Professional Documents
Culture Documents
6293 17571 1 PB
6293 17571 1 PB
April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
Received (Bulan Januari 2020), Accepted (Bulan Februari 2020), Published (Bulan April 2020)
Abstract: The Role of Social Environment through the Development of Character in Early Childhood in
Jogja Green School. This study aims to examine the role of the environment on the formation of children's
character in Jogja Green School. The research method used is qualitative with a case study approach. Data
collection techniques used interviews with school principals and class teachers, observations of children in
Caterpillar A and Caterpillar classes as well as documentation studies such as daily plain activity, weekly plain
activity, daily notes, and children's work documented in the classroom. Data analysis techniques with data
reduction, then all data are presented with perfect and good exposure, and make conclusions and verify data.
The results showed that the social environment significantly influenced the formation of children's character
through learning strategies and methods. Jogja Green School together with parents and the community creates a
conducive environment in forming good character of children. The school always communicates with the family
through diary or meet directly related to the child's development, so parents understand that the education
provided at home must be in accordance with the education available at the school, besides that the school or
family has the task of providing stimulus to the community. The community does not teach children with negative
words, does not scold the child when the child accidentally destroys neighboring plants but rather gives an
understanding to the child, so the child must apologize when making a mistake.
Keywords: character education, school environment, family environment, early childhood.
Abstrak: Peran Lingkungan Sosial terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini di Jogja Green
School. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran lingkungan terhadap pembentukan karakter anak di Jogja
Green School. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas, observasi terhadap anak di
kelas Ulat A dan Ulat B serta studi dokumentasi seperti RPPH, RPPM, catatan harian, dan hasil karya anak yang
di dokumentasikan di dalam ruang kelas. Teknik analisis data dengan reduksi data, kemudian semua data
disajikan dengan sempurna dan paparan yang baik, dan melakukan penarikan kesimpulan serta verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh signifikan terhadap pembentukan karakter
anak melalui strategi dan metode pembelajaran. Jogja Green School bersama orang tua dan masyarakat
menciptakan lingkungan kondusif dalam pembentukan karakter anak yang baik. Pihak sekolah selalu
berkomunikasi dengan keluarga melalui catatan harian atau bertemu secara langsung terkait perkembangan anak,
sehingga orang tua memahami bahwa pendidikan yang diberikan di rumah harus sesuai dengan pendidikan yang
ada di sekolah, selain itu pihak sekolah ataupun keluarga memiliki tugas memberikan stimulus kepada
masyarakat. Masyarakat tidak mengajari anak dengan kata-kata negatif, tidak memarahi anak ketika tanpa
sengaja anak merusak tanaman tetangga melainkan memberikan pemahaman kepada anak, sehingga anak harus
meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
Kata Kunci : pendidikan karakter, lingkungan sosial, lingkungan keluarga, anak usia dini.
2
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor 1,
April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
nature dan nurture (Demista, 2016). Nature keluarga seperti ayah, ibu, kakak, adik,
merupakan sifat khas yang dimiliki oleh nenek dan kakek menjadi modeling untuk
individu sejak ia lahir, atau bisa dikatakan anak. Namun, ternyata tidak hanya dari
dengan pembawaan. Sedangkan nurture anggota keluarga, melainkan juga oleh
adalah faktor lingkungan yang dapat orang lain yang berada di dalam keluarga,
mempengaruhi individu sejak masih di dalam seperti pengasuh anak atau baby sister.
kandungan sampai meninggal. Beberapa orang tua memilih untuk
Namun, dalam penelitian ini penulis menggunakan jasa pengasuh anak apabila
lebih menitik beratkan pada faktor nurture orang tua merasa tidak mampu dalam
atau lingkungan. Dimana, lingkungan sangat merawat anaknya, karena beberapa
mendominasi dalam pembentukan karakter pekerjaan. Beberapa hal yang
anak, baik lingkungan keluarga, lingkungan mempengaruhi anak di dalam lingkungan
sekolah yang juga termasuk lingkungan teman keluarga. Pertama, sikap dan kebiasaan
sebaya, lingkungan masyarakat dan orang tua. Kedua, pola asuh yang
lingkungan fisik tempat tinggal anak diterapkan orang tua. Ada empat pola
(Hekmawati, 2014). asuh yang bisa diterapkan oleh orang tua
(Santrock, 1995). Pola asuh demokratis,
Lingkungan Sosial Anak dimana anak diberikan kebebasan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengungkap pendapat di dalam keluarga
ada di sekitar anak, baik stimulus internal dalam pengambilan keputusan, namun
ataupun eksternal, baik secara fisiologis, orangtua tetap melakukan pengawasan
psikologis maupun sosio-kultural (Soemanto, serta kontrol yang kuat dan dorongan
1987).Lingkungan fisiologis meliputi segala yang positif terhadap anak (Suharsono,
kondisi jasmaniyah yang berada pada diri Fitriyani, & Upoyo, 2009). Pola asuh
individu, seperti pencernaan, gizi, pernafasan, otoriter, dimana pola asuh ini merupakan
air, vitamin dan lain sebagainya. Lingkungan kebalikan dari pola asuh demokratis,
psikologis berhubungan dengan segala dimana orang tua terlalu banyak menuntut
stimulus yang diterima oleh inidividu sejak dan mengatur anak tanpa mempedulikan
awal diciptakan sampai kematiannya. Stimulus pendapat anak (Apriastuti, 2013). Pola
ini tentu sangat mempengaruhi perilaku asuh permissive-indulgent, orang tua
individu seperti emosi, kapasitas intelektual, menganggap anak sebagai orang dewasa,
kebutuhan kecerdasan dan lain sebagainya. orang tua masih terlibat dalam masalah
Sedangkan lingkungan sosio-kultural anak, namun memberikan batasan,
merupakan segala stimulus yang berada di luar sehingga orang tua tidak terlalu menunut
diri individu hubungannya dengan perlakuan dan tidak terlalu memberi hukuman
orang lain terhadap individu. Seperti pola kepada anak (Suharsono, Fitriyani, &
hidup keluarga, kondisi masyarakat, kondisi Upoyo, 2009). Pola asuh permissive-
kelompok, bimbingan dan lain sebagainya indifferent lebih buruk dari jenis pola
(Dalyono, 1997). asuh ketiga, hal ini karena dalam pola
Seorang ahli psikologi Amerika, Sertain asuh ini orang tua benar-benar tidak ingin
juga memberikan pendapatnya terhadap apa tahu atau sangat tidak terlibat dalam
yang dimaksud dengan lingkungan (Purwanto, kehidupan anak (Inikah, 2015).
2007). Lingkungan yang disebut dengan Kedua, kondisi sosio-ekonomi
environment oleh Sertain merupakan segala keluarga menjadi salah satu faktor yang
kondisi yang dapat mempengaruhi setiap ikut mewarnai perkembangan anak
periaku, pertumbuhan, perkembangan dan (Gerungan, 2004). Kondisi sosial dan
proses hidup inidividu. ekonomi yang dimaksud adalah tidak
Ada empat jenis lingkungan yang dapat hanya kemampuan keluarga dalam hal
mempengaruhi tumbuh kembang anak (Yusuf, finansial, melainkan dorongan dan
2014). Diantaranya adalah sebagai berikut: dukungan dari keluarga yang dapat
1. Lingkungan keluarga mempengaruhi tumbuh kembang anak
Keluarga memiliki peran sentral menjadi lebih baik. Ketiga, keutuhan
dalam memberikan warna terhadap keluarga (Gerungan, 2004), terdiri dari
perkembangan anak. Seluruh anggota keluarga inti, yaitu ibu, ayah dan anak.
3
4 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor
1, April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
4
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor 1,
April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
umum, karakter merupakan ciri khas yang lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh
melekat dalam diri individu yang kemudian anak, sehingga orang tua harus mampu
dimunculkan dalam bentuk perilaku. Perilaku- menciptakan lingkungan keluarga yang
perilaku ini bisa diwujudkan dalam bentuk kondusif bagi anak. Begitu juga dengan
perilaku baik ataupun buruk yang nantinya lingkungan sekolah, guru harus mampu
mencerminkankan karakter anak. menciptakan lingkungan yang nyaman dalam
Pendidikan karakter merupakan suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini bukan
cara yang digunakan untuk membantu individu hanya guru, melainkan seluruh staf yang ada di
agar mampu menyerap nilai-nilai etika yang Jogja Green School, baik bidang akademik,
inti (Thomas Lickona dalam Sudrajat, 2011). kebersihan, keamanan dan lain sebagainya.
Disinilah kenapa pendidikan karakter menjadi Sehingga anak mampu menangkap setiap
sangat penting, karena dengan pendidikan informasi yang disampaikan oleh guru. Selain
karakter perilaku-perilaku yang ditunjukkan itu, anak harus merasa aman dan nyaman
oleh individu akan terarah. Sehingga, guru berada di lingkungan sekolah, agar anak
yang menjadi pendidik bertugas untuk mampu menyerap dan mengimplementasikan
mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada anak, nilai-nilai yang telah ia dapatkan di lingkungan
agar karakter yang terbentuk adalah karakter sekolah.
yang baik. Tentu guru telah Relasi teman sebaya yang masih dalam
mempertimbangkan nilai-nilai apa saja yang pembahasan lingkungan sekolah turut
bisa membentuk karakter yang baik dalam diri mewarnai pembentukan karakter anak. Selain
anak. meniru orang dewasa, anak-anak cenderung
meniru temn sebaya, mereka akan
METODE PENELITIAN mengevaluasi prilakumhya apakah sama, lebih
Metode penelitian ini menggunakan kualitatif baik atau lebih buruk daripada teman-teman
dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus seusianya (Santrock, 2011). Sehingga, teman
digunakan untuk melihat secara mendalam, yang baik sangat dibutuhkan dalam
utuh dan komprehensif suatu persoalan perkembangan sosial anak usia dini (Hartup
individu atau kelompok (Yusuf, 2014). dalam Santrock, 2011). Relasi anak dengan
Sehingga akan diungkap secara detail atau teman sebaya juga dipengaruhi oleh relasi
mendalam tentang suatu kondisi yang sedang orang tua dengan anak. Apakah orang tua
diteliti. memberikan waktu yang panjang bagi anak
Teknik pengumpulan data menggunakan untuk bersama teman sebaya, bagaimana
wawancara kepada kepala sekolah dan guru perlakuan orang tua terhadap anak dalam hal
kelas, observasi terhadap anak di kelas Ulat A berpendapat dan lain sebagainya.
dan Ulat B dan studi dokumentasi seperti Lingkungan masyarakat pun demikian,
RPPH, RPPM, catatan harian, dan hasil karya anak yang hidup di lingkungan masyarakat
anak yang di dokumentasikan di dalam ruang yang kondusif akan memiliki karakter yang
kelas (Idrus, 2009). berbeda dengan anak yang hidup di
Teknis analisis data yang digunakan lingkungan masyarakat yang tidak terkontrol
mengacu pada konsep Miles dan Huberman atau tidak kondusif. Misalnya, anak yang
(Ghony, 2014) yaitu reduksi data, peneliti hidup di lingkungan masyarakat yang keras,
memilih data-data yang diperlukan dan banyak pelaku kriminal seperti pencopetan,
membuang data-data yang tidak diperlukan, perampokan dan lain sebagainya. Maka anak
kemudian semua data disajikan dengan akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar,
sempurna dan paparan yang baik, kemudian keras kepala dan suka mengganggu teman-
penarikan kesimpulan serta verifikasi data. temannya. Berbeda dengan anak yang hidup di
lingkungan yang kondusif, maka ia akan
HASIL DAN PEMBAHASAN penuh wibawa, mampu mengaplikasikan nila-
Peran Lingkungan dalam Pembentukan nilai budaya masyarakat seperti jujur, sopan,
Sikap Anak ramah, bertanggung jawab dan lain sebagainya.
Lingkungan memiliki peran sentral dalam Demikian juga ligkungan fisik yang turut
pembentukan karakter anak, baik lingkungan mewarnai pembentukan karakter anak.
keluarga, lingkungan sekolah ataupun Misalnya, anak yang hidup di pesisir memiliki
lingungan masyarakat. Keluarga merupakan suara nyaring dibanding anak yang hidup di
5
6 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor
1, April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
pegunungan. Hal ini karena dipengaruhi memanjakan anak, karena nenek atau kakek
kondisi fisik lingkungan, dimana di pinggir lah yang cemderung selalu memanjakan
pantai kita harus mengeraskan suara untuk cucunya. Misalnya, di sekolah dan di rumah
didengar oleh lawan bicara, karena suara kita anak boleh makan permen dua kali dalam
beradu dengan ombak. seminggu, kemudian ketika anak main ke
Keempat elemen ini harus selaras agar rumah nenek, anak diperbolehkan makan
mampu mengkondisikan lingkungan menjadi permen setiap hari. Nah, hal ini merusak apa
representatif untuk pembelajaran karakter, yang telah dibangun oleh guru dan orang tua.
tentu harus berkesinambungan satu sama lain. Maka orang tua berkewajiban menstimulus
Terutama lingkungan keluarga dan lingkungan nenek dan kakek, agar seluruh pendidikan dari
sekolah, seperti yang dilakukan oleh para guru berbagai lingkungan bisa searah dan
di Jogja Green School dengan para orang tua pembentukan karakter anak bisa segera
peserta didik. Ada buku penghubung yang tercapai dengan baik.
dirancang khusus oleh Jogja Green School Oleh karena anak usia dini bukanlah
untuk berkomunikasi dengan para orang tua orang dewasa mini, maka pendidikan karakter
terkait perkembangan anaknya. Melalui buku harus disesuaikan dengan perkembangan
penghubung ini, orang tua mengetahui apa moral anak. Dimana, perkembangan moral
yang telah dilakukan oleh anak-anaknya di anak terdapat tiga tahapan: Pertama, premoral.
sekolah. Selain itu, orang tua juga mengetahui Pada tahap ini anak belum mengetahui apa-apa
apa yang terjadi pada anaknya di sekolah, baik itu moral, etika, aturan dan susila. Maka
apakah anak menangis, bertengkar dengan dari itulah, di sekolah anak diwajibkan untuk
teman, tidak mau makan sendiri dan lain bersikap baik dengan teman seusianya,
sebagainya. Contoh catatan guru untuk orang menghormati guru dan saling tolong menolong.
tua anak, “Hari ini si A tidak mau makan Selain dibiasakan berperlaku baik, guru juga
sendiri, tolong di support ya”. Kemudian, menjadi contoh bagi anak. Apabila anak
orang tua peserta didik memberikan feed back melakukan kesalalahan, guru akan ada untuk
“Bagaimana si A hari ini?, kemarin sudah saya menegur dan memperbaikinya. Misalnya, anak
support agar ia kembali mau untuk makan lupa untuk megatakan “terimakasih” kepada
sendiri dan lain sebagainya”. Komunikasi cooking saat meletakkan piring di dapur, maka
seperti ini sangat penting dan mempengaruhi guru akan menegr anak, kenapa anak tidak
proses pembelajaran serta perkembangan anak mengucapkan “terimakasih”. Hal-hal sepele
usia dini, hal ini agar stimulasi yang diberikan ini merupakan pembelajaran yang sangat
sekolah dan orang tua di dalam keluarga sama. berharga bagi anak.
Apabila stimulasi yang diberikan orang tua Kedua, moral realism. Pada tahap ini,
dan guru berbeda, maka akan menimbulkan anak telah berada pada tahap yang lebih tinggi,
suatu pertentangan dalam diri anak, misalnya dimana anak telah mengenal etika, moral,
anak sulit untuk mandiri. Misalnya di rumah aturan dan susila, sehingga anak telah mampu
anak dimanja melakukan segala sesuatunya berperilaku sesuai dengan aturan tersebut.
dilayani oleh ibu dan ayahnya, sedangkan di Anak-anak di Jogja Green School usia 2-3
sekolah anak diajari untu mandiri, melakukan tahun yang berada di kelas Kupu-kupu A telah
segala sesuatunya sendiri. Maka dari itulah, mampu mempraktikkan perilaku-perilaku baik
peran orang tua harus mnjadi top management yang dicontohkan oleh guru. Mereka telah
di rumah (Mutiah, 2010), yaitu memperhatikan mengetahui perilaku-perilaku seperti apa yang
setiap perilaku, sikap dan ucapannya, karena dianggap baik dan dianggap burruk oleh orang
anak akan mengamati dan kemudian meniru dewasa.
apa yang dilakukan oleh orang tua. Orang tua, Ketiga, moral relativism. Ini merupakan
harus menjadi figur teladan yang baik bagi puncak dari perkembangan moral, dimana
anak, sehingga orang tua harus benar-benar pada tahap ini anak telah mampu
jeli dri hal-hal kecil sampai hal-hal besar menginternalisasi nilai-nilai yang ada,
seperi membuat suatu keputusan dan menjadi sehingga anak mampu beertindak atas
pemimpin. pertimbangan moral yang ada di dalam dirinya,
Lingkungan keluarga termasuk juga bukan karena aturan dan pengaruh orang lain
nenek dan kakek, orang tua harus mampu (Piaget dalam Suyanto, 2012). Sebagian anak
menstimulasi nenek dan kakek agar tidak
6
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor 1,
April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
tlah sampai pada tahap ini, namun sebagian diolok-olok, ia mengetahui bahwa itu adalah
lagi masih berada dalam tahap 1 dan 2. hal yang buruk, serta dapat menimbulkan
situasi yang semakin buruk, seperti anak yang
diolok-olok tersebut akan melapor guru dan
orang tuanya. Maka sebelum hal itu terjadi,
anak harus melakukan tindakan, yaitu melerai
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menjadi sangat penting dan memberika nasehat kepada yang mengolo-
karena memiliki lima tujuan berikut. Pertama, olok serta yang diolok-olok, bahwa perbuatan
mengembangkan potensi-potensi afektif yang itu adalah hal yang tidak baik serta mereka
ada dalam diri anak yang memiliki karakter harus berjanji tidak akan mengulanginya. Hal-
bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasan dan hal semacam ini telah mampu dilakukan oleh
perilaku-perilaku anak yang positif selaras peserta didik di Jogja Green School.
degan nilai-nilai universal dan tradisi budaya Seluruh peserta didik di Jogja Green
bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan School bisa dikatakan bahwa karakternya telah
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab terbentuk, tentu karakter yang baik yang
dalam diri anak. Keempat, mengembangkan dimaksud dalam hal ini. Ketika kita amati
kemampuan dalam diri anak, agar anak anak-anak di dalam maupun di luar kelas,
menjadi pribadi yang mandiri dan kreatif. tidak ada anak-anak yang rebutan mainan,
Kelima, menciptakan lingkungan sosial yang kursi, dan barang-barag lainnya. Mereka
kondusif untuk belajar, menjadi pribadi yang dengan senang hati akan mengatakan
jujur, kreativitas dan persahabatan (Judiani, “bolehkah aku ikut bermain” atau “mainannya
2010). gantian ya”. Terlihat sangat sepele, namun
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan anak yang belum terbentuk karakternya, maka
di atas pengelolaan sekolah harus efektif ia akan menjarah secara paksa mainan
dalam membentuk karakter anak. Bagaimana tersebut, atau merajuk kepada guru untuk
pihak sekolah merancang pedidikan karakter bermain mainan yang sedang dimainkan
untuk peserta didik, melaksanakan strategi temannya. Dengan demikian sudah jelas
yang telah disusun serta mengendalikannya bahwa pembentukan karakter sejak usia dini
melalui kegiatan-kegiatan yang mendukung sangat dibutuhkan, karena jika karakter anak
pendidikan karakter (Wibowo, 2013). Jogja belum terbentuk tidak ada dorongan semangat
Green School telah melakukan pengelolaan (Montessori, 1995) kepada anak untuk
yang baik, bagaimana lingkungan sekolah berperilaku baik, sesuai dengan norma-norma
terintegrasi dengan pendidikan karakter anak. agama, adat-istiadat dan budaya masyarakata
Hal ini bisa dilihat dari nilai-nilai yang setempat.
ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik,
seperti harus saling berbagi, menghormati SIMPULAN
orang dewasa, toleransi dan lain sebagainya. Lingkungan sosial memiliki peran sangat
Selain itu, kurikulum yang dikembnagkan juga signifikan terhadap perkembagan anak,
sangat penting untuk diperhatikan, model terutama dalam pembentukan karakter anak.
pembelajaran serta tenaga pendidik yang Baik lingkungan keluarga, sekolah, teman
mampu menjadi modeling atau teladan bagi sebaya, sosial masyarakat dan lingkungan fisik.
peserta didik. Sehingga, pendidikan karakter di Keseluruhan aspek lingkungan ini merupakan
Jogja Green School benar-benat terwujud satu kesatuan yang tak terpisahkan, harus
dengan baik. saling mendukung dalam mewujudkan kondisi
Ada tiga poin penting yang menjadi yang kondusif dalam menumbuhkan karakter
penyebab terbentuknya karakter dalam diri anak. Sehingga, karakter yang terbentuk
anak. Ketiga poin penting ini saling adalah dari potensi-potesi baik dalam diri anak.
berhubungan satu sama lain, yaitu
pengetahuan moral, perasaan moral dan DAFTAR PUSTAKA
perilaku moral (Lickona, 2008). Apabila Andriani, Tuti. (2012). Permainan Tradisional
karakter anak telah terbentuk dengan baik, Dalam Membentuk Karakter Anak Usia
maka keputusan-keputusan yang diambilnya Dini. Sosial Budaya 9 (1): 121–36.
meliputi tiga poin ini. Misalnya, seorang anak https://doi.org/10.24014/sb.v9i1.376.
mendapati seorang temannya yang sedang
7
8 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor
1, April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)
Apriastuti, Dwi Anita. (2013). Analisis Judiani, Sri. (2010). Implementasi Pendidikan
Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Karakter di Sekolah Dasar Melalui
Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Penguatan Pelaksanaan Kurikulum
Usia 48 – 60 Bulan. Bidan Prada: Judiani. Jurnal Pendidikan dan
Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid Kebudayaan.” Oktober 2010.
YLPP Purwokerto 4 (01). http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/ind
http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Pra ex.php/jpnk/article/view/519/358.
da/article/view/28. Kesuma, Dharma dkk. (2012). Pendidikan
Dalyono, M. (1997). Psikologi Pendidikan. Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Jakarta: Rineka Cipta. Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Khasinah, Siti. (2013). Hakikat Manusia
Peserta Didik: panduan bagi orang tua Menurut Pandangan Islam Dan Barat.
dan guru dalam memahami psikologi JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media
anak usia,SD,SMP, dan SMA. Bandung: Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran 13
Rosdakarya. (2).
Demista. (2016). Psikologi Perkembangan https://doi.org/10.22373/jid.v13i2.480.
Peserta Didik. Bandung: Remaja Kurniawan, dkk, Didik. t.t. Pengaruh Perhatian
Rosdakarya. Orangtua, Motivasi Belajar, dan
Familia, Tim Pustaka. (2006). Warna-Warni Lingkungan Sosial terhadap Prestasi
Kecerdasan Anak dan Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal
Pendampingannya. Yogyakarta: Riset Pendidikan Matematika. Diakses 6
Kanisius. Oktober 2019.
Fathurrohman, Muhammad. (2016). https://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/
Pembawaan, Keturunan, Dan article/view/2674/2227.
Lingkungan Dalam Perspektif Islam. Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan
KABILAH : Journal of Social Karakter: Panduan Lengkap Mendidik
Community 1 (2): 379–406. Siswa menjadi Pintar dan Baik.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Nusa Media.
Bandung: Refika Aditama. Maryatun, Ika Budi. (2016). Peran Pendidik
Ghony, M. Djunaidi, & Fauzan Almanshur. PAUD Dalam Membangun Karakter
(2014). Metodologi Penelitian Anak. Jurnal Pendidikan Anak 5
Kualitatif. Jogjakarta: R-Ruzz Media. (1).https://doi.org/10.21831/jpa.v5i1.12
Hasan, Mimunah. (2010). PAUD: Pendidikan 370.
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Mussen, Paul Henry dkk. (1987).
Press. Perkembangan dan Kepribadian Anak.
Hidayah, Rifa. (2009). Psikologi Pengasuhan Jakarta: Erlangga
Anak. Malang: UIN Malang Press. Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain
Helmawati. (2014). Pendidikan Keluarga: Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Montessori, Maria. (1995). The Absorbent
Rosdakarya. Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap.
Idad, Suhada. (2016). Psikologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perkembangan Anak Usia Dini Suyadi, Maulidya Ulfah. (2016). Konsep
Rudhatul Athfal. Bandung: Remaja Dasar PAUD. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset. Rosdakarya
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ostroff, Wendy L. (2013). Memahami Cara
Ilmu Sosial: Pendektan Kualitatif dan Anak-Anak Belajar: Membawa Ilmu
Kuantitatif, Edisi Kedua. Jakarta: Perkembangan Anak ke dalam Kelas.
Erlangga. Jakarta: Indeks
Inikah, Siti. (2015). Pengaruh Pola Asuh Purwanto, M. Ngalim. (2007). Psikologi
Orang Tua dan Kecemasan Komunikasi Pendidikan. Bandung: Remaja
terhadap Kepribadian Peserta Didik. Rosdakarya
Jurnal Bimbingan Konseling Islam 6 Santrock, John W. (1995). Life-Span
(1): 19–37. Development: Perkembaangan Masa
https://doi.org/10.21043/kr.v6i1.1038.
8
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor 1,
April 2020, hal 1 –9, ISSN : 2528-3553 (online), ISSN: 2407-4454 (print)