Professional Documents
Culture Documents
Gender Jurnal
Gender Jurnal
1 (4): 435-450
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm/article/view/1
Copyright (c) 2017 Departemen SKPM
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269
1)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia
Email: falahmuthiah@yahoo.com; aidahubeis@apps.ipb.ac.id
ABSTRACT
Gender inequalities in development programs is problem that still going on. One of program from the
government that relate to agricultural development policies and apply the principle of gender
mainstreaming is Integrated Crop Management Field School Program (SL-PTT) in rural areas. The
general purpose of this research is to analyze the level of gender equality in SL-PTT program, and
analyze the relationship between the level of gender equality with success rate of SL-PTT program.
This research using quantitative data with survey method using simple random sampling technique
and analyzed by cross tabulation and Rank Spearman. This research supported by qualitative data
with in-depth interviews. The results showed that there is a positive and significant correlation
between the level of gender equality and success rate of SL-PTT program.
Keywords: gender analysis, gender equality, the success rate of the program
ABSTRAK
Program pembangunan yang belum memenuhi adanya kesetaraan gender menjadi permasalahan yang
sampai saat ini berlangsung. Salah satu program dari pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan
pembangunan pertanian yang menerapkan prinsip pengarusutamaan gender adalah program Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) di perdesaan. Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk menganalisis tingkat kesetaraan gender program SL-PTT, dan menganalisis hubungan antara
tingkat kesetaraan gender dengan tingkat keberhasilan program SL-PTT. Penelitian ini menggunakan
data kuantitatif dengan metode survei dengan menggunakan teknik simple random sampling dianalisis
menggunakan tabulasi silang dan Rank Spearman didukung dengan data kualitatif dengan wawancara
mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
keterlibatan peserta SL-PTT dengan tingkat keberhasilan program SL-PTT.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan
Yuwono (2012) yang menyatakan bahwa sosial, budaya, politik dan ekonomi.
karakteristik sosial ekonomi rumah tangga
Seks dan gender merupakan pengertian yang
memiliki hubungan yang nyata dan signifikan
berbeda. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008)
dengan kemampuan mengakses dan mengontrol
seks adalah pembagian jenis kelamin yang
sumber daya. Menjadi penting untuk dikaji
ditentukan secara biologis melekat pada jenis
bagaimana hubungan antara karakteristik rumah
kelamin tertentu. Seks berarti perbedaan laki-laki
tangga dengan tingkat kesetaraan gender dalam
dan perempuan sebagai makhluk hidup secara
program SL-PTT?
kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme secara
Program SL-PTT dilakukan untuk meningkatkan biologis. Konsep gender adalah sifat yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
mempercepat penerapan komponen teknologi dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun
PTT dalam usahatani sehingga produktivitas dan budaya, sehingga lahir beberapa anggapan
kesejahteraan petani dapat tercapai. Berdasarkan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan
pedoman teknis SL-PTT tahun 2014, SL-PTT perempuan.
menerapkan prinsip pengarusutamaan gender.
Teknik Analisis Gender
Sehingga menjadi penting untuk dikaji
bagaimana tingkat keberhasilan program dalam Menurut oleh Handayani dan Sugiarti (2008),
program SL-PTT? teknik analisis gender digunakan untuk
mengungkap hubungan sosial laki-laki dan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
perempuan. Menurut Prastiwi dan Sumarti (2012)
adalah:
menjelaskan dua teknik, yaitu teknik model
1. Menganalisis karakteristik individu dan Harvard dan teknik model Moser. Teknik model
rumah tangga pelaksana Program SL-PTT Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute
2. Menganalisis tingkat kesetaraan gender for Internasional Development. Teknik ini
dalam program SL-PTT memfokuskan pada Woman in Development
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik (WID). Kerangka analisis gender bertujuan untuk
individu dengan tingkat kesetaraan gender menunjukkan bahwa ada persoalan ekonomi
dalam Program SL-PTT dalam alokasi sumberdaya baik bagi perempuan
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan laki-laki. Teknik analisis ini menggunakan
rumah tangga dengan tingkat kesetaraan tiga komponen yang saling berkorelasi satu
gender dalam Program SL-PTT dengan yang lainnya. Komponen analisis
5. Menganalisis hubungan antara tingkat meliputi:
kesetaraan gender dengan tingkat
1. Profil Kegiatan
keberhasilan Program SL-PTT
Tujuan analisis ini adalah mengidentifikasi
PENDEKATAN TEORITIS aktivitas perempuan maupun laki-laki.
Analisis dilihat dari pembagian kerja, yaitu
Konsep Gender meliputi kerja produktif, reproduktif, sosial.
Gender menurut Hubeis (2010) merupakan suatu 2. Akses dan Kontrol terhadap sumber dan
konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan manfaat. Tujuan analisis ini adalah
sifat perempuan dan laki-laki yang berdasarkan mengidentifikasi peluang atau kesempatan
nilai-nilai budaya yang menentukan peranan laki- individu dalam memperoleh atau
laki dan perempuan di tiap bidang masyarakat menggunakan sumberdaya tertentu.
yang menghasilkan peran gender, misalnya 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Tujuan
perempuan sering dipandang sebagai orang yang analisis ini adalah untuk mendapatkan
keibuan, ramah, dan teliti sedangkan laki-laki informasi terkait faktor-faktor yang
dikenal sebagai orang yang kuat, dan perkasa. mempengaruhi perbedaan-perbedaan gender
Dengan kata lain, gender adalah perbedaan antara dalam hal ketenagakerjaan, akses, dan
laki-laki dan perempuan yang terbentuk di dalam kontrol sebagaimana yang terdaftar dalam
analisis profil kegiatan dan akses-kontrol (domestik), peran produktif (publik), dan peran
terhadap sumber dan manfaat. sosial (masyarakat). Uraian ringkas dari masing-
4. Ceklist untuk Analisa Siklus Proyek. Tujuan masing klasifikasi peran gender adalah sebagai
analisis ini adalah untuk memperoleh berikut:
gambaran perbedaan efek perubahan sosial
1. Peran reproduktif (peran domestik) adalah
bagi perempuan dan laki-laki.
peran yang dilakukan oleh seseorang untuk
melakukan kegiatan yang terkait dengan
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti
pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan
(2012) Teknik Moser adalah teknik analisis yang
tugas.
membantu perencana atau peneliti dalam menilai,
mengevaluasi, dan merumuskan usulan dalam 2. Peran produktif menyangkut pekerjaan yang
tingkat kebijakan program yang lebih peka menghasilkan barang dan jasa untuk
gender. Komponen analisis teknik Moser sebagai dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani,
berikut nelayan, konsultasi, jasa, pengusaha, dan
1. Tiga Peran Gender wirausaha).
Moser mengidentifikasi tiga peran 3. Peran masyarakat (sosial) adalah peran yang
perempuan, yaitu peran kerja reproduktif, terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi
peran kerja produktif dan peran kerja politik. Kegiatan jasa yang bersifat relawan
komunitas/sosial
biasanya dilakukan oleh perempuan.
2. Penilaian Kebutuhan Gender Sedangkan peran politik adalah peran yang
Terdapat dua tipe kebutuhan gender, yaitu: terkait dengan status dan kekuasaan
kebutuhan praktis gender, adalah kebutuhan
seseorang pada organisasi tingkat desa atau
yang bersifat langsung, cepat dalam konteks tingkat yang lebih tinggi.
dalam jangka waktu pendek dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan yang lebih baik. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender
Sementara itu kebutuhan strategis gender, Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti
adalah kebutuhan yang bersifat jangka (2012) ketidakadilan dan diskriminasi gender
panjang dalam upaya perubahan pembagian merupakan kondisi kesenjangan dan ketimpangan
kerja gender yang lebih setara, pengentasan atau tidak adil akibat dari sistem dan struktur
beban kerja domestik dan perawatan anak, sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki
penghapusan diskriminasi seperti sistem menjadi korban dari sistem tersebut. Bentuk-
hukum yang mendukung laki-laki serta bentuk manifestasi ketidakadilan akibat
penyediaan layanan reproduksi.. diskriminasi gender menurut KPP (2005) diacu
3. Kategori pendekatan kebijakan yang Women Prastiwi dan Sumarti (2012) meliputi:
in Development (WID) dan Gender and
Development (GAD) 1. Marjinalisasi atau peminggiran perempuan:
WID adalah pengintegrasian perempuan ke proses pemiskinan yang merupakan proses,
dalam pembangunan dengan asumsi sikap, perilaku masyarakat, maupun
perempuan tidak terlibat dalam program kebijakan negara yang berakibat pada
pembangunan sebelumnya. Menurut penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan
Marhaeni (2008) menjelaskan pada atau laki-laki.
paradigma Gender and Development (GAD) 2. Subordinasi: suatu keyakinan bahwa salah
menekankan pada redistribusi kekuasaan satu jenis kelamin dianggap lebih penting
(power) dalam relasi sosial perempuan dan atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin
laki-laki. lainnya
Peran Gender 3. Pandangan strereotype: suatu pelabelan atau
Hubeis (2010) menjelaskan peran gender dalam penandaan yang sering kali bersifat negatif
laki-laki dan perempuan diklasifikasikan dalam secara umum terhadap salah satu jenis
tiga peran pokok yaitu peran reproduktif kelamin tertentu.
4. Kekerasan: suatu serangan terhadap fisik masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah
maupun integritas mental psikologi sebagai berikut: (1) Ukuran kekayaan yang dapat
seseorang. dilihat pada bentuk rumah, pakaian, pekerjaan,
penghasilan, (2) Ukuran kekuasaan, barangsiapa
5. Beban kerja: peran dan tanggung jawab
yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
seseorang dalam melakukan berbagaijenis
wewenang terbesar, menempati lapisan atasan,
kegiatan sehari-hari.
(3) Ukuran kehormatan, ukuran kehormatan
Kesetaraan dan Keadilan Gender tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti kekayaan dan/atau kekuasaan, (4) Ukuran ilmu
(2012) kesetaraan gender merupakan kondisi pengetahuan.
dimana perempuan dan laki-laki menikmati Yuwono (2012) dalam analisis gender program
status yang setara dan memiliki kondisi yang pengembangan usaha agribisnis mengungkapkan
sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak bahwa karakteristik rumah tangga yaitu luas
asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala lahan kering yang dikuasai dan status ekonomi
bidang kehidupan. Sedangkan keadilan gender (pendapatan) rumah tangga. Berhubungan nyata
merupakan suatu kondisi adil untuk perempuan dengan akses dan kontrol dari komponen PUAP.
dan laki-laki melalui proses budaya dan Sedangkan karakteristik individu terdiri dari
kebijakan yang menghilangkan hambatan- tingkat pendidikan formal dan pengalaman
hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki. bertani.
Menurut KPP (2005) diacu Prastiwi dan Sumarti 1. Tingkat Pendidikan
(2012) wujud kesetaraan dan keadilan gender
Berdasarkan UU RI No 20 tahun 2003,
dapat dilihat melalui:
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal
1. Akses: kesempatan yang sama bagi dan pendidikan informal. Pendidikan formal
perempuan dan laki-laki pada sumberdaya adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
pembangunan. Contoh, memberikan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
kesempatan yang sama memperoleh dasar, pendidikan menengah, dan
informasi pendidikan dan kesempatan untuk pendidikan tinggi. Pendidikan non formal
meningkatkan karir bagi PNS laki-laki dan adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
perempuan. formal yang yang dapat dilaksanakan secara
2. Partisipasi: perempuan dan laki-laki terstruktur dan berjenjang
berpartisipasi yang sama dalam proses 2. Umur
pengambilan keputusan.
Menurut Havighurst (1950) diacu
3. Kontrol: perempuan dan laki-laki Mugniesyah (2009), tingkatan umur dapat
mempunyai kekuasaan yang sama pada digolongkan berdasarkan tigkat
sumberdaya pembangunan. perkembangannya yang terbagi menjadi tiga
4. Manfaat: pembangunan harus memberikan yakni dewasa awal (18-30 tahun), dewasa
manfaat yang sama bagi perempuan dan menengah (31-50 tahun), dan tua (>51
laki-laki. tahun). Umur merupakan unsur yang
berkaitan dengan tingkat kesetaraaan gender.
Karakteristik Individu dan Rumah Tangga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Petani oleh Prastiwi (2012) umur memiliki
Menurut BPS (2016) rumah tangga adalah hubungan yang signifikan terhadap tingkat
seorang atau sekelompok orang yang mendiami kesetaraan gender.
sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan 3. Jumlah Pendapatan
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu
dapur. Soekanto (2009) menyatakan bahwa Pendapatan merupakan unsur yang berkaitan
dengan tingkat kesetaraan gender.
ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota-anggota Berdasarakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yuwono (2012) menyatakan Tahapan penerapan SL-PTT dimulai dengan
bahwa status ekonomi rumah tanga melakukan pemahaman masalah dan peluang
(pendapatan) berhubungan nyata secara (PMP) antara petani dengan pemandu lapang.
positif dengan tingkat kontrol dari Selanjutnya, dilakukan perakitan komponen
komponen PUAP. teknologi PTT berdasarkan kesepakatan
kelompok untuk diterapkan dalam lahan
4. Luas kepemilikan lahan
usahataninya kemudian menyusun RUK
Fitria (2015) menyatakan bahwa lahan berdasarkan kesepakatan kelompok
adalah faktor produksi paling penting bagi kemudian penerapan PTT. Dalam
petani, semakin luas lahan yang dikuasainya, pelaksanaan SL-PTT, terdapat laboratorium
maka produktivitasnya akan semakin tinggi. lapang sebagai tempat belajar. Bantuan
Luas kepemilikan lahan berhubungan sarana produksi pertanian yang diberikan
dengan tingkat kesetaraan gender. Yuwono kepada petani yaitu bibit padi, pupuk
(2012) menyatakan terdapat hubungan yang organik, pupuk urea, serta obat-obatan untuk
nyata antara luas lahan kering yang dimiliki komoditas padi. Pelaksanaan SL-PTT
dengan tingkat akses dari komponen PUAP. berlangsung dalam bentuk sosialisasi
Profil Program SL-PTT mengenai materi atau komponen teknologi
yang diterapkan serta pelatihan di lapang
Pedoman Teknis SL-PTT tahun 2014 untuk menerapkan teknologi tersebut.
menyatakan bahwa Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat 3) Evaluasi
pendidikan non formal bagi petani untuk Evaluasi pada kegiatan SL-PTT dilakukan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam untuk mengetahui tingkat kehadiran,
mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap
mengatasi permasalahan, mengambil keputusan materi yang dipelajari dalam SL-PTT, serta
dan menerapkan teknologi sesuai dengan kondisi tingkat implementasinya di lahan sekolah
sumberdaya setempat secara sinergis dan lapang.
berwawasan lingkungan sehingga usahatani
Kerangka Pemikiran
menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan
berkelanjutan. Analisis gender dapat dilihat dari data terpilah
gender antara perempuan dan laki-laki,
Tujuan dari pelaksanaan SL-PTT yakni untuk
berdasarkan akses dan kontrol dalam sumberdaya,
menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi,
partisipasi, dan manfaat yang diperoleh sebagai
meningkatkan koordinasi dan keterpaduan
upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender KPP
pelaksanaan SL-PTT, meningkatkan
(2005). Analisis gender dalam program SL-PTT
pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap
dilihat dari data terpilah peserta berdasarkan
petani guna mempercepat penerapan komponen
karakteristik individu yang meliputi tingkat
teknologi PTT padi dalam usahataninya, serta
pendidikan formal, keikutsertaan dalam pelatihan,
meningkatkan produktivitas, produksi dan
serta pengalaman bertani dan karakteristik
pendapatan serta kesejahteraan petani padi.
demografi yang meliputi umur peserta
Pedoman Teknis SL-PTT tahun 2014
perempuan dan peserta laki-laki.
menyatakan bahwa kegiatan SL-PTT terbagi atas
tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis pembagian kerja dalam rumahtangga
peserta dilakukan untuk melihat isu ketidakadilan
1) Persiapan
gender yang dialami responden peserta pogram
Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi SL-PTT yang meliputi pembagian kerja produktif,
pemilihan hamparan sawah 10-25 ha beserta reproduktif dan sosial. Karakteristik rumah
kelompok tani, pemilihan petani peserta, tangga yang terdiri dari curahan kerja perempuan
tempat dan areal Laboratorium lapang dan laki-laki, jumlah luas lahan pertanian, serta
2) Pelaksanaan jumlah pendapatan rumah tangga dianalisis untuk
Rank Spearman digunakan untuk melihat ada orang (30 persen) dan pada responden perempuan
atau tidaknya korelasi antara karakteristik sebanyak 11 orang (55 persen). Sedangkan pada
individu peserta program dengan tingkat kategori tinggi responden laki-laki sebanyak 7
kesetaraan gender, karakteristik rumah tangga orang (35 persen) dan perempuan sebanyak 5
peserta program dengan tingkat kesetaraan orang (25 persen).
gender, dan tingkat kesetaraan gender dengan
Pengalaman bertani responden dikelompokan
tingkat keberhasilan program.
menjadi tiga kategori berdasarkan perhitungan
KARAKTERISTIK INDIVIDU rata-rata dan standar deviasi jumlah pengalaman
PESERTA PROGRAM SL-PTT bertani seluruh responden. Kategori rendah jika
responden memiliki pengalaman bertani ≤19
Umur terendah responden pada penelitian ini tahun, sedang 20-29 tahun, dan tinggi >29 tahun.
adalah 24 tahun sedangkan umur tertinggi Pengalaman bertani pada kategori tinggi
responden adalah 64 tahun. Pengkategorian umur responden laki-laki sebanyak 8 orang (40 persen)
yang dilakukan peneliti juga berdasarkan dan perempuan sebanyak 3 orang (15 persen).
Havighurst (1950) dalam Teori Pendidikan Hal ini menunjukan bahwa capaian tingkat
Orang Dewasa diacu Mugniesyah (2009), pengalaman bertani responden laki-laki peserta
tingkatan umur digolongkan berdasarkan tingkat program SL-PTT lebih tinggi daripada
perkembangan psikologisnya, yaitu dewasa awal responden perempuan peserta program SL-PTT.
(18 sampai 30 tahun), dewasa menengah (31
sampai 50 tahun), dan usia tua (lebih dari 50 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA
tahun). Penelitian menunjukkan bahwa PESERTA PROGRAM SL-PTT
responden laki-laki dan perempuan peserta
Tingkat pendapatan dikategorikan berdasarkan
program SL-PTT sebagian besar berada pada
perhitungan rata-rata dan standar deviasi jumlah
kategori umur dewasa menengah (31 sampai 50
tanggungan rumah tangga seluruh responden.
tahun) dengan persentase laki-laki dan
Dari hasil tersebut diketahui rentang pendapatan
perempuan masing-masing 60 persen dan 90
terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
persen.
rendah pendapatan ˂Rp890.000 per bulan,
Tingkat pendidikan formal dibedakan menjadi ke kategori sedang pendapatan Rp 890.000 – Rp
dalam tiga kategori yaitu: 1) tingkat pendidikan 1.400.000 per bulan dan kategori tinggi
rendah, jika responden tidak bersekolah; 2) pendapatan >Rp1.400.000. Persentase jumlah
tingkat pendidikan menengah, jika responden responden laki-laki dengan pendapatan tinggi
tidak tamat SD dan tamat SD; 3) tingkat lebih banyak (50 persen) terhadap responden
pendidikan tinggi, jika responden telah tamat perempuan (25 persen). Sebaliknya, untuk
SMP. Secara umum, responden laki-laki dan responden laki-laki dan perempuan tingkat
perempuan peserta program SL-PTT tergolong pendapatan kategori rendah lebih besar pada
pada tingkat pendidikan yang sedang, yaitu perempuan (40 persen) dibanding laki-laki (15
sebanyak 18 orang (90 persen) dan 19 orang (95 persen).
persen).
Pada tingkat luas kepemilikan lahan pertanian
Keikutsertaan responden dalam pelatihan SL- menjadi tiga kategori berdasarkan perhitungan
PTT dibedakan menjadi tiga kategori, yakni: 1) rata-rata dan standar deviasi jumlah luas lahan
kategori rendah, jika responden mengikuti pertanian dalam rumah tangga seluruh responden
pelatihan 1 sampai 2 kali; 2) kategori menengah, yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
jika responden mengikuti kegiatan 3 sampai 5 sempit luas lahan ˂0,3 ha, kategori menengah
kali; 3) kategori tinggi, jika responden mengikuti luas lahan 0,3 ha-0,9 ha, kategori luas luas lahan
kegiatan >5 kali. Keikutsertaan responden laki- >0,9 ha. Persentase jumlah responden laki-laki
laki peserta program SL-PTT lebih tinggi dengan kepemilikan lahan pertanian luas lebih
dibandingkan dengan perempuan peserta banyak (35 persen) terhadap responden
program SL-PTT. Hal tersebut dapat terlihat pada perempuan (20 persen).
kategori rendah responden laki laki sebanyak 6
Pada pembagian kerja, baik pada responden laki- laki-laki maupun perempuan peserta SL-PTT
laki maupun responden perempuan peserta memiliki tingkat akses yang tinggi terhadap
program SL-PTT pekerjaan reproduktif masih sumberdaya yang diberikan pada program SL-
didominasi oleh salah satu jenis kelamin saja, PTT. Namun, jumlah responden laki-laki yang
yaitu perempuan. Sebagian besar responden laki- termasuk pada kategori akses yang tinggi sebesar
laki peserta program SL-PTT menyatakan bahwa 15 persen daripada jumlah perempuan.
kegiatan reproduktif dilakukan oleh istri mereka.
Kontrol merujuk pada kewenangan dalam
Pada kegiatan produktif perempuan juga turut
mengambil keputusan dan hasil sumberdaya dan
berkontribusi dalam kegiatan usahatani yang
manfaat yang telah didapat. Individu yang
meliputi kegiatan menandur, membersihkan
mencapai tingkat kontrol dapat membuat
rumput. Pada kegiatan menyiapkan bibit,
keputusan mengenai penggunaan sumberdaya
membuat kotakan pada sawah, menebarkan bibit,
dan manfaat yang didapatkannya. Tingkat kontrol
memberikan obat pada tanaman serta
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah,
memberikan pupuk pada tanaman dilakukan oleh
sedang dan tinggi berdasarkan skor responden
laki-laki. Pada kegiatan sosial, laki-laki dan
dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner.
perempuan peserta program SL-PTT dilakukan
Kategori rendah, jika skor yang diperoleh 10
secara bersama-sama. Pada pembagian kerja
sampai 12, kategori sedang jika skor yang
produktif yang masih didominasi perempuan
diperoleh 13 sampai 15, kategori tinggi jika skor
serta turut berkontribusinya perempuan dalam
yang diperoleh 16 sampai 20. Responden laki-
pekerjaan produktif menunjukkan masih terjadi
laki maupun perempuan memiliki tingkat kontrol
isu ketidakadilan gender yaitu beban kerja ganda
yang tinggi untuk memperoleh sumberdaya dari
(double burden).
kegiatan SL-PTT.
TINGKAT KESETARAAN GENDER Tingkat partisipasi diukur berdasarkan
Tingkat kesetaraan gender dalam program SL- keterlibatan peserta laki-laki dan perempuan
PTT dianalisis dengan menggunakan alat analisis selama pelaksanaan program SL-PTT meliputi
gender. Analisis gender pada penelitian ini keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dianalisis berdasarkan tingkat akses peserta evaluasi, memberikan pendapat dalam pelatihan
perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya program, memberikan pertanyaan, dan
berasal dari program SL-PTT, tingkat kontrol mendengarkan materi saat berlangsungnya
peserta perempuan dan laki-laki terhadap pelatihan. Tingkat partisipasi dibedakan menjadi
sumberdaya dari program SL-PTT, tingkat tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi
manfaat yang dinikmati perempuan dan laki-laki berdasarkan skor responden dalam menjawab
peserta SL-PTT dan partisipasi peserta laki-laki pertanyaan kuesioner. Kategori rendah, jika skor
dan perempuan dalam kegiatan SL-PTT. yang diperoleh 10 sampai 12, kategori sedang
jika skor yang diperoleh 13 sampai 15, kategori
Akses peserta terhadap sumberdaya merupakan tinggi jika skor yang diperoleh 16 sampai 20.
salah satu alat dalam menganalisis tingkat Responden laki-laki maupun perempuan
kesetaraan gender dalam SL-PTT. Tingkat akses memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam
diukur berdasarkan kesempatan yang dimiliki kegiatan SL-PTT. Namun, jumlah responden
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh laki-laki memiliki partisipasi lebih tinggi sebesar
sumberdaya. Sumberdaya yang dimaksud 10 persen daripada jumlah perempuan.
meliputi pendampingan, penyuluhan, praktik
lapang, bantuan sarana produksi pertanian berupa Manfaat yang dinikmati oleh peserta SL-PTT
bibit, pupuk, dan obat tanaman. Tingkat akses merupakan salah satu alat dalam menganalisis
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rendah, tingkat kesetaraan gender dalam program SL-
tinggi dan sedang berdasarkan skor responden PTT. Penilaian pengukuran manfaat terdiri dari
dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner. peningkatan pendapatan setelah mengikuti
Kategori rendah, jika skor yang diperoleh 7 program, pemenuhan kebutuhan pangan,
sampai 9, kategori sedang jika skor 10 sampai 11, peningkatan kemampuan bertani, peningkatan
kategori tinggi jika skor 12-14. Responden baik produksi hasil pertanian, dan peningkatan
Dari ketiga variabel tersebut, nilai korelasi dan perempuan adalah usia dewasa
tertinggi adalah tingkat kepemilikan lahan menengah yakni 31 sampai 50 tahun.
pertanian rumah tangga laki-laki sebesar 0,674** Tingkat pendidikan formal dominan
yang menunjukkan hubungan korelasi cukup responden laki-laki dan perempuan
kuat. Pengujian pada tabulasi silang tergolong kategori rendah yaitu tidak tamat
menunjukkan bahwa responden laki-laki SD. Responden laki-laki dan perempuan
dominan kepemilikan lahan tinggi menyatakan memiliki tingkat pengalaman bertani sedang.
tingkat kesetaraan gender tinggi dan perempuan Pada tingkat keikutsertaan pelatihan
dominan tingkat kepemilikan lahan sedang responden laki-laki dan perempuan rendah.
menyatakan tingkat kesetaraan gender sedang. Karakteristik rumah tangga peserta Sl-PTT
terdiri dari tingkat pendapatan dan luas
kepemilikan lahan pertanian. Rumah tangga
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT program SL-PTT jenis kelamin laki-laki
KESETARAAN GENDER DENGAN memiliki karakteristik tingkat pendapatan
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM dalam kategori tinggi, memiliki tingkat luas
kepemilikan lahan pertanian tinggi.
Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat Sedangkan rumah tangga peserta program
hubungan signifikan antara tingkat keterlibatan SL-PTT perempuan memiliki tingkat
peserta dengan tingkat keberhasilan program. pendapatan dalam kategori rendah, serta
Nilai korelasi baik responden laki-laki dan kepemilikan lahan pertanian rendah dan
perempuan menunjukkan nnilai korelasi yang sedang.
sedang. Dominan responden laki-laki yang
memiliki tingkat keterlibatan tinggi menyatakan 2. Pada pembagian kerja, baik pada responden
bahwa tingkat tingkat keberhasilan program laki-laki maupun responden perempuan
berada dalam kategori tinggi. Sedangkan peserta program SL-PTT pekerjaan
dominan responden perempuan memiliki reproduktif masih didominasi oleh salah satu
memiliki tingkat keterlibatan sedang menyatakan jenis kelamin saja, yaitu perempuan. Pada
bahwa tingkat keberhasilan program dalam kegiatan produktif, perempuan turut
kategori sedang. berperanserta dalam kegiatan usahatani.
Sedangkan pada kegiatan sosial laki-laki dan
Tabel 3 Hasil analisis uji statistik Rank perempuan peserta program SL-PTT
Spearman antara keterlibatan peserta dilakukan secara bersama-sama.
terhadap tingkat keberhasilan program
SL-PTT di Kampung Cikuda Mulya, 3. Pada tingkat kesetaraan gender, peserta laki-
Desa Purwabakti, Kecamatan laki menyatakan tingkat kesetaraan gender
Pamijahan, Kabupaten Bogor tahun dalam program SL-PTT tergolong dalam
2016 kategori tinggi sedangkan peserta
No Koefesien perempuan menyatakan tingkat kesetaraan
Uraian
Korelasi gender dalam program SL-PTT tergolong
1 Keterlibatan peserta laki-laki 0,490* dalam kategori sedang. Tingkat akses,
dalam SL-PTT kontrol dan partisipasi responden laki-laki
2 Keterlibatan peserta 0,559* dan perempuan tergolong tinggi. Sedangkan
perempuan dalam SL-PTT pada tingkat manfaat peserta laki-laki
memiliki tingkat manfaat dalam kategori
SIMPULAN DAN SARAN tinggi, dan perempuan memiliki tingkat
manfaat dalam kategori sedang.
Simpulan
1. Karakteristik individu peserta program SL- 4. Peserta laki-laki dan perempuan memiliki
PTT terdiri dari umur, pendidikan formal, tingkat pemenuhan kebutuhan jangka pendek
pengalaman bertani dan keikutsertaan dalam yang sama yakni dalam kategori tinggi.
pelatihan. Usia dominan peserta laki-laki Dalam pemenuhan kebutuhan jangka
panjang, responden laki-laki tergolong dalam SL-PTT maupun kegiatan lain agar semakin
kategori tinggi dan peserta perempuan sejahtera.
tergolong dalam kategori sedang. 4. Bagi pemerintah, sebaiknya diperlukan
Berdasarkan akumulasi pemenuhan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
kebutuhan jangka pendek dan jangka memperhatikan kebutuhan jangka pendek
panjang, menunjukkan bahwa baik dan panjang bagi perempuan dan laki-laki
responden laki-laki maupun responden agar pemenuhan kebutuhan tidak dirasakan
perempuan menyatakan bahwa tingkat salah satu jenis kelamin saja dan dapat
keberhasilan program tergolong tinggi. menciptakan kesetaraan gender.