You are on page 1of 16

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol.

1 (4): 435-450
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm/article/view/1
Copyright (c) 2017 Departemen SKPM
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT


KEBERHASILAN PROGRAM SEKOLAH LAPANG
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
Gender Analysis of the Success Rate of Integrated Crop Management Field
School Program
Falah Muthiah1) dan Aida Vitayala S Hubeis1)

1)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia
Email: falahmuthiah@yahoo.com; aidahubeis@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
Gender inequalities in development programs is problem that still going on. One of program from the
government that relate to agricultural development policies and apply the principle of gender
mainstreaming is Integrated Crop Management Field School Program (SL-PTT) in rural areas. The
general purpose of this research is to analyze the level of gender equality in SL-PTT program, and
analyze the relationship between the level of gender equality with success rate of SL-PTT program.
This research using quantitative data with survey method using simple random sampling technique
and analyzed by cross tabulation and Rank Spearman. This research supported by qualitative data
with in-depth interviews. The results showed that there is a positive and significant correlation
between the level of gender equality and success rate of SL-PTT program.

Keywords: gender analysis, gender equality, the success rate of the program

ABSTRAK

Program pembangunan yang belum memenuhi adanya kesetaraan gender menjadi permasalahan yang
sampai saat ini berlangsung. Salah satu program dari pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan
pembangunan pertanian yang menerapkan prinsip pengarusutamaan gender adalah program Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) di perdesaan. Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk menganalisis tingkat kesetaraan gender program SL-PTT, dan menganalisis hubungan antara
tingkat kesetaraan gender dengan tingkat keberhasilan program SL-PTT. Penelitian ini menggunakan
data kuantitatif dengan metode survei dengan menggunakan teknik simple random sampling dianalisis
menggunakan tabulasi silang dan Rank Spearman didukung dengan data kualitatif dengan wawancara
mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
keterlibatan peserta SL-PTT dengan tingkat keberhasilan program SL-PTT.

Kata Kunci : Analisis gender, kesetaran gender, keberhasilan program

PENDAHULUAN juta orang sebagai penyumbang tenaga kerja


tertinggi di Indonesia. Salah satu program dari
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan
pertanian menjadi salah satu basis perekonomian pembangunan pertanian adalah program Sekolah
nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT)
BPS pada tahun 2013 yang mencatat jumlah di perdesaan. Tujuan umum dari program ini
tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 39,96

Desember 2017 435


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

adalah untuk meningkatkan pengetahuan, menunjukkan pelaksanaan yang cenderung belum


keterampilan dan sikap petani guna mempercepat responsif gender. Penelitian Farmia (2006),
penerapan komponen teknologi PTT dalam menjelaskan bahwa kondisi ketidaksetaraan
usahatani sehingga produktivitas dan gender dapat merugikan kesejahteraan laki-laki
kesejahteraan petani dapat tercapai. Sebagaimana dan perempuan karena berdampak pada
yang tercantum dalam pedoman teknis SL-PTT kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
tahun 2014, SL-PTT menerapkan prinsip dapat mengurangi produktivitas.
pengarusutamaan gender yang memperhatikan
Sejalan dengan upaya pengarusutamaan gender
peran perempuan dalam hal partisipasi, akses,
yang tertulis berdasarkan petunjuk teknis SL-
kontrol, dan menikmati manfaat dalam kegiatan.
PTT tahun 2014 yakni kegiatan SL-PTT
Prinsip pengarusutamaan gender merupakan memerhatikan peran perempuan dalam hal
bagian dari amanat Inpres Nomor 9 tahun 2000 partisipasi, akses, kontrol, dan menikmati
tentang pengarusutamaan gender (PUG) yang manfaat untuk dalam kegiatan. Menjadi penting
menempatkan perempuan pada posisi yang adil untuk meneliti penyelenggaraan SL-PTT
dalam peran dan partisipasinya melalui program berdasarkan perspektif gender untuk memeroleh
pembangunan. Undang-undang No. 17 Tahun pemahaman atas keberhasilan SL-PTT dalam
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
Panjang Nasional tahun 2015-2019 menetapkan
Penyelenggaraan Sl-PTT terdiri dari beberapa
bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
kegiatan yang meliputi penyuluhan mengenai
mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil,
komponen teknologi SL-PTT, sosialisasi
dan makmur. Adil berarti tidak ada pembatasan
mengenai penerapan teknologi SL-PTT serta
atau diskriminasi dalam bentuk apapun termasuk
praktek lapang dari kegiatan penanaman hingga
gender.
pasca panen. Sehubungan dengan hal itu,
Perempuan masih mengalami kesenjangan penting bagi peneliti untuk mengidentifikasi
gender. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan bagaimana karakteristik individu dan rumah
data dari Kementerian Perempuan dan tangga pelaksana program SL-PTT?
Perlindungan Anak pada tahun 2015 bahwa
Dalam konteks PUG dalam pembangunan di
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
Indonesia, menurut KPP (2005) terdapat empat
diperoleh perempuan pada tahun 2014 mencapai
faktor utama untuk mengidentifikasi ada tidaknya
66,27 persen sedangkan laki-laki adalah 73,36
kesenjangan gender, yakni: akses, kontrol,
persen. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
partisipasi dan manfaat. Sehubungan dengan itu
Nasional dalam kurun waktu tahun 2010-2014
perlu dikaji bagaimana tingkat kesetaraan gender
telah meningkat dari 89,42 pada tahun 2010
dalam program SL-PTT?
menjadi 90,34 pada tahun 2014. Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG) mencapai 70,68 Tingkat kesetaraan gender dapat diukur melalui
persen. Namun, pada IDG setiap keterlibatan akses, kontrol, partisipasi, manfaat dalam suatu
perempuan pada setiap komponen masih rendah, program atau kegiatan. Dalam realitanya,
hal tersebut digambarkan dengan keterlibatan kesetaraan gender dapat dipengaruhi oleh
perempuan dalam parlemen 17,32 persen, beberapa faktor. Berdasarkan penelitian yang
perempuan sebagai tenaga profesional 45,61 dilakukan oleh Yuwono (2012) menyatakan
persen, dan sumbangan pendapatan perempuan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara
35,64 persen. Persentase tersebut karakteristik individu dengan tingkat kesetaraan
menggambarkan masih terjadinya kesenjangan gender. Untuk melihat kesetaraan gender, penting
gender. untuk diketahui bagaimana bagaimana hubungan
antara karakteristik individu dengan tingkat
Program pembangunan yang belum memenuhi
kesetaraan gender dalam program SL-PTT?
adanya kesetaraan gender menjadi permasalahan
yang sampai saat ini berlangsung. Hal tersebut Kesetaraaan gender dalam program
dibuktikan oleh penelitian dilakukan oleh Qoriah pembangunan berkaitan erat dengan karakteristik
(2008) pada program Desa Mandiri Pangan sosial dan ekonomi rumah tangga. Hal tersebut

436 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan
Yuwono (2012) yang menyatakan bahwa sosial, budaya, politik dan ekonomi.
karakteristik sosial ekonomi rumah tangga
Seks dan gender merupakan pengertian yang
memiliki hubungan yang nyata dan signifikan
berbeda. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008)
dengan kemampuan mengakses dan mengontrol
seks adalah pembagian jenis kelamin yang
sumber daya. Menjadi penting untuk dikaji
ditentukan secara biologis melekat pada jenis
bagaimana hubungan antara karakteristik rumah
kelamin tertentu. Seks berarti perbedaan laki-laki
tangga dengan tingkat kesetaraan gender dalam
dan perempuan sebagai makhluk hidup secara
program SL-PTT?
kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme secara
Program SL-PTT dilakukan untuk meningkatkan biologis. Konsep gender adalah sifat yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
mempercepat penerapan komponen teknologi dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun
PTT dalam usahatani sehingga produktivitas dan budaya, sehingga lahir beberapa anggapan
kesejahteraan petani dapat tercapai. Berdasarkan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan
pedoman teknis SL-PTT tahun 2014, SL-PTT perempuan.
menerapkan prinsip pengarusutamaan gender.
Teknik Analisis Gender
Sehingga menjadi penting untuk dikaji
bagaimana tingkat keberhasilan program dalam Menurut oleh Handayani dan Sugiarti (2008),
program SL-PTT? teknik analisis gender digunakan untuk
mengungkap hubungan sosial laki-laki dan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
perempuan. Menurut Prastiwi dan Sumarti (2012)
adalah:
menjelaskan dua teknik, yaitu teknik model
1. Menganalisis karakteristik individu dan Harvard dan teknik model Moser. Teknik model
rumah tangga pelaksana Program SL-PTT Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute
2. Menganalisis tingkat kesetaraan gender for Internasional Development. Teknik ini
dalam program SL-PTT memfokuskan pada Woman in Development
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik (WID). Kerangka analisis gender bertujuan untuk
individu dengan tingkat kesetaraan gender menunjukkan bahwa ada persoalan ekonomi
dalam Program SL-PTT dalam alokasi sumberdaya baik bagi perempuan
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan laki-laki. Teknik analisis ini menggunakan
rumah tangga dengan tingkat kesetaraan tiga komponen yang saling berkorelasi satu
gender dalam Program SL-PTT dengan yang lainnya. Komponen analisis
5. Menganalisis hubungan antara tingkat meliputi:
kesetaraan gender dengan tingkat
1. Profil Kegiatan
keberhasilan Program SL-PTT
Tujuan analisis ini adalah mengidentifikasi
PENDEKATAN TEORITIS aktivitas perempuan maupun laki-laki.
Analisis dilihat dari pembagian kerja, yaitu
Konsep Gender meliputi kerja produktif, reproduktif, sosial.
Gender menurut Hubeis (2010) merupakan suatu 2. Akses dan Kontrol terhadap sumber dan
konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan manfaat. Tujuan analisis ini adalah
sifat perempuan dan laki-laki yang berdasarkan mengidentifikasi peluang atau kesempatan
nilai-nilai budaya yang menentukan peranan laki- individu dalam memperoleh atau
laki dan perempuan di tiap bidang masyarakat menggunakan sumberdaya tertentu.
yang menghasilkan peran gender, misalnya 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Tujuan
perempuan sering dipandang sebagai orang yang analisis ini adalah untuk mendapatkan
keibuan, ramah, dan teliti sedangkan laki-laki informasi terkait faktor-faktor yang
dikenal sebagai orang yang kuat, dan perkasa. mempengaruhi perbedaan-perbedaan gender
Dengan kata lain, gender adalah perbedaan antara dalam hal ketenagakerjaan, akses, dan
laki-laki dan perempuan yang terbentuk di dalam kontrol sebagaimana yang terdaftar dalam

Desember 2017 437


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

analisis profil kegiatan dan akses-kontrol (domestik), peran produktif (publik), dan peran
terhadap sumber dan manfaat. sosial (masyarakat). Uraian ringkas dari masing-
4. Ceklist untuk Analisa Siklus Proyek. Tujuan masing klasifikasi peran gender adalah sebagai
analisis ini adalah untuk memperoleh berikut:
gambaran perbedaan efek perubahan sosial
1. Peran reproduktif (peran domestik) adalah
bagi perempuan dan laki-laki.
peran yang dilakukan oleh seseorang untuk
melakukan kegiatan yang terkait dengan
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti
pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan
(2012) Teknik Moser adalah teknik analisis yang
tugas.
membantu perencana atau peneliti dalam menilai,
mengevaluasi, dan merumuskan usulan dalam 2. Peran produktif menyangkut pekerjaan yang
tingkat kebijakan program yang lebih peka menghasilkan barang dan jasa untuk
gender. Komponen analisis teknik Moser sebagai dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani,
berikut nelayan, konsultasi, jasa, pengusaha, dan
1. Tiga Peran Gender wirausaha).
Moser mengidentifikasi tiga peran 3. Peran masyarakat (sosial) adalah peran yang
perempuan, yaitu peran kerja reproduktif, terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi
peran kerja produktif dan peran kerja politik. Kegiatan jasa yang bersifat relawan
komunitas/sosial
biasanya dilakukan oleh perempuan.
2. Penilaian Kebutuhan Gender Sedangkan peran politik adalah peran yang
Terdapat dua tipe kebutuhan gender, yaitu: terkait dengan status dan kekuasaan
kebutuhan praktis gender, adalah kebutuhan
seseorang pada organisasi tingkat desa atau
yang bersifat langsung, cepat dalam konteks tingkat yang lebih tinggi.
dalam jangka waktu pendek dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan yang lebih baik. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender
Sementara itu kebutuhan strategis gender, Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti
adalah kebutuhan yang bersifat jangka (2012) ketidakadilan dan diskriminasi gender
panjang dalam upaya perubahan pembagian merupakan kondisi kesenjangan dan ketimpangan
kerja gender yang lebih setara, pengentasan atau tidak adil akibat dari sistem dan struktur
beban kerja domestik dan perawatan anak, sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki
penghapusan diskriminasi seperti sistem menjadi korban dari sistem tersebut. Bentuk-
hukum yang mendukung laki-laki serta bentuk manifestasi ketidakadilan akibat
penyediaan layanan reproduksi.. diskriminasi gender menurut KPP (2005) diacu
3. Kategori pendekatan kebijakan yang Women Prastiwi dan Sumarti (2012) meliputi:
in Development (WID) dan Gender and
Development (GAD) 1. Marjinalisasi atau peminggiran perempuan:
WID adalah pengintegrasian perempuan ke proses pemiskinan yang merupakan proses,
dalam pembangunan dengan asumsi sikap, perilaku masyarakat, maupun
perempuan tidak terlibat dalam program kebijakan negara yang berakibat pada
pembangunan sebelumnya. Menurut penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan
Marhaeni (2008) menjelaskan pada atau laki-laki.
paradigma Gender and Development (GAD) 2. Subordinasi: suatu keyakinan bahwa salah
menekankan pada redistribusi kekuasaan satu jenis kelamin dianggap lebih penting
(power) dalam relasi sosial perempuan dan atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin
laki-laki. lainnya
Peran Gender 3. Pandangan strereotype: suatu pelabelan atau
Hubeis (2010) menjelaskan peran gender dalam penandaan yang sering kali bersifat negatif
laki-laki dan perempuan diklasifikasikan dalam secara umum terhadap salah satu jenis
tiga peran pokok yaitu peran reproduktif kelamin tertentu.

438 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

4. Kekerasan: suatu serangan terhadap fisik masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah
maupun integritas mental psikologi sebagai berikut: (1) Ukuran kekayaan yang dapat
seseorang. dilihat pada bentuk rumah, pakaian, pekerjaan,
penghasilan, (2) Ukuran kekuasaan, barangsiapa
5. Beban kerja: peran dan tanggung jawab
yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
seseorang dalam melakukan berbagaijenis
wewenang terbesar, menempati lapisan atasan,
kegiatan sehari-hari.
(3) Ukuran kehormatan, ukuran kehormatan
Kesetaraan dan Keadilan Gender tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti kekayaan dan/atau kekuasaan, (4) Ukuran ilmu
(2012) kesetaraan gender merupakan kondisi pengetahuan.
dimana perempuan dan laki-laki menikmati Yuwono (2012) dalam analisis gender program
status yang setara dan memiliki kondisi yang pengembangan usaha agribisnis mengungkapkan
sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak bahwa karakteristik rumah tangga yaitu luas
asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala lahan kering yang dikuasai dan status ekonomi
bidang kehidupan. Sedangkan keadilan gender (pendapatan) rumah tangga. Berhubungan nyata
merupakan suatu kondisi adil untuk perempuan dengan akses dan kontrol dari komponen PUAP.
dan laki-laki melalui proses budaya dan Sedangkan karakteristik individu terdiri dari
kebijakan yang menghilangkan hambatan- tingkat pendidikan formal dan pengalaman
hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki. bertani.
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti 1. Tingkat Pendidikan
(2012) wujud kesetaraan dan keadilan gender
Berdasarkan UU RI No 20 tahun 2003,
dapat dilihat melalui:
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal
1. Akses: kesempatan yang sama bagi dan pendidikan informal. Pendidikan formal
perempuan dan laki-laki pada sumberdaya adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
pembangunan. Contoh, memberikan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
kesempatan yang sama memperoleh dasar, pendidikan menengah, dan
informasi pendidikan dan kesempatan untuk pendidikan tinggi. Pendidikan non formal
meningkatkan karir bagi PNS laki-laki dan adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
perempuan. formal yang yang dapat dilaksanakan secara
2. Partisipasi: perempuan dan laki-laki terstruktur dan berjenjang
berpartisipasi yang sama dalam proses 2. Umur
pengambilan keputusan.
Menurut Havighurst (1950) diacu
3. Kontrol: perempuan dan laki-laki Mugniesyah (2009), tingkatan umur dapat
mempunyai kekuasaan yang sama pada digolongkan berdasarkan tigkat
sumberdaya pembangunan. perkembangannya yang terbagi menjadi tiga
4. Manfaat: pembangunan harus memberikan yakni dewasa awal (18-30 tahun), dewasa
manfaat yang sama bagi perempuan dan menengah (31-50 tahun), dan tua (>51
laki-laki. tahun). Umur merupakan unsur yang
berkaitan dengan tingkat kesetaraaan gender.
Karakteristik Individu dan Rumah Tangga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Petani oleh Prastiwi (2012) umur memiliki
Menurut BPS (2016) rumah tangga adalah hubungan yang signifikan terhadap tingkat
seorang atau sekelompok orang yang mendiami kesetaraan gender.
sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan 3. Jumlah Pendapatan
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu
dapur. Soekanto (2009) menyatakan bahwa Pendapatan merupakan unsur yang berkaitan
dengan tingkat kesetaraan gender.
ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota-anggota Berdasarakan hasil penelitian yang

Desember 2017 439


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

dilakukan oleh Yuwono (2012) menyatakan Tahapan penerapan SL-PTT dimulai dengan
bahwa status ekonomi rumah tanga melakukan pemahaman masalah dan peluang
(pendapatan) berhubungan nyata secara (PMP) antara petani dengan pemandu lapang.
positif dengan tingkat kontrol dari Selanjutnya, dilakukan perakitan komponen
komponen PUAP. teknologi PTT berdasarkan kesepakatan
kelompok untuk diterapkan dalam lahan
4. Luas kepemilikan lahan
usahataninya kemudian menyusun RUK
Fitria (2015) menyatakan bahwa lahan berdasarkan kesepakatan kelompok
adalah faktor produksi paling penting bagi kemudian penerapan PTT. Dalam
petani, semakin luas lahan yang dikuasainya, pelaksanaan SL-PTT, terdapat laboratorium
maka produktivitasnya akan semakin tinggi. lapang sebagai tempat belajar. Bantuan
Luas kepemilikan lahan berhubungan sarana produksi pertanian yang diberikan
dengan tingkat kesetaraan gender. Yuwono kepada petani yaitu bibit padi, pupuk
(2012) menyatakan terdapat hubungan yang organik, pupuk urea, serta obat-obatan untuk
nyata antara luas lahan kering yang dimiliki komoditas padi. Pelaksanaan SL-PTT
dengan tingkat akses dari komponen PUAP. berlangsung dalam bentuk sosialisasi
Profil Program SL-PTT mengenai materi atau komponen teknologi
yang diterapkan serta pelatihan di lapang
Pedoman Teknis SL-PTT tahun 2014 untuk menerapkan teknologi tersebut.
menyatakan bahwa Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat 3) Evaluasi
pendidikan non formal bagi petani untuk Evaluasi pada kegiatan SL-PTT dilakukan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam untuk mengetahui tingkat kehadiran,
mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap
mengatasi permasalahan, mengambil keputusan materi yang dipelajari dalam SL-PTT, serta
dan menerapkan teknologi sesuai dengan kondisi tingkat implementasinya di lahan sekolah
sumberdaya setempat secara sinergis dan lapang.
berwawasan lingkungan sehingga usahatani
Kerangka Pemikiran
menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan
berkelanjutan. Analisis gender dapat dilihat dari data terpilah
gender antara perempuan dan laki-laki,
Tujuan dari pelaksanaan SL-PTT yakni untuk
berdasarkan akses dan kontrol dalam sumberdaya,
menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi,
partisipasi, dan manfaat yang diperoleh sebagai
meningkatkan koordinasi dan keterpaduan
upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender KPP
pelaksanaan SL-PTT, meningkatkan
(2005). Analisis gender dalam program SL-PTT
pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap
dilihat dari data terpilah peserta berdasarkan
petani guna mempercepat penerapan komponen
karakteristik individu yang meliputi tingkat
teknologi PTT padi dalam usahataninya, serta
pendidikan formal, keikutsertaan dalam pelatihan,
meningkatkan produktivitas, produksi dan
serta pengalaman bertani dan karakteristik
pendapatan serta kesejahteraan petani padi.
demografi yang meliputi umur peserta
Pedoman Teknis SL-PTT tahun 2014
perempuan dan peserta laki-laki.
menyatakan bahwa kegiatan SL-PTT terbagi atas
tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis pembagian kerja dalam rumahtangga
peserta dilakukan untuk melihat isu ketidakadilan
1) Persiapan
gender yang dialami responden peserta pogram
Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi SL-PTT yang meliputi pembagian kerja produktif,
pemilihan hamparan sawah 10-25 ha beserta reproduktif dan sosial. Karakteristik rumah
kelompok tani, pemilihan petani peserta, tangga yang terdiri dari curahan kerja perempuan
tempat dan areal Laboratorium lapang dan laki-laki, jumlah luas lahan pertanian, serta
2) Pelaksanaan jumlah pendapatan rumah tangga dianalisis untuk

440 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

mengetahui hubungan terhadap tingkat proses perencanaan hingga evaluasi. Semakin


kesetaraan gender. tinggi tingkat akses, kontrol, manfaat dan
partisipasi yang dinikmati peserta program SL-
PTT, maka kesetaraan gender telah tercapai.
Karakteristik
Individu Peserta SL- Kesetaraan gender berhubungan dengan
PTT (X1): keberhasilan program SL-PTT. Keberhasilan
program dalam penelitian ini diukur dengan
X1.1. Umur
mempertimbangkan kesetaraan gender dalam
X1.2. Tingkat
Pendidikan
pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan
formal kebutuhan jangka panjang gender yang dirasakan
X1.3. Keikutsertaan oleh peserta perempuan dan laki-laki. Jika
pelatihan kebutuhan jangka pendek dan kebutuhan jangka
X1.4 Pengalaman panjang gender peserta perempuan dan peserta
bertani laki-laki terpenuhi, maka dapat dikatakan
pelaksanaan program SL-PTT telah responsif
Tingkat
Tingkat Kesetaraan Keberhasilan dalam
gender
dan Keadilan Gender SL-PTT (Y): Hipotesis
dalam SLPTT (X2) : 1. Terdapat hubungan yang nyata dan
Y1 Pemenuhan signifikan antara karakteristik individu
X2.1 Akses kebutuhan
peserta dengan tingkat kesetaraan gender
X2.2 Kontrol jangka pendek
X2.3 Partisipasi Y2 Pemenuhan 2. Terdaoat hubungan yang nyata dan
X2.4 Manfaat kebutuhan signifikan antara karakteristik rumah tangga
jangka panjang peserta dengan tingkat kesetaraan gender
3. Terdapat hubungan yang nyata dan
signifikan antara tingkat kesetaraan gender
Karakteristik Rumah dalam program SL-PTT dengan tingkat
Tangga Peserta SL- keberhasilan program SL-PTT
PTT (X3):
X3.1 Pendapatan PENDEKATAN LAPANG
X3.2 Luas lahan
pertanian Penelitian ini menggunakan pendekatan
X3.3 Pembagian kerja kuantitatif didukung dengan pendekatan
laki-laki dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan
perempuan
dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner yang ditujukan kepada
Gambar 1. Kerangka pemikiran responden. Pendekatan kuantitatif yang
digunakan adalah penelitian survei, yaitu
: berhubungan penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
Kesetaraan dan keadilan gender dalam program alat pengumpulan data pokok (Singarimbun dan
SL-PTT dianalisis dengan melihat akses dan Effendi 2008). Kuesioner berisi daftar pertanyaan
kontrol peserta terhadap sumber daya dan pernyataan yang ditujukkan kepada sejumlah
(penyuluhan, pendampingan, dan bantuan sarana responden.
produksi pertanian) dari program SL-PTT, Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam
manfaat yang dinikmati peserta (peningkatan penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan
pendapatan, peningkatan kemampuan bertani, (explanatory research) yang dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel
produksi pertanian) yang dirasakan peserta melalui pengujian hipotesa. Selain itu, dilakukan
program SL-PTT, serta partisipasi peserta dalam pendekatan kualitatif berupa wawancara

Desember 2017 441


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

mendalam kepada informan. Pada pendekatan Responden diwawancarai sesuai dengan


kualitatif digunakan panduan pertanyaan untuk kuesioner. Pemilihan informan dilakukan secara
memahami secara mendalam dan rinci. purposive sesuai dengan rekomendasi dari warga
Selanjutnya data kualitatif dari panduan dan jumlahnya tidak ditentukan. Penentuan
wawancara akan dipaparkan dalam dalam bentuk informan dalam wawancara ditentukan
kutipan. menggunakan teknik bola salju (snowball) yang
memungkinkan perolehan data dari satu informan
Penelitian dilakukan di Desa Purwabakti,
ke informan lainnya. Informan dalam penelitian
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
ini adalah penyuluh lapangan, ketua kelompok
Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih
tani, dan ketua gabungan kelompok tani, serta
secara purposive Dipilihnya lokasi tersebut
tokoh masyarakat setempat.
karena program SL-PTT pada tahun 2016
dilaksanakan di Kampung Cikuda Mulya RW 04 Data dalam penelitian ini meliputi data primer
dan RW 05, Desa Purwabakti sebagai lokasi yang dan data sekunder. Data primer merupakan data
mendapatkan alokasi anggaran dari BKP5K yang diperoleh langsung dari responden dan
kabupaten Bogor. Selain itu, berdasarkan hasil informan melalui survei, observasi serta
wawancara dengan penyuluh lapang dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari
koordinator SL-PTT Kabupaten Bogor dokumen-dokumen tertulis atau arsip di kantor
penyelenggaraan program SL-PTT di Kampung kepala desa, buku, internet, data dari Badan Pusat
Cikuda Mulya dinilai telah berhasil dan Statistik (BPS), jurnal-jurnal penelitian, pedoman
perempuan aktif berkontribusi dalam setiap teknis SL-PTT tahun 2014 serta buku panduan
kegiatan dan dinilai telah mengintegrasikan SL-PTT 2014 yang berkaitan dengan penelitian
aspek gender. ini. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui
wawancara terstruktur kepada 40 responden yang
Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu dua
terdiri dari 20 responden laki-laki dan 20
bulan yaitu pada bulan November 2016 sampai
responden perempuan. Sedangkan data primer
dengan Desember 2016. Kegiatan penelitian
kualitatif dikumpulkan melalui wawancara
meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium,
mendalam (indepth interview) kepada sejumlah
pengambilan data lapangan, penulisan draft
informan melalui panduan wawancara
skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan
mendalam.
laporan penelitian.
Peneliti melakukan uji coba 10 kuesioner untuk
Sumber data dalam penelitian ini adalah
melihat validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan
responden dan informan. Responden merupakan
reliabilitas dilaksanakan di Desa Cimanggu,
individu yang dapat memberikan keterangan atau
Kacamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor
informasi mengenai dirinya sendiri berkaitan
Jawa Barat.
dengan penelitian yang dilakukan. Metode
pengambilan sampel menggunakan teknik simple Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang
random sampling, populasi dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif
adalah seluruh masyarakat yang menjadi peserta dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah
program SL-PTT Desa Purwabakti yang menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2013 dan
berjumlah 65 orang. Kemudian ditentukan SPSS for windows 21. Kemudian SPSS for
kerangka sampling laki-laki dan perempuan windows 21 digunakan untuk membantu dalam
(cluster). Setelah itu, ditentukan sampel uji statitistik yang akan menggunakan Uji
penelitian yang berjumlah 40 responden yang Korelasi Rank Spearman untuk mengukur
diambil secara acak non proposional (non- hubungan antar variabel. Uji korelasi Rank
propotional random sampling) dan terdiri atas 20 Spearman untuk data dengan skala minimal
responden laki-laki dan 20 responden perempuan ordinal pada taraf nyata (α)=0,05. Tanda bintang
yang menjadi anggota dari kelompok tani. (*) yang terdapat pada nilai korelasi koefisien
juga menunjukkan signifikansi atau hubungan
Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu
antar variabel.
yang menjadi peserta Program SL-PTT.

442 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

Rank Spearman digunakan untuk melihat ada orang (30 persen) dan pada responden perempuan
atau tidaknya korelasi antara karakteristik sebanyak 11 orang (55 persen). Sedangkan pada
individu peserta program dengan tingkat kategori tinggi responden laki-laki sebanyak 7
kesetaraan gender, karakteristik rumah tangga orang (35 persen) dan perempuan sebanyak 5
peserta program dengan tingkat kesetaraan orang (25 persen).
gender, dan tingkat kesetaraan gender dengan
Pengalaman bertani responden dikelompokan
tingkat keberhasilan program.
menjadi tiga kategori berdasarkan perhitungan
KARAKTERISTIK INDIVIDU rata-rata dan standar deviasi jumlah pengalaman
PESERTA PROGRAM SL-PTT bertani seluruh responden. Kategori rendah jika
responden memiliki pengalaman bertani ≤19
Umur terendah responden pada penelitian ini tahun, sedang 20-29 tahun, dan tinggi >29 tahun.
adalah 24 tahun sedangkan umur tertinggi Pengalaman bertani pada kategori tinggi
responden adalah 64 tahun. Pengkategorian umur responden laki-laki sebanyak 8 orang (40 persen)
yang dilakukan peneliti juga berdasarkan dan perempuan sebanyak 3 orang (15 persen).
Havighurst (1950) dalam Teori Pendidikan Hal ini menunjukan bahwa capaian tingkat
Orang Dewasa diacu Mugniesyah (2009), pengalaman bertani responden laki-laki peserta
tingkatan umur digolongkan berdasarkan tingkat program SL-PTT lebih tinggi daripada
perkembangan psikologisnya, yaitu dewasa awal responden perempuan peserta program SL-PTT.
(18 sampai 30 tahun), dewasa menengah (31
sampai 50 tahun), dan usia tua (lebih dari 50 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA
tahun). Penelitian menunjukkan bahwa PESERTA PROGRAM SL-PTT
responden laki-laki dan perempuan peserta
Tingkat pendapatan dikategorikan berdasarkan
program SL-PTT sebagian besar berada pada
perhitungan rata-rata dan standar deviasi jumlah
kategori umur dewasa menengah (31 sampai 50
tanggungan rumah tangga seluruh responden.
tahun) dengan persentase laki-laki dan
Dari hasil tersebut diketahui rentang pendapatan
perempuan masing-masing 60 persen dan 90
terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
persen.
rendah pendapatan ˂Rp890.000 per bulan,
Tingkat pendidikan formal dibedakan menjadi ke kategori sedang pendapatan Rp 890.000 – Rp
dalam tiga kategori yaitu: 1) tingkat pendidikan 1.400.000 per bulan dan kategori tinggi
rendah, jika responden tidak bersekolah; 2) pendapatan >Rp1.400.000. Persentase jumlah
tingkat pendidikan menengah, jika responden responden laki-laki dengan pendapatan tinggi
tidak tamat SD dan tamat SD; 3) tingkat lebih banyak (50 persen) terhadap responden
pendidikan tinggi, jika responden telah tamat perempuan (25 persen). Sebaliknya, untuk
SMP. Secara umum, responden laki-laki dan responden laki-laki dan perempuan tingkat
perempuan peserta program SL-PTT tergolong pendapatan kategori rendah lebih besar pada
pada tingkat pendidikan yang sedang, yaitu perempuan (40 persen) dibanding laki-laki (15
sebanyak 18 orang (90 persen) dan 19 orang (95 persen).
persen).
Pada tingkat luas kepemilikan lahan pertanian
Keikutsertaan responden dalam pelatihan SL- menjadi tiga kategori berdasarkan perhitungan
PTT dibedakan menjadi tiga kategori, yakni: 1) rata-rata dan standar deviasi jumlah luas lahan
kategori rendah, jika responden mengikuti pertanian dalam rumah tangga seluruh responden
pelatihan 1 sampai 2 kali; 2) kategori menengah, yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
jika responden mengikuti kegiatan 3 sampai 5 sempit luas lahan ˂0,3 ha, kategori menengah
kali; 3) kategori tinggi, jika responden mengikuti luas lahan 0,3 ha-0,9 ha, kategori luas luas lahan
kegiatan >5 kali. Keikutsertaan responden laki- >0,9 ha. Persentase jumlah responden laki-laki
laki peserta program SL-PTT lebih tinggi dengan kepemilikan lahan pertanian luas lebih
dibandingkan dengan perempuan peserta banyak (35 persen) terhadap responden
program SL-PTT. Hal tersebut dapat terlihat pada perempuan (20 persen).
kategori rendah responden laki laki sebanyak 6

Desember 2017 443


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

Pada pembagian kerja, baik pada responden laki- laki-laki maupun perempuan peserta SL-PTT
laki maupun responden perempuan peserta memiliki tingkat akses yang tinggi terhadap
program SL-PTT pekerjaan reproduktif masih sumberdaya yang diberikan pada program SL-
didominasi oleh salah satu jenis kelamin saja, PTT. Namun, jumlah responden laki-laki yang
yaitu perempuan. Sebagian besar responden laki- termasuk pada kategori akses yang tinggi sebesar
laki peserta program SL-PTT menyatakan bahwa 15 persen daripada jumlah perempuan.
kegiatan reproduktif dilakukan oleh istri mereka.
Kontrol merujuk pada kewenangan dalam
Pada kegiatan produktif perempuan juga turut
mengambil keputusan dan hasil sumberdaya dan
berkontribusi dalam kegiatan usahatani yang
manfaat yang telah didapat. Individu yang
meliputi kegiatan menandur, membersihkan
mencapai tingkat kontrol dapat membuat
rumput. Pada kegiatan menyiapkan bibit,
keputusan mengenai penggunaan sumberdaya
membuat kotakan pada sawah, menebarkan bibit,
dan manfaat yang didapatkannya. Tingkat kontrol
memberikan obat pada tanaman serta
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah,
memberikan pupuk pada tanaman dilakukan oleh
sedang dan tinggi berdasarkan skor responden
laki-laki. Pada kegiatan sosial, laki-laki dan
dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner.
perempuan peserta program SL-PTT dilakukan
Kategori rendah, jika skor yang diperoleh 10
secara bersama-sama. Pada pembagian kerja
sampai 12, kategori sedang jika skor yang
produktif yang masih didominasi perempuan
diperoleh 13 sampai 15, kategori tinggi jika skor
serta turut berkontribusinya perempuan dalam
yang diperoleh 16 sampai 20. Responden laki-
pekerjaan produktif menunjukkan masih terjadi
laki maupun perempuan memiliki tingkat kontrol
isu ketidakadilan gender yaitu beban kerja ganda
yang tinggi untuk memperoleh sumberdaya dari
(double burden).
kegiatan SL-PTT.
TINGKAT KESETARAAN GENDER Tingkat partisipasi diukur berdasarkan
Tingkat kesetaraan gender dalam program SL- keterlibatan peserta laki-laki dan perempuan
PTT dianalisis dengan menggunakan alat analisis selama pelaksanaan program SL-PTT meliputi
gender. Analisis gender pada penelitian ini keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dianalisis berdasarkan tingkat akses peserta evaluasi, memberikan pendapat dalam pelatihan
perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya program, memberikan pertanyaan, dan
berasal dari program SL-PTT, tingkat kontrol mendengarkan materi saat berlangsungnya
peserta perempuan dan laki-laki terhadap pelatihan. Tingkat partisipasi dibedakan menjadi
sumberdaya dari program SL-PTT, tingkat tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi
manfaat yang dinikmati perempuan dan laki-laki berdasarkan skor responden dalam menjawab
peserta SL-PTT dan partisipasi peserta laki-laki pertanyaan kuesioner. Kategori rendah, jika skor
dan perempuan dalam kegiatan SL-PTT. yang diperoleh 10 sampai 12, kategori sedang
jika skor yang diperoleh 13 sampai 15, kategori
Akses peserta terhadap sumberdaya merupakan tinggi jika skor yang diperoleh 16 sampai 20.
salah satu alat dalam menganalisis tingkat Responden laki-laki maupun perempuan
kesetaraan gender dalam SL-PTT. Tingkat akses memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam
diukur berdasarkan kesempatan yang dimiliki kegiatan SL-PTT. Namun, jumlah responden
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh laki-laki memiliki partisipasi lebih tinggi sebesar
sumberdaya. Sumberdaya yang dimaksud 10 persen daripada jumlah perempuan.
meliputi pendampingan, penyuluhan, praktik
lapang, bantuan sarana produksi pertanian berupa Manfaat yang dinikmati oleh peserta SL-PTT
bibit, pupuk, dan obat tanaman. Tingkat akses merupakan salah satu alat dalam menganalisis
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah, tingkat kesetaraan gender dalam program SL-
tinggi dan sedang berdasarkan skor responden PTT. Penilaian pengukuran manfaat terdiri dari
dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner. peningkatan pendapatan setelah mengikuti
Kategori rendah, jika skor yang diperoleh 7 program, pemenuhan kebutuhan pangan,
sampai 9, kategori sedang jika skor 10 sampai 11, peningkatan kemampuan bertani, peningkatan
kategori tinggi jika skor 12-14. Responden baik produksi hasil pertanian, dan peningkatan

444 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

kualitas komoditas pertanian. Tingkat manfaat Pemenuhan Kebutuhan Jangka Pendek


dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah,
Pemenuhan kebutuhan jangka pendek peserta
sedang dan tinggi berdasarkan skor responden
program SL-PTT diukur berdasarkan pemenuhan
dalam menjawab pertanyaan kuesioner. Kategori
kebutuhan peserta perempuan dan laki-laki yang
rendah, jika skor yang diperoleh 5 sampai 6,
dirasakan secara langsung yang berasal dari
kategori sedang jika skor yang diperoleh 7
program SL-PTT terkait dengan adanya
sampai 8, kategori tinggi jika skor yang diperoleh
informasi mengenai kegiatan, pelayanan fasilitasi
9 sampai 10. Responden baik laki-laki memiliki
kegiatan program, kebutuhan sarana produksi
tingkat manfaat yang tinggi. Namun, pada
pertanian, kebutuhan pengetahuan bertani,
responden perempuan memiliki tingkat manfaat
kebutuhan ekonomi, serta perkembangan dalam
dalam kategori sedang. Secara umum, tidak
bertani. Sebagian besar responden laki-laki dan
seluruh peserta merasakan peningkatan
perempuan memiliki kategori yang sama dalam
pendapatan. Hal tersebut dikarenakan tidak
pemenuhan kebutuhan jangka pendek yaitu
sepenuhnya hasil dari kegiatan SL-PTT dapat
dalam kategori tinggi dengan responden laki-laki
menghasilkan uang. Responden peserta program
sebesar 14 orang (70 persen) dan perempuan
SL-PTT menyatakan bahwa hasil pertanian yang
sebesar 9 orang (45 persen).
mereka dapatkan biasanya digunakan untuk
kebutuhan pangan sehari-hari. Pemenuhan Kebutuhan Jangka Panjang
Tingkat kesetaraan gender diperoleh berdasarkan Pemenuhan kebutuhan jangka panjang peserta
akumulasi skor responden yang meliputi tingkat program SL-PTT diukur berdasarkan kesempatan
akses, tingkat kontrol, tingkat partisipasi, dan dan hak yang sama antara laki-laki dan
tingkat manfaar peserta laki-laki dan perempuan perempuan; dalam memperoleh bantuan dari
dalam program SL-PTT. Tingkat kesetaraan pelaksanaan program, mengikuti kegiatan
gender dibedakan menjadi tiga kategori yaitu pelatihan, mengikuti kegiatan penyuluhan,
rendah, sedang dan tinggi berdasarkan skor diskusi rapat anggota, pengambilan keputusan,
responden dalam menjawab pertanyaan dan pengurus dalam kegiatan program SL-PTT.
kuesioner. Kategori rendah, jika skor yang Pemenuhan kebutuhan jangka panjang dibedakan
diperoleh 32 sampai 42, kategori sedang jika skor menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan
yang diperoleh 43 sampai 54, kategori tinggi jika
tinggi berdasarkan skor responden dalam
skor yang diperoleh 55 sampai 64. Hasil menjawab pertanyaan. Kategori rendah, jika skor
penelitian menunjukkan responden laki-laki yang diperoleh 6 sampai 7, kategori sedang jika
sebesar 13 orang (75 persen) menyatakan bahwa
skor yang diperoleh 8 sampai 9, kategori tinggi
tingkat kesetaraan gender pada program SL-PTT jika skor yang diperoleh 10 sampai 12. Hasil
tergolong dalam kategori tinggi. Sedangkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden
responden perempuan dalam kategeori sedang.
laki-laki menyatakan bahwa pemenuhan
Tingkat kesetaraan gender responden laki-laki kebutuhan jangka panjang tergolong dalam
dominan tergolong dalam kategori yang lebih kategori tinggi sebesar 10 orang (50 persen).
tinggi.. Hal tersebut dikarenakan secara Sedangkan pada responden perempuan,
keseluruhan, responden laki-laki memiliki tingkat
pemenuhan kebutuhan strategis tergolong dalam
akses, kontrol, partisispasi dan manfaat yang kategori sedang sebesar 9 orang (45 persen). Hal
lebih tinggi daripada responden perempuan. Hal ini membuktikan bahwa secara umum responden
ini menunjukan bahwa lelaki lebih setara gender
laki-laki merasa telah terpenuhinya kebutuhan
dibandingkan perempuan. jangka panjang mereka dalam mengikuti
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM kegiatan, penyuluhan serta diskusi.

Tingkat keberhasilan program SL-PTT dalam Tingkat Keberhasilan Program


penelitian ini diukur dari pemenuhan kebutuhan Tingkat keberhasilan program SL-PTT diukur
jangka pendek dan kebutuhan jangka panjang berdasarkan akumulasi skor pemenuhan
bagi perempuan dan laki-laki peserta program kebutuhan jangka pendek dan pemenuhan
SL-PTT. kebutuhan jangka panjang peserta program SL-

Desember 2017 445


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

PTT. Tingkat keberhasilan program SL-PTT Kecamatan Pamijahan, Kabupaten


dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah, Bogor tahun 2016
sedang dan tinggi berdasarkan skor responden Koefesien
dalam menjawab pertanyaan. Kategori rendah, No Karakteristik Individu
Korelasi
jika skor yang diperoleh 12 sampai 16, kategori 1 Umur Laki-laki 0,650**
sedang jika skor yang diperoleh 17 sampai 20, 2 Umur Perempuan 0,478*
kategori tinggi jika skor yang diperoleh 21 3 Tingkat Pendidikan
sampai 24. Hasil menunjukkan bahwa sebagian 0,283
Formal Laki-Laki
besar responden laki-laki dan perempuan peserta 4 Tingkat Pendidikan
SL-PTT menyatakan bahwa tingkat keberhasilan 0,402
Formal Perempuan
program memiliki kategori tinggi. Responden 5 Tingkat Keikutsertaan
laki-laki sebesar 15 orang (75 persen) dan 0,704**
Pelatihan Laki-Laki
responden perempuan sebesar 12 orang (60 6 Tingkat Keikutsertaan
persen). Sebagian besar responden perempuan 0,459*
Pelatihan Perempuan
dan laki-laki menyatakan bahwa tingkat 7 Tingkat Pengalaman
keberhasilan program SL-PTT berada dalam 0,537*
Bertani Laki-laki
kategori tinggi karena telah berhasil memenuhi 8 Tingkat Pengalaman
kebutuhan jangka pendek dan kebutuhan jangka 0,465*
Bertani Perempuan
panjang responden.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KESETARAAN
INDIVIDU DENGAN KESETARAAN GENDER
GENDER Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat
hubungan signifikan antara karakteristik rumah
Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat tangga berupa luas kepemilikan lahan pertanian
hubungan signifikan antara karakteristik individu
dengan tingkat kesetaraan gender.
berupa umur, tingkat keikutsertaan dalam
pelatihan dan pengalaman bertani berdasarkan Tabel 2 Hasil analisis uji statistik Rank
jenis kelamin. Dari ketiga variabel tersebut, nilai
Spearman antara karakteristik rumah
korelasi tertinggi adalah tingkat keikutserataan
tangga responden terhadap tingkat
pelatihan responden laki-laki sebesar 0,704** kesetaraan gender dalam program SL-
yang menunjukkan hubungan korelasi cukup
PTT di Kampung Cikuda Mulya,
kuat. Pengujian pada tabulasi silang
Desa Purwabakti, Kecamatan
menunjukkan bahwa responden laki-laki dan
Pamijahan, Kabupaten Bogor tahun
perempuan dominan umur sedang menyatakan 2016
tingkat kesetaraan gender adalah sedang,
No Karakteristik Rumah Koefisien
responden laki-laki dominan dengan tingkat
Tangga Korelasi
keikutsertaan pelatihan dan pengalaman bertani
1 Tingkat Pendapatan
tinggi menyatakan tingkat kesetaraan gender
Rumah Tangga Responden 0,117
tinggi, responden perempuan dominan dengan
Laki-Laki
tingkat keikutsertaan pelatihan dan pengalaman
2 Tingkat Pendapatan
bertani sedang menyatakan tingkat kesetaraan
Rumah Tangga Responden 0,069
gender sedang.
Perempuan
Tabel 1 Uji hubungan antara karakteristik 3 Luas Kepemilikan Lahan
Pertanian Rumah Tangga 0,674**
individu responden terhadap
Responden Laki-laki
tingkat kesetaraan gender dalam 4 Luas Kepemilikan Lahan
program SL-PTT di Kampung Pertanian Rumah Tangga 0,534*
Cikuda Mulya, Desa Purwabakti, Responden Perempuan

446 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

Dari ketiga variabel tersebut, nilai korelasi dan perempuan adalah usia dewasa
tertinggi adalah tingkat kepemilikan lahan menengah yakni 31 sampai 50 tahun.
pertanian rumah tangga laki-laki sebesar 0,674** Tingkat pendidikan formal dominan
yang menunjukkan hubungan korelasi cukup responden laki-laki dan perempuan
kuat. Pengujian pada tabulasi silang tergolong kategori rendah yaitu tidak tamat
menunjukkan bahwa responden laki-laki SD. Responden laki-laki dan perempuan
dominan kepemilikan lahan tinggi menyatakan memiliki tingkat pengalaman bertani sedang.
tingkat kesetaraan gender tinggi dan perempuan Pada tingkat keikutsertaan pelatihan
dominan tingkat kepemilikan lahan sedang responden laki-laki dan perempuan rendah.
menyatakan tingkat kesetaraan gender sedang. Karakteristik rumah tangga peserta Sl-PTT
terdiri dari tingkat pendapatan dan luas
kepemilikan lahan pertanian. Rumah tangga
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT program SL-PTT jenis kelamin laki-laki
KESETARAAN GENDER DENGAN memiliki karakteristik tingkat pendapatan
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM dalam kategori tinggi, memiliki tingkat luas
kepemilikan lahan pertanian tinggi.
Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat Sedangkan rumah tangga peserta program
hubungan signifikan antara tingkat keterlibatan SL-PTT perempuan memiliki tingkat
peserta dengan tingkat keberhasilan program. pendapatan dalam kategori rendah, serta
Nilai korelasi baik responden laki-laki dan kepemilikan lahan pertanian rendah dan
perempuan menunjukkan nnilai korelasi yang sedang.
sedang. Dominan responden laki-laki yang
memiliki tingkat keterlibatan tinggi menyatakan 2. Pada pembagian kerja, baik pada responden
bahwa tingkat tingkat keberhasilan program laki-laki maupun responden perempuan
berada dalam kategori tinggi. Sedangkan peserta program SL-PTT pekerjaan
dominan responden perempuan memiliki reproduktif masih didominasi oleh salah satu
memiliki tingkat keterlibatan sedang menyatakan jenis kelamin saja, yaitu perempuan. Pada
bahwa tingkat keberhasilan program dalam kegiatan produktif, perempuan turut
kategori sedang. berperanserta dalam kegiatan usahatani.
Sedangkan pada kegiatan sosial laki-laki dan
Tabel 3 Hasil analisis uji statistik Rank perempuan peserta program SL-PTT
Spearman antara keterlibatan peserta dilakukan secara bersama-sama.
terhadap tingkat keberhasilan program
SL-PTT di Kampung Cikuda Mulya, 3. Pada tingkat kesetaraan gender, peserta laki-
Desa Purwabakti, Kecamatan laki menyatakan tingkat kesetaraan gender
Pamijahan, Kabupaten Bogor tahun dalam program SL-PTT tergolong dalam
2016 kategori tinggi sedangkan peserta
No Koefesien perempuan menyatakan tingkat kesetaraan
Uraian
Korelasi gender dalam program SL-PTT tergolong
1 Keterlibatan peserta laki-laki 0,490* dalam kategori sedang. Tingkat akses,
dalam SL-PTT kontrol dan partisipasi responden laki-laki
2 Keterlibatan peserta 0,559* dan perempuan tergolong tinggi. Sedangkan
perempuan dalam SL-PTT pada tingkat manfaat peserta laki-laki
memiliki tingkat manfaat dalam kategori
SIMPULAN DAN SARAN tinggi, dan perempuan memiliki tingkat
manfaat dalam kategori sedang.
Simpulan
1. Karakteristik individu peserta program SL- 4. Peserta laki-laki dan perempuan memiliki
PTT terdiri dari umur, pendidikan formal, tingkat pemenuhan kebutuhan jangka pendek
pengalaman bertani dan keikutsertaan dalam yang sama yakni dalam kategori tinggi.
pelatihan. Usia dominan peserta laki-laki Dalam pemenuhan kebutuhan jangka

Desember 2017 447


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

panjang, responden laki-laki tergolong dalam SL-PTT maupun kegiatan lain agar semakin
kategori tinggi dan peserta perempuan sejahtera.
tergolong dalam kategori sedang. 4. Bagi pemerintah, sebaiknya diperlukan
Berdasarkan akumulasi pemenuhan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
kebutuhan jangka pendek dan jangka memperhatikan kebutuhan jangka pendek
panjang, menunjukkan bahwa baik dan panjang bagi perempuan dan laki-laki
responden laki-laki maupun responden agar pemenuhan kebutuhan tidak dirasakan
perempuan menyatakan bahwa tingkat salah satu jenis kelamin saja dan dapat
keberhasilan program tergolong tinggi. menciptakan kesetaraan gender.

5. Hasil uji statistik pada hubungan DAFTAR PUSTAKA


karakteristik individu dengan tingkat
kesetaraan gender, hasil uji korelasi Agustina D. 2012. Analisis Gender dalam
menunjukkan terdapat hubungan signifikan Program Pengembangan Usaha
antara karakteristik individu berupa umur, Agribisni Perdesaan (PUAP). [skripsi].
tingkat keikutsertaan dalam pelatihan dan Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
pengalaman bertani berdasarkan jenis Andriani R, Sunarti E. 2008. Analisis Gender
kelamin. Pada hubungan karakteristik rumah pada Keluarga Petani Padi dan
tangga responden dengan tingkat kesetaraan Holtikultura di Daerah Pinggiran
gender terdapat hubungan signifikan antara Perkotaan. Jurnal Kependudukan
tingkat kepemilikan luas lahan pertanian Padjajaran. 9 Maret 2016.
dengan tingkat kesetaraan gender. Pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/pirami
hubungan tingkat keterlibatan peserta dan da/article/view/2979/2137
tingkat keberhasilan program, hasil uji Astiti SN, Tenaya. 2014. Peran Wanita Tani
korelasi menunjukkan terdapat hubungan dalam Penerapan teknologi
signifikan antara tingkat keterlibatan peserta Pengelolaan Tanaman terpadu. Jurnal
dengan tingkat keberhasilan program. Nilai Manajemen agribisnis. [Internet].
korelasi baik responden laki-laki dan Diunduh pada: 21 Oktober 2016.
perempuan menunjukkan nilai korelasi yang Tersedia pada: ojs.unud.ac.id/
sedang. [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah
Tenaga Kerja di Indonesia.
Saran [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2016. Publikasi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, [internet]. [diunduh 5 September 2016].
maka terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan Tersedia pada:
masukan sebagai bahan pertimbangan adalah https://bogorkab.bps.go.id
sebagai berikut: [BPS]. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
1. Bagi akademisi, sebaiknya dilakukan 2016. Berita Resmi Statistik Provinsi
penelitian lebih lanjut yang jawa Barat. [internet]. [diunduh 15
mengintegrasikan pembagian peranan September 2016]. Tersedia pada:
produktif, reproduktif dan sosial berdasarkan https://jabar.bps.go.id/
spesifik curahan waktu lebih mendalam agar Farmia A. 2006. Peran perempuan Indonesia
analisis keberhasilan program dapat secara dalam pembangunan pertanian. Jurnal
menyeluruh. Ilmu Pertanian. [Internet]. [diunduh 10
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat secara Agustus 2016]. Tersedia pada:
adil dalam melakukan pembagian kerja http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/u
dalam rumah tangga agar tidak terjadi ploads/2009/11/IIP_0201_06_Asih_Far
ketimpangan gender. mia.pdf.
3. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Fitria N. 2015. Peran Gender dalam Diversifikasi
peserta program SL-PTT untuk terus aktif Konsumsi Pangan Mendayagunakan
dan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan

448 Desember 2017


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

Pangan Pokok Lokal. [skripsi]. Bogor Departemen Sains Komunikasi dan


[ID]: Institut Pertanian Bogor. Pengemabangan Masyarakat IPB.
[Internet]. [diunduh pada 1 Agustus Moser C. 1993. Gender Planning and
2016]. Tersedia pada: Development. London: taylor and e-
http://repository.ipb.ac.id/handle/123 franciss Library. [internet]. Diunduh
456789/80708 pada: 28 Februari 2017. Tersedia
Hubeis AVS . 2010. Pemberdayaan Perempuan pada:
dari Masa ke Masa. Bogor [ID]: www.polsci.chula.ac.th/pitch/urbanse
IPB Press. a12/moser1993.pdf
Handayani, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode
Penelitian Gender. Malang [ID]: Statistik Penelitian dengan SPSS.
UMM Press. Semarang (ID): Andi Offset.
Jalieli A. 2013. Tingkat Partisipasi dan Prastiwi D L, Sumarti T. 2012. Analisis Gender
Keberdayaan Petani mengenai terhadap Tingkat Keberhasilan
Keberdayaan Petani Alumni Program Pelaksanaan CSR bidang
SL-PTT. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT
Pertanian Bogor. Holcim Indonesia Tbk. Jurnal
Kementerian Pertanian. 2014. Pedoman Teknnis Sosiologi Pedesaan [internet].
Pelaksanaan Sekolah Lapang Diunduh pada: 26 Februari 2016.
Pengelolaan Tanaman Terpadu. Tersedia pada:
Jakarta (ID): Departemen Pertanian http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.p
Koesbandijah S, Wasino, Astuti TM. 2013. hp/sodality/article/viewFile/240/25
Relasi gender dalam Komunitas Puspitawati H. 2008. Konsep, teori dan Analisis
Miskin Dukuh Kayon. Journal of Gender. Jurnal Kesetaraan dan
Educational Social Studies. [internet]. Keadilan Gender. [diunduh pada 12
[diunduh pada 20 Mei 2016]. tersedia Maret 2016]. tersedia pada
pada http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/ka
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph ryailmiah/gender.pdf
p/jess/article/view/1295 Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga:
[KPPPA] Kementerian Pemberdayaan Konsep dan Realita di Indonesia.
Perempuan dan Perlindungan Anak. Bogor[ID]: IPB Press.
2015. Pembangunan Manusia Puspitawati H, Herawati T, Sarma M. 2010.
Berbasis Gender 2015. Jakarta (ID) : Analisis Gender Terhadap Strategi
Kementerian Pemberdayaan Koping dan Kesejahteraan
Perempuan dan Perlindungan Anak. Keluarga. Jurnal Penelitian dan
[KPP]. Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Pengembangan Kesejahteraan
2005. Pengarusutamaan Gender. Sosial.[internet]. [diunduh pada 6
Jakarta (ID): Kementerian Maret 2016]. tersedia pada
Pemberdayaan Perempuan. http://repository.ipb.ac.id/handle/1234
Marhaeni A. 2008. Perkembangan Studi 56789/64899?show=full
Perempuan, Kritik, dan gagasan Pemerintah Kabupaten Bogor Badan Ketahanan
Sebuah Perspektif untuk Studi Gender Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
ke Depan. Jurnal Kependudukan dan Pertanian, Perikanan dan kehutanan.
Sumber Daya Manusia. [internet]. 2016. Pedoman Teknis Sekolah
[diunduh pada 9 Maret 2016]. tersedia Lapang Pengelolaan Tanaman
pada Terpadu (SLPTT) Tahun 2016.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/pirami (Bogor ID): BKP5K
da/article/view/2979/2137 Ratnawati S. 2011. Model Pemberdayaan
Mugniesyah.2009. Materi Bahan Ajar Pendidikan Perempuan Miskin Perdesaan Melalui
Orang Dewasa. Bogor (ID): Pengembangan Kewirausahaan.

Desember 2017 449


Muthiah & Hubeis / JSKPM 1(4): 435-450

Jurnal Kewirausahaan [Internet]. Millenium di Kabupaten Banjarnegara.


[Diunduh 2016 Maret 25]. 5(2): 1-10. Jurnal Ekonomi dan Manajemen
Tersedia pada: [internet]. [diunduh pada 15 Maret
http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/w 2016]. tersedia pada:
pcontent/uploads/2012/10/MODEL- http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php
PEMBERDAYAAN-PEREMPUAN- /fe/article/view/188
MISKIN-PERDESAAN-MELALUI- Yuwono PA. 2012. Analisis Gender Pada
PENGEMBANGAN- Program Pengemabangan Usaha
KEWIRAUSAHAAN.pdf. Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Relawati. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian
Gender. Bandung (CV). Muara Indah Bogor.
[RI] Republik Indonesia. 2000. Instruksi Presiden Yuwono DM. 2013. Pengarusutamaan Gender
Nomor 9 Tahun 2000 tentang dalam pembangunan Pertanian:
Pengarustamaan Gender (PUG) Kasus Pada Pelaksanaan
[RI]. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Program FEATI di Kabupaten
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun Magelang. Jurnal Penelitian dan
2003 tentang Sistem Pendidikan Evaluasi Pendidikan. [internet].
Nasional [diunduh pada 23 Maret 2016].
Satriani et al. 2013. Motivasi Petani dalam tersedia pada
Penerapan Teknologi PTT padi http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-
Sawah. Jurnal Penyuluhan. content/uploads/2014/02/15-
[Internet]. [diunduh 20 Agustus GENDER-DIAN-MY-EDIT2.pdf
2016]. Tersedia pada: www.stpp-
bogor.ac.id/download/al133.pdf
Soekanto S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar.
Cetakan ke-31. Jakarta (ID): PT
RajaGrafindo Persada.
Qoriah SN. 2008. Analisis Gender dalam
Program Desa Mandiri Pangan.
[skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Internet]. [diunduh pada 6 Juni
2016]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/1234
56789/2872
Qoriah ST, Sumarti T. 2008. Analisis Gender
dalam Program desa Mandiri
Pangan (Studi kasus: Desa
Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten-
Tawa Tengah). Jurnal
Transdisiplin Sosiologi. [internet].
[diunduh pada 20 Maret 2016].
tersedia pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sod
ality/article/view/5884
Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode
Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES.
Swastuti E. 2012. Strategi Pengarusutamaan
Gender Sebagai Upaya untuk
Mencapai TujuanPembangunan

450 Desember 2017

You might also like