Professional Documents
Culture Documents
Laporan - Praktikum - 1B Farmasi - Fisika
Laporan - Praktikum - 1B Farmasi - Fisika
Disusun oleh :
Kelompok 3 Kelas 1B
Pembimbing Praktikum :
PENDAHULUAN
Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan
salah satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat. (Martin,1993)
Sifat ekstensif adalah suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan
yang sedang diselidiki. Sifat ekstensif meliputi massa maupun volume. Sifat intensif
adalah suatu sifat yang tidak tergantung pada jumlah bahan. Rapatan merupakan
perbandingan antara massa dan volume. Sifat – sifat intensif umumnya dipilih oleh para
ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diteliti. (Martin, 1990)
Perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat
dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau
temperature yang telah diketahui disebut rapat jenis. Air digunakan untuk standar untuk
zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam dunia farmasi, perhitungan
bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat
untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
(Lachman, 1994)
Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air
volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis
digunakan hanya untuk cairan, kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan
bobot zat di udara pada suhu 25° C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat
berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing – masing
monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25°C. (Depkes RI, 1995)
Kerapatan air adalah 1,00 g/ml pada 4℃. Sistem perhitungan untuk kerapatan
larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung nilai kerapatan suatu larutan, umumnya
larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini memudahkan untuk melihat apakah suatu
larutan akan bercampur atau tidak, karena dua larutan dengan kerapatan yang sangat
berbeda biasanya tidak dapat bercampur. Terdapat pengecualian, dimana larutan ionik
seperti larutan garam akan larut dalam air karena keduanya bersifat polar. Minyak yang
nonpolar tidak dapat larut dalam air meskipun kerapatan keduanya tidak jauh berbeda.
Keduanya gagal dicampurkan lebih disebabkan oleh sifat tersebut, dibandingkan dengan
kerapatannya. Contoh, kerapatan merkuri (13,5 g/ml) dan air (1,0 g/ml) relatif berbeda.
Perbedaan kerapatan relatif ini (kadang disebut Gravitas Spesifik) menyebabkan merkuri
terbenam di dasar wadah yang berisi air. Kerapatan relatif (gravitas spesifik) adalah rasio
dari kerapatan sampel pada 20℃ dibagi dengan kerapatan air pada 4℃. (Williams, 2003)
Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume adalah sifat
intensif.Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidaktergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. Karena volume berubah
menurut suhusedangkan massa tetap, maka rapatan merupakan fungsi suhu.
(Petrucci, 1999)
Bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang menyatakan
berapagram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada suhu 40℃. Jadi,
bilanganyang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 dm3 air pada
suhu 40℃ disebut juga bobot jenis (Taba dkk., 2010).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda akan
tenggelam dalam air. Bila kerapatan lebih kecil maka benda akan mengapung. Untuk
benda-benda yang mengapung bagian volume sebuah benda tercelup ke dalam cairan.
Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan
menyusut sedikit bila dipengaruhi pertambahan eksternal, perubahan dalam volume ini
relative kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan berasal dari zat
padat dan cairan hampir tidak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya
kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga tekanan dan
temperatur harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1998).
Untuk menentukan atau mengukur bobot jenissuatu zat dapat menggunakan alat
seperti aerometer, neraca Wesphalt dan piknometer (Tabadkk, 2010).
Berat jenis suatu benda adalah massa jenis benda dibagi dengan massa jenis
standar. Massa jenis udara dipakai sebagai massa jenis standar untuk keadaan gas. Massa
jenis air dipakai sebagai patokan untuk benda cair dan benda padat. Jadi, berat jenis
hanyalah suatu perbandingan dari massa jenis suatu benda terhadap massa jenis substansi
standar (Bresnick, 2002).
BAB II
METODE PENGUJIAN
NO ALAT BAHAN
Cairan Zat padat
1. Piknometer Gliserin sukrosa
2 Gelas ukur 50 mL Paraffin cair
3. Timbangan digital
4. Pipet tetes
5. Corong kaca
6 Spatel
1. Lanjutkan proses praktikum menggunakan gelas ukur yang berisi serbuk pada
point b
2. Lakukan pengetukan gelas ukur b dengan ketukan seperti FI VI :
- Kecepatan ketuka 250 ketukan/menit (4 keteukan/detik)
- Ketinggian pengetukan 3mm
- Gunakan lap bersih sebagai alas pada proses pengetukan
3. Pengetukan dilakukan sebanyak 10x; 500x; dan 1250x. masing-masing catat
volume serbuk 𝑉10, 𝑉500, dan 𝑉1250. Jika perbedaan antara 𝑉500 dan 𝑉1250 ≤ 1mm,
maka catat 𝑉1250 sebagai 𝑉𝑓 . Jika perbedaaan antara 𝑉500 dan 𝑉1250 ≥ 1mm, maka
lakukan pengetukan lagi sebanyak 750x hingga perbedaan ≤ 1mm dan catat
volume akhir sebagai 𝑉𝑓 .
4. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan:
𝑊
Kerapatan mampat = 𝑉
𝑓
1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering beserta tutupnya (a).
2. Isi piknometer dengan 1 gram zat padat (sukrosa). Timbang piknometer berisi zat
padat beserta tutup (b).
3. Masukkan paraffin cair ke dalam piknometer berisi zat padat tersebut. Kocok
perlahan dan isi sampai penuh sampai tidak ada gelembung udara di dalamnya
4. Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair beserta tutupnya (c)
5. Bersihkan piknometer da nisi penuh dengan paraffin cair sampai tidak ada
gelembung di dalamnya
6. Timbang piknometer berisi paraffin cair dan tutupnya (d).
7. Hitung kerapatan sejati dengan persamaan:
(𝑏−𝑎)𝑥 𝐵𝐽 𝐶𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
Kerapatan sejati = (𝑏+𝑑)−(𝑎+𝑐)
Keterangan :
a. Bobot piknometer kosong
b. Bobot piknometer + 1 g granul
c. Bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi
d. Bobot piknometer + cairan pendispersi ( paraffin cair)
BAB III
Sukrosa
W (g) 35 gram
V0 (ml) 72,5 ml
V10 (ml) 60.3 ml
Perhitungan Kerapatan =W
Ruahan (g/ml) Vo
= 35 gram
72,5 ml
=0,4827 gram /ml
Sukrosa
W (g) 35 gram
V0 (ml) 72,5 ml
V10 (ml) 60.3 ml
Perhitungan Kerapatan =W
Ruahan (g/ml) Vo
= 35 gram
72,5 ml
=0,4827 gram /ml
Sukrosa
W (g) 35 gram
V0 (ml) 72,5 ml
V10 (ml) 60.3 ml
Perhitungan Kerapatan =W
Ruahan (g/ml) Vo
= 35 gram
72,5 ml
=0,4827 gram /ml
3.2 PEMBAHASAN ( Alya Putri Agashi P17335122045, Resa Yunia Asih
P17335122072, Rifda Fadilah Akhwati P17335122073, Silmi Adhia Fajar
P17335122078, Siska Sintiaputri P17335122079, dan Syafira Raka Briliantari
P17335122081)
Pada praktikum Fisika Farmasi kali ini melakukan pengujian kerapatan dan bobot
jenis. Kerapatan sendiri adalah massa per unit volume suatu zat pada temperature dan
tertentu. Sedangkan berat jenis adalah konstanta/tanpa bahan yang bergantung pada suhu
untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari
massa (M) suatu bahan terhadap volumenya atau bobot jenis adalah suatu karakteristik
bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dari kemurnian bahan obat
dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat seperti malam. Pada praktikum Fisika
farmasi kali ini kerapatan dan berat jenis zat yang ditentukan antara lain adalah sukrosa,
gliserin dan paraffin cair. Pada tiap-tiap kelompok mendapatkan zat cair yang berbeda.
Tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk menentukan kerapatan dan
bobot dari masing-masing zat. Mengetahui metode yang digunakan, mengukur kerapatan
bobot jenis masing-masing zat. BJ digunakan untuk membandingkan kerjapatan
sedangkan kerapatan digunakan untuk membandingnya volume dan massa. Percobaan ini
dilakukan pada suhu sekitar 25℃ untuk mengoptimalkan pengukuran pada suhu ruangan.
Sampel yang digunakan oleh kelompok 6 adalah sukrosa, gliserin dan paraffin
cair. Sedangkan alat yang digunakan yang digunakan untuk menghitug kerapatan ruahan
dan kerapatan mampat adalah gelas ukur 100 Ml, sedangkan kerapatan sejati dan bobot
jenis adalah piknometer. Sebelum menggunakan alat-alat praktikum untuk melakukan
pengujian, piknometer harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu hingga tidak
ada sedikit air pun di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari
alat. Apabila masih terdapat titik air didalamnya, akan mempengaruhi hasil yang
diperoleh. Pada pengisian dengan sampel, harus diperhatian agar tidak terdapat
gelembung udara didalamnya karena hal tersebut akan mengurangi bobot sampel yang
akan diperoleh. Alat piknometer yang digunakan telah dilengkapi dengan thermometer,
sehingga dapat langsung diketahui suhu sampel tersebut.
Pada percobaan penentuan bobot jenis, hal yang pertama yang dilakukan adalah
menemukan bobot piknometer kosong dan kering. Hal ini dicatat sebagai pembanding
bobot dari perhitungan yang akan dilakukan. Selanjutnya, ditimbang piknometer yang
berisi aquadest menggunakan nerasa analitik sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan hasil
penimbangannya. Ditimbangnya piknometer berisi aquadest adalah bertujuan untuk
perhitungan BJ dari sampel yang akan ditentukan BJnya. Selanjutnya adalah ditimbang
piknometer yang telah berisi sampel gliserin. Penimbangan gliserin juga dilakukan
sebanyak 3 kalidan dirata-ratakan hasil penimbangannya. Dari hasil penimbangan dan
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bobot jenis Gliserin adalah 1,2494 gram /ml.
Dalam Farmakope edisi 3 halaman 271, bobot jenis Gliserin adalah 1,255 sampai 1,260
gram hal tersebut menjadi acuan saat melakukan penetuan bobot jenis gliserin
menggunakan piknometer. Kemudian prosedur selanjutnya adalah ditimbang piknometer
yang telah berisi parrafin cair sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan hasil penimbangnnya
kemudian dihitung BJ paraffin cair menggunakan data piknometer kosong dan
piknometer berisi aquadest yang sama dengan perhitungan BJ gliserin. Sehingga dari
perhitungan yang telah dilakukan dihasilkan BJ Parrafin cair adalah 0,8294 gram/ml. Hal
tersebut sesuai dalam literasi Farmakope edisi 3 halaman 474 yang dimana paraffin cair
adalah memiliki bobot jenis sekitar 0.870 g sampai 0,890. Hal tersebut memiliki
perbedaan namun tidak terlampau jauh. Hipotesis praktikan, hal tersebut disebabkan
karena konsentrasi dari paraffin cair yang kurang atau saat penimbangan terdapat
gelembung udara sehingga mengurangi bobot jenis dari paraffin cair.
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan yang disebabkan karena timbangan yang
digunakan adalah berda-beda. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan
yang satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara Penutupan Piknometer Yang Salah
Terlalu cepat dapat menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak sehingga
tentu mempengaruhi berat pada penimbangan.
3. Pengaruh Perubahan Suhu
Perubahan suhu yang telalu cepat menyebabkan cairan didalam piknometer
memuai/menyusut dengan tidak sangat semestinya, pada waktu timbang zat
tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah ditentukan.
4. Piknometer Yang Belum Kering Dan Bersih
Piknometer demikian yang belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan
dan bobot jenis, masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal didalamnya
sehingga tentu saja mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume Air Yang Tidak Tepat
Volume air yang dimasukkan dalam piknometer harus tepat dengan yang
telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel Yang Terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang
menyimpang, karen kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang masih
murni.
1. Diperoleh bobot jenis gliserin yaitu sebesar 1,2494 gram/mL. Bobot jenis tersebut
sesuai dengan literatur (Farmakope edisi III hal 271), bobot jenis gliserin adalah
1,255 gram/mL sampai 1,260 gram/mL. Hal tersebut memiliki perbedaan, namun
tidak terlampau jauh.
2. Diperoleh bobot jenis parafin cair yaitu sebesar 0,8294 gram/mL. Bobot jenis
tersebut sesuai dengan literatur (Farmakope edisi III hal 474), bobot jenis parafin
cair adalah 0,870 gram/mL sampai 0,890 gram/mL. Hal tersebut memiliki
perbedaan, namun tidak terlampau jauh.
3. Diperoleh kerapatan serbuk ruahan sukrosa 35 gram yaitu sebesar 0,4827
gram/mL.
4. Diperoleh kerapatan serbuk mampat sukrosa 35 gram yaitu sebesar 0,6194
gram/mL.
5. Diperoleh kerapatan sejati sukrosa 1 gram adalah 1,2494 gram/mL.
3.4 DAFTAR PUSTAKA ( Syafira Raka Briliantari P17335122081)
Lachman, L., dkk . 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industi II. Edisi ketiga. Jakarta:
UI Press