You are on page 1of 24

TUGAS PENILAIN STATUS GIZI

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA


LABORATORIUM DAN SECARA KLINIS

DOSEN PENGAMPU :

Disusun oleh kelompok 7


Anggi Tri Mukhti (P01031223058)
Jessica Maysusiyanti (P01031223058)
Nur Safitri Br Singarimbun (P01031223089)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONEESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini selesai tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen kami yaitu Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu teknologi pangan.

Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang berisikan ilmu pengetahuan tentang
ilmu teknologi pangan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dalam makalah
ini dan menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan kearah yang lebih baik. Harapan penulis semoga Makalah ini memberi
manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Lubuk Pakam, 28 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ii
BAB I: Pendahuluan ……………………………………………………….. 1
1.1 rumusan masalah ………………………………………………………....2
1.2 tujuan ……………………………………………………………………..2
BAB II: Pembahasan ……………………………………………………….. 3
2.1 pencegahan penyakit gizi……………………………………………. 4
2.2 mengidentifikasi defesiensi gizi……………………………………… 5
2.3 kondisi kesehatan secara fisik ………………………………………… 6
2.4 perencanaan intervensi gizi yang tepat ………………………………...12
2.5 memonitor efektivitas perubahan gizi ………………………………….15
BAB III: Penutup ……………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... .17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penilaian status gizi melibatkan dua pendekatan utama: biokimia laboratorium dan
klinis. Pendekatan biokimia laboratorium melibatkan pengukuran parameter biokimia
dalam darah atau urine, seperti kadar nutrisi, enzim, dan metabolit. Ini memberikan
informasi objektif tentang keadaan gizi seseorang. Di sisi lain, pendekatan klinis
melibatkan observasi fisik, wawancara, dan evaluasi gejala klinis yang dapat
mengindikasikan masalah gizi.
Pendekatan biokimia laboratorium mencakup pengukuran kadar nutrisi esensial
seperti vitamin, mineral, protein, dan lemak. Contohnya, pemeriksaan kadar vitamin
D atau serum albumin dapat memberikan gambaran tentang asupan nutrisi atau
kondisi gizi. Di samping itu, pengukuran enzim atau metabolit tertentu dapat
membantu dalam menilai fungsi organ tertentu yang terkait dengan metabolisme
nutrisi
Pendekatan klinis melibatkan pemeriksaan fisik seperti kulit, rambut, dan mata, yang
dapat memberikan petunjuk tentang status gizi. Pertanyaan terkait pola makan,
berat badan, dan gejala lainnya juga membantu dalam menilai kondisi gizi. Misalnya,
kulit kering atau rambut rapuh bisa menjadi tanda defisiensi vitamin atau mineral.
Kedua pendekatan ini saling melengkapi, membantu penyedia layanan kesehatan
untuk mendapatkan pemahaman holistik tentang status gizi individu. Sebuah
pendekatan terintegrasi yang memadukan informasi dari kedua metode ini dapat
memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan akurat mengenai kondisi gizi
seseorang.

iv
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah cara pencegahan dan memanajemen penyakit terkait gizi ?
2. Bagaimanakah cara mengidentifikasi defesiensi nutrisi ?
3. bagaimanakah cara memahami kondisikesehatan secara fisik ?
4. apakah yang dimaksud dengan perencanaan intervensi gizi yang tepat ?
5. bagaimanakah cara memonitor efektivitas perubahan gizi ?

TUJUAN
1. Pencegahan dan Manajemen Penyakit Terkait Gizi
2. Mengidentifikasi Defisiensi Nutrisi
3. Memahami Kondisi Kesehatan Secara Holistik
4. Perencanaan Intervensi Gizi yang Tepat
5. Memonitor Efektivitas Perubahan Gizi

v
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN PENILAIAN STATUS GIZI


Pengertian Status Gizi
Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) status gizi adalah ekspresi
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck,
2000)

MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI


o Deteksi Kondisi Kesehatan: Dapat membantu dalam mendeteksi kondisi
kesehatan seseorang, seperti kekurangan gizi, obesitas, atau masalah
kesehatan terkait nutrisi lainnya.
o Perencanaan Diet: Memberikan informasi yang diperlukan untuk perencanaan
diet yang sesuai, membantu individu atau keluarga untuk mengonsumsi
nutrisi yang cukup dan seimbang.
o Pengukuran Pertumbuhan Anak: Penting untuk memantau pertumbuhan
anak-anak dan remaja, karena status gizi yang baik berkontribusi pada
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
o Pencegahan dan Pengelolaan Penyakit: Memainkan peran kunci dalam
pencegahan dan pengelolaan berbagai penyakit terkait gizi, seperti kurang
gizi atau kelebihan berat badan.
o Edukasi Kesehatan: Dapat digunakan sebagai alat edukasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat
dan dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang.
o Evaluasi Program Gizi: Penting dalam mengevaluasi efektivitas program-
program gizi yang telah diimplementasikan oleh pemerintah atau organisasi
kesehatan.

vi
o Intervensi Dini: Memungkinkan untuk melakukan intervensi dini terhadap
masalah gizi, sehingga mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius di
kemudian hari.
o Monitoring Kesehatan Masyarakat: Berguna untuk pemantauan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan, membantu pemerintah atau organisasi
kesehatan untuk mengidentifikasi tren dan masalah gizi yang perlu diatasi.

JENIS PENILAIAN STATUS GIZI


Ada beberapa jenis penilaian status gizi yang umum dilakukan, termasuk:
o Antropometri: Melibatkan pengukuran fisik, seperti tinggi badan, berat badan,
dan lingkar lengan atas, untuk mengevaluasi pertumbuhan dan status gizi.
o Biochemical Assessment: Melibatkan pengukuran kadar zat-zat biokimia
dalam tubuh, seperti vitamin, mineral, dan enzim, untuk mendapatkan
gambaran yang lebih mendalam tentang status gizi.
o Klinis atau Kesehatan Fisik: Dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh
profesional kesehatan untuk menilai tanda-tanda dan gejala kekurangan atau
kelebihan gizi, seperti edema, kulit kering, atau kerusakan mata.
o Dietary Assessment: Melibatkan evaluasi pola makan dan asupan nutrisi
harian melalui wawancara, survei makanan, atau pencatatan makanan untuk
menilai kecukupan nutrisi yang dikonsumsi.
o Assessment of Food Security: Menilai ketersediaan dan aksesibilitas pangan
bagi individu atau keluarga untuk memastikan keamanan pangan yang
mencukupi.
o Evaluasi Riwayat Kesehatan: Melibatkan analisis riwayat kesehatan,
termasuk riwayat penyakit kronis, operasi, atau kondisi kesehatan lainnya
yang dapat memengaruhi status gizi.
o Sosial dan Ekonomi: Melibatkan penilaian faktor-faktor sosial dan ekonomi
yang dapat mempengaruhi pilihan makanan dan akses terhadap nutrisi.
o Assessment of Physical Activity: Menilai tingkat aktivitas fisik, yang juga
memainkan peran penting dalam kesehatan dan status gizi.
Penggunaan kombinasi beberapa metode penilaian ini seringkali memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang status gizi seseorang atau suatu
populasi.
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA
3) Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan

vii
sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik

Jenis-jenis pemeriksaan biokimia yang terkaiat dengan gizi


Beberapa jenis pemeriksaan biokimia yang terkait dengan evaluasi status gizi
meliputi:
 Albumin dan Protein Total: Mengindikasikan status protein tubuh.
 Prealbumin (Transthyretin): Memberikan informasi lebih spesifik tentang
status protein dan gizi.
 Gula Darah (Glukosa): Penting untuk mengevaluasi metabolisme karbohidrat.
 Lipid Profil (Kolesterol, Trigliserida): Memberikan gambaran tentang
metabolisme lemak.
 Ferritin: Indikator cadangan zat besi dalam tubuh.
 Asam Folat dan B12: Penting untuk pemantauan asupan vitamin B dan
metabolisme asam folat.
 Vitamin D: Menilai status vitamin D, yang berperan dalam penyerapan
kalsium dan kesehatan tulang.
 Transaminase (ALT, AST): Menilai fungsi hati.
 Kreatinin dan Urea: Mengukur fungsi ginjal.
 Elektrolit (Natrium, Kalium): Penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan
fungsi sel.
 Pemeriksaan-pemeriksaan ini membantu dokter dan ahli gizi dalam
mengevaluasi nutrisi dan kesehatan secara holistik.

A.STATUS BESI
Untuk mengevaluasi status besi dalam tubuh, beberapa pemeriksaan biokimia yang
umumnya dilakukan melibatkan parameter-paramater berikut:
o Ferritin: Cadangan zat besi dalam sel-sel tubuh.
o Transferrin: Protein pengangkut zat besi dalam darah.
o Satu besi total: Kuantitas total zat besi dalam darah, yang mencakup besi
terikat pada hemoglobin dan besi yang tidak terikat.
o Satu besi terikat pada transferin (TIBC): Kapasitas total transferin untuk
mengikat zat besi.
o Persentase saturasi transferin: Menunjukkan seberapa banyak kapasitas
transferin yang diisi oleh zat besi.

viii
o Hemoglobin dan Hematokrit: Meskipun bukan pemeriksaan langsung besi,
mereka memberikan gambaran fungsi dan kesehatan sel darah merah.
Interpretasi hasil pemeriksaan ini membantu mengidentifikasi apakah seseorang
mengalami kekurangan besi atau memiliki cadangan yang cukup. Kondisi seperti
anemia defisiensi besi dapat diidentifikasi melalui analisis ini.

1.FUNGSI BESI
Besik merupakan mineral yang esensial untuk berbagai fungsi dalam tubuh
manusia. Beberapa fungsi utama besi melibatkan:
o Transportasi Oksigen: Besi merupakan komponen utama dalam molekul
hemoglobin, yang terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
o Metabolisme Energi: Besi juga terlibat dalam metabolisme energi karena
merupakan bagian dari enzim-enzim yang terlibat dalam produksi energi dari
nutrisi.
o Sistem Kekebalan Tubuh: Besi diperlukan untuk fungsi normal sistem
kekebalan tubuh dan pertahanan terhadap infeksi.
o Fungsi Kognitif: Besi memiliki peran dalam fungsi kognitif dan perkembangan
otak, terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan.
o Detoksifikasi: Besi membantu dalam proses detoksifikasi, terutama dalam
menghilangkan senyawa berbahaya dari tubuh.
o Pertumbuhan Sel: Diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel,
terutama sel darah merah.

Penting untuk menjaga keseimbangan yang tepat dari besi dalam tubuh, karena
kelebihan atau kekurangan besi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti
anemia atau keracunan besi.
2.APA YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN BESOI
Kebutuhan besi dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
o Usia dan Jenis Kelamin: Kebutuhan besi bervariasi pada berbagai tahap
kehidupan dan berbeda antara pria dan wanita. Wanita biasanya memiliki
kebutuhan besi yang lebih tinggi karena kehilangan darah selama menstruasi.
o Status Kesehatan: Kondisi kesehatan seperti kehamilan atau penyakit
tertentu dapat meningkatkan kebutuhan besi.
o Diet: Asupan besi dari makanan juga memainkan peran penting. Besi yang
berasal dari sumber hewani (heme iron) lebih mudah diserap oleh tubuh
dibandingkan dengan besi non-heme yang ditemukan dalam tumbuhan.
o Metabolisme Tubuh: Beberapa individu memiliki tingkat penyerapan besi yang
lebih efisien daripada yang lain, yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.

ix
o Keadaan Kehamilan dan Menyusui: Kebutuhan besi meningkat selama
kehamilan karena pembentukan darah tambahan untuk mendukung
perkembangan janin. Selama menyusui, wanita juga dapat memerlukan
tambahan besi.
o Kehilangan Besi: Kehilangan besi melalui darah (misalnya, menstruasi, donor
darah, atau cedera) dapat mempengaruhi kebutuhan besi.
o Mengetahui faktor-faktor ini membantu dalam menentukan apakah seseorang
memerlukan asupan besi tambahan dan sejauh mana kebutuhannya.
Konsultasi dengan profesional kesehatan atau ahli gizi dapat membantu
menentukan kebutuhan besi yang sesuai untuk situasi individu.

3. RAWAN KEKURANGAN BESI


o Wanita yang Menstruasi: Kehilangan darah selama menstruasi dapat
meningkatkan kebutuhan besi pada wanita.
o Ibu Hamil: Kebutuhan besi meningkat selama kehamilan karena mendukung
pertumbuhan janin dan plasenta.
o Bayi dan Anak-Anak: Masa pertumbuhan dan perkembangan cepat
memerlukan asupan besi yang cukup.
o Vegetarian atau Vegan: Sumber besi nabati (non-heme iron) cenderung
kurang mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan sumber heme iron
dari daging.
o Atlet yang Berolahraga Intensif: Aktivitas fisik yang intens dapat meningkatkan
kebutuhan besi, terutama pada atlet dengan volume latihan yang tinggi.
o Orang dengan Gangguan Penyerapan Zat Besi: Beberapa kondisi medis,
seperti celiac disease atau penyakit radang usus, dapat menghambat
penyerapan zat besi.
o Orang dengan Perdarahan Kronis: Kondisi seperti bisul usus atau menstruasi
berat dapat menyebabkan kehilangan darah kronis.
o orang dengan Diet Rendah Zat Besi: Konsumsi makanan yang kurang
mengandung zat besi dapat menyebabkan kekurangan.
o Jika seseorang berisiko kekurangan besi, penting untuk mengonsumsi
makanan kaya besi atau mempertimbangkan suplemen besi di bawah
pengawasan profesional kesehatan. Tanda-tanda kekurangan besi termasuk
kelelahan, kulit pucat, dan kurangnya daya tahan fisik. Jika ada kekhawatiran,
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

4. APA SAJA SUMBER ZAT BESI PADA PANGAN

x
Zat besi dapat ditemukan dalam makanan dalam dua bentuk, yaitu heme iron (dari
sumber hewani) dan non-heme iron (dari sumber nabati). Berikut adalah beberapa
sumber zat besi:
 Sumber Heme Iron (Sumber Hewani):
 Daging Merah: Terutama daging sapi dan daging kambing.
 Ayam: Terutama daging ayam dan kalkun.
 Ikan: Seperti salmon, tuna, sarden, dan kerang.
 Sumber Non-Heme Iron (Sumber Nabati):
 Kacang-kacangan: Seperti kacang merah, kacang hitam, dan kacang kedelai.
 Sereal dan Produk Sereal Diperkaya: Misalnya, sereal sarapan yang
diperkaya zat besi.
 Sayuran Berdaun Hijau: Seperti bayam, kangkung, dan daun singkong.
 Kacang Polong: Mencakup kacang polong hijau dan kacang polong hitam.
 Kacang Mete dan Kacang Almond: Keduanya merupakan sumber non-heme
iron.
 Buah Kering: Terutama kurma dan aprikot kering.
Makanan Sumber Vitamin C: Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi non-
heme. Oleh karena itu, konsumsi makanan kaya vitamin C bersamaan dengan
makanan mengandung zat besi dapat meningkatkan penyerapannya.
5.KELEBIHAN ZAT BESI DALAM DARAH DAPAT TERJADI
Kelebihan zat besi bisa membuat organ penting seperti hati, jantung, dan pankreas
akan dijadikan tempat penyimpanan zat besi.
Sebagian besar kondisi kelebihan zat besi disebabkan oleh hemokromatosis
(hemochromatosis), yakni kondisi saat tubuh menyerap terlalu banyak kandungan
mineral zat besi dari makanan.
Penyebab munculnya hemokromatosis terbagi menjadi tiga yaitu primer, sekunder,
dan neonatal.
1. Hemokromatosis primer
Hemokromatosis primer diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya, maka
kondisi ini tidak bisa dicegah. Biasanya, jenis primer ini terjadi pada 90% kasus.
2. Hemokromatosis sekunder
Hemokromatosis primer terjadi karena masalah kesehatan yang Anda miliki. Berikut
ini berbagai kondisi pemicunya. Gangguan darah seperti talasemia.
Pil dan suntikan yang mengandung zat besi dengan dosis sangat tinggi.
Tranfusi darah dan beberapa jenis anemia yang membutuhkan transfusi.
Dialisis ginjal jangka panjang.Penyakit turunan langka yang memengaruhi sel darah
merah, termasuk di transferrinemia atau aceruloplasminaemia. Penyakit hati kronis
seperti infeksi hepatitis C kronis. Penyakit hati karena alkohol.

xi
3. Hemokromatosis neonatal
Hemokromatosis neonatal yaitu kondisi kelebihan zat besi pada bayi yang baru lahir.
Akibatnya, bayi bisa lahir dalam kondisi meninggal atau hidup tetapi tidak dapat
bertahan lama setelah lahir.

Pada kondisi ini, zat besi menumpuk di organ hati. Penyebab umumnya adalah
sistem Kekebalan tubuh ibu yang menghasilkan antibodi merusak hati janin
1. Mudah lelah
Menurut situs National Heart, Lung and Blood Institute, orang yang kekurangan zat
besi biasanya sering merasa lesu, lelah, dan sulit fokus.
Kelelahan bisa menandakan tubuh Anda tidak memiliki kadar zat besi yang cukup
untuk membentuk hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang berfungsi membantu
membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Jika kadarnya dalam tubuh sedikit, oksigen yang diedarkan pun juga akan
berkurang.

2. Wajah terlihat pucat


Warna merah pada darah dipengaruhi oleh hemoglobin. Semakin banyak
kandungan hemoglobin, semakin cerah dan merah pula warna darahnya.
Cara mudah mengetahui Anda kekurangan zat besi yaitu dengan mengecek warna
kelopak mata bagian bawah.
Orang yang sehat memiliki warna kulit yang segar dan kemerahan karena dipenuhi
oleh hemoglobin dalam darah.
Sebaliknya, kekurangan zat besi membuat tubuh Anda tampak pucat. Tidak hanya
pada kulit, kondisi ini juga bisa terjadi pada wajah, gusi, bagian dalam bibir, dan
kuku.

3. Sakit kepala
Salah satu penyebab sakit kepala yang umum terjadi yaitu karena defisiensi zat
besi. Namun, gejala ini mungkin tidak selalu muncul.
Sakit kepala akibat kekurangan zat besi biasanya disertai dengan pusing dan mata
berkunang-kunang.
Kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan otak kekurangan oksigen. Akibatnya,
pembuluh darah di otak jadi membengkak dan menekan rongga kepala sehingga
menimbulkan sakit kepala.

4. Jantung berdebar-debar
Saat Anda mengalami kekurangan zat besi, kadar hemoglobin yang rendah
membuat jantung harus bekerja keras untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Akibatnya, jantung berdetak tidak teratur dan sangat cepat. Pada kasus yang
ekstrem, kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran jantung hingga gagal jantung.
Namun, hal ini biasanya terjadi pada orang yang mengalami kekurangan zat besi
dalam waktu yang lama. Untuk menentukan hal tersebut, Anda mungkin perlu
menjalani tes anemia.

xii
5. Rambut rontok
Rambut rontok saat keramas atau disisir memang hal yang cukup wajar terjadi.
Namun, jika Anda mengalaminya secara berlebihan, ini bisa jadi ciri-ciri kekurangan
zat besi.
Lagi-lagi, hal ini ada hubungannya dengan menipisnya kadar hemoglobin dalam
darah. Dalam hal ini, folikel rambut yang kekurangan hemoglobin mengalami
kekurangan oksigen.
Itulah mengapa, rambut yang mudah rontok menjadi tanda kekurangan zat besi atau
gejala kurang darah.

7.TRANSFERIN SATURATION ATAU KEJENUHAN TRANSFERIN


Transferin saturation adalah ukuran seberapa penuh protein transferrin dalam
membawa besi. Ini dihitung sebagai rasio antara jumlah besi yang diangkut oleh
transferrin dibandingkan dengan kapasitas totalnya. Angka ini dapat memberikan
informasi tentang ketersediaan besi dalam tubuh.
Jika transferin saturation rendah, ini bisa menunjukkan defisiensi besi. Sebaliknya,
jika tinggi, dapat mengindikasikan kelebihan besi atau kondisi lain. Kejenuhan
transferin sering digunakan dalam pengukuran status besi pada tes darah dan dapat
membantu dalam mendiagnosis kondisi seperti anemia
8. HOMOGLOBIN
Hemoglobin adalah sebutan untuk protein di dalam sel darah merah yang
memberikan warna merah pada darah. Hemoglobin memiliki struktur yang terdiri dari
empat rantai, di mana setiap rantainya mengandung senyawa yang mengandung zat
besi atau dikenal dengan heme. Heme terbentuk melalui mineral alami yang dapat
ditemukan dalam sel darah merah. Sementara itu, globin adalah senyawa protein
yang diproduksi oleh tubuh.
Dalam keadaan sehat, normalnya seseorang memiliki kadar hemoglobin 12-15
gram/dL pada wanita dewasa dan 13-17 gram/dL pada pria dewasa. Apabila kadar
hemoglobin dalam tubuh tidak normal (terlalu tinggi atau terlalu rendah), hal tersebut
dapat mengindikasi adanya ketidakseimbangan produksi dan penghancuran sel
darah merah.
9.CARA PENILAIAN HEMOGLOBIN SESEORANG
Penilaian hemoglobin seseorang dapat dilakukan melalui tes darah yang disebut tes
hemoglobin. Tes ini mengukur jumlah hemoglobin, protein pembawa oksigen, dalam
darah seseorang. Proses penilaian umumnya melibatkan langkah-langkah berikut:
 Pemilihan Metode Tes: Ada beberapa metode untuk mengukur hemoglobin,
seperti tes darah lengkap (CBC) atau hemoglobinometer portabel.
 Pengambilan Sampel Darah: Petugas kesehatan akan mengambil sampel
darah dari pembuluh darah biasanya di lengan Anda, menggunakan jarum
dan tabung khusus.\

xiii
 Analisis Laboratorium: Sampel darah akan diuji di laboratorium untuk
menentukan kadar hemoglobin. Hasilnya dapat diberikan dalam satuan gram
per desiliter (g/dL) atau gram per liter (g/L).
 Interpretasi Hasil: Hasil tes akan menunjukkan seberapa banyak hemoglobin
yang ada dalam darah. Nilai normal dapat bervariasi tergantung pada faktor
seperti usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan.
 Konsultasi dengan Dokter: Hasil tes akan diinterpretasikan oleh dokter atau
profesional kesehatan. Jika kadar hemoglobin rendah, ini dapat
mengindikasikan anemia, sementara kadar tinggi bisa menjadi tanda kondisi
lain.

10. YANG MEMPENGARUHI HEMOGLOBIN SESEORANG


Kadar hemoglobin seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:
 Usia dan Jenis Kelamin: Nilai normal hemoglobin dapat bervariasi
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Misalnya, anak-anak dan perempuan
hamil mungkin memiliki rentang nilai yang berbeda.
 Kesehatan Umum: Kondisi kesehatan umum seseorang dapat memengaruhi
kadar hemoglobin. Anemia, infeksi, dan penyakit kronis tertentu dapat
menyebabkan penurunan hemoglobin.
 Gizi dan Diet: Kekurangan nutrisi, terutama besi, vitamin B12, dan asam folat,
dapat berkontribusi pada rendahnya kadar hemoglobin.
 Genetika: Faktor genetika dapat memainkan peran dalam kadar hemoglobin.
Beberapa kondisi genetik dapat mempengaruhi produksi atau fungsi
hemoglobin.
 Ketinggian: Orang yang tinggal di ketinggian tinggi mungkin memiliki kadar
hemoglobin yang sedikit lebih tinggi karena tubuh beradaptasi untuk
mengompensasi rendahnya kadar oksigen di lingkungan tersebut.
 Gangguan Darah: Beberapa gangguan darah, seperti talasemia atau
sferositosis herediter, dapat mempengaruhi produksi atau bentuk hemoglobin.
 Kondisi Medis: Beberapa kondisi medis, seperti gagal jantung, penyakit ginjal,
atau kanker, dapat memengaruhi kadar hemoglobin.
 Paparan Racun: Paparan zat beracun, seperti logam berat, dapat
mempengaruhi fungsi hemoglobin.

11.HEMATOKRIT
Hematokrit adalah parameter laboratorium yang mengukur seberapa besar volume
sel darah merah (eritrosit) dalam volume darah keseluruhan. Biasanya, hasil
hematokrit dinyatakan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh, jika hematokrit
seseorang adalah 40%, itu berarti 40% dari total volume darahnya adalah sel darah
merah.

xiv
12. CARA FERITIN SERUM
Tes darah serum feritin mengukur jumlah feritin dalam darah Anda. Ferritin adalah
sejenis protein yang mengikat zat besi dan menyimpannya di dalam sel Anda.
Beberapa feritin juga terdapat dalam aliran darah, yang juga mengikat zat besi dan
mengirimkannya ke beberapa sel yang membutuhkannya. Ferritin dalam tubuh Anda
juga memainkan peran penting dalam peradangan dan kekebalan tubuh Anda.
Meskipun serum feritin adalah tes darah, tes ini secara tidak langsung memeriksa
jumlah zat besi yang disimpan di dalam tubuh Anda secara keseluruhan.
Memiliki jumlah zat besi yang tepat dalam tubuh Anda adalah penting karena zat
besi sangat penting untuk banyak proses dalam tubuh. Hal ini sangat penting untuk
Kesehatan sel darah merah, yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh Anda. Tubuh
Anda tidak dapat membuat zat besi sendiri, jadi simpanan feritin mencerminkan
berapa banyak zat besi yang diperoleh seseorang melalui makanannya (dan
kemungkinan melalui suplemen ).
Mengonsumsi makanan kaya zat besi dapat membantu Anda meningkatkan kadar
feritin (dan karenanya kadar zat besi Anda). Beberapa contohnya meliputi:
 Sayuran berdaun hijau
 kacang polong
 Tahu
 Kacang-kacangan dan biji labu
 Daging sapi, domba, dan hati
 Coklat hitam
 Sereal seperti oatmeal
 bibit gandum
Jika seseorang kehilangan sel darah merah karena kehilangan darah, hal itu
mungkin juga terlihat dari rendahnya kadar feritin.

13. PENILAIAN HEMATORIK SESEORANG


Tes hematokrit dapat membantu tim layanan kesehatan Anda membuat diagnosis
atau memantau respons Anda terhadap pengobatan. Tes ini dilakukan sebagai
bagian dari hitung darah lengkap (CBC).
Ketika nilai hematokrit rendah, proporsi sel darah merah dalam darah lebih rendah
dari biasanya. Hal ini dapat menunjukkan:
Darah memiliki terlalu sedikit sel darah merah yang sehat. Kondisi ini disebut
anemia.
Bahwa tubuh tidak memiliki cukup vitamin atau mineral.
Kehilangan darah baru-baru ini atau jangka panjang.

xv
Ketika nilai hematokrit tinggi, proporsi sel darah merah dalam darah lebih tinggi dari
biasanya. Hal ini dapat menunjukkan:
 Dehidrasi.
 Suatu kelainan yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak sel
darah merah, seperti polisitemia vera.
 Penyakit paru-paru atau jantung.
 Tinggal di dataran tinggi, misalnya di gunung.

14.TRANFERIN SATURATION (TS)


Saturasi Transferrin (TS)
TS biasanya dilaporkan bersama dengan serum iron (SI) dan total iron binding
capacity (TIBC). TS menunjukkan persentase situs pengikatan besi pada transferin
yang membawa besi.
TS diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus:
TS =(SI/TIBC) x 100
Hasil TS dilaporkan sebagai persentase. Interval referensi tipikal untuk TS adalah
20% hingga 55% untuk pria dan 15% hingga 50% untuk wanita.
TS saat ini dianggap sebagai tes yang baik untuk menyaring HH pada seseorang
karena sensitivitas dan spesifisitasnya terhadap kelebihan zat besi. Ini mungkin
meningkat sebelum pengendapan besi jaringan secara signifikan. Kadar TS
meningkat seiring bertambahnya zat besi yang terakumulasi.
Kelemahan penggunaan TS adalah ketergantungannya pada pelaksanaan SI dan
TIBC. Kapasitas pengikatan besi tak jenuh UIBC mungkin merupakan alternatif
berbiaya lebih rendah.
Kriteria TS yang optimal untuk mendeteksi HH masih kontroversial. Penggunaan TS
>60% untuk pria dan >50% untuk wanita terbukti sangat akurat dalam mendeteksi
metabolisme zat besi abnormal pada penderita HH. Penelitian lain menyarankan
penggunaan tingkat TS yang lebih rendah, misalnya. 45%, sebagai kriteria yang
menunjukkan diperlukannya pengujian lebih lanjut. Pedoman terkini dari American
College of Physicians mencakup batas batas TS >55% untuk mengidentifikasi
kelebihan zat besi. (14) Batas batas TS >45% direkomendasikan oleh American
Association for the Study of Liver Disease. (15)
Pasien yang awalnya mengalami peningkatan TS harus diikuti dengan melakukan
TS kedua dari spesimen puasa pagi hari. Pasien juga harus disarankan untuk tidak
mengonsumsi vitamin yang ditambah dengan zat besi atau kontrasepsi oral selama
beberapa hari sebelum tes ulang. Tingkat TS mungkin dipengaruhi oleh variasi
diurnal, faktor makanan, dan penyakit penyerta seperti peradangan dan hepatitis.
Pasien dengan HH mungkin memiliki TS normal palsu jika terdapat kehilangan darah
kronis atau penyakit inflamasi.

xvi
15.free erythrocytes protophophyrin (protofofirin eritrosit bebas)
Protoporfirin IX (disebut juga PP IX) adalah senyawa organik yang merupakan salah
satu porfirin paling banyak di alam. Senyawa ini terlibat dalam sintesis heme dalam
sel makhluk hidup, sebagai senyawa perantara yang terbentuk dalam tahap keenam
sintesis (dari delapan tahap). Dalam tahap ini, protoporfirinogen IX dioksidasi
dengan bantuan enzim protoporfirinogen oksidase membentuk protoporfirin IX.
Dalam tahap kedelapan atau terakhir, enzim ferokelatase akan mengikat ion besi ke
dalam protoprofirin ini, membentuk hasil akhir yaitu heme.
Erythropoietic protoporphyria (EPP) adalah kelainan bawaan yang mengakibatkan
penumpukan protoporfirin (senyawa pembentuk heme) pada plasma darah, sumsum
tulang, dan sel darah merah Protoporfirin ini menumpuk pada pembuluh darah di
bawah kulit. Kondisi ini menyebabkan fotosensitivitas (alergi matahari) akut, nyeri,
dan potensi penyakit hati.
Penyakit kulit ini biasanya muncul pada anak usia dini. Gejalanya diikuti dengan rasa
sakit yang intens saat kulit terpapar sinar matahari secara langsung. EPP terjadi
karena kekurangan enzim yang disebut ferrochelatase.Kondisi ini merupakan salah
satu dari delapan kelainan genetik bawaan yang disebut porfiria, yaitu gangguan
penumpukan bahan kimia natural.Beberapa orang dengan EPP memiliki gen yang
disebut ALAS2. Secara medis, kondisi ini disebut X-linked protoporphyria (XLP).
16.MORFOLOGI DARAH
Morfologi Darah Tepi. Pemeriksaan morfologi darah tepi atau MDT adalah
pemeriksaan yang bermanfaat untuk memeriksa bentuk dari bagian padat dari
penyusun darah manusia, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

B. STATUS PROTEIN
Status protein mengacu pada kondisi atau keadaan jumlah dan kualitas protein
dalam tubuh seseorang. Ini mencakup asupan protein melalui makanan, penyerapan
protein oleh tubuh, serta proses metabolisme dan penggunaan protein untuk
berbagai fungsi tubuh. Memastikan status protein yang baik penting untuk kesehatan
dan fungsionalitas tubuh yang optimal.
Status protein merujuk pada jumlah dan kualitas protein dalam tubuh. Ini penting
karena protein berperan dalam pembentukan jaringan, sistem kekebalan, dan fungsi
tubuh lainnya. Pastikan asupan protein mencukupi melalui makanan seimbang untuk
mendukung kesehatan dan fungsionalitas tubuh.

1. KURANG ENERGI PROTEIN

xvii
Jika tubuh mengalami kekurangan energi protein, hal ini dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan. Gejala umumnya termasuk penurunan berat badan,
kelelahan, penurunan fungsi otot, dan masalah pertumbuhan. Penting untuk
memperhatikan asupan protein melalui makanan sehari-hari untuk menjaga
keseimbangan nutrisi dan mendukung fungsi tubuh yang baik.

2. KEKURANGAN VITAMIN A
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, yang dikenal
sebagai kekurangan vitamin A (KVA). Gejala KVA dapat mencakup gangguan
penglihatan, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan masalah kulit. Penting untuk
mendapatkan vitamin A melalui makanan seperti sayuran berdaun hijau, buah-
buahan, dan produk hewani untuk mencegah kekurangan ini. Jika mencurigai KVA,
sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan.
3. PENENTUAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, yang dikenal
sebagai kekurangan vitamin A (KVA). Gejala KVA dapat mencakup gangguan
penglihatan, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan masalah kulit. Penting untuk
mendapatkan vitamin A melalui makanan seperti sayuran berdaun hijau, buah-
buahan, dan produk hewani untuk mencegah kekurangan ini. Jika mencurigai KVA,
sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan.
C.PROFIL LIPID
Profil lipid mengacu pada pengukuran berbagai jenis lemak atau lipid dalam darah,
termasuk kolesterol total, LDL-C, HDL-C, dan trigliserida. Ini adalah gambaran yang
penting dari kesehatan kardiovaskular seseorang. Evaluasi profil lipid membantu
dalam menilai risiko seseorang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Idealnya, kadar kolesterol LDL-C dan trigliserida rendah, sementara kadar kolesterol
HDL-C tinggi. Kadar kolesterol total yang seimbang juga diinginkan. Monitoring profil
lipid secara rutin dapat membantu dalam mencegah dan mengelola penyakit
kardiovaskular.
1).TERIGLISAIDA
Trigliserida adalah jenis lemak yang umumnya ditemukan dalam makanan dan juga
merupakan bentuk penyimpanan lemak dalam tubuh manusia. Mereka terdiri dari
tiga molekul asam lemak yang terikat pada molekul gliserol. Trigliserida merupakan
sumber energi yang penting, tetapi kadar yang tinggi dalam darah dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
2).KOLESTEROL TOTAL
Kolesterol total adalah jumlah keseluruhan kolesterol dalam darah, termasuk
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL), serta sejumlah kecil lipoprotein
densitas sangat rendah (VLDL). Kolesterol total adalah indikator umum untuk
mengevaluasi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

xviii
3).LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTROL
Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-C) adalah jenis kolesterol yang umumnya
disebut sebagai "kolesterol jahat". LDL-C membawa kolesterol dari hati ke seluruh
tubuh, tetapi jika kadar LDL-C tinggi dalam darah, dapat menyebabkan penumpukan
plak di dinding arteri, meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Penurunan
kadar LDL-C sering menjadi fokus dalam manajemen risiko kardiovaskular.
4). HIGH DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTROL
High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) adalah jenis kolesterol yang sering
disebut sebagai "kolesterol baik". HDL-C membantu membersihkan kolesterol
berlebih dari aliran darah dengan membawanya kembali ke hati untuk dikeluarkan
dari tubuh. Tingkat HDL-C yang tinggi umumnya dikaitkan dengan penurunan risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Meningkatkan kadar HDL-C dapat menjadi
strategi penting dalam menjaga kesehatan jantung.
5).KLASIFIKASI DARAH
Klasifikasi darah umumnya dilakukan berdasarkan sistem ABO dan sistem Rh.
Sistem ABO membagi darah menjadi empat golongan berdasarkan keberadaan atau
ketiadaan antigen A dan B pada permukaan sel darah merah, yaitu golongan darah
A, B, AB, dan O. Sementara itu, sistem Rh membedakan darah menjadi Rh positif
(+) atau Rh negatif (-) berdasarkan keberadaan atau ketiadaan antigen Rh (D) pada
sel darah merah.

D. STATUS VITAMIN
Status vitamin merujuk pada jumlah dan keseimbangan vitamin dalam tubuh
seseorang. Penting untuk memastikan asupan vitamin yang cukup melalui makanan
atau suplemen, karena vitamin memiliki peran vital dalam berbagai fungsi tubuh.
Kekurangan atau kelebihan vitamin dapat mempengaruhi kesehatan secara
keseluruhan, sehingga menjaga status vitamin yang seimbang sangat penting.

E. STATUS MINERAL
Status mineral mencakup keseimbangan mineral dalam tubuh seseorang. Mineral
seperti kalsium, magnesium, zat besi, dan lainnya penting untuk fungsi tubuh yang
optimal. Kekurangan atau kelebihan mineral dapat menyebabkan masalah
kesehatan. Pastikan mendapatkan mineral yang cukup melalui makanan sehari-hari,
dan dalam beberapa kasus, suplemen dapat diperlukan sesuai kebutuhan
kesehatan individu.
Berdasarkan pengertiannya, mineral adalah suatu benda padat homogen yang
terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas tertentu, dan mempunyai atom yang tersusun teratur, demikian menurut buku
Geologi Dasar Kelas X. Dalam ilmu geologi, mineral adalah suatu zat atau benda
persenyawaan kimia asli atau yang tersusun oleh proses alam, memiliki sifat-sifat

xix
kimia dan fisik tertentu, dan biasanya berbentuk padat. Jadi walau sifat dan zatnya
sama namun dibentuk oleh manusia di laboratorium, maka itu tidak termasuk
mineral.

DAFTAR PUSTAKA
 Baca selengkapnya di artikel "Pengertian Mineral: Sifat Fisik & Perannya
dalam Pembentukan Batu"
 https://www.halodoc.com/janji-medis/nama/tes-morfologi-darah-tepi
 https://en.m.wikipedia.org/wiki/Transferrin_saturation
 https://www-mayoclinic-org.translate.goog/tests-procedures/hematocrit/
about/pac-20384728?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

xx
SOAL PSG
1. Apakah fungsi albumin dan protein total ?
A. Mengindikasikan status protein tubuh
B. Menginterpretasikan protein
C. Mengidentifikasi protein tubuh
D. Merujuk pada status protein
E. Menyalurkan protein ke seluruh tubuh
2. Nama lain asam folat adalah
A. B6
B. B2
C. B1
D. B12
E. Asam suflat
3. Jumlah kolestrol yang ada dalam seluruh darah disebut ?
A. Kolestrol jenuh
B. Kolestrol total
C. Kolestrol baik
D. Kolestrol tetap
E. Kolestrol tidak tetap
4. Agar kita dapat memastikan jumlah keseimbangan vitamin dalam tubuh dengan
cara mengonsumsi ..
A. Makanan ringan
B. Minuman
C. Makanan atau suplemen
D. Suplemen saja
E. buah
5. seseorang dengan cara mengonsumsi ?

xxi
6. Klasifikasi darah umumnya dilakukan dengan sistem ?
A. Sistem RBO dan HA
B. Sistem RBO dan Hr
C. Sistem RBO dan Ra
D. Sistem RBO dan AK
E. Sistem RBO dan Rh

7. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gejala penglihatan , penurunan


sistem kekebalan tubuh , serta …
A. Masalah pendengaran
B. Masalah kulit
C. Masalah indra perasa
D. Masalah saraf
E. Masalah kronis
8. Kolestrol jahat atau LDL-C yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak
pada …
A. Hemoglobin
B. Jaringan
C. Kulit
D. Dinding arteri
E. penglihatan
9. Apakah Jenis protein yang mengikat zat besi dan menyimpannya di dalam sel ?
A. Protein nabati
B. Protein hewani
C. Protein tetap
D. Protein dengan kadar lemak yang tinggi
E. Protein ferritin
10. Apakah yang dimaksud dengan (hemochromatosis) ?
A. Kondisi tubuh yang banyak menyerap mineral dan zat besi
B. Kondisi tubuh yang lemah
C. Kondisi tubuh kekurangan serat
D. Kondisi tubuh kelebihan zat besi
E. Kondisi tubuh kekurangan oksigen
11. Apakah kelemahan dalam mengonsumsi TS ..
A. Ketergantungan dalam pelaksanaan SI dan TIBC
B. Ketergantungan dalam mengonsumsi obat
C. Ketergantungan dalam berinteraksi
D. Menjadi cepat mengantuk
E. Menjadi cepat lelah
12. Apakah yang terjadi jika nilai hemaktokrit rendah
A. Proposi sel darah putih meningkat
B. Proporsi sel darah merah menurun
C. Proporsi sel darah merah dalam darah lebih rendah
D. Proporsi homoglobin menurun
E. Proporsi homoglobin meningkat
13. Mengapa kadar haemoglobin dalam tubuh harus selalu dijaga ?

xxii
A. Agar kadar lemak semakin menurun
B. Agar kandungan serat dalam tubuh tetap optimal
C. Supaya protein tetap terjaga
D. Supaya protein dapat menjalankan fungsinya secara optimal
E. Agar kadar air dalam tubuh tetap terjaga
14. Darimanakah HEME terbentuk
A. Sumber gizi
B. Sumber zat besi
C. Protein
D. Sumber hewani dan nabati
E. Sumber vitamin
15. Dalam keadaan sehat , normalnya wanita dewasa memiliki kadar haemoglobin
sebesar
A. 12 samapi 15 gram
B. 13 samapi 20 gram
C. 15 samapi 20 gram
D. 20 samapi 24 gram
E. 12 samapi 17 gram

16. Mengapa dehidrasi dapat terjadi pada seseorang


A. Karena tubuh kelebihan air
B. Karena tubuh kekurangan serat
C. Karena tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah merah
D. Karena tubuh kekurangan zat besi
E. Karena tubuh kehilangan asupan energi
17. Hematokrit adalah alat yang digunakan untuk
A. Parameter labotarium
B. Mengukur Timbangan
C. Mengukur kadar air
D. Menganalisis protein
E. Menganalisis lemak
18. Biasanya hasil hematokrit dinyatakan dalam bentuk
A. Satuan
B. Persen
C. Ribuan
D. Senyawa
E. simbol
19. Sebutkan penyakit yang dapat menghambat penyerapan zat besi
A. Mudah lelah , sakit kepala
B. Pingsan , batuk
C. Flu , batuk
D. Obesitas , stunting
E. Muka kusam, kurang bersemangat
20. Kondisi seperti apakah yang dapat menyebabkan hilangnya darah kronis
A. Kondisi saat tubuh menyerap terlalu banyak mineral dan zat besi
dari makanan

xxiii
B. Kondisi yang kurang fit
C. Kondisi saat penyerapan cair
D. Kondisi meningkatnya kadar gula
E. Kondisi kritis
21. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar
A. Kalsium , magnesium termasuk lemak
B. Vitamin tidak begitu berpengaruh bagi tubuh
C. LDL adalah kolestrol baik
D. Status protein merujuk pada jumlah kualitas protein dalam tubuh
E. Darah memiliki banyak sel darah merah yang sehat

yakni kondisi saat tubuh menyerap terlalu banyak kandungan mineral zat besi dari makanan

xxiv

You might also like