lingkungan
lebih berorientasi pada lingkungan atau Environment-Oriented
Law, sedang hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada
orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.
Hukum lingkungan dalam beberapa hal mengatur secara
tegas apa yang dibolehkan untuk dilakukan oleh masyarakat
terhadap lingkungan dan apa yang dilarang untuk dilakukan
masyarakat terhadap lingkungan hidup. Hukum lingkungan
memiliki peran yang strategis dalam menunjang dan menjaga
kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya. Hukum
Lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi
pengelolaan lingkungan hidup, hukum lingkungan pada
hakekatnya merupakan suatu bidang hukum yang dikuasai oleh
kaidah-kaidah hukum tata usaha negara atau hukum
pemerintahan.

al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 133


Menurut Mas Achmad Santosa, hukum lingkungan
memiliki peranan sebagai berikut:
a. Hukum lingkungan memberikan efek dalam perumusan
kebijakan yang mendukung konsep pembangunan yang
berkelanjutan.
b. Hukum lingkungan berfungsi sebagai sarana penataan
lingkungan hidup dengan menerapkan sanksi (represif).
c. Hukum lingkungan memberikan panduan atau menjadi
pedoman bagi masyarakat untuk melakukan tindakan
yang berkaitan dengan perlindungan terhadap hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat.
d. Hukum lingkungan memberikan penegasan mengenai
pengertian hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
masyarakat serta perilaku yang dapat merugikan
masyarakat itu sendiri.
e. Hukum lingkungan memberikan sekaligus memperkuat
mandat kepada aparat pemerintah yang terkait dengan
lingkungan hidup untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik di bidang yang diatur dalam
hukum mengenai lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan merupakan penegakan
hukum yang cukup rumit karena hukum lingkungan menempati
titik silang antara antara berbagai bidang hukum klasik.
Penegakan hukum lingkungan merupakan mata rantai terakhir
dalam siklus pengaturan perencanaan kebijakan tentang
lingkungan yang urutannya sebagai berikut:
1. Perundang-undangan,
2. Penentuan standar,
3. Pemberian izin,
4. Penerapan,
5. Penegakan hukum.2
Menurut Mertokusumo, kalau dalam penegakan hukum,
yang diperhatikan hanya kepastian hukum, maka unsur-unsur

2
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2005), hlm. 52
134 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017
lainnya dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan
hanyalah kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan
dikorbankan.
Oleh karena itu dalam penegakan hukum lingkungan
ketiga unsur tersebut yaitu kepastian, kemanfaatan, dan keadilan
harus dikompromikan. Artinya ketiganya harus mendapat
perhatian secara proposional seimbang dalam penanganannya,
meskipun di dalam praktek tidak selalu mudah melakukannya.3
Berbeda halnya dengan M. Daud Silalahi yang
menyebutkan bahwa penegakan hukum lingkungan mencakup
penaatan dan penindakan yang meliputi hukum administrasi
negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana.
Dengan demikian penegakan hukum lingkungan
merupakan upaya untuk mencapai ketaatan dan persyaratan
dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan
individual, melalui pengawasan dan penerapan sarana
administratif, keperdataan dan kepidanaan.
Undang-Undang No.23 Tahun 1997 menyediakan tiga
macam penegakan hukum lingkungan yaitu penegakan hukum
administrasi, perdata dan pidana. Diantara ke tiga bentuk
penegakan hukum yang tersedia, penegakan hukum administrasi
dianggap sebagai upaya penegakan hukum terpenting.
Hal ini karena penegakan hukum administrasi lebih
ditunjukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan
perusakan lingkungan. Di samping itu, penegakan hukum
administrasi juga bertujuan untuk menghukum pelaku
pencemaran dan perusakan lingkungan.

1. Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup


Penegakan hukum lingkungan administrasi pada dasarnya
berkaitan dengan pengertian dari penegakan hukum
lingkungan itu sendiri serta hukum administrasi karena
penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan
kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat

3
Ibid, hlm. 66
al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 135
terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang
hukum yaitu administrasi, perdata dan pidana.
Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum
lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat preventif dan
represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku
kegiatan, dan dapat juga berupa pemberian penerangan dan
nasihat. Sedangkan sifat represif berupa sanksi yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau
penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri
terjadinya pelanggaran.4
Penegakan hukum administrasi memberikan sarana bagi
warga negara untuk menyalurkan haknya dalam mengajukan
gugatan terhadap badan pemerintahan. Gugatan hukum
administrasi dapat terjadi karena kesalahan atau kekeliruan
dalam proses penerbitan sebuah Keputusan Tata Usaha Negara
yang berdampak penting terhadap lingkungan.
Penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif
berawal dari proses pemberian izin terhadap pelaku kegiatan
sampai kewenangan dalam melakukan pengawasan yang
diatur dalam Pasal 18, 22, 23, dan 24 U.U.P.L.H. Sedangkan
yang bersifat represif berhubungan dengan sanksi administrasi
yang harus diberikan terhadap pencemar yang diatur dalam
Pasal 25 sampai Pasal 27 U.U.P.L.H No.23 Tahun 1997.
Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan hidup dapat
dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha dan atau
kegiatan. Bobot pelanggaran peraturan lingkungan hidup bisa
berbeda-beda, mulai dari pelanggaran syarat administratif
sampai dengan pelanggaran yang menimbulkan korban.
Pelanggaran tertentu merupakan pelanggaran oleh usaha dan
atau kegiatan yang dianggap berbobot untuk dihentikan
kegiatan usahanya, misalnya telah ada warga masyarakat yang
terganggu kesehatannya akibat pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup. Penjatuhan sanksi bertujuan

4
Ibid, hlm. 48

136 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017


untuk kepentingan efektifitas hukum lingkungan itu agar
dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat. Sanksi itu pula sebagai
sarana atau instrumen untuk melakukan penegakan hukum
agar tujuan hukum itu sesuai dengan kenyataan.
Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge
melalui 2 cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi.5
Pengawasan jika kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan
Hidup pengawasan dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah
dan masyarakat. Peran pengawasan pemerintah dalam pasal
71 disebutkan dilakukan oleh Gubernur, Walikota atau
Bupati. Dalam pasal 71 angka 2 disebutkan pula, peran itu
dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun peran
pejabat yang diberi wewenang itu adalah :
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau
d. membuat catatan yang diperlukan;
e. memasuki tempat tertentu;
f. memotret;
g. membuat rekaman audio visual;
h. mengambil sampel;
i. memeriksa peralatan;
j. memeriksa instalasi dan/atau alat
k. transportasi; dan/atau
l. menghentikan pelanggaran tertentu

Sedang peran masyarakat menurut pasal 70 adalah :


a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan,
pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.

5
Widia Edorita, Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum
Lingkungan di Indonesia dan Perbandingannya Dengan
Beberapa Negara Asia Tenggara, 2007, hlm. 44
al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 137
Sedang sanksi administrasi menurut pasal 76, Kepala
Daerah (Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat memberikan
sanksi administrasi kepada pihak yang melakukan
pelanggaran. Sanksi yang diberikan menurut pasal 76 ayat 2
adalah :
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.

2. Penegakan hukum Pidana Lingkungan Hidup


Penegakan hukum lingkungan kepidanaan tidak lain adalah
penegakan terhadap ketentuan-ketentuan pidana dari hukum
lingkungan. Substansi, wewenang kelembagaan, dan prosedur
yang digunakan secara umum tunduk pada ketentuan hukum
lingkungan kecuali jika hal itu belum diatur secara khusus.
Dalam hal demikian, maka yang digunakan adalah ketentuan
yang berlaku dalam hukum pidana pada umumnya, misalnya
mengenai lembaga peradilan, personil, dan hukum acara yang
berlaku.
Ketentuan pidana di bidang hukum lingkungan secara
umum diatur dalam Pasal 94-120 UUPPLH 2009. Selain itu,
ketentuan pidana lingkungan juga diatur dalam peraturan
perundang-undangan sector, seperti UU Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan ekosistemnya (UU No. 5 Tahun 1990),
UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketanaganukliran, UU No. 41
Tahun 1999 jo. UU No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan,
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU
No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, UU No. 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air, UU No. 31 Tahun 2004 jo.
UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, dan UU lain
sebagainya.
Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-
pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam undang-undang
PPLH. Sedikitnya ada 7 ketentuan yang dapat menjadi

138 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017


dipidana jika ketentuan dilanggar oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :
a. Ketentuan tentang baku mutu
b. Ketentuan tentang rekayasa genetika
c. Ketentuan tentang Limbah
d. Ketentuan tentang Lahan
e. Ketentuan tentang Izin Lingkungan
f. Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup

3. Penegakan Hukum Perdata Hukum Lingkungan


Penegakan hukum lingkungan dalam perdata dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Class Action atau Gugatan Masyarakat
Class Action atau gugatan masyarakat dalam UU
PPLH diatur dalam pasal 90. Masyarakat berhak
mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk
kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian
akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat
kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta
jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.
b. Hak Gugat Organisasi
Hak gugat organisasi sendiri diatur dalam pasal 92 UU
PPLH, hak ini dapat diberikan dalam rangka
pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan
hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk
melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan
ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.
Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan
gugatan apabila memenuhi persyaratan:

al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 139


1) Berbentuk badan hukum;
2) Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa
organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan
pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
3) Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan
anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.

c. Hak Gugat Pemerintah baik itu pemerintah pusat dan


daerah
Hak gugat pemerintah pasal 90 dalam UU PPLH,
Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup
berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan
tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup.

PENUTUP
a. Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih
akrab dengan lingkungan alamnya daripada penerapan
teknologi. Perkembangan teknologi yang mengelola
sumber daya alam harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dan
kelestariannya sehingga tetap bermanfaat bagi
generasi-generasi mendatang. Dengan memperhatikan
kualitas alam, sosial, budaya, dan ekonomi sebagai
komoditi masyarakat setempat yang tersubsistem.
Hanya tindakan manusia yang membuat seolah-olah
mampu menguasai alam sehingga hampir semua
lingkungan hidup sudah tersentuh oleh kehidupan
manusia. Penegakkan hukum lingkungan dapat
dilakukan dengan pemberian sanksi yang berupa
sanksi administrasi.

140 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017


b. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keputusan
kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau
kegiatan menjadi batal, faktor-faktor tersebut adalah:
Pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau
kegiatannya. Terjadi perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain sebelum dan pada waktu usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan.
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha
dan/atau kegiatan dinyatakan kadaluarsa apabila
rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan
dalam jangka waktu 3 tahun sejak diterbitkannya
keputusan kelayakan tersebut.
c. Dikenal bentuk pertanggungjawaban yuridis (liability)
bagi pengusaha dan pejabat pemberi izin lingkungan
berupa pengenaan sanksi pidana administratif
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungn Hidup.

REFERENSI

Abdurrahman, (1983), Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia,


Alumni Bandung

Amsyari Fuad, (1986), Prinsi-prinsip Masalah Pencemaran


Lingkungan, Ghalia Indonesia, Jakarta

Azis, Iwan J, (2010), Pembangunan Berkelanjutan Peran dan


Kontribusi Emil Salim, PT Gramedia, Jakarta.

Edorita, Widia, Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum


Lingkungan di Indonesia dan Perbandingannya Dengan
Beberapa Negara Asia Tenggara, 2007

al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik 141


Emirzon, Joni (2001), Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan, Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi dan
Arbitrase, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hardjosoemantri, Koesnadi, (1999), Hukum Tata Lingkungan,


Bumi Aksara Jakarta.

Lotulung, Paulus Effendi, (1993), Penegakan Hukum Lingkungan


oleh Hakim Perdata, PT citra Aditya Bakti, Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, (1998), Hukum Acara Perdata


Indonesia, Liberty, Yogjakarta.

Santosa, Mas Achmad, (1995), Peran Serta Masyarakat Dalam


Pengendalian Dampak Lingkungan, Indonesia centre for
Environment Law, Jakarta.

Silalahi, M. Daud, 2001, Hukum Lingkungan Dalam Sistem


penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung:
Alumni Bandung

Undang-Undang nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

142 Vol. 8 No. 1 Januari-Juni 2017

You might also like