You are on page 1of 13

Pendekatan Saintific Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Melalui Media Youtube

Komang Sri Utari Dewi


Afilliasi : UHN Bagus Sugriwa
Email: utade86@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan

Abad 21 merupakan abad pengetahuan yang menjadi landasan utama di berbagai aspek
kehidupan. Pardigma pembelajaran abad 21 menekankan pendidikan berada pada masa
pengetahuan (knowledge age). Frietas dan Yapp (2005) menyatakan pardigma menitik beratkan
pada kemampuan siswa untuk berfikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi, berkomunikasi da berkolaborasi. Pencapaian keterampilan
dicapai melalui penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan penguasaan materi dan
keterampilan, dengan empat pilar kehidupan yaitu learning to know, learning to do, learning to
be, dan learning to live together. Dalam empat pilar tersebut terkandung keterampilan khusus
masing-masing yang perlu diaplikasikan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir
kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kolaborasi,
kreasi dan inovasi, serta literasi informasi (Saavedra & Opfer, 2012). Keterampilan abad 21
mencakup life nd career skills, learning and innovation skills dan information media and
technology skills (Dantes,Dkk,2020:12). Salah satu keterampilan yang perlu dikuasai melalui
kegiatan belajar adalah literasi informasi yaitu kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi,
serta menggunakan informasi yang dibutuhkan secara tepat dan efektif di era digital.
Pesatnya perkembangan teknogi sehingga manusia dapat mengakses semua informasi
dengan cepat, yang menyebabkan pengaruh atau dampak dari perkembangan teknologi tersebut
mempengaruhi kehidupan manusia terutama dibidang pendidikan. Dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat, generasi muda dibayangi oleh degradasi moral bangsa yang
dijustifikasi sebagai penyimpangan sikap, watak, atau karakter yang ditunjukkan oleh generasi
masa kini. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter pada warga
sekolah yang mliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimknai sebagai the deliberate use of
all dimensions of school life to foster optimal character development. Salah satu pendekatan
pendidikan yang dapat digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan
pendekatan pendidikan, yang memungkinkan peserta didik membangun pengetahuannya dengan
prinsip 5M (mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, mengomunikasikan). Di dalam
Nitisatra disebutkan ;
nora na mitramang lwihane,wara guna maruhur, nora’na catru manglewihane,geleng ana ri
hati,nora ‘na sih mahanglewihane,sihikang atanaya,nor’na cacti daiwa juga sakti, tan ana
mamahen.
artinya:
Tidak ada sahabat yang melebihi pengetahuan, yang mempunyai manfaat atau berfaedah sangat
tinggi bagi kehidupan, tidak ada musuh yang berbahaya dari nafsu jahat yang tumbuh dalam hati,
tidak ada cinta yang melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya, merupakan sarana
pendidikan yang efektif, tidak ada menyamai kekuatan kecuali nasib, karena kekuatan nasib tidak
tertahan oleh siapapun (Singer,2017:28).
Untuk menyongsong keberhasilan pendekatan saintifik dalam meningkatkan pendidikan
karakter melalui penggunaan media youtube, diperlukan sinergitas antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Pendidikan karakter melalui penggunaan media youtube akan memberi pemahaman
baru, bahwa kesuksesan pendidikan nasional bukan sekedar dibuktikan dengan pencapaian nilai,
melainkan pendidikan nasional akan membentuk generasi yang berkarakter dan tetap bersinergi
dengan Iptek berdasarkan nilai luhur bangsa .

1.5.1 Teori Belajar Behavioristik


Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah: (1) Teori ini beranggapan
bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar
sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini
beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab
inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena
tidak dapat diamati. (3) Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya
respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila
reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.
Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah
timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah
laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan hal-hal
lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran
itu telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Guru hendaknya paham tentang
jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa. (2) Guru juga mengerti tentang jenis
respons apa yang akan muncul pada diri siswa. (3) Untuk mengetahui apakah respons yang
ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :
(a) Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable). (b) Respons yang ditunjukkan oleh
siswa dapat pula diukur (measurable) (c) Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat
dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit). (d) Agar respons itu dapat
senantiasa terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali
adanya semacam hadiah (reward). Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi
sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut: (1)
Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa sebagai subjek yang akan diharapkan
mampu memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar, perlu kiranya dianalisis kemampuan awal dan
karakteristiknya. Hal ini dilakukan mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa
berbekal apapun sama sekali (mereka sangat mungkin telah memiliki sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang di dapat di luar proses pembelajaran). Selain itu, setiap siswa juga memiliki
karakteristik sendiri-sendiri dalam hal mengakses dan atau merespons sejumlah materi dalam
pembelajaran.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru jika melakasanakan analisis terhadap
kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu: (a) Akan memperoleh gambaran yang lengkap dan
terperinci tentang kemampuan awal para siswa, yang berfungsi sebagai prasyarat (prerequisite)
bagi bahan baru yang akan disampaikan. (b) Akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis
pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa. Dengan berdasar pengalaman tersebut, guru dapat
memberikan bahan yang lebih relevan dan memberi contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi
siswa. (c) Akan dapat mengetahui latar belakang sosio-kultural para siswa, termasuk latar
belakang keluarga, latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. (d) Akan dapat
mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik jasmaniah maupun rohaniah. (e)
Akan dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa. (f) Dapat mengetahui tingkat
penguasaan bahasa siswa. (g) Dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa sebelumnya. (h) Dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para
siswa (Oemar Hamalik, 2002:38 - 40). (2) Merencanakan materi pembelajaran yang akan
dibelajarkan Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga di sini
guru tidak akan over-estimate dan atau under-estimate terhadap siswa. Namun kenyataan tidak
demikian adanya. Sebagian siswa ada yang sudah tahu dan sebagian yang lain belum tahu sama
sekali tentang materi yang akan dibelajarkan di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan
pembelajaran kepada semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan
kemampuan awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat menggunakan dua
pendekatan yaitu siswa, (a) menyesuaikan diri dengan materi yang akan dibelajarkan, yaitu
dengan cara guru melakukan tes dan pengelompokkan (dalam hal ini tes dilakukan sebelum siswa
mengikuti pelajaran), atau (b) materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa (Atwi
Suparman, 1997:108).

1.5.2 Teori Simbol


Hanurawan menjelaskan bahwa, salah satu fungsi simbol yaitu sebagai alat komunikasi
yang secara sosial diakui oleh individu dalam masyarakat. Simbol membantu individu dalam
menyatukan perilaku yang sama dan memberikan arahan bagi perilaku sosial yang diterima
sebagai suatu kesepakatan sosial. Simbol mewakili makna yang ingin disampaikan oleh individu
ke individu yang lain. Menurut Langer, kehidupan binatang diatur oleh perasaan (feeling), tetapi
perasaan manusia diperantarai oleh sejumlah konsep, simbol, dan bahasa. Binatang memberikan
respon terhadap tanda, tetapi manusia membutuhkan lebih dari sekedar tanda, manusia
membutuhkan simbol. Mode representasi ikonis, indeksikal dan simbolis sering berbaur dalam
penciptaan sebuah tanda atau teks. Pengetahuan untuk merepresentasikan situasi fisik dalam
kehidupan nyata secara simbolis adalah pencapaian oleh benak manusia yang benar-benar luar
biasa. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk menghapus intervensi fisik melalui representasi
dunia nyata dengan menggunakan simbol dan diagram yang pada gilirannya memungkinkan kita
melakukan eksperimen mental terhadap dunia itu sendiri, untuk melihat apa yang mampu mereka
hasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, komunikasi melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan
verbal maupun non verbal (simbol) antarinduvidu. Apabila komunikasi sosial tidak berjalan
secara efektif maka pemahaman timbal balik antarinduvidu menjadi terhabat. Dalam hal ini,
perilaku manusia sebagai makhluk berbudaya, dalam konteks kelompok sosial diatur oleh
mekanisme komunikasi berupa pertukaran simbol-simbol. Termasuk simbol yang tertera di layar
televisi sebagai batasan usia menonton televisi guna mengontrol batas usia menononton televisi.
Menurut Langer, secara teoritis simbol terdiri atas dua dimensi yaitu : a. Makna Makna adalah
suatu hubungan yang kompleks diantara simbol, objek, dan orang. Makna terdiri atas dua aspek,
yaitu sebagai berikut : 1. Aspek logis Aspek logis adalah hubungan antara simbol dan referennya,
yang disebut sebagai denotasi. 2. Aspek psikologis Aspek psikologis adalah hubungan antara
simbol dan orang, yang disebut sebagai konotasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Saintifik dalam meningkatkan Pendidikan Karakter


Pendekatan Saintifik Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah
telah merancang pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan formulasi atau cara baru
yang diterapkan dalam ranah pendidikan nasional. Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga
sebagai pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai cara yang strategis untuk
mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Hosnan (2014: 34)
mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa, agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengalisis, dan mengomunikasikan.
Secara terperinci, kegiatankegiatan dalam pendekatan saintifik
Tabel 1. Kegiatan dalam Pendekatan Saintifik
Kegiatan Aktivitas Belajar
Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak
(Observing) (tanpa alat atau dengan menggunakan alat).

Menanya Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke


(Questioning) yang bersifat hipotesis, diawali dengan bimbingan guru
sampai dengan mandiri.
Mencoba Mencoba mempraktikkan konsep awal yang diketahui
(Experimenting) dari proses atau kegiatan sebelumnya (mengamati dan
menanya).
Menganalisis Menganalisis data dalam bentuk konsep, kategori atau
(Associating) menentukan hubungan data/kategori, dan
menyimpulkan dari hasil analisis data.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
(Communicate') lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media
lainnya.
Pendekatan saintifik dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami, dan mempraktikkan berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah. Pendekatan saintifik menegaskan bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan
saja, dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
2.2 Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004: 95), yaitu sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Definisi yang lain, dikemukakan oleh Darma Kesuma, dkk (2011: 5), bahwa
pendidikan karakter adalah pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh, yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
Definisi tersebut, menurut Darma Kesuma, dkk (2011: 56) mengandung tiga makna, antara lain:
1) Pendidikan karakter adalah pndidikan yang tengintegrasi dengan mata pelajaran.
2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya
anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan
dikembangkan.
3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah
(lembaga).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
pembelajaran yang menitikberatkan pada pembentukan perilaku peserta didik agar sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang dikembangkan. Berkaitan dengan nilai karakter yang dikembangkan,
berikut ini Agus Wibowo dan Gunawan (2015: 129-130), menyebutkan nilai-ilai karakter bangsa
yang dikembangkan, antara lain:
Tabel 2. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai yang Dikembangkan
Religius Mandiri Bersahabat/Komunikatif
Jujur Demokrasi Cinta Damai
Toleransi Rasa Ingin Tahu Gemar Membaca
Disiplin Semangat Kebangsaan Peduli Lingkungan
Kerja Keras Cinta Tanah Air Peduli Sosial
Kreatif Menghargai Prestasi Tanggungjawab
Karakter luhur yang dikembangkan dalam pendidikan, harus dilakukan dengan konsisten
oleh seluruh pelaku pendidikan, terutama guru/pendidik. Dengan menerapkan nilai-nilai karakter
yang dikembangkan dalam pembelajaran, diharapkan tujuan pendidikan karakter dapat tercapai.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan karakter, Darma Kesuma, dkk (2011: 9),
menyebutkan tujuan pendidikan karakter, sebagai berikut.
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan
perlu, sehingga menjadi pribadi peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan;
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah;
3) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.
Tujuan pendidikan karakter di atas dapat dicapai, apabila pelaku pendidikan bersama
masyarakat berkorelasi dalam menerapkan pendidikan karakter. Nilai- nilai yang dikembangkan
di dalamnya juga harus tersampaikan kepada peserta didik, melalui sistem dan metode
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, tantangan perubahan nilai di tengah konstelasi global
dapat dihindari.
Tabel 1. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-
6. Kreatif Berpikir
baiknya. dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru
7. Mandiri berdasarkan sesuatuyang
Sikap dan perilaku yangtidak
telahmudah
dimiliki.
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
kebangsaan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan
12. Menghargai Sikap dan tindakan
fisik, sosial, budaya,yang mendorong
ekonomi dirinya
dan politik untuk menghasilkan sesuatu
bangsa.
prestasi yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan
13. Bersahabat/ Tindakan
orang lain.yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
komunikasi bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli social Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
17. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan
alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku
kerusakan seseorang
alam yang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
sudah terjadi.
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan yang Maha Esa.
Nilai-nilai di atas dapat dikelompokkan lebih sederhana sebagai nilai atau sikap hidup
yang berkaitan dengan Tuhan, sesama, Negara, diri sendiri, dan lingkungan seperti berikut:
1. Nilai berkaitan dengan Tuhan: religious, toleransi, dan tanggungjawab;
2. Nilai berkaitan dengan sesama: jujur, toleransi, demokratis, bersahabat, cinta damai,
peduli sosial, tanggungjawab;
3. Nilai berkaitan dengan Negara: demokrasi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta
damai, peduli sosial;
4. Nilai berkaitan dengan diri sendiri: jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, ingin
tahu, menghargai prestasi, tanggungjawab;
5. Nilai berkaitan dengan lingkungan: peduli lingkungan, tanggungjawab.
Tentu saja kita sebagai pendidik/guru dapat menambahkan nilai-nilai positif lain yang
barangkali menurut konteks siswa, sekolah, lingkungan sangat tepat untuk ditonjolkan dan belum
tercantum dalam 18 nilai di atas. Disini para pendidik/guru mempunyai kebebasan untuk
memikirkan dan memutuskan.

2.2.1. Tujuan pendidikan karakter


1. Membantu siswa berkembang menjadi manusia yang berkarakter;
2. Membantu agar bangsa Indonesia ke depan makin berkarakter, karena manusianya sudah
berkarakter.
2.3 Pengimplementasian Pendekatan Saintific dalam membangun pendidikan karakter
Melalui Penggunaan Media Youtube
Perkembangan teknologi semakin memudahkan seseorang untuk mengakses berbagai
informasi dalam mewujudkan kemudahan dalam kegiatan sehari-hari. Peningkatan pengguna
internet di Indonesia semakin mengindikasikan bahwa media internet dari waktu ke waktu telah
mengubah pola komunikasi manusia. Internet semakin memfasilitasi penggunanya untuk
menjalin interaksi secara online dengan orang lain meskipun tidak berada dalam ruang dan waktu
yang berdekatan. Namun di sisi lain, terdapat beberapa permasalahan yang ditemui dalam
pembelajaran daring, salah satunya adalah keterbatasan keterampilan guru dalam menghadirkan
konten menarik. Hal ini semakin membuat pembelajaran daring tidak mencapai tujuan yang
dimaksud. Keterbatasan inilah yang kemudian juga berpengaruh terhadap tingkat respon peserta
didik dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat
dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang, agar
hasil belajar siswa dapat tercapai secara normal. Namun, pada kenyatannya banyak proses
pembelajaran yang terjadi tanpa adanya interaksi antar guru dan siswa. Guru tidak menjelaskan
mengenai materi yang akan disampaikan, akan tetapi guru langsung memberikan tugas kepada
siswanya. Hal itu disebabkan karena banyaknya kegiatan yang harus dilakukan oleh guru di luar
kelas. Akhirnya hal tersebut berdampak bagi siswa membuat mereka harus belajar secara
otodidak atau mandiri menggunakan sumber yang ada, seperti Youtube. Dengan Youtube mereka
akan mencari penjelasan dan video tutorial yang dibutuhkan guna menunjang proses
pembelajarannya. Sebagai media interaktif maka youtube memungkinkan guru dapat mengupload
materi pembelajaran berupa video, sementara peserta didik dapat mengaksesnya untuk
menggantikan pembelajaran tatap muka.
Walaupun sudah tersedia media yang akan digunakan, jika siswa telah menangkap isi
media dengan baik, guru masih harus memberi penguatan mengenai materi tersebut di kelas.
Seorang guru diharapkan menyesuaikan strategi belajar mengajar dengan media, jadi peran
media dengan peran guru akan saling melengkapi. Banyak sekali media yang bisa digunakan
bagi siswa maupun guru, contohnya seperti Youtube.
Youtube sangat bermanfaat pada proses pembelajaran yaitu terdapat pada penelitian yang
dilakukan Danis S. Berry tentang “Anatomy education for the YouTube generation” menyatakan
bahwa munculnya “YouTube Generation” atau “Generation Connected” (Gen C), menawarkan
kemungkinan baru untuk pendidikan anatomi. Gen C, yang terdiri dari 80% milenium, secara
aktif berinteraksi dengan media sosial dan mengintegrasikannya ke dalam pengalaman
pendidikan mereka. Sebagian besar bersedia untuk menggabungkan kehadiran online mereka
dengan program gelar mereka dengan terlibat dengan materi kursus dan berbagi pengetahuan
mereka secara bebas menggunakan platform ini. Integrasi media sosial ini ke dalam
pembelajaran sarjana, dan sikap serta pola pikir Gen C, yang secara rutin membuat dan
menerbitkan blog, podcast, dan video online, telah mengubah pendekatan pembelajaran
tradisional dan hubungan siswa atau guru (Danis S Barry, 2016). Banyak hal yang bisa
didapatkan dari penggunaan media Youtube. Youtube supports multimedia learning and student
engagement and is particularly effective at enhancing the educational experience of fully online
learners (Buzzetto-More, 2015). Artinya Youtube mendukung pembelajaran multimedia dan
keterlibatan siswa dimana sangat efektif untuk meningkatkan pengalaman pendidikan pelajar
yang sepenuhnya dilakukan secara online (Buzzetto-More, 2015).
Kedekatan Youtube dengan pola perilaku masyarakat inilah yang membuat youtube cukup
potensial digunakan sebagai media pembelajaran. Ketidakterbatasan upload video di Youtube
memungkinkan banyak guru atau lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal
saat ini memaksimalkan untuk upload video pembelajaran. Tujuan pemanfaatan Youtube sebagai
media pembelajaran adalah mengupayakan penciptaan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, menarik, dan interaktif. Trend pengguna youtube yang semakin meningkat dapat
menjadi dasar untuk memanfaatkan platform tersebut sebagai media pembelajaran.
Video pembelajaran sangat berguna dalam membangun suasana pembelajaran dalam
basis kelas online. Video pembelajaran juga lebih signifikan dalam meningkatkan pasrtisipasi
peserta didik jika dibandingkan dengan pemanfaatan media jenis lain seperti media pembelajaran
berbasis teks. Pemanfaatan video pembelajaran lebih dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam suatu pembelajaran. Penggunaan video dalam pembelajaran juga memungkinkan
peserta didik dapat melihat objek pembelajaran secara nyata dan lebih realistis. Pembelajaran
dengan basis media video pembelajaran dapat mendukung efektifitas pembelajaran yang hampir
memiliki instruksi sama dengan pembelajaran tatap muka. Bahkan tersedianya video
pembelajaran dalam platform khusus dapat ditonton ulang oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini tentu lebih efektif daripada pembelajaran tradisional yang mana semua
pusat informasi ada pada guru dan kontrol penyampaian informasi sangat memengaruhi
pemahaman peserta didik, sehingga jika ada yang tertinggal menjadi susah untuk disamakan.
Diketahui dari survei Indonesia digital report, We Are Social (2020) bahwa terdapat 88%
pengguna internet di Indonesia yang mengakses video di Youtube. Melalui Youtube maka dunia
pendidikan dapat menghadirkan proses pembelajaran yang lebih menarik dan tidak monoton,
bahkan mudah diakses tanpa ada batas ruang dan waktu. Hal ini tentunya diharapkan dapat
memudahkan peserta didik untuk dapat belajar dari rumah dengan menekankan aspek
kemandirian belajar melalui tontonan yang variatif. Platform Youtube bertransformasi menjadi
salah satu sumber dan media belajar yang cukup efektif dengan kemudahan akses, tersedianya
berbagai macam video terutama pembelajaran, tersedianya bentuk audiovisual yang tidak
monoton dapat mendorong dan memotivasi peserta didik agar tetap semangat belajar meskipun
dalam suasana pembelajaran daring.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan kebutuhan bangsa, ditengah konstelasi masyarakat
global. Internalisasi nilai-nilai karakter bangsa berbasis literasi digital harus dilakukan
dengan didukung sinergitas antara pendidik, keluarga, dan masyarakat. Ukuran keberhasilan
pendidikan tidak hanya berhenti pada pencapaian nilai skor mata pelajaran yang berakhir
setiap semester, tetapi bagaimana pendidikan itu memberikan nilai luhur yang dijiwai dan
diterapkan sepanjang usia. Pendidikan karakter merupakan sarana dalam memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai luhur sehingga terwujud perilaku generasi yang
yang diharapkan, baik ketika berada di sekolah, maupun ketika berada di luar sekolah.
Berdasarkan materi yang disajikan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan saintifik merupakan formulasi baru yang harus diterapkan secara konsisten oleh
seluruh pelaku pendidikan, untuk membentuk karakter bangsa dengan menggunakan media
youtube. Melalui prinsip 5M (mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, dan
mengomunikasikan), peserta didik dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya terhadap
materi dan nilai-nilai yang melekat didalamnya. Pendekatan saintifik, cenderung mudah
untuk dilakukan. Diperlukan pula sinergitas antara pelaku pendidikan, keluarga, dan
masyarakat, agar pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pendidikan karakter berbasis
kearifan lokal terlaksana secara maksimal. Dengan perkembangan digital yang berdampak
cukup signifikan bagi dunia pendidikan, secara keseluruhan indikator penentu keberhasilan
pembelajaran ada pada guru, peserta didik, dan fasilitas teknologi dan internet. Media
Youtube dapat dimanfaatkan sebagai teknologi pendukung kegiatan pembelajaran yang
melibatkan peserta didik yang tidak harus terdiri atas kesatuan ruang dan waktu. Peserta
didik dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu
dengan syarat komputer atau gawai peserta didik harus terhubung dengan internet. Youtube
juga membantu efisiensi peran guru mengingat adanya video pembelajaran dapat
mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hasil (outpuf)
pendidikan karakter yang diterapkan melalui pendekatan saintifik menggunakan media
youtube adalah lulusan sekolah memiliki sifat yang khas sebagaimana nilai-nilai karakter
yang menjadi rujukan sekolah. Sehingga, pelaksanakan pendidikan bukan hanya mencetak
cendekia yang unggul yang berorientasi pada proses atau kegiatan melatihkan keterampilan
inovatif tetapi juga dari sisi pengetahuan akademik, agar menjadi seorang cendekia yang
berkarakter kuat dan cerdas.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo. 2016. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Konsep dan Praktik
Implementasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dharma Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fatchul Mu’in.2013. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan Praktik. Jakarta: Ar-Ruzz
Media
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya
Lickona, Thomas. 1991. Educating or Character: How Our Shool Can Teach Respect and
Responsibility. New Yor, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam Books.
M Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI Press.
Ratna Megawangi. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
Bogor: Indonesia Heritage Foundation.
Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan
Saintifik di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Berk, R. A. (2009). Multimedia teaching with video clips: TV, movies, Youtube, and mtvU in
the college classroom. International Journal of Technology in Teaching & Learning, 5(1).

Buzzetto-More, N. (2015). Student Attitudes Towards The Integration Of YouTube In Online,


Hybrid, And Web-Assisted Courses: An Examination Of The Impact Of Course Modality On
Perception. Journal of Online Learning and Teaching , 11(1), 55.

Danis S Barry, F. M. (2016). Anatomy education for the YouTube generation. Anatomical
Sciences Education, 9(1), 90-96.

Kindarto, A. (2008). Belajar Sendiri Youtube. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Purwandari, E. (2019). Pemanfaatan Youtube Sebagai Sumber Belajar Fisika. Journal of


Education and Instruction (JOEAI), 2(2) 83-90.
Kutipan Skripsi Literasi Informasi Guru, Rindyasari, Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Kutipan Penelitian S. Arifianto Peneliti Komunikasi & Budaya Media, di Puslitbang Aptika,&
IKP Balitbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

You might also like