Professional Documents
Culture Documents
CBD BELTIM TINEA CORPORIS Rekuren Revisi Fix
CBD BELTIM TINEA CORPORIS Rekuren Revisi Fix
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
di RS Islam Sultan Agung Semarang
Periode 21 Februari 2022 – 19 Maret 2022
Disusun Oleh :
Puteri Bella Timoriana
Pembimbing :
dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK, FINSDV
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2022
BAB I
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Infeksi tinea corporis terdapat di seluruh dunia terutama daerah tropis yang
mempunyai kelembapan tinggi seperti Negara Indonesia. Penyakit ini menyerang pria
maupun wanita dan terjadi pada semua umur terutama dewasa (usia produktif).
Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami factor
predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak berkeringat,
selain pajanan terhadap jamur lebih lama [2].
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur ini adalah iklim panas,
lembab, higiene sanitasi, pengeluaran keringat yang berlebihan, trauma kulit, dan
lingkungan. Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi
dermatofita melibatkan tiga langkah utama : perlekatan ke keratinosit, penetrasi, dan
perkembangan respon pejamu.[3]
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang
terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity
(DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita.
Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi
primer menyebabkan inflamasi minimal dan trichopiton tes hasilnya negative.
Infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh
peningkatan pergantian keratinosit. Antigen dermatofita diproses oleh sel
langerhans epidermis dan dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe.
Limfosit T melakukan proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi
untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan
barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan sel-sel yang
bermigrasi.
2.5 Gejala Klinis dan Diagnosis
Gambaran klinis tinea corporis berupa rasa gatal pada lesi terutama saat
berkeringat. Keluhan gatal tersebut memacu pasien untuk menggaruk lesi yang pada
akhirnya menyebabkan perluasan lesi terutama di daerah yang lembab. Kelainan yang
terlihat pada lesi berupa makula eritematosa atau plak merah atau hiperpigmentasi
yang berbentuk bulat atau lonjong dan berbatas tegas. Pada daerah tepi terdapat
skuama halus, vesikel dan papul yang aktif, sedangkan pada daerah tengah lebih
tenang (central healing). Gambaran lesi dapat polisiklis, anular atau geografis. [1,4,5]
Pada perjalanan penyakit yang kronik dan menahun dapat dijumpai
likenifikasi. Tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi
pada tiap bagian tubuh. Disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et
corporis apabila bersama-bersama dengan kelainan pada sela paha. Pada kasus
menahun juga tidak menimbulkan gatal, dan dapat menyerupai iktiosis. [2,6].
Tempat predileksi dari tinea corporis yaitu pada bagian tubuh yang tidak
berambut dan lembab seperti thorax, abdomen, glutea, dan ekstremitas. Penegakan
diagnosis tinea corporis berdasarkan gambaran klinis, status lokalis dan pemeriksaan
penunjang [1,2,6].
Gambar 1. Central Healing. Bagian tepi lesi lebih aktif (tanda peradangan)
lesi bulat, berbatas tegas,terdiri atas eritema, papul ditepi lesi. Daerah tengahnya lebih
tenang, bagian tepi terlihat aktif.
Gambar 2. Tinea korporis, bentuk Gambar 3. Tinea korporis, luas, batas
subakut, lesi polimorf, batas tegas, tegas
central healing
artrospora. [8]
2. Lampu Wood
Untuk membedakan dengan penyakit dermatofit yang lain dapat dilakukan
pemeriksaan lampu wood. Tidak semua dermatofita akan berflouresensi dibawah
sinar ultraviolet. Beberapa dermatofita yang memberikan hasil yang positif pada
pemeriksaan ini antara lain spesies zoofilik M.canis dan M.audouinii yang
menyebabkan tinea kapitis akan memberikan fluoresensi hijau kebiruan, tinea
versikolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur yang berfluoresensi kuning
keemasan dan eritrasma oleh karena Corynebacterium minutissimum yang
berpendar merah koral terang [4,6].
3. Pemeriksaan Kultur
Dengan pembiakan yang bertujuan untuk mengetahui spesies jamur
penyebab dengan menggunakan bahan kerokan yang ditanam dalam agar
Sabouroud Dekstrose, untuk mencegah pertumbuhan bakteri dapat ditambahkan
antibiotik seperti khloramfenikol ke dalam media tersebut. Perbenihan pada suhu
24-30°C. Pembacaan dilakukan dalam waktu 1-3 minggu. Koloni yang tumbuh
diperhatikan mengenai warna, bentuk, permukaan dan ada atau tidaknya hifa. Bila
dihubungkan dengan pengobatan, kultur tidak harus selalu dikerjakan kecuali pada
tinea unguium. [1,6,8]
4. Pemeriksaan Histologis
Pemeriksaan histologis akan tampak neutrofil di stratum corneum, sedangkan pada
biopsi kulit dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin pada tinea corporis
menunjukkan spongiosis, parakeratosis, dan infiltrate inflamasi superfisial
(rembesan sel radang ke permukaan) [3].
1. Ptiriasis Rosea
Erupsi papuloskuamosa akut yang sembuh sendiri, denga morfologi khas
berupa makula eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan
lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama halus. Lesi di awali suatu bercak yang
besar dan di sekitarnya terdapat bercak agak kecil. Ukuran bercak bervariasi dari
seujung jarum pentul sampai sebesar uang logam. Sebagian kecil penderita
disertai gejala prodromal ringan seperti badan lemah, sakit kepala, dan sakit
tenggorokan. Sebagian penderita juga mengeluhkan gatal ringan. Tempat
predileksi penyakit ini pada batang tubuh, lengan atas dan proximal tungkai atas
sehingga menyerupai pakaian renang jaman dulu. [2].
2. Dermatitis Seboroik
Peradangan yang erat dengan keaktivan glandula sebasea yang aktif pada bayi
dan insiden puncak pada usia 18-40 tahun. Manifestasi pada dermatitis seboroik
didapatkan eritema, skuama yang berminyak dan kekuningan, eksematosa ringan
dengan batas tidak tegas, rambut rontok mulai dari verteks dan frontal, disertai rasa
gatal dan menyengat. Krusta tebal dapat berbau tidak sedap dan meluas ke dahi,
glabela, telinga postaurikular, leher, daerah supraorbital, liang telinga luar, lipatan
nasolabial, sternal, payudara, interskapular, umbilikus, lipat paha dan anogenital.
[2,6]
3. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan residif,
mempunyai dasar genetik, dengan karakteristik gangguan pertumbuhan dan
diferensiasi epidermis. Keluhan biasanya berupa bercak merah bersisik mengenai
bagian tubuh terutama daerah ekstensor dan kulit kepala disertai rasa gatal.
Pengobatan menyembuhkan sementara kemudian dapat muncul kembali. Bentuk
psoriasis yang paling banyak yaitu psoriasis tipe plakat atau psoriasis vulgaris.
Kelainan kulit ini berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama
berwarna keperakan. Daerah yang terkena biasanya: siku, lutut, kepala, celah
intergluteal, palmar dan plantar. [2,8]
2.8 Penatalaksaan
Terapi pada penyakit kulit tinea korporis dibagi menjadi dua bagian yaitu
terapi umum dan khusus. Pada terapi umum bertujuan untuk menghilangkan faktor
predisposisi seperti memakai baju yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat serta
meningkatkan kebersihan badan supaya lingkungan kulit tidak lembab dan tidak
menjadi tempat proliferasi jamur. Kemudian terapi khusus tinea corporis berupa
medikamentosa yang terdiri dari obat topikal dan sistemik [1,4].
Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topical, dapat digunakan obat oral.
Antijamur oral diberikan pada infeksi yang luas, lesi yang lebih inflamasi, tidak dapat
mentoleransi obat topikal, gagal dengan pengobatan topikal dan penderita dengan
infeksi kronis [4]. Obat oral (sistemik) antifungi yang digunakan antara lain:
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
f. Status Dermatologik
a. Inspeksi :
I. Satu
- Lokasi :
Pantat Kanan
- UKK :
Plakat berwarna coklat tua,
berbatas tidak tegas
dengan disertai
skuama, erosi dan krusta
II. Dua
- Lokasi :
Pantat kiri
- UKK :
Pakat berwarna coklat tua,
batas tidak tegas, disertai
skuama krusta dan erosi
b. Palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi:
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. DIAGNOSIS BANDING
a. Tinea Corporis
b. Ptiriasis Rosea
c. Dermatitis Seboroik
d. Psoriasis
F. DIAGNOSIS KERJA
Tinea Corporis Rekuren
G. RENCANA TERAPI
s.2.d.d.tab I
R/ Ketokonazole cream 2% tube No. I
Asam Salisilat 5%
s.m.f.l. da in pot
s.1.d.d. tab 1
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad sanationam : Ad Bonam
Quo ad kosmetikan : Dubia ad Bonam
I. EDUKASI
Aspek klinis
- Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
- Gunakan pakaian dalam dengan kondisi kering dan bersih.
- Hindari memanipulasi keluhan dengan menggaruk
- Mengeringkan tubuh dengan handuk setelah mandi dan hindari penggunaan
handuk secara bergantian dengan orang lain. Cuci handuk yang mungkin
terkontaminasi.
- Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menggunakan pakaian.
- Minum obat dan oleskan obat secara teratur.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara mencuci pakaian secara
teratur.
Aspek Islami
PEMBAHASAN
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan gatal pada pantat kanan dan kirinya.
Keluhan pada awalnya muncul pada 1 tahun yang lalu dan sudah dilakukan pengobatan
hingga sembuh, namun muncul kembali dalam 2 minggu terakhir. Keluhan tersebut
berlangsung secara terus menerus dan biasanya terjadi saat pasien sedang berkeringat.
Pasien memiliki kebiasaan jarang mengeringkan badan setelah mandi dengan handuk,
dan sering menggunakan celana dalam yang lembab atau basah. Pasien juga memiliki
postur tubuh obesitas.