Professional Documents
Culture Documents
Sejarah Perkembangan Islam Di Iran
Sejarah Perkembangan Islam Di Iran
AYATOLLAH KHOMEINI
Oleh:
Muhammad Irfan
80100323109
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M. A
Dr. Hj. Susmihara, M. Ag.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iran modern pewaris pola institusi, negara, agama, dan kesukuan dari
dinasti Safawiyah. Era modern bermula tampilnya rezim Qajar yang meraih
kekuasaan setelah melewati periode anarkis dan pergolakan kesukuan untuk merebut
kekuasaan Iran. Rezim ini tak pernah terkonsolidasikan. Rezim baru tersebut sama
sekali tidak pernah mencapai pancaran legitimasi yang sebelumnya telah
menyinari pemerintahan Safawiyah dan tidak pernah menegakkan kekuasaanya
secara penuh. Ia merupakan rezim memusat yang lemah yang menyerupai
beberapa dinasti pendahulunya lantaran berhadapan dengan faktor-faktor
kesukuan propinsial yang kuat dan rezim independensi keagamaannya sangat
tinggi.
K. Mikail, Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi, Jurnal
1
islam di Iran adalah Ayatollah Khomeini atau dikenal juga dengan imam Khomeini.
Ia juga dinobatkan sebagai bapak revolusi Iran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Islam di Iran periode Modern?
2. Bagaimana ide pembaharuan Imam Khomeini pada negara Republik Islam
Iran?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Islam di Iran Dari Dinasti Qajar hingga Revolusi
Sejak tahun 1906, Iran (pada saat itu di bawah dinasti Qajar) telah menjadi
negara monarki konstitusional dengan pembentukan dewan legislatif yang terdiri atas
200 anggota serta Majelis Tinggi yang terdiri atas 60 anggota (30 ditunjuk oleh Shah
dan 30 lainnya dipilih melalui proses pemilihan).3 Secara umum, pada masa dinasti
Qajar, khususnya pada masa pemerintahan Nashiruddin Shah (1848-1857), Iran
dipenuhi oleh gagasan dan penerapan usaha reformasi di segala bidang. Diawali
dengan pembaruan di bidang militer yakni bagi barisan pasukan Baru Azerbaijan,
pencetakan buku latihan militer, percetakan surat kabar Veghaye Etefaghieh, dan
tentunya adalah pendirian politeknik modern Dar Al-Funoun.4
David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.
2
3
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 190.
Arafah Pramasto dkk, Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan Nashiruddin Shah
4
Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 3 Nomor 1, Juni 2022, h. 75.
4
Pada tahun 1826 Rusia merebut Tabriz dan setelah itu perjanjian Turk
Manchai (1828) Rusia merebut kembali Armenia, menguasai lautan Caspia, dan
meraih posisi yang menguntungkan dalam perdagangan Iran. Antara tahun 1864 dan
1885 gelombang baru penaklukan Rusia memuncak pada pencaplokan beberapa
propinsi Iran di Asia Tengah. Kemudian setelah tahun 1857 bentuk utama penetrasi
Inggris dan Rusia adalah di bidang perekonomian.6 Pada tahun 1872 pemerintah Iran
memberikan konsesi yang besar kepada Baron de Reuter.
Ada beberapa perlawanan penting yang terjadi pada masa pemerintahan Qajar,
pertama, munculnya gerakan tembakau pada tahun 1891-1892 dipimpin Marja’
Ayatullah al Uzma Mirza Hasan Shirazi. Gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan
akses dunia barat yang menyebabkan turut campur dalam urusan internal Iran.
Sanggahan terhadap tembakau ini mendapat dukungan kuat dari Jamaluddin al-
Afghani, penasehat Shah. Dia berkirim surat kepada sarjana-sarjana bagaimana
5
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi (Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 34-35.
6
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
7
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
5
supaya menolak konsesi ekonomi itu yang akan merupakan awal kekuasaan pihak
asing. Peranan al-Afghani dalam agitasi politik pihak umum menyebabkan dirinya
mengalami pengusiran ke luar Iran.8 Pemboikotan secara luas (1891-1892) dipimpin
oleh pemuka keagamaan dan kaum dagang. Pemuka keagamaan memberikan fatwa
bahwa menghisap tembakau dilarang, dan pasar-pasar ditutup, oposisi politik dan
demontrasi semakin meluas.
Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses
berlangsungnya di Turki dan sejumlah negara lainya. Negara menjadi motor ekonomi
dan perkembangan kebudayaan menurut model barat. Namun berbeda dengan Turki,
8
Jhon L. Esposito, Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
h. 115- 116.
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini Sebagai
9
Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi (Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute, 2012), h.
65-67.
10
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 65-67.
6
penopang utama bagi rezim Pahlevi merupakan golongan menengah, Pahlevi juga
mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat. Ulama banyak yang
mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh Pahlevi guna memulihkan monarki yang
kuat untuk meredam kekuatan asing.11
Masa Rezim Pahlevi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing. Pada dekade
1920-1930-an, tercatat beberapa negara mencoba memberikan pengaruh di Iran, di
bidang tata perkantoran yang baru dijalankan oleh pejabat-pejabat Belgia. Amerika
Serikat membantu mengorganisir pengumpulan pajak, bank nasional Iran didirikan
pada tahun 1927 di bawah menajemen keuangan Jerman. Pada dekade yang sama
Inggris dan Rusia saling berlomba memberikan pengaruh ekonomi di Iran. Tercatat
Rusia merupakan mitra utama perdagangan, sementara Inggris menguasai produksi
B. Asep, Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz (Yogyakarta: Lkis, 2011), h. 38.
12
7
minyak dengan perusahaan mereka the Anglo-Persian Oil Company yang telah berdiri
sejak tahun 1909.
Pada sisi lain, kebijakan reorganisasi administrasi yudisial, pada tahun 1928,
Shah Reza memberlakukan beberapa kitab hukum yang menggeser kedudukan hukum
syari’ah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang baru
yang memindahkan registrasi dokumen-dokumen resmi kepada pengadilan sekuler
dan merupakan pukulan telak yang mencabut fungsi-fungsi terpenting pengadilan
agama.
Shah Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup dan boros.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi
tinggi, kelangkaan dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat
untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat “Amerika
Serikat” berbenturan dengan identitas Muslim Syi’ah Iran, hal ini termasuk
pengangkatannya oleh kekuatan sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk
mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer
dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekabalan diplomatik kepada mereka. Ia
seperti ayahnya Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler berbeda dengan
cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama “Islam
Syiah” dalam kehidupan mereka sehari-hari, semua hal tersebut membangkitkan
nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler, menganggap Shah sebagai
boneka barat.
Tahun 1964 Khomeini dikucilkan ke Turki dan kemudian dia pindah ke Irak.
Akhirnya pada tahun 1978 dia diizinkan menetap di Paris. Di Iran sendiri berbagai
kelompok politik dan agama beraksi menentang Shah dan mendukung imbauan-
imbauan Khomeini lewat rekaman kaset yang diselundupkan ke Iran. Tetapi awal
tahun 1978 rezim Shah Iran bereaksi terhadap serangan-serangan Khomeini dan
menyebutnya sebagai mata-mata dan haus karir. Sesudahnya muncul berbagai
demonstrasi protes dan bentrokan kekerasan dengan pihak oposisi, terutama dengan
pendukung Khomeini. Dalam bulan-bulan berikutnya jatuh ratusan korban tewas.
Dalam peristiwa pembakaran terhadap sebuah bioskop di Abadan bulan Agustus 1978.
Ketika itu 477 orang tewas.
Paradigma baru mengenai sistem pemerintahan Iran karena revolusi islam yang
terjadi. Sistem politik dan bentuk negara Iran berubah, dari sebuah monarki absolut
menjadi sebuah republik Islam. Perbedaan yang paling mencolok antara keduanya,
jika sebelum revolusi Iran merupakan sebuah negara sekuler, maka Iran pasca
revolusi menjadi negara theo-demokrasi yang didominasi kaum Mullah
(ulama/agamawan)13.
Menjelang remaja, Imam Khomeini mulai belajar agama dengan lebih serius.
Ketika berusia lima belas tahun, ia mulai belajar tata bahasa Arab dan Teologi di
Isfahan kepada saudaranya, Murtaza. Ketika berusia sekitar tujuh belas tahun,
Khomeini dikirim ke Arak dekat kota Isfahan untuk belajar kepada Syeikh Abdul
13
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 159.
10
Pada awal 1930-an, Imam Khomeini mulai mengajarkan etika. Segera saja
beratus-beratus siswa dan sarjana mulai mengikuti sesi-sesi ini. Yang dijadikan
sebagai referensi utama adalah manual sufi termasyhur tentang kemajuan etika yang
dipelajarinya dari Syah Abadi, yaitu Manazil al-Sa’irin, karya Khwaja Abullah
Anshari. Di sebutkan bahwa pekarangan yang luas di Madrasayi Fayziyah yang
terkenal sebagai tempat Khomeini melangsungkan kuliah-kuliahnya selalu dipenuhi
hadirin. Sebagai seorang otodidak yang berbudi luhur, Ayatullah Khomeini selalu
menekankan pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama dan ketakwaan pada prinsip-
prinsip agama Islam. Dengan pemahaman tentang ilmu pengetahuan rasional dan ilmu
pengetahuan tradisional yang mendalam. Di usia yang ke-27, Imam Khomeini mulai
mengajar filsafat. Sementara pada usia 30, dia menulis buku-buku tentang seni dan
agama. Awal tahun 1960-an, Imam Khomeini melewatkan hidupnya di kota suci Qom.
Di sana, ia mengajar ilmu hukum, filsafat dan etika. Ia bersikeras bahwa Islam
memiliki komitmen terhadap kehidupan sosial dan politik.
Pada tahun 1926, ketika Reza mengalahkan orang-orang Qajar dan mendirikan
Dinasti Pahlevi, Imam Khomeini menyelesaikan studinya dan menjadi seorang
mujtahid (ulama di bidang agama Islam). Sejak awal, Imam Khomeini menunjukkan
bakat khususnya di bidang studi-studi ‘irfan. Pada usia 27 tahun, Khomeini juga
menulis sebuah buku tentang ‘irfan dalam bahasa Arab. ‘Irfan dan puisi yang diminati
Imam Khomeini, sebenarnya kurang populer di kalangan Mullah di Qom pada masa
itu.14
Pada akhir tahun 1940, Imam Khomeini mulai meninggalkan uzlahnya. Dia
percaya bahwa politik seperti juga filsafat, tasawuf, dan fiqih merupakan bagian dari
14
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021, h. 93.
11
Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia mengamati dari dekat dua tokoh zaman
itu, yaitu Ayatullah Kasyani, seorang mullah yang memiliki peranan yang penting
dalam bidang politik, dan Ayatullah Burujerdi, seorang marja’ taqlid paling
berpengaruh sejak 1947. Imam Khomeini memiliki banyak pandangan yang sama
dengan Ayatulloh Kasyani seperti tentang anti kolonialisme, Universalisme Islam,
aktivisme politik, serta populisme, Namun, mereka juga memilki banyak perbedaan
dalam hal yang lain. Misalnya, Ayatulloh Kasyani adalah politisi yang berbudi bahasa,
cenderung luwes, sedangkan Imam Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif.
Selain mempelajari masalah fiqih dan hukum di Qum, Imam Khomeini juga
mempelajari dua tradisi Islam yang sangat tidak lazim, ’irfan dan hikmah. Pelajaran
ini yang kemudian sangat besar pengaruhnya pada corak pemikiran dan pandangan
Imam Khomeini mengenai dirinya dan dunia. ’Irfan (gnotisisme), merupakan tradisi
spiritual yang terdapat terutama di dunia Syi’ah. ’Irfan dalam beberapa hal sejajar
dengan tasawuf. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis
dan skolastik.15
15
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 91.
12
ceramah-ceramah Imam Khomeini. Sebagian besar karyanya itu. berisi tentang hukum
Islam, etika dan ilmu pengetahuan umum.16
Konsep wilayatul faqih dalam beberapa hal merupakan kelanjutan dari doktrin
imamah karena melaksanakan fungsi-fungsi utama pemerintahan imam. Konsep ini
menggambarkan unsur perwakilan rasional berdasarkan pemilihan rakyat, yang
berbeda dengan diangkatnya seorang imam oleh Allah swt. Namun, faktor utama
kekuasaan individual tetap tidak berubah, baik imamah maupun perwakilan Imam
digunakan untuk mengabsahkan komunitas-komunitas yang berkuasa. Menurut
Ahmad Moussawi, pendekatan politis Islam merupakan bagian dari pendekatan
religius terhadap masalah-masalah duniawi. Dalam hal ini, bentuk kedaulatan yang
mewakili kedaulatan Tuhan di muka bumi ini hanya merupakan suatu organisasi
manusia (Guanti & Hasiah, 2021).17
16
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 92.
Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
17
oleh Khomeini. Pemilihan seorang fakih harus didasarkan dengan delapan persyaratan
agar dapat memimpin sebuah pemerintahan Islam, yaitu Pertama, mempunyai
pengetahuan yang luas tentang hukum Islam; Kedua, harus adil, dalam arti memiliki
iman dan akhlak yang tinggi; Ketiga, dapat dipercaya dan berbudi luhur; Keempat,
jenius; Kelima, memiliki kemampuan administratif; Keenam, bebas dari segala
pengaruh asing; Ketujuh, mampu mempertahankan hak-hak bangsa, kemerdekaan dan
integritas teritorial tanah Islam, sekalipun harus dibayar dengan nyawanya;
Kedepalan, hidup sederhana.18
Faqih mempunyai wilayah atas apa pun yang dimiliki Nabi Muhammad Saw.
dan imam ma’shum sebagai pemimpin atas masyarakat dan benteng pemerintahan
Islam. Faqih mempunyai wilayah itu, kecuali masalah- masalah yang menurut ijma’
atau nash jelas berada di luar lingkup wilayahnya. Wilayah seorang faqih mencakup
apa pun yang berhubungan dengan masalah spiritual dan keduniaan masyarakat yang
perlu diselesaikan. Hal ini menurut Naraqi sudah merupakan kesepakatan para faqih
terhadap kebenaran hukum Islam karena banyak hadis-hadis yang dengan jelas
memberi penekanan pada masalah ini.
Sayed Muhammad Ichsan dan Syarif Hidayatullah, Revolusi Republik Islam Iran: Studi atas
18
Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini, EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah
dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023, h. 19.
15
politik. Hubungan rakyat dengan Faqih didenisikan dengan konsep taqIid, yaitu
mematuhi Faqih.19
Ajat Sudrajat, Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
19
5 Nomor 1, 2015, h. 9.
16
1. Majelis Shura al-Islam, majelis ini berfungsi sebagai parlemen yang terdiri
dari 270 anggota yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 4
tahun. Majelis ini golongan minoritas seperti Zoroaster, Yahudi, Kristen, dan
etnik Armenia yang mendapatkan jatah satu anggota di parlemen.
2. Shiraya Nighaban (dewan perwalian), dewan ini diberikan tugas utama
untuk menjamin agar keputusan-keputusan parlemen tidak mengabaikan
ajaran Islam atau prinsip-prinsip konstitusi. Anggotanya terdiri dari 6 orang
fuqaha yang diangkat oleh Rahbar dan 6 pakar hukum yang ahli dalam berbagai
cabang hukum yang diusulkan oleh dewan kehakiman tertinggi nasional.
3. Majelis al-Khubreqan (majelis ahli), tugasnya hanyalah memilih atau
memberhentikan Rahbar, serta mengontrol Rahbar dalam menjalankan
tugasnya sebagai wakil dari Imam Mahdi. Majelis ini terdiri dari 73 ulama
senior yang dipilih langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum.21
21
A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 11.
17
penuntut umum, dan kepala-kepala pengadilan harus berasal dari ahli-ahli hukum
Syiah. Khusus Lembaga-lembaga hukum non syiah atau non muslim jaksa dan
hakimnya berasal dari ahli-ahli hukum mazhab dan agama masing-masing.22
Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979, h. 145-
23
158.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Iran merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah dan warisan
peradaban yang panjang dan kompleks. Negara Iran memiliki doktrin
ideologi Syi’ah yang masih berkembang sampai sekarang dan sangat
penting bagi masyarakat di Iran. Doktrin Syi’ah selanjutnya berkembang
seiring dengan dinamika yang dialami oleh penduduknya. Agama
menjadi fondasi bagi terbentuknya komunitas atau kesatuan hidup yang
diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama.D alam Islam,
perintah Allah dimanifestasikan dalam bentuk hukum, yakni syari’ah.
Karena syari’ah memiliki sifat yang serba mencakup, maka di dalam
realitasnya tidak ada aspek kehidupan sosial yang secara mutlak terpisah
dari prinsip-prinsip religius. Sementara itu, dalam sistem hukum yang
berlaku di dunia Islam, ditemukan variasi yang sangat berbeda antara
pemerintahan yang satu dengan yang lain.
2. Salah satu dari keunikan varian sistem pemerintahan yang muncul adalah
pemerintahan Republik Islam Iran dengan konsep wilayatul faqih-nya
(pemerintahan para ulama). Menurut doktrin Syi’ah, konsep ini
mengilustrasikan bahwa perlu adanya pemerintahan Islam dizaman ghaibnya
Imam Mahdi. Wilayah dan kepemimpinan umat beralih ke faqih yang adil,
saleh dan kompeten. Penelitian ini mengkaji sistem pemerintahan Republik
Islam Iran yang menerapkan konsep wilayatul faqih.
19
DAFTAR PUSTAKA
Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam. Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Yogyakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Esposito, Jhon L. Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang,
1990.
Satori, A. Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini
Sebagai Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi. Yogyakarta:
Rausyan Fikr Institute, 2012.
Asep, B. Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz. Yogyakarta: Lkis, 2011.
Pratama, Ami dkk. Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik
Islam Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021.
Sumarno, Wisnu Fachrudin. Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, 2020.
Ichsan, Sayed Muhammad dan Hidayatullah, Syarif Revolusi Republik Islam Iran:
Studi atas Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini,
EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023.
Sudrajat, Ajat. Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996.
Kadir, Abdul. Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik,
Volume 5 Nomor 1, 2015.