You are on page 1of 20

SEJARAH ISLAM MODERN DI IRAN DAN IDE PEMBAHARUAN

AYATOLLAH KHOMEINI

Dipresentasikan pada Seminar Mata Kuliah


Sejarah Dunia Islam Modern Kelas Program Doktor Dirasah Islamiyah

Oleh:

Muhammad Irfan

80100323109

Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M. A
Dr. Hj. Susmihara, M. Ag.

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Republik Islam Iran negara yang secara geografis termasuk Di Kawasan


Timur Tengah. Iran merupaka negara yang telah melalui rentang sejarah yang
Panjang. Mulai dari abad ke 6, Iran dahulu dikenal dengan Persia yang menjadi
salah satu imperium terbesar di dunia selain Romawi. Selama itu pula Iran
berhasil membangun peradabannya hingga di akui sebagai salah satu bangsa yang
paling berperadaban dalam sejarah. Iran termasuk bangsa yang diperhitungkan
dalam kancah perpolitikan dunia.1

Iran modern pewaris pola institusi, negara, agama, dan kesukuan dari
dinasti Safawiyah. Era modern bermula tampilnya rezim Qajar yang meraih
kekuasaan setelah melewati periode anarkis dan pergolakan kesukuan untuk merebut
kekuasaan Iran. Rezim ini tak pernah terkonsolidasikan. Rezim baru tersebut sama
sekali tidak pernah mencapai pancaran legitimasi yang sebelumnya telah
menyinari pemerintahan Safawiyah dan tidak pernah menegakkan kekuasaanya
secara penuh. Ia merupakan rezim memusat yang lemah yang menyerupai
beberapa dinasti pendahulunya lantaran berhadapan dengan faktor-faktor
kesukuan propinsial yang kuat dan rezim independensi keagamaannya sangat
tinggi.

Iran merupakan sebuah bangsa dengan pemerintahan dinasti yang


berlangsung selama 25 abad yang disokong oleh kekuatan Amerika Serikat dan
Inggris akhirnya dapat tumbang dengan kekuatan masa yang dipelopori oleh para
Mullah (ulama/agamawan) dari kalangan syiah. Iran kemudian menjadi negara syiah
pertama yang mendasarkan bentuk dan sistem pemerintahan negaranya pada
konsep politik syiah Imamiah. Mullah yang paling dikenal dalam sejarah revolusi

K. Mikail, Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi, Jurnal
1

Intelektualita: Keislaman, Sosial, Dan Sains, Vol. 8, No. 2, 2019, h. 2.


2

islam di Iran adalah Ayatollah Khomeini atau dikenal juga dengan imam Khomeini.
Ia juga dinobatkan sebagai bapak revolusi Iran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Islam di Iran periode Modern?
2. Bagaimana ide pembaharuan Imam Khomeini pada negara Republik Islam
Iran?
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Islam di Iran Dari Dinasti Qajar hingga Revolusi

Proses pembentukan pemerintahan bangsa Iran sebagai negara modern dengan


sistem pemerintahan yang mulai modern, yakni pada masa dinasti Shafawi (1507-
1736) dan dinasti Qajar (1779-1925). Di masa pemerintahan Shafawi, karakteristik
sosial dan pemerintahan kental dengan penerapan ortodoksi agama dengan sufisme
dengan corak Syiah yang sangat kental. Wilayah Iran mulai mendapatkan campur
tangan Eropa terutama Inggris pada tahun 1779 berbarengan dengan berdirinya dinasti
Qajar oleh Agha Muhammad Qajar pada tahun 1779.2 Era kekuasaan Dinasti Qajar
yang merupakan “pengantar” bagi masa Persia modern. Rentang kekuasaan dinasti itu
cukup panjang yakni 1796-1925.

Sejak tahun 1906, Iran (pada saat itu di bawah dinasti Qajar) telah menjadi
negara monarki konstitusional dengan pembentukan dewan legislatif yang terdiri atas
200 anggota serta Majelis Tinggi yang terdiri atas 60 anggota (30 ditunjuk oleh Shah
dan 30 lainnya dipilih melalui proses pemilihan).3 Secara umum, pada masa dinasti
Qajar, khususnya pada masa pemerintahan Nashiruddin Shah (1848-1857), Iran
dipenuhi oleh gagasan dan penerapan usaha reformasi di segala bidang. Diawali
dengan pembaruan di bidang militer yakni bagi barisan pasukan Baru Azerbaijan,
pencetakan buku latihan militer, percetakan surat kabar Veghaye Etefaghieh, dan
tentunya adalah pendirian politeknik modern Dar Al-Funoun.4

Ketegangan ulama dengan penguasa meningkat yang disebabkan intervensi


Eropa yang memodifikasi posisi Qajar. Campur tangan bangsa Eropa terhadap Iran
pertama kali datang dalam bentuk penaklukan dan pengukuhan pengaruh mereka

David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.
2

3
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 190.
Arafah Pramasto dkk, Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan Nashiruddin Shah
4

Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 3 Nomor 1, Juni 2022, h. 75.
4

melalui persaingan antar kekuatan-kekuatan Eropa. Dalam rentangan abad delapan


belas dan sembilan belas Rusia merebut kekuasaan atas wilayah barat laut Iran.
Perjanjian Gulistan (1813) menyatakan pelepasan Rusia dari penguasaan terhadap
Georgia, Darband, Baku, Shirvan, dan beberapa daerah Armenia lainnya.5

Pada tahun 1826 Rusia merebut Tabriz dan setelah itu perjanjian Turk
Manchai (1828) Rusia merebut kembali Armenia, menguasai lautan Caspia, dan
meraih posisi yang menguntungkan dalam perdagangan Iran. Antara tahun 1864 dan
1885 gelombang baru penaklukan Rusia memuncak pada pencaplokan beberapa
propinsi Iran di Asia Tengah. Kemudian setelah tahun 1857 bentuk utama penetrasi
Inggris dan Rusia adalah di bidang perekonomian.6 Pada tahun 1872 pemerintah Iran
memberikan konsesi yang besar kepada Baron de Reuter.

De Reuter diberikan hak menguasai penghasilan cukai selama 24 tahun, hak


memonopoli pembangunan lintasan kreta api, hak-hak khusus untuk menambang
sejumlah tambang mineral dan baja, membangun kanal dan proyek irigasi, hak
pertama untuk mengusai atau penolakan terhadap perbankan nasional, proyek jalan,
telegrap, penggilingan dengan memberikan royalti kepada sang Shah. Pada tahun 1889
Imperial Bank of Persia didirikan dengan bantuan Inggris, dan pada tahun 1890 sebuah
perusahaan Inggris diberikan hak monopoli industri tembakau Iran.7

Ada beberapa perlawanan penting yang terjadi pada masa pemerintahan Qajar,
pertama, munculnya gerakan tembakau pada tahun 1891-1892 dipimpin Marja’
Ayatullah al Uzma Mirza Hasan Shirazi. Gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan
akses dunia barat yang menyebabkan turut campur dalam urusan internal Iran.
Sanggahan terhadap tembakau ini mendapat dukungan kuat dari Jamaluddin al-
Afghani, penasehat Shah. Dia berkirim surat kepada sarjana-sarjana bagaimana

5
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi (Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 34-35.
6
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
7
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
5

supaya menolak konsesi ekonomi itu yang akan merupakan awal kekuasaan pihak
asing. Peranan al-Afghani dalam agitasi politik pihak umum menyebabkan dirinya
mengalami pengusiran ke luar Iran.8 Pemboikotan secara luas (1891-1892) dipimpin
oleh pemuka keagamaan dan kaum dagang. Pemuka keagamaan memberikan fatwa
bahwa menghisap tembakau dilarang, dan pasar-pasar ditutup, oposisi politik dan
demontrasi semakin meluas.

Kedua, revolusi konstitusi Iran pada tahun 1905-1906 berhasil mengakhiri


kekuasaan absolut raja. Hal ini disebabkan karena adanya protes dari para pedagang
dan kaum ulama terhadap menguatnya pengaruh dari barat. Revolusi konstitusi ini
adalah hasil dari kerjasama antara kaum pedagang, ulama, cendekiawan, bangsawan
pemilik tanah dan sejumlah kepala suku yang mewakili mereka di dalam majelis
(parlemen), sebuah badan yang dibentuk setelah terjadi revolusi ini untuk ikut
menjalankan roda pemerintahan bersama raja. 9 Pada tahu 1905-1911 terjadi krisis
konstitusional yang menimbulkan penyatuan aspek-aspek fundamental masyarakat
Iran, membangkitkan kekuatan gerakan nasionalisme awal, serta perlawanan terhadap
intervensi asing, tetapi Iran, seperti kebanyakan negara muslim lainya, masih tetap
mengalami pengaruh imperealisme barat. Ketiga, terjadinya pemberontakan-
pemberontakan lokal yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus dari para
gubernur lokal, para ulama dan intelektual modern. Iran hampir terbelah oleh Rusia
dan Inggris diambang keruntuhan. Tahun 1925 Reza Shah Pahlevi berhasil memimpin
Brigade Cossack melakukan kudeta menggulingkan kekuasaan raja terakhir Qajar.10

Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses
berlangsungnya di Turki dan sejumlah negara lainya. Negara menjadi motor ekonomi
dan perkembangan kebudayaan menurut model barat. Namun berbeda dengan Turki,

8
Jhon L. Esposito, Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
h. 115- 116.
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini Sebagai
9

Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi (Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute, 2012), h.
65-67.
10
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 65-67.
6

penopang utama bagi rezim Pahlevi merupakan golongan menengah, Pahlevi juga
mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat. Ulama banyak yang
mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh Pahlevi guna memulihkan monarki yang
kuat untuk meredam kekuatan asing.11

Kebijakan modernisasi yang digagas selama pemerintahan Reza Shah (1925-


1941) dan dilanjutkan oleh puteranya, Shah terakhir, Muhammad Reza Pahlevi,
mengakibatkan tumbuhnya kekuatan-kekuatan sosial baru yang mencemaskan
kelompok-kelompok sosial tradisional. Menjelang akhir tahun 1970-an, kelas
menengah kaya yang besar, generasi muda modern dan perempuan yang aktif di sektor
publik, kelas pekerja industri dankelas miskin baru dari perkampungan kumuh, dan
penghuni liar mendominasi pemandangan ini. Kecuali kaum miskin, kebanyakan
kelompok mendapat keuntungan dari kemajuan ekonomi ini, menikmati status sosial
yang tinggi dan kualitas hidup yang unggul. Akan tetapi, otokrasi Shah mencegah
dengan gigih lapisan-lapisan sosial yang sedang berkembang ini untuk berpartisispasi
dalam proses politik. Kebencian mereka memuncak ketika kelompok-kelompok sosial
tradisional yang telah lebih lama eksis yang terdiri dari pedagang, kelas menengah
urban, para ulama, dan orang-orang yang mengabdi pada lembaga-lembaga Islam-juga
mengalami frustasi yang disebabkan strategi modernisasi dianggap merusak
kepentingan ekonomi dan status sosial mereka.12

Masa Rezim Pahlevi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing. Pada dekade
1920-1930-an, tercatat beberapa negara mencoba memberikan pengaruh di Iran, di
bidang tata perkantoran yang baru dijalankan oleh pejabat-pejabat Belgia. Amerika
Serikat membantu mengorganisir pengumpulan pajak, bank nasional Iran didirikan
pada tahun 1927 di bawah menajemen keuangan Jerman. Pada dekade yang sama
Inggris dan Rusia saling berlomba memberikan pengaruh ekonomi di Iran. Tercatat
Rusia merupakan mitra utama perdagangan, sementara Inggris menguasai produksi

A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 69.


11

B. Asep, Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz (Yogyakarta: Lkis, 2011), h. 38.
12
7

minyak dengan perusahaan mereka the Anglo-Persian Oil Company yang telah berdiri
sejak tahun 1909.

Pada sisi lain, kebijakan reorganisasi administrasi yudisial, pada tahun 1928,
Shah Reza memberlakukan beberapa kitab hukum yang menggeser kedudukan hukum
syari’ah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang baru
yang memindahkan registrasi dokumen-dokumen resmi kepada pengadilan sekuler
dan merupakan pukulan telak yang mencabut fungsi-fungsi terpenting pengadilan
agama.

Shah Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup dan boros.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi
tinggi, kelangkaan dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat
untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat “Amerika
Serikat” berbenturan dengan identitas Muslim Syi’ah Iran, hal ini termasuk
pengangkatannya oleh kekuatan sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk
mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer
dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekabalan diplomatik kepada mereka. Ia
seperti ayahnya Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler berbeda dengan
cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama “Islam
Syiah” dalam kehidupan mereka sehari-hari, semua hal tersebut membangkitkan
nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler, menganggap Shah sebagai
boneka barat.

Konfrontasi antara Shah dan pihak oposisi meruncing, ketika kelompok


Republik, kelompok kiri dan kelompok muslim bangkit. Dengan bantuan dinas
rahasia, Shah memburon dan menindas kelompok oposisi. Tetapi sebagai dampak dari
penanganan kudeta, Shah Iran semakin tergantung pada AS. Angkatan perangnya
kemudian dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern dari AS. Atas keinginan
AS pulalah pada tahun 60-an Shah Iran melaksanakan “Revolusi Putih”, guna
memupus kesenjangan sosial di negara itu. Shah memberlakukan reformasi
8

pertanahan, yang memukul para bangsawan Iran. Juga dilaksanakan program


pendidikan dan meluaskan hak bagi perempuan. Tetapi mungkin itu sudah terlambat,
sebab kritik terhadap Shah semakin lantang. Apakah itu karena ketergantungannya
pada AS maupun karena pemisahan yang berlebihan antara negara dan agama. Lawan
politiknya ditahan, dihukum mati atau diusir ke luar negeri. Salah satunya adalah
Ayatollah Khomeini yang menentang ‘Revolusi Putih’ dan menuduh Shah melanggar
UU Islam.

Tahun 1964 Khomeini dikucilkan ke Turki dan kemudian dia pindah ke Irak.
Akhirnya pada tahun 1978 dia diizinkan menetap di Paris. Di Iran sendiri berbagai
kelompok politik dan agama beraksi menentang Shah dan mendukung imbauan-
imbauan Khomeini lewat rekaman kaset yang diselundupkan ke Iran. Tetapi awal
tahun 1978 rezim Shah Iran bereaksi terhadap serangan-serangan Khomeini dan
menyebutnya sebagai mata-mata dan haus karir. Sesudahnya muncul berbagai
demonstrasi protes dan bentrokan kekerasan dengan pihak oposisi, terutama dengan
pendukung Khomeini. Dalam bulan-bulan berikutnya jatuh ratusan korban tewas.
Dalam peristiwa pembakaran terhadap sebuah bioskop di Abadan bulan Agustus 1978.
Ketika itu 477 orang tewas.

Demonstrasi dan protes terus merebak ke seluruh negeri. Awal September


1978 di banyak kota diberlakukan hukum perang dan di Teheran terjadi pertumpahan
darah di kalangan demonstran setelah pihak militer melepaskan tembakan. Posisi Shah
Iran semakin buruk, apalagi AS rupanya tidak peduli lagi dengan bekas sekutunya itu.
Sebab kali ini Washington tidak memberikan bantuan seperti tahun 1953. Bulan
November 1978 militer mengambil-alih kekuasaan. Shah Iran sekali lagi berupaya
menyelamatkan keadaan pada bulan Januari 1979, dengan mengangkat Shahpur
Bakhtiar sebagai PM. Beberapa hari kemudian Shah meninggalkan Iran. Tanggal 5
Februari 1979 Bakhtiar mundur dan melarikan diri. Dua tahun kemudian dia dibunuh
di Paris dan sesudahnya, Revolusi Islam merebak.
9

Bagi Iran, tanggal 11 Februari 1979 merupakan pengambilalihan kekuasaan


oleh Imam Khomeini, sekaligus dinyatakan pula sebagai ‘Hari Revolusi Islam’. Pada
hari itu memang pemerintahan di bawah Shahpur Bakhtiar sebagai pemerintahan
terakhir yang diangkat oleh Shah Reza Pahlevi, mengundurkan diri, dan militer
menyatakan akan bersikap netral menghadapi sengketa dengan rezim lama.
Sebenarnya tanggal 16 Januari 1979 juga dapat dinyatakan sebagai hari bersejarah,
karena pada hari itu Shah meninggalkan Iran. Atau tanggal 1 Februari, ketika
Khomeini kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris. Atau juga tanggal 12 April
1979, saat Khomeini memproklamirkan ‘Republik Islam Iran’.

Paradigma baru mengenai sistem pemerintahan Iran karena revolusi islam yang
terjadi. Sistem politik dan bentuk negara Iran berubah, dari sebuah monarki absolut
menjadi sebuah republik Islam. Perbedaan yang paling mencolok antara keduanya,
jika sebelum revolusi Iran merupakan sebuah negara sekuler, maka Iran pasca
revolusi menjadi negara theo-demokrasi yang didominasi kaum Mullah
(ulama/agamawan)13.

B. Pembaharuan Imam Khomeini


1. Biografi Imam Khomeni

Imam Khomeini lahir di Khumyn pada 24 Oktober 1902, bertepatan dengan


hari ulang tahunnya Hazrat Fatimah, putri Nabi Muhammad Saw. dan istri Ali bin Abi
Thalib (Imam Syi’ah Pertama). Nama Khomeini berasal dari nama Kota Khomyn. Di
Iran, Khomeini dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius. Ayahnya bernama
Ayatullah Sayyid Musthafa al-Musawi al-Khomeini.

Menjelang remaja, Imam Khomeini mulai belajar agama dengan lebih serius.
Ketika berusia lima belas tahun, ia mulai belajar tata bahasa Arab dan Teologi di
Isfahan kepada saudaranya, Murtaza. Ketika berusia sekitar tujuh belas tahun,
Khomeini dikirim ke Arak dekat kota Isfahan untuk belajar kepada Syeikh Abdul

13
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 159.
10

Karim Hairi, seorang ulama terkemuka yang meninggalkan Karbala untuk


menghindari pergolakan politik. Sikap ini yang kemudian mendorong kebanyakan
ulama terkemuka untuk menyatakan penentangan mereka pada pemerintahan Inggris.

Pada awal 1930-an, Imam Khomeini mulai mengajarkan etika. Segera saja
beratus-beratus siswa dan sarjana mulai mengikuti sesi-sesi ini. Yang dijadikan
sebagai referensi utama adalah manual sufi termasyhur tentang kemajuan etika yang
dipelajarinya dari Syah Abadi, yaitu Manazil al-Sa’irin, karya Khwaja Abullah
Anshari. Di sebutkan bahwa pekarangan yang luas di Madrasayi Fayziyah yang
terkenal sebagai tempat Khomeini melangsungkan kuliah-kuliahnya selalu dipenuhi
hadirin. Sebagai seorang otodidak yang berbudi luhur, Ayatullah Khomeini selalu
menekankan pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama dan ketakwaan pada prinsip-
prinsip agama Islam. Dengan pemahaman tentang ilmu pengetahuan rasional dan ilmu
pengetahuan tradisional yang mendalam. Di usia yang ke-27, Imam Khomeini mulai
mengajar filsafat. Sementara pada usia 30, dia menulis buku-buku tentang seni dan
agama. Awal tahun 1960-an, Imam Khomeini melewatkan hidupnya di kota suci Qom.
Di sana, ia mengajar ilmu hukum, filsafat dan etika. Ia bersikeras bahwa Islam
memiliki komitmen terhadap kehidupan sosial dan politik.

Pada tahun 1926, ketika Reza mengalahkan orang-orang Qajar dan mendirikan
Dinasti Pahlevi, Imam Khomeini menyelesaikan studinya dan menjadi seorang
mujtahid (ulama di bidang agama Islam). Sejak awal, Imam Khomeini menunjukkan
bakat khususnya di bidang studi-studi ‘irfan. Pada usia 27 tahun, Khomeini juga
menulis sebuah buku tentang ‘irfan dalam bahasa Arab. ‘Irfan dan puisi yang diminati
Imam Khomeini, sebenarnya kurang populer di kalangan Mullah di Qom pada masa
itu.14

Pada akhir tahun 1940, Imam Khomeini mulai meninggalkan uzlahnya. Dia
percaya bahwa politik seperti juga filsafat, tasawuf, dan fiqih merupakan bagian dari

14
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021, h. 93.
11

Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia mengamati dari dekat dua tokoh zaman
itu, yaitu Ayatullah Kasyani, seorang mullah yang memiliki peranan yang penting
dalam bidang politik, dan Ayatullah Burujerdi, seorang marja’ taqlid paling
berpengaruh sejak 1947. Imam Khomeini memiliki banyak pandangan yang sama
dengan Ayatulloh Kasyani seperti tentang anti kolonialisme, Universalisme Islam,
aktivisme politik, serta populisme, Namun, mereka juga memilki banyak perbedaan
dalam hal yang lain. Misalnya, Ayatulloh Kasyani adalah politisi yang berbudi bahasa,
cenderung luwes, sedangkan Imam Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif.

Kekaguman Imam Khomeini terhadap Ayatullah Burujerdi karena Ayatullah


Burujerdi merupakan Mullah terkemuka yang terkenal luas pengetahuan teologi dan
fiqihnya. Ayatullah Burujerdi juga dipandang sangat saleh dan merupakan
administator yang piawai. Kepribadian dan kharisma Ayatullah Burujerdi maupun visi
reformisnya, mengalahkan pengaruh ulama Syi’ah lainnya. Hal tersebut menjadikan
dirinya sebagai pemimpin yang diterima secara luas di kalangan Syi’ah. Karir politik
Rauhullah Imam Khomeini bermula sekitar tahun 1962, setelah tergulingnya Rezim
Mosaddeq pada masa itu. Walaupun demikian, keprihatinan sosial sudah tampak sejak
dini dalam diri Khomeini. Ketika berusia 39 tahun, Khomeini secara terangterangan
menuding Rezim Syah, penguasa Iran saat itu, sebagai budak Inggris, tiran, koruptor,
serta penguasa anti-Islam.

Selain mempelajari masalah fiqih dan hukum di Qum, Imam Khomeini juga
mempelajari dua tradisi Islam yang sangat tidak lazim, ’irfan dan hikmah. Pelajaran
ini yang kemudian sangat besar pengaruhnya pada corak pemikiran dan pandangan
Imam Khomeini mengenai dirinya dan dunia. ’Irfan (gnotisisme), merupakan tradisi
spiritual yang terdapat terutama di dunia Syi’ah. ’Irfan dalam beberapa hal sejajar
dengan tasawuf. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis
dan skolastik.15

15
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 91.
12

Perhatian khusus Imam Khomeini terhadap filsafat Islam, teosofi (hikmah),


dan gnosis (’irfan) sangat besar. Terlambatnya Imam Khomeini diterima sebagai faqih
panutan (marja’ taqlid) karena minatnya kepada filsafat dan ’irfan. Memang demikian,
keengganan kepada filsafat dan ’irfan merupakan hal yang lazim di kalangan para
fuqaha Syi’ah. Yang pasti, Imam Khomeini adalah figur yang sangat langka di
kalangan para fuqaha Syi’ah dalam hal memperlakukan secara sama antara’irfan dan
filsafat Islam dengan fiqih di antara ilmu keagamaan. Meskipun teori politik Imam
Khomeini memang tidak sepenuhnya terpola oleh pengaruh-pengaruh ’irfan seperti
teori-teori sebagian ulama Syi’ah lainnya.

Pandangan-pandangan Imam Khomeini didasarkan pada ilmu ’irfan, namun


sejalan dengan kajian rasional dan tekstual Agama. Sebab, ’irfan Imam Khomeini pada
prinsipnya bersumber pada al-Qur’an, para ahlul bayit, dan dijembatani oleh akal atau
demonstrasi. Walaupun begitu, ketajaman rasional dan kedalaman tekstualnya
nampak lebih bagus. Karenanya, dalam mengungkapkan pandangan- pandangannya,
Imam Khomeini biasa menulis dengan gaya bahasa yang sederhana. Tulisan mistisnya
senantiasa dibungkus dengan bahasa simbolik. Setelah mempelajari ilmu filsafat,
Imam Khomeini mulai mempelajari ilmu tasawuf pada seorang gurunya yang bernama
Aqa Mirza Muhammad Ali Syah Abadi. Dia adalah seorang mullah yang bukan saja
teolog dan sufi yang sempurna, namun juga seorang pejuang. Dia mengatakan bahwa
tidak ada kontradiksi intrinsik antara ’irfan dengan tasawuf di satu pihak, dan
berpegang teguh pada syariat di pihak yang lain. Tentunya, sulit bagi orang- orang
Barat untuk merujukkan dua sikap yang lazim dianggap sebagai kontradiksi: sikap
tasawuf yang lembut dan kontemplatif, dan sikap syariat yang legal dan terikat
hukum. Karya Imam Khomeini cukup banyak, sehingga ia dikenal sebagai sosok
ulama yang sangat produktif dalam menulis. Menurut Najibullah Lafraie, karya Imam
Khomeini kurang lebih sebanyak 25 buku yang ditulis maupun yang berasal dari
13

ceramah-ceramah Imam Khomeini. Sebagian besar karyanya itu. berisi tentang hukum
Islam, etika dan ilmu pengetahuan umum.16

2. Wilayatul Faqih (pembaharuan imam Khomeni) dan Aplikasinya di Iran

Konsep wilayatul faqih dalam beberapa hal merupakan kelanjutan dari doktrin
imamah karena melaksanakan fungsi-fungsi utama pemerintahan imam. Konsep ini
menggambarkan unsur perwakilan rasional berdasarkan pemilihan rakyat, yang
berbeda dengan diangkatnya seorang imam oleh Allah swt. Namun, faktor utama
kekuasaan individual tetap tidak berubah, baik imamah maupun perwakilan Imam
digunakan untuk mengabsahkan komunitas-komunitas yang berkuasa. Menurut
Ahmad Moussawi, pendekatan politis Islam merupakan bagian dari pendekatan
religius terhadap masalah-masalah duniawi. Dalam hal ini, bentuk kedaulatan yang
mewakili kedaulatan Tuhan di muka bumi ini hanya merupakan suatu organisasi
manusia (Guanti & Hasiah, 2021).17

Imam Khomeini menempatkan kaum mullah (agamawan) sebagai pemegang


otoritas tertinggi di bidang politik dan agama. Kepemimpinan atau kekuasaan
dipegang oleh agamawan yang berkecimpung dalam kajian hukum Islam. Dipilihnya
agamawan fiqih sebagai otoritas tertinggi, dikarenakan fiqih merupakan basis
landasan dalam menetapkan hukum-hukum dalam agama. Intisarinya adalah
kekuasaan terhadap ulama fiqih dikarenakan dia mampu menetapkan segala hukum di
tengah-tengah masyarakat, tentunya belandaskan fiqih Syiah Imamiyah. Pemilihan
kaum agamawan ini yang menjadi karakteristik unik, dan bahkan Khomeini berani
menerapkannya dsalam sebuah sistem pemerintahan.

Fakih merupakan unsur fundamental dalam pemerintahan Islam yang


diterapkan oleh Khomeini, dan inilah yang karakteristik serta inovasi yang diterapkan

16
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 92.
Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
17

SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, (2020), h. 153-154.


14

oleh Khomeini. Pemilihan seorang fakih harus didasarkan dengan delapan persyaratan
agar dapat memimpin sebuah pemerintahan Islam, yaitu Pertama, mempunyai
pengetahuan yang luas tentang hukum Islam; Kedua, harus adil, dalam arti memiliki
iman dan akhlak yang tinggi; Ketiga, dapat dipercaya dan berbudi luhur; Keempat,
jenius; Kelima, memiliki kemampuan administratif; Keenam, bebas dari segala
pengaruh asing; Ketujuh, mampu mempertahankan hak-hak bangsa, kemerdekaan dan
integritas teritorial tanah Islam, sekalipun harus dibayar dengan nyawanya;
Kedepalan, hidup sederhana.18

Faqih mempunyai wilayah atas apa pun yang dimiliki Nabi Muhammad Saw.
dan imam ma’shum sebagai pemimpin atas masyarakat dan benteng pemerintahan
Islam. Faqih mempunyai wilayah itu, kecuali masalah- masalah yang menurut ijma’
atau nash jelas berada di luar lingkup wilayahnya. Wilayah seorang faqih mencakup
apa pun yang berhubungan dengan masalah spiritual dan keduniaan masyarakat yang
perlu diselesaikan. Hal ini menurut Naraqi sudah merupakan kesepakatan para faqih
terhadap kebenaran hukum Islam karena banyak hadis-hadis yang dengan jelas
memberi penekanan pada masalah ini.

Ayatullah Imam Khomeini kemudian mengaplikasikan konsep wilayatul faqih


ini secara praktis ke dalam konstitusi Iran dengan meyakini bahwa faqih menerima
otoritas absolut (mutlaq). Faqih yang memenuhi persyaratan penuh (jami’ syarat)
diberi semua kekuasaan dan tanggung jawab Imam ke-12 (Imam Mahdi) pada masa
kegaibannya, kecuali bila ada alasan tertentu yang pasti bahwa kekuatan dan tanggung
jawab itu masih berada di tangan Imam. Khomaini menyatakan, konsep Wilayah al-
Faqih berkaitan dengan konsep pemikiran politik keagamaan Syi'ah seperti kesetiaan,
imamah dan taqlid. Kepemimpinan Islam terkristalkan dan diwujudkan dalam
Imamah. Selama keghaiban Imam al-Muntadzar, Imamah dilanjutkan oIeh
kepemimpinan faqih yang memenuhi syarat dalam urusan keagamaan dan sosiaI

Sayed Muhammad Ichsan dan Syarif Hidayatullah, Revolusi Republik Islam Iran: Studi atas
18

Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini, EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah
dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023, h. 19.
15

politik. Hubungan rakyat dengan Faqih didenisikan dengan konsep taqIid, yaitu
mematuhi Faqih.19

Konsep Wilayat Al Faqihmerupakan suatu bagian yang tercantum dalam


konstitusi negara Republik Islam Iran. Seperti tercantum dalam undang-undang
dasar Republik Islam Iran dikatakan dalam pasal 107 konstitusi 1979
disebutkan pada prinsipnya mengesahkan Ayatullah Khumaeni sebagai wilayatul
faqih, marja’taqlid yang terkemuka dan sekaligus sebagai pemimpin revolusi Islam
Iran.

Pemegang kedaulatan tertinggi adalah Allah SWT dalam hiraki


kekuasaan sistem wilayatul faqih, sedangkan pemegang kekuasaan penuh dipegang
oleh Imam Mahdi yang diyakini dalam masa ghaib kubradan pelaksana tugas
selama kegaiban Imam Mahdi adalah wali faqih. Struktur pemerintahan dalam
Waliyat Al faqih terlihat sintesa konsep demokrasi modern ala barat dan sistem
politik Imamah ala syiah imamiah. Hal ini terlihat pada konsep trias politikadalam
pelaksanaan pemerintahan serta mengakomodir sistem demokrasi dengan
pemilihan atau referendum.Selain itu, sistem Imamah Syiah terlihat jelas
dengan sentralik kekuasaan pada pemimpin spiritual. Kekuasaan dalam
pemerintahan Waliyat Al faqih dipegang oleh seorang fakih yang dinilai
memiliki keunggulan dibangding fakih-fakih yang lainya. Fakih yang memegang
kekuasaan disebut Rahbaratau pemimpin spiritual. Jabatan ini dipegang selama
seumur hidup kecuali kalau Rahbardinilai menyimpang oleh Majelis ahli dari
hukum Islam dan konstitusi. fungsi Rahbar merupakan penentu akhir dari segala
keputusan yang diambil serta untuk menyelesaikan segala konflik yang
terjadi pada lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di bawahnya.20

Ajat Sudrajat, Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
19

Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996, h. 40.


Abdul Kadir, Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik, Volume
20

5 Nomor 1, 2015, h. 9.
16

Konsep trias politika digunakan dalam pembagian kekuasaan sistem wilayatul


faqih. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh tiga lembaga yang memiliki tugas yang
berbeda satu dengan yang lain. Tiga Lembaga itu adalah:

1. Majelis Shura al-Islam, majelis ini berfungsi sebagai parlemen yang terdiri
dari 270 anggota yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 4
tahun. Majelis ini golongan minoritas seperti Zoroaster, Yahudi, Kristen, dan
etnik Armenia yang mendapatkan jatah satu anggota di parlemen.
2. Shiraya Nighaban (dewan perwalian), dewan ini diberikan tugas utama
untuk menjamin agar keputusan-keputusan parlemen tidak mengabaikan
ajaran Islam atau prinsip-prinsip konstitusi. Anggotanya terdiri dari 6 orang
fuqaha yang diangkat oleh Rahbar dan 6 pakar hukum yang ahli dalam berbagai
cabang hukum yang diusulkan oleh dewan kehakiman tertinggi nasional.
3. Majelis al-Khubreqan (majelis ahli), tugasnya hanyalah memilih atau
memberhentikan Rahbar, serta mengontrol Rahbar dalam menjalankan
tugasnya sebagai wakil dari Imam Mahdi. Majelis ini terdiri dari 73 ulama
senior yang dipilih langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum.21

Sistem Wilayatul faqih kekuasaan eksekutif, kekuasaan presiden berada di


bawah kekuasaan Rahbar dalam kekuasaan tertinggi negara. Presiden dipilih
langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum untuk masa jabatan 4 tahun,
dan hanya bisa dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya, walaupun
presiden memegang kekuasaan eksekutif, tapi kebijakan-kebijakannya dapat
ditolak oleh rahbar, jika rahbar memandang bahwa kebijakan presiden tersebut
bertentangan dengan ajaran Islam dan konstitusi. Kekuasaan yudikatif tertinggi
dipegang oleh dewan kehakimam tertinggi nasional atau mahkamah agung yang
diangkat oleh Rahbar sesuai dengan UU konstitusi Republik Islam Iran.
Mahkamah agung membawahi pengadilan tinggi untuk wilayah provinsi dan
pengadilan rendah untuk wilayah kota atau distrik tertentu. Hakim, jaksa

21
A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 11.
17

penuntut umum, dan kepala-kepala pengadilan harus berasal dari ahli-ahli hukum
Syiah. Khusus Lembaga-lembaga hukum non syiah atau non muslim jaksa dan
hakimnya berasal dari ahli-ahli hukum mazhab dan agama masing-masing.22

Selain terdapat instrument-instrumen yang dikenal di sebuah pemerintahan


negara, Republik Islam Iran mempunyai beberapa bentuk dewan yang menjadikan
keunikan dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran, dewan-dewan tersebut
ialah: pertama, Dewan revolusi yang bertugas sebagai pasukan pengawal revolusi
atau Pasdaran.Kedua dewan politik dan ekonomi revolusi yang dihubungkan dengan
masjid-masjid yang tersebar di seluruh Republik Islam Iran.Ketiga, Pemimpin
agama yang ditempatkan di masjid-masjid berfungsisebagai administrator lokal.
Mereka bertugas menyediakan makanan, pakaian, dan bantuan lainya kepada
masyarakat yang kurang mampu, menjalankan pengadilan di tingkat lokal,
mengumpulkan zakat dan khumus, serta berfungsi sebagai pemimpin Pasdaran lokal
di daerahnya.23

A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 12.


22

Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979, h. 145-
23

158.
18

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Iran merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah dan warisan
peradaban yang panjang dan kompleks. Negara Iran memiliki doktrin
ideologi Syi’ah yang masih berkembang sampai sekarang dan sangat
penting bagi masyarakat di Iran. Doktrin Syi’ah selanjutnya berkembang
seiring dengan dinamika yang dialami oleh penduduknya. Agama
menjadi fondasi bagi terbentuknya komunitas atau kesatuan hidup yang
diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama.D alam Islam,
perintah Allah dimanifestasikan dalam bentuk hukum, yakni syari’ah.
Karena syari’ah memiliki sifat yang serba mencakup, maka di dalam
realitasnya tidak ada aspek kehidupan sosial yang secara mutlak terpisah
dari prinsip-prinsip religius. Sementara itu, dalam sistem hukum yang
berlaku di dunia Islam, ditemukan variasi yang sangat berbeda antara
pemerintahan yang satu dengan yang lain.
2. Salah satu dari keunikan varian sistem pemerintahan yang muncul adalah
pemerintahan Republik Islam Iran dengan konsep wilayatul faqih-nya
(pemerintahan para ulama). Menurut doktrin Syi’ah, konsep ini
mengilustrasikan bahwa perlu adanya pemerintahan Islam dizaman ghaibnya
Imam Mahdi. Wilayah dan kepemimpinan umat beralih ke faqih yang adil,
saleh dan kompeten. Penelitian ini mengkaji sistem pemerintahan Republik
Islam Iran yang menerapkan konsep wilayatul faqih.
19

DAFTAR PUSTAKA

Mikail, K. Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi,


Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, Dan Sains, Vol. 8, No. 2, 2019.

Morgan, David. Medieval Persia. Cet, I; London: Routledge, 1988.

Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam. Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Pramasto, Arafah dkk. Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan


Nashiruddin Shah Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam,
Volume 3 Nomor 1, Juni 2022.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Yogyakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Esposito, Jhon L. Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang,
1990.

Satori, A. Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini
Sebagai Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi. Yogyakarta:
Rausyan Fikr Institute, 2012.

Asep, B. Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz. Yogyakarta: Lkis, 2011.

Pratama, Ami dkk. Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik
Islam Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021.

Sumarno, Wisnu Fachrudin. Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, 2020.

Ichsan, Sayed Muhammad dan Hidayatullah, Syarif Revolusi Republik Islam Iran:
Studi atas Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini,
EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023.

Sudrajat, Ajat. Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996.

Kadir, Abdul. Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik,
Volume 5 Nomor 1, 2015.

You might also like