Professional Documents
Culture Documents
Hakikat Manusia Dan Hakikat Pendidikan
Hakikat Manusia Dan Hakikat Pendidikan
DOSEN PENGAMPU :
I Made Aditya Dharma, S.Pd., M.Pd
Nama Kelompok:
Gusti Ayu Adi Putri Rahayu (2386206004)
Ni Putu Ayu Vania Candra Ulandari (2386206013)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam
lingkungan dimana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai
dengan perannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia dan pendidikan merupakan hal yang betekerkaitan satu sama lain, di tinjau
dari pendekatan filsafat pendidikan barat dikenal 3 aliran utama yang membahas
hubungan antara manusia dan pendidikan, yakni aliran nativisme yang mana menyatakan
bahwa manusia alam natur(potensi) bawaan manusia yang dominan dalam pendidikan,
beda dengan empirisme yang dipelopori oleh John Locke ia berpendapat bahwa
pengalaman dan lingkungan yang dominan, convergensi sebagai aliran penengah yang
mana perpaduan antara faktor bawaan dan lingkungan yang menentukan perkembangan
faktor bakat dan pendidikan.
Manusia sejak dini pastinya sudah memiliki pengalaman serta pendidikan baik yang
didapat secara otodidak maupun dari orang lain, Manusia merupakan mahkluk tanpa
daya, yang mana sejak dilahirkan ia membutuhkan bantuan dari lingkungannya ,
membutuhka intervensi (pengaruh dilingkungannya. Adapun lingkungan yang pertama
dan utama adalah keluarga khususnya orang tua menempati peran strategis dan jug
menentukan dalam pendidikan, dikatakan demikian karena peran kedua orang tua
menyangkut pembentukan akidah. Dan pastinya hubungan antara manusia dan
pendidikan sangat erat dengan adanya pendidikan manusia akan lebih berpengetahuan
untuk lebih memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
3
2.2 Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala
sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang
berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam
rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri.
Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah,
filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi,
psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai
hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana
dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan
dan sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya bukankah karena mereka
semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya sebagai manusia? (M.I.
Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia
ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah
manusia mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens,
homo sicius, dan sebagainya.
Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik
lagi adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya
mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia,
berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya
menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia
dari makhluk lainnya. Antara lain berkenaan dengan:
(1) asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya
manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan?;
(2) struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya
atau jiwanya atau badan dan jiwa;
3) berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain
4
berkenaan dengan individualitas, sosialitas. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita.
simpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep
yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian
hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan
kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus”
(Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan dengan asal-
usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisikanya (contoh:
manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi manusia
di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai
makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama)
Pendidikan dapat dikatakan berhasil dan mencapai tujuan jika terjadi perubahan.
Perubahan tersebut ialah perubahan tingkah laku, yang memiliki beberapa aspek yaitu:
1) pengetahuan,
2) pengertian,
3) kebiasaan,
4)keterampilan,
5
5) apresiasi,
6) emosional,
7) hubungan sosial,
8) jasmani,
9) budi
pekerti,
Dalam pendidikan siswa dituntun untuk aktif, inovatif dan kreatif dalam merespon
materi. Kenyataannya guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar (teaching
center) yang menyebabkan siswa menjadi pasif sehingga dalam proses pembelajaran
menjadi bosan. Pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan
spiritual seseorang agar ingin belajar dengan kehendaknya sendiri, sedangkan belajar
yaitu suatu proses yang berakhir pada perubahan (Fathurrohman dan Sulistyorini 2012:
6-7). Seperti yang terlihat dalam proses pembelajaran di SMK Prawira Marta Kartasuro
khususnya kelas X Akuntansi, salah satu kelemahan dalam pembelajaran yaitu rendahnya
keaktifan belajar siswa. Dari jumlah 24 siswa yang ikut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya dalam pembelajaran hanya 16 (66,6%) siswa. 4 (16,6%) bertanya kepada siswa
lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi. Sebanyak 8 (33,3% )
siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru hampir semua sudah 17
(70,8 %) siswa dan sekitar 8 (33,3%) siswa melatih diri dalam mememcahkan masalah.
Guru mata pelajaran persaman dasar akuntansi menginginkan 100% siswa aktif.
Jika siswa tidak dapat aktif 100%, Ibu Ani B. Nurmawanti, S.Pd sebagai guru mata
pelajaran persamaan dasar akuntansi mengatakan setidaknya 75% siswa ikut aktif dalam
proses pembelajaran. Tingkat keaktifan yang rendah mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hal ini terlihat dari nilai UTS (Ujian Tengah Smester) kelas X Akuntansi hanya 8 (33,3%)
6
siswa yang telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) 7,5. Penggunaan model
pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi yang sering disebut dengan model
Menurut Sardiman (2001: 98), keaktifan merupakan kegiatan fisik maupun mental,
yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk
membentuk siswa yang aktif diperlukan aktivitas didalam pembentukan diri anak itu
sendiri, sedangkan pendidik merencanakan dan memberikan bimbingan untuk kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh anak didik. Menurut Dananjaya (2010: 31) bahwa dalam
mengetahui keaktifan siswa diperlukan media yang mewadahi proses aktivitas tersebut
yaitu:
1) diskusi,
2)penugasan, dan
3) games.
Keaktifan siswa pada proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa atau siswa antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat masalah dalam keaktifan siswa pada proses
pembelajaran untuk itu diperlukan solusi. Apabila permasalahan diatas tidak segera
diatasi akan mengakibatkan pembelajaran berpusat pada guru, tidak tercapainya tujuan
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran tidak menekankan pada
kreativitas siswa, siswa tidak mampu
7
2.4 Hubungan Hakikat Manusia dengan Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari istilah humanisasi. Dan seperti yang
kita ketahui bahwa Tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang ideal dan
mempunyai cita-cita yang tinggi berdasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang
dianut tentunya. Manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Manusia yang
mempunya akhlak mulia, dan mempunyai kecerdasan baik secara lahir maupun batin.
Itulah pentingnya pendidikan dan pendidikan tidak dapat dijalankan tanpa kebijakan yang
sesuai. Pendidikan memang mutlak harus dilaksanakan oleh manusia, apabila asumsi
tersebut diingkari maka kita akan kembali pada kesimpulannya bahwa manusia tidak
perlu dididik, tidak dapat dididik karena itulah kita perlu melaksanakan suatu pendidikan,
yang akan berpengaruh baik bagi kehidupan kita nantinya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia dan pendidikan merupakan hal yang betekerkaitan satu sama lain, di tinjau
dari pendekatan filsafat pendidikan barat dikenal 3 aliran utama yang membahas
hubungan antara manusia dan pendidikan, yakni aliran nativisme yang mana menyatakan
bahwa manusia alam natur(potensi) bawaan manusia yang dominan dalam pendidikan,
beda dengan empirisme yang dipelopori oleh John Locke ia berpendapat bahwa
pengalaman dan lingkungan yang dominan, convergensi sebagai aliran penengah yang
mana perpaduan antara faktor bawaan dan lingkungan yang menentukan perkembangan
faktor bakat dan pendidikan.
Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut
pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusia
mempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya. Contoh:
manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo
sicius, dan sebagainya.
9
menghadapi masa depan. Dengan kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari
proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam
lingkungan dimana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai
dengan perannya
3.2 Saran
Dalam mempelajari makalah ini, sebaiknya para pembaca juga membaca buku atau
meteri yang bersangkutan dengan makalah ini, karena makalah ini disajikan secara
ringkas untuk memudahkan pembaca, memperoleh inti dari bahasan yang terdapat dalam
makalah. Selain itu untuk dapat lebih memahami apa yang tersaji dalam makalah ini
alangkah baiknya bila di barengi dengan melakukan penelitian sederhana tentang Hakikat
Manusia dan Hakikat Pendidikan
10
DAFTAR PUSTAKA
Riyansyah Aldi, 2021, Hakikat Manusia dan Hubungannya dengan Pendidikan. Tersedia
pada
https://www.academia.edu/43433349/HUBUNGAN_ANTARA_MANUSIA_DA
N_PENDIDIKAN
Sumantri. S. Muhamad, Tanpa Tahun. Hakikat Manusia dan Pendidikan. Tersedia pada
http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-M1.pdf
11