Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
D0023079
Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terjadi 1,5 juta kasus efusi pleura. Sementara
pada populasi umum secara internasional diperkirakan setiap 1 juta orang, 3000
orang terdiagnosis efusi pleura. Di negara-negara berat, efusi pleura terutama
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia
bakteri. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh
infeksi tuberkulosis.
Di Indonesia, kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran
napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini disebabkan
keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini. Faktor resiko
terjadinya efusi pleura diakibatkan karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi
yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang
menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya
masyarakat tentang pegetahuan kesehatan (Puspita, Soleha, & Berta, 2015).
Di RSDM Surakarta dari 107 pasien efusi pleura ditemukan bahwa laki-laki
sebanyak 51 orang (47,66%) dan perempuan 56 orang (52,34%). Keluhan utama
yang membawa pasien berobat ke RSDM terbanyak dengan sesak napas 62 pasien
(57,94%), disusul batuk ada 35 pasien (32,71%), nyeri dada 7 pasien (6,54%),
batuk darah ada 2 pasien (1,84%), dan nyeri perut ada 1 pasien (0,93%) (Surjanto,
Sutanto, Aphridasari, & Leonardo, 2015).
Gejala yang sering timbul pada efusi pleura adalah sesak napas. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul
bergantung pada jumlah akumulasi cairan. Efusi pleura yang luas akan
menyababkan sesak napas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen,
sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat
menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian terapi oksigen (Morton, Fontaine, Hudak, Gallo, 2013).
B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat penyakit sekarang Hal yang perlu dikaji :
a) Keluhan yang dirasakan klien
b) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
3. Riwayat penyakit dahulu. Hal yang perlu dikaji:
a) Sebutkan sakit yang pernah dialami
4. Riwayat penyakit keluarga
a) Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
2. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit
Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
Nadi : takikardi
RR : takipnea, dyspnea dan nafas dangkal
Suhu : hipertermi
3. Pemeriksaan head to toe :
a. Kulit kepala
Inspeksi : lihat ada atau tidaknya lesi , warna coklat kehitaman, edema,
dan distribusi rambut.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur halus,
kasar,akral hangat atau dingin.
b. Rambut
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata atau tidak, kotor atau tidak serta
bercabang atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.
c. Kepala /wajah
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apa bila muka kanan dan kiri tidak
sama, misal lebih condong ke kanan atau kiri, hal itu menunjukkan ada
nya parase/kelumpuhan.
Palpasi : rasakan apabila adanyaluka, tonjolan patogik, dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
d. Mata
Inspeksi : reflek berkedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah atau
konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin, miosis atau medriasis.
e. Hidung
Inspeksi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya inflamasi, sert
ada atau tidaknya secret.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
f. Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna, bentuk,
kebersihan dan lesi.
Palpasi : tekan dun telinga adakah respon nyeri atau tidak serta rasakan
kelenturan kartilago.
g. Mulut dan faring
Inspeksi : lihat pada bagian bibir apakah ada kelainan congenital (bibir
sumbing) kesimetrisan, warna, pembengkakan, lesi, kelembapan, amati
juga jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada masa
atau tumor, oedem atau nyeri.
h. Leher
Inspeksi : amati tiroid, dan amati kesimetrisan leher dari depan, belakang
dan samping.
Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid.
i. Dada
Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri, amati
adanya retraksi intercostal, amati pergerakan paru.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : menentukan batas normal suara ketukan normal paru. Bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru, jika disertai efusi pleura
akan di dapati suara redup hingga pekak, jika disertai pneumothoraks
akan diserati bunyi hiperesonon.
Auskultasi : Untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan nafas,
vesikuler, wheezing/clecles, atau ronkhi. Pada pasien pneumonia adanya
suara tambahan wheezing (mengi)
j. Abdomen
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya retraksi,
benjolan, ada tidaknya simetrisan, serta ada atau tidaknya asietas.
Palpasi : ada atau tidaknya massa dan respon nyeri. Aukultasi :
mendengarkan bising usu normal 10-12x/menit.
k. Muskuloskeletal
Inspeksi : mengenali ukuran adanya atrofi dan hiperatrofi, amati kekuatan
otot dengan memberi penahan pada anggota gerak atas dan bawah.
ANALISA DATA
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
INTERVENSI
Intervensi merupakan fase proses keperawatan yang penuh dengan
pertimbangan yang sangat sistematis,mencangkup pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010).
Berikut intervensi yang diberikan pada pasien dengan masalah gangguan
pertukaran gas.
HARI/ TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA
TGL KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN
JAM HASIL
1 Batuk efektif , O - Monitor pola napas -
sedang (3) Monitor bunyi napas -
- Produksi Monitor sputum
sputum, menurun T - Posisi semi fowler -
(5) - Mengi, Lakukan fisioterapi dada,
menurun (5) - jika perlu - Pemasangan
Dyspnea, oksigen
menurun (5) - E - Ajarkan teknik batuk
Sianosis, efektif
menurun (5) - K - Kolaborasi
Gelisah , pemberian bronkodilator
menurun (5) -
Frekuensi napas,
membaik (5) -
Pola napas ,
membaik (5)
2 Tingkat O - Monitor kecepatan
kesadaran , aliran o2 - Monitor
meningkat (5) - tanda-tanda hipoventilasi
Dyspnea, - Monitor tingkat
menurun (5) - kecemasan akibat terapi
Bunyi napas oksigen
tambahan, T - Bersihkan secret pada
menurun (5) - hidung
Gelisah , E - Ajarkan pasien dan
menurun (5) - kelarga cara
Napas cuping menggunakan oksigen
hidung, menurun dirumah
(5) - Pola napas , K - Kolaborasi
membaik (5) penentuan dosis oksigen
Kolaborasi cara
penggunaan oksigen saat
aktivitas rumah -
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan proses keperawatan yaitu melakukan kegiatan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional (Handayaningsih, 2009). Menurut (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
Snyder, 2010) implementasi keperawatan terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yaitu tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. Pelaksanaan implementasi yang dilakukan pada
masalah gangguan pertukaran gas yaitu memonitor suara napas tambahan,
memberikan posisi fowler atau semi-fowler untuk memaksimalkan ventilasi,
memberikan oksigen bila perlu, mengkolaborasikan pemberian bronkodilator bila
perlu, memonitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya napas, memonitor pola
napas, mengauskultasi bunyi napas untuk mengetahui adanya suara napas
tambahan, memonitor nilai analisa gas darah (AGD) (PPNI, 2018).
EVALUASI
Dalam proses keperawatan evaluasi merupakan tahap kelima yang merupakan
tahap yang tidak kalah penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang
didapatkan dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
dilanjutkan, diakhiri atau diubah(Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,
2010). Evaluasi keperawatan dengan masalah gangguan pertukaran gas menurut
(Bulechek, G. M., Butcher, H. N., Dochtermen, J. M., & Wagner, 2016) :
a. Klien mengalami peningkatan ventilasi dan status oksigenasi secara adekuat
b. Memelihara kebersihan paru-paru dan terbebas dari tanda-tanda distress
pernafasan seperti adanya gerakan cuping hidung, retraksi dada dan pernafasan
cepat dan dangkal.
c. Suara napas yang bersih, tidak adanya sianosis dan dipsnea
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal yaitu nadi pada bayi 120-160x/menit,
toddler 90-140 x/menit, usia prasekolah 80-110 x/menit. Suhu tubuh usia 1-3
tahun yaitu 37,20 C - 37,70C dan usia 5 tahun yaitu 370C (Debora, 2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus :
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. D.
No.RM :
Umur : 78 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Nama : Ny. H
Umur : 43
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan :
e. Lingkungan :
➢ Mata
P : Konjungtiva anemis
➢ Hidung
➢ Mulut
➢ Telinga
I : Simetris
➢ Kepala
P : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada bendungan vena
jugularis
➢ Dada
Paru : paru
P : Sonor
Jantung
P : bunyi pekak
➢ Abdomen
P : Bunyi timpani
➢ Kulit
I : tampak bersih
➢ Ekstremitas atas
➢ Ekstrenitas bawah
P : Reflek normal
➢ Data penunjang
4. Pemeriksaan thorax
➢ Terapi obat :
N
DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1 DS : Bersihan jalan Spasme jalan napas
DO : napas tidak efektif
2 DS :. Gangguan ketidakseimbangan
DO : pertukaran gas ventilasi - perfusi.
3 DS:
DO:
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA