Professional Documents
Culture Documents
Laporan Seminar KMB - Kelompok II Fix Revisi 2
Laporan Seminar KMB - Kelompok II Fix Revisi 2
MAKALAH
Disusun untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Medikal
Bedah Di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Kelompok : II
Pembimbing Akademik :
Palembang,..................................................2023
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
i
i
VISI
Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia
MISI
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
2. Meningkatkan mutu manajemen seluruh lapisan masyarakat
3. Meningkatkan manajemen sumber daya kesehatan
4. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia
MOTTO
Kesembuhan dan kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan Kami
i
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan kasus kelompok ini dengan judul ”Asuhan
Keperawatan Pada Ny. N dengan Multiple Ulkus Diabetikum Di Ruang
Instalasi Bedah Sentral RSUD Palembang Bari” Penulisan laporan kasus ini
dilakukan dalam rangka tugas akhir Stase Keperawatan Medikal Bedah Profesi
Ners di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang.
Dalam penyusunan laporan kasus ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan maka dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
i
i
pembimbing Medikal Bedah pada Profesi Ners Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari akademik maupun lahan praktik, sangat sulit untuk menyelesaikan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu kedepannnya. Aamiin.
Penulis
i
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................i
VISI MISI DAN MOTO.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................4
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
A. Profil Rumah Sakit......................................................................................6
B. Konsep Keperawatan Perioperatif.............................................................12
C. Konsep Dasar Multiple Ulkus Diabetikum...............................................14
1. Pengertian...........................................................................................14
2. Anatomi Fisiologi...............................................................................15
3. Patofisiologi........................................................................................18
4. Klasifikasi DM....................................................................................21
5. Etiologi................................................................................................22
6. Tanda dan Gejala................................................................................24
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................26
8. Penatalaksanaan..................................................................................27
D. Konsep Keperawatan Pada Multiple Ulkus Diabetikum...........................28
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................42
Pengkajian........................................................................................................42
Diagnosa Dan Intervensi..................................................................................51
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan.......................................................63
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................71
A. Pengkajian.................................................................................................71
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................72
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................72
D. Implementasi.............................................................................................74
E. Evaluasi.....................................................................................................75
A. Kesimpulan................................................................................................76
B. Saran..........................................................................................................77
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila terdapat malfungsi pada kinerja insulin di pankreas dapat
mengakibatkan suatu kondisi dimana terjadi lonjakan kadar gula darah
yang dapat mengakibatkan kerusakan makrovaskuler dan mikrovaskuler
sehingga penderita dapat merasa tidak nyaman dengan keadaan tubuhnya.
Salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditaandai dengan
hiperglikemi karena terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan
kedua-duanya adalah Diabetes Melitus (Perkeni, 2015). Diabetes Mellitus
(DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme
yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula
darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan
karena menurunnya jumlah insulin dari pankreas (ADA, 2012). Pankreas
adalah suatu alat terletak di retroperitonial dalam abdomen bagian atas,
didepan vertebrae lumbalis I dan II . Pankreas menghasilkan kelenjar
endokrin bagian dari kelompok sel sel yang membentuk pulau pulau
Langerhans,karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon
yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Syaifuddin,
2011).
Diabetes merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir
(WHO, 2016). Menurut International Diabetes Federation Pada tahun
2019, diperkirakan 463 juta orang mengidap diabetes dan jumlah ini
diproyeksikan mencapai 578 juta pada tahun 2030, dan 700 juta pada
tahun 2045. Dua pertiga penderita diabetes tinggal di daerah perkotaan
orang di dunia dan akan terus meningkat dengan 153 persen peningkatan
(IDF, 2019). Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012.
Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan
1
2
2
3
3
4
tujuan mengapa penulis mengambil judul ini karena jika tidak diatasi maka
permasalahan keperawatan tersebut akan mempengaruhi kesembuhan atau
memperparah kondisi pasien.
Pada kasus yang diangkat yaitu Multiple Ulkus Diabetikum dapat
diketahui bahwa pasien adalah Ny. N dengan keluhan utama sebelum
tindakan debridement nyeri dan gatal pada bagian ulkus. Sedangkan
selama tindakan debridement terdapat kulit yang mengelupas, nekrotik
sedangkan pada post tindakan debridement terdapat risiko hipotermi
karena pasien menggigil dan mengeluh dingin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan memberikan Asuhan keperawatan
komprehensif pada pasien Ny. N dengan Multiple Ulkus Diabetikum
dengan tindakan debridement di Ruangan Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dengan Multiple Ulkus
Diabetikum dengan tindakan debridement di Ruang Instalasi Bedah
Sentral RSUD Palembang BARI
b. Mampu menegakkan prioritas masalah keperawatan dan
menemukan diagnosa keperawatan yang tepat pada pasien Ny. N
dengan Multiple Ulkus Diabetikum dengan tindakan Debridement di
Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Palembang BARI
c. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien
Ny.N dengan Multiple Ulkus Diabetikum dengan tindakan
Debridement di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Palembang
BARI
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan pada pasien Ny. N dengan Multiple Ulkus Diabetikum
tindakan Debridement di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD
Palembang BARI
4
5
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
3. Sejarah
a. Sejarah Berdiri
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 2011 dahulunya
merupakan gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian
diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI tanggal 19 Juni 1995
dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pada tanggal 10
November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 , RSUD Palembang BARI memperoleh status
Akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003
kemudian di tahun berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Pembangunan gedung
dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung Bedah Central dan
dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan Gedung
Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan :
Gedung Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik,
Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung
Perawatan VIP, dan Cafetaria. Pada 5 februari 2008, berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI
memperoleh status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan
sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan
Walikota Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD
Palembang Bari sebagai SKPD Palembang yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh. Adapun
pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai
Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD, Gedung
ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2016 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
241/MENKES/SK/IV/2016 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit
7
8
8
9
9
1
j) Poliklinik Jantung
k) Poliklinik Gigi
l) Poliklinik Psikologi
m) Poliklinik Terpadu
n) Poliklinik Akupuntur
o) Poliklinik Rehabilitasi Medik
3) Pelayanan Rawat
Inap
a) Rawat Inap VIP dan VVIP
b) Rawat Inap Kelas I, II, dan III
c) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan
d) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki
e) Perawatan Anak
f) Perawatan Bedah
g) Perawatan ICU
h) Perawatan Kebidanan
i) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
4) Instalasi Gawat Darurat
a) Dokter jaga 24 j am
b) Ambulans 24 Jam
5) Pelayanan Penunjang
a) Instalasi Laboratorium Klinik
b) Instalasi Radiologi
c) Instalasi Farmasi
d) Instalasi Bedah Sentral
e) Instalasi Gizi
f) Bank Darah
g) Instalasi Pemulasan Jenazah
h) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
i) Instalasi Laundry
j) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)
k) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
l) Kasir
1
1
m) Hemodialisa
6) Fasilitas kendaraan operasional
a) Ambulance 118
b) Ambulance bangsal
c) Ambulance siaga
d) Ambulance trauma center
e) Mobil jenazah
7) Fasilitas di ruang nifas
a) Troli emergency
b) Bed pasien
c) Incubator
d) Dopler
e) Obat-obatan pasien
f) Hecting set
g) Infus set
h) Verloss bed
i) Bed gynaekolog
j) Bed partus
1
1
1
1
pasien yang sifatnya resiko atau aktual pada setiap fase perioperatif akan
membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. (Muttaqin, 2009)
a. Fase Preoperatif
Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat
mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk
anastesi yang diberikan serta pembedahan (Hipkabi, 2014). Asuhan
keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian
rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau di unit gawat darurat
yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar
bedah. (Muttaqin, 2009)
b. Fase Intraoperatif
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang
perawatan intensif (Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi
intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan psikologis
selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).
Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase
intra operatif lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan
ringkas agar segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko
maupun aktualakan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan berdasarkan
pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim
1
1
1
1
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin
terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia.
Bagian kepala kelenjar pancreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh deodenum dan bagian pylorus dari lambung. Bagian badan
yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang kearah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pancreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2012).
1
1
1
1
glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di
vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai
gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di
vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai
glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi
hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi.
Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme
karbonhidrat.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang
adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase.
Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen
hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa
yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh
jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa
hormon antara lain
1) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan
glukosa darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam
sel.
a) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
b) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan
kromafin.
c) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
d) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
2) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growthhormone
membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah
timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin
1
1
3. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes
Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua
kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut
poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
1
1
1
2
PATHWAY
Kehilangan nitrogen
Asam Amino Hiperglikemi Asam
lemak
Glikogenesis Glukosa darah ↑
Gliserol ↑
ketoagenesis
ketoasidosis
mikroangiospati ateroklerosis
Ulkus
otonom sensoris motorik
Gangguan Integritas Kulit
Penyebab pembuluh darah otak
Keringat /kulit kering kesemutan Kelemahan atropi otot
Nyeri akut
infeksi Hila
ng Kaku gerak sendi
Tindakan
debrideme
MK : gangguan Mobilitas fisik Deformitas
2
2
Intra Post Op
debridement Debridement
Nausea
Resiko Syok
Berkurangnya Hipovolemi
refleks
Resiko aspirasi
4. Klasifikasi DM
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group:
Classification and Diagnosis of Diabetes Melitus and Other Categories of
Glucosa Intolerance:
a. Klasifikasi Klinis Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
2
2
5. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2012), penyebab dari diabetes melitus adalah:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pankreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan me
megang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
2
2
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor
risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
c. Diabetes dengan Ulkus
1) Faktor endogen :
a) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
2
2
2
2
2
2
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah
vena, serum/plasma 10-15% daripada darah
b. utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi
c. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji
2
2
dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang
populer: carik celup memakai GOD.
d. HbA1c (hemoglobin A1c) atau glycated hemoglobin adalah hemoglobin
yang berikatan dengan glukosa di dalam darah nilai normal <6%,
prediabetes 6,0-6,4% dan diabetes ≥ 6,5%. Pemeriksaan ini dilakukan
tiap 3 bulan.
e. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid,
3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal (Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans (inlet cellantibody)
8. Penatalaksanaan
a. Kendali metabolik (metabolic control): pengendalian keadaan
metabolik sebaik mungkin seperti pengendalian kadar glukosa darah,
lipid, albumin, hemoglobin dan sebagainya.
b. Kendali vaskular (vascular control): perbaikan asupan vaskular (dengan
operasi atau angioplasti), biasanya dibutuhkan pada keadaan ulkus
iskemik. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2
c. Kendali infeksi (infection control): jika terlihat tanda-tanda klinis
infeksi harus diberikan pengobatan infeksi secara agresif (adanya
kolonisasi pertumbuhan organisme pada hasil usap namun tidak
terdapat tanda klinis, bukan merupakan infeksi).
d. Kendali luka (wound control): pembuangan jaringan terinfeksi dan
nekrosis secara teratur. Perawatan lokal pada luka, termasuk kontrol
infeksi, dengan konsep TIME:
1) Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan mati)
2) Inflammation and Infection Control (kontrol inflamasi dan infeksi)
Moisture Balance (menjaga kelembaban)
3) Epithelial edge advancement (mendekatkan tepi epitel)
2
2
2
2
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah status kesehatan klien (Herdman,2012)
a. Asuhan Keperawatan Pre Debridement
1) Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (D.0077)
2) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Hiperglikemi (D.0009)
3) Ansietas b.d Krisis Situasional (D.0080)
b. Diagnosa Keperawatan Intra Operatif
1) Resiko Syok d.d Hipotensi (D.0039)
2) Resiko Hipovolemia d.d Kehilangan Cairan Secara Aktif (D.0034)
3) Risiko Aspirasi ditandai dengan efek farmakologis obat bius
Propofol
c. Diagnosa Keperawatan Post Debridement
1) Resiko Hipotermia Perioperatif d.d Prosedur Pembedahan (D.0141)
2
3
3
3
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Perfusi Perifer SLKI :
Tidak Efektif Perfusi perifer L.02011 Perawatan Sirkulasi
[SDKI D.0009] Setelah dilakukan intervensi (I.02079)
Definisi : keperawatan selama 1 x 24 jam, Observasi
penurunan maka Perfusi Perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
sirkulasi darah meningkat, dengan kriteria (mis: nadi perifer,
pada level hasil: edema, pengisian
kapiler yang kapiler, warna, suhu,
dapat Outcome Sblm sesudah ankle-brachial index)
mengganggu Kekuatan 2. Identifikasi faktor risiko
metabolisme nadi 1 5 gangguan sirkulasi (mis:
tubuh. perifer diabetes, perokok, orang
Penyebab : Warna tua, hipertensi, dan
1. Hiperglikemi kulit 1 5 kadar kolesterol tinggi)
a pucat 3. Monitor panas,
2. Penurunan Pengisia kemerahan, nyeri, atau
konsentrasi n kapiler 1 5
bengkak pada
hemoglobin Akral 1 5 ekstremitas
3. Peningkatan Turgor Terapeutik
tekanan darah kulit 1 5
1. Hindari pemasangan
4. Kekurangan infus, atau pengambilan
volume cairan Keterangan : darah di area
5. Penurunan 1 = memburuk keterbatasan perfusi
aliran arteri 2 = cukup memburuk 2. Hindari pengukuran
dan/atau vena 3 = sedang tekanan darah pada
6. Kurang 4 = cukup membaik ekstremitas dengan
terpapar 5 = membaik keterbatasan perfusi
informasi 3. Hindari penekanan dan
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Terapeutik
Keterangan : 1) Atur interval
1 = meningkat pemantauan respirasi
2 = cukup meningkat sesuai kondisi pasien
3 = sedang 2) Dokumentasikan hasil
4 = cukup menurun pemantauan
5 = menurun Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
Keterangan* : prosedur pemantauan
1 = memburuk 2) Informasikan hasil
2 = cukup memburuk pemantauan, jika perlu.
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membai
Keterangan**
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
Post Debridement
1. Risiko SLKI : Manajemen Hipotermia
Hipotermia dg Termoregulasi L.14134 (I.14507)
faktor resiko Setelah dilakukan intervensi Observasi
post operasi keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Monitor suhu tubuh
[SDKI D.0140] maka Termogulasi dapat 2. Identifikasi penyebab
Definisi : membaik, dengan kriteria hasil: hipotermia (mis: terpapar
berisiko outcome Sblm sesudah suhu lingkungan rendah,
mengalami Menggig pakaian tipis, kerusakan
kegagalan il 1 5 hipotalamus, penurunan
termoregulasi Suhu laju metabolisme,
tubuh 1 5
yang dapat kekurangan lemak
mengakibatkan Suhu subkutan)
kulit 1 5
suhu tubuh 3. Monitor tanda dan gejala
berada di bawah akibat hipotermia (mis:
rentang normal. Keterangan :
hipotermia ringan:
1 = meningkat
takipnea, disartria,
Faktor Resiko : 2 = cukup meningkat
menggigil, hipertensi,
1. Berat badan 3 = sedang
diuresis; hipotermia
ekstrem 4 = cukup menurun sedang: aritmia,
2. Kerusakan 5 = menurun hipotensi, apatis,
hipotalamus koagulopati, refleks
3. Konsumsi menurun; hipotermia
alkohol berat: oliguria, refleks
4. Kurangnya menghilang, edema paru,
lapisan lemak asam-basa abnormal)
subkutan
5. Suhu Terapeutik
lingkungan 1. Sediakan lingkungan
rendah yang hangat (mis: atur
6. Malnutrisi suhu ruangan, inkubator)
7. Pemakaian 2. Ganti pakaian dan/atau
pakaian yang linen yang basah
tipis 3. Lakukan penghangatan
8. Penurunan pasif (mis: selimut,
laju menutup kepala, pakaian
metabolisme tebal)
3
3
3
3
sesuai
3
4
4
4
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien. (Riyadi,2010) Implementasi keperawatan adalah
4
4
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan
yang telah diberikan. (Deswani,2016)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana. (Manurung,2011)
4
4
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Ibu. N
No.RM : 70.39.10
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD (Sekolah Dasar)
Diagnosa Medis : Multiple Ulkus Diabetikum (Gangrene)
Rencana Tindakan : Debridement
Tanggal Pengkajian : Minggu, 5 November 2023
Asal Pasien rawat inap rawat jalan
:
rujukan
C. Pre Operasi
- Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan terdapat luka (ulkus Diabetikum) yang
mulai membusuk dari area bokong menjalar ke pinggang sebelah kiri
dan kanan, pasien terlihat lemas. Pasien juga mengeluh takut tindakan
yang akan dilakukan menyebabkan nyeri. Pasien juga takut jika
penyakitnya semakin parah. Pasien takut dengan tindakan yang akan
dilakukan dan cemas terhadap ruang operasi.
P : Nyeri diakibatkan adanya komplikasi ulkus diabetikum
Q : nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada area luka yang masih aktif di area pinggang dan
area tangan
S : skala nyeri 4 (Nyeri sedang)
4
4
D. Riwayat Psikososial/Spritual
- Status emosional : Tenang Bingung Kooperatif Tidak
Kooperatif Menangis Menarik Diri
- Tingkat Kecemasan : Cemas Tidak
- Skala Kecemasan :
4
4
E. Kenyamanan
- Skala Nyeri VAS (Visual Analog Scale FLACC/face, leg, activity,cry)
0 (Tidak Nyeri) 1-3 (Nyeri Ringan) 4-6 (Nyeri Sedang)
7-10 (Nyeri Berat)
Data Tambahan :
Data Subjektif :
pasien mengeluh nyeri pada area luka
Objektif :
Nyeri diakibatkan adanya komplikasi ulkus diabetikum
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Nyeri dirasakan pada area luka yang masih aktif di area pinggang dan
area tangan
Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
Nyeri dirasakan ketika pasien bergerak dan luka terpegang, tersentuh
Nyeri tekan pada area luka
Pasien terlihat meringis
Pasien terlihat gelisah
G. Kelengkapan Penunjang
Laboratorium
EKG
X/Ray/CT-Scan/MRI
USG
PA
Nilai Lab Tidak Normal :
4
4
H. Handover
- Situation : Terencana Emergenci
- Backround
Diagnosis Medis:
Isolasi: MRSA HIV TB Covid-19
Alergi : Tidak Ya, Jelaskan:
Darah : Tidak Ada, Pack Jenis: PRC Gol. Darah: O
Marking : Tidak Perlu Belum Sudah
Implant: Tidak Ya, Jelaskan:
Informed Consent: Ada Tidak
Foto : Ada, (foto MRI) jumlah : 1 Tidak
Lab : Ada Tidak
Alat Bantu : Tidak ada Ada, Jelaskan:
Vital Sign :
TD: 140/90 mmHg; Nadi: 98 x/menit; RR: 20x/menit; Suhu : 37,0 ºC
Kesadaran : Sadar Tidak, Jelaskan:
Keluarga Menunggu: Ruang Tunggu Ruangan
- Asessment:
Siap Transport Ditransport dengan intervensi
- Transportasi:
Didampingi oleh: Transporter Perawat Dokter
Transportasi dengan: Kursi roda Brankard Bed
Medikasi Khusus : tidak ada
Perawatan Lanjutan : Pemantauan Respirasi dan Pencegahan Syok
I. Sign In
- Apakah pasien telah dikonfirmasi nama, tindakan operasi, sisi operasi,
dan informed consent: Ya Tidak
- Sisi operasi sudah diberi tanda oleh dokter bedah : Sudah
Tidak Perlu
Jumlah lokasi yang diberi tanda: tidak ada
- Apakah operasi menggunakan implant : Ya Tidak
- Bila ada implant, apakah sudah steril : Ya Tidak
- Mesin dan obat obat anestesi sudah dicek lengkap : Ya Tidak
- Pulse oksimeter sudah terpasang dan berfungsi baik : Ya
Tidak
- Apakah pasien mempunyai riwayat Alergi/HIV/Hepatitis/TB : Ya
Tidak
- Adakah resiko gangguan jalan nafas / aspirasi : Ya (peralatan
penunjang sudah tersedia) Tidak
4
4
Data Objektif :
1. gelisah,
2. muka tampak pucat,
3. tidak mau menoleh
4. Tampak gelisah
5. Tampak tegang
6. Detak jantung berdebar
7. Muka terlihat pucat
8. Nada bicara pasien terdengar seperti takut
J. Intra Operatif
- Kontrol lingkungan : Suhu ruangan, Kelembapan :
jumlah SDM di kamar Operasi : 8 orang
- Anastesi dimulai jam 08.30 WIB, jenis anatesi : propofol
Umum Spinal Lokal Nervus Blok Lainnya:
- Pemasangan alat-alat
Terpasang ETT no , OPA O2 Nasal Terpasang LMA
- TTV :
TD : 130 / 80 mmHg, nadi : 86 x/menit, Teraba Kuat Lemah
Teratur Tidak
RR : 20 x/menit, suhu : 37,0 ºC, SaO2 : 98 %
- Posisi Operasi : Terlentang Litotomi Tengkurap Lateral
Kanan Kiri Lainnya:
- Persiapan kulit bedah:
Chlorhexidine Gluconat 4% Povidone lodine 10% Alkohol
70% Cliper
Lainnya : NaCl 0,9%
- Cuci Tangan Bedah: Chlorhexidine Gluconat 4%
Povidone lodine 10% Alkohol 70% Tidak cuci tangan
- Drapping : Reusable Disposable Plastik Transparan
- Kateter, Drain, Tube:
Drain, nomor : lokasi:
4
4
- Tim Bedah :
Dokter Operator : Dr. Ridyanto., Sp.B
Ass. Operator : Maryana
Perawat Instrumen : Kartijo
Perawat Sirkuler : Khatimah
Operator Anastesi :
K. Time Out
- Seluruh anggota tim menyebutkan nama dan perannya :
Sudah Belum
- Perawat sirkuler mengkonfirmasi secara verbal tentang : identitas
pasien, tindakan operasi, sisi operasi, surat izin operasi: Ya Tidak
- Apakah antibiotik propilaksis telah diberikan 30-60 menit sebelumnya :
Ya Tidak
- Antisipasi kondisi kritis
Untuk dokter bedah : Langkah apa yang akan dilakukan bila anda kondisi
kritis atau pemanjangan waktu operasi atau kehilangan darah? Evaluasi
perdarahan
Untuk anestesi : Adakah hal khusus yang perlu diperhatikan pada pasien?
: obsvervasi hemodinamik
Untuk Perawat: Persiapan instrumen telah dipastikan steril: Ya
Tidak
Adakah masalah peralatan / lainnya : Ya Tidak
Pemakaian implant : Ya Tidak,
Apakah foto yang penting sudah ditampilkan ? Ya Tidak
- Berapa jumlah instrument bedah :
- Berapa Jumlah Kassa : 10 pack
- Berapa Jumlah Jarum : (tidak digunakan)
- Lainnya : penggunakan Sufratul 7 unit
- Jam insisi : 08.50 WIB
4
4
L. Sign Out
- Perawat sirkuler mengkonfirmasi secara verbal
tentang : Nama tindakan operasi Ya Tidak
Kelengkapan penghitungan kasa, instrumen, dan jarum : Ya
Tidak
Berapa jumlah instrument bedah :
Berapa Jumlah Kassa: 10 pack
Berapa Jumlah Jarum: tidak ada pemakaian namun ada needle ukuran 33
(2 unit)
Lainnya : sufratul 7 unit
Spesimen telah diberi label nama pasien dan asal jaringan (bila ada) :
Tidak Ada , Jelaskan:……
Apakah ada masalah peralatan selama tindakan : Tidak Ada,
Jelaskan:….
Apakah ada hal penting untuk pulih sadar? Tidak Ada,
Jelaskan:….
Untuk dokter bedah, dokter anestesi dan perawat : Adakah masalah
utama yang perlu diperhatikan selama pasien di ruang pemulihan dan
ruang perawatan : Tidak Ada, Jelaskan: kondisi luka, adanya
tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda kerusakan jaringan
- Luka operasi (debridement) : Letak : area bokong, sisi tubuh bagian kiri
dan kanan, anterobrachii sinistra (Luka Grade II) , Ukuran: paha kanan
7x7 cm, pelipis kanan 2x8 cm
- Operasi selesai jam : 11.00 WIB
- Balutan luka : Tidak Ada, Jenis : wound dressing
- Pemakain drain : Tidak Ada
- Jumlah input cairan : 500 cc
- Jumlah Perdarahan : 150 ml
- Trasfusi : Tidak Ada, Jelaskan : rransfusi PRC karena sebelum
operasi riwayat pemeriksaan HB rendah dan terdapat perdarahan aktif
pada tahap pra operatif
- Jumlah Urine : 250 cc
- Pemeriksaan Spesimen : Tidak Ada, Jelaskan : …..
- Survey Head to Toe (Prioritas)
Normal Jika Tidak Normal (Jelaskan)
Ya Tidak
4
5
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen Klien mengalami ulkus diabetikum dimana
terdapat luka terbuka di area bokong menjalar
ke pinggang kanan dan kiri yang tidak dapat
sembuh
Ekstremitas
M. Post Op
Sirkulasi
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 89 x/mnt
Konjungtiva : baik, sklera : normal
Membran mukosa/ bibir: kering
Sianosis : tidak ada , Akral : dingin (suhu : 35,70 C)
Capillary refill : 3 detik
CVP : tidak diukur JVP : tidak diukur PMI : tidak diukur
Bunyi : S1 – S2 Gallop ( )
Jantung Paradoksial ( ) Murmur ( )
Breathing
Batuk : tidak ada
RR : 20 x/menit
Inspeksi : Tidak ada hiperekstensi dada, pernapasan otot dada, tidak
ada sesak berlebih, dada simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan dada, frenitus
normal. Perkusi : perkusi baik (datar)
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada bunyi cairan
dalam paru.
Data tambahan :
Subjektif : pasien mengigau dan berkata dingin
Objektif : pasien terlihat menggigil, pasien terlihat mencengkram
tangan dengan kuat, nadi = 79x/menit
5
5
Pemeriksaan Lab
5
5
Debridement
↓
Penghadapan terhadap krisis
situasional
↓
Merasa cemas
↓
Ansietas
Data Subjektif : Penurunan jumlah insulin
Pasien mengatakan ↓
nyeri pada area luka Sekresi glukosa menurun
↓
Hiperglikemi Nyeri Akut
Data Objektif :
↓
Nyeri diakibatkan Glukosa darah meningkat
berhubungan dengan
adanya komplikasi ↓ Agen cedera Fisik
ulkus diabetikum Disfungsi endotel ditandai dengan luka
nyeri dirasakan seperti makrovaskular terbuka ulkus
ditusuk-tusuk ↓ diabetikum
nyeri dirasakan pada Makrongiopati
area luka yang masih ↓
aktif di area pinggang Menyerang pembuluh darah
dan area tangan ↓
5
5
INTRA OPERASI
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Data Subjektif :
Tidak ada data Tindakan debridement
↓
Data Objektif : Pembedahan dan
1. Kesadaran menurun pemotongan jaringan
tubuh
2. TD : 130/80 mmHg
↓
3. Nadi : 98x/menit Tindakan insisi
4. Pola nasa standar ↓
5. Nadi teratur Merusak kontinuitas kulit
6. Perdarahan 150 ml ↓
7. Transfusi 1 kantong Luka terbuka
PRC untuk memenuhi ↓
kebutuhan HB (karena Pendarahan
terdapat riwayat anemi) ↓ Resiko Syok ditandai
8. Terdapat eksudat / Resiko Syok dengan perdarahan
cairan putih keluar dari
luka
9. Tekanan MAP = 86
mmHg
10.Akral dingin
11.RR = 20x/menit
12. Trombosit : 569
ribu/mm2
13. Eritrosit : 2,08 juta/uL
5
5
↓ kesadaran dari
Data objektif : Penurunan kesadaran pembiusan
1. Penurunan kesadaran ↓
akibat pengaruh bius Menurunnya fungsi
2. TD = 130/80 mmHg syaraf tiba-tiba
↓
3. RR = 20x/menit, SaO2
Berkurangnya refleks
= 98% spontan dalam bernafas
4. Wajah pasien terlihat ↓
pucat Resiko Aspirasi
5. Pasien memakai NGT
6. Pasien diposisikan
tengkurap
POST OPERASI
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Penurunan jumlah insulin
Data Subjektif : ↓
Tidak ada data Sekresi glukosa menurun
↓
Data Objektif : Hiperglikemi
↓
1. Terdapat ulkus yang
Glukosa darah meningkat
melebar dari bokong ↓
ke tubuh bagian kanan Disfungsi endotel
2. Terdapat luka yang makrovaskular
terlihat seperti luka ↓
bakar pada area Makrongiopati Gangguan Integritas
anterobrachiia ↓ Kulit dan Jaringan b.d
3. Terlihat cairan Menyerang pembuluh neuropati perifer
merembes ke wound darah
dressing ↓
4. Terlihat kemerahan Kelainan pemulihan luka
↓
pada tepi luka
Gangren
5. Trombosit : 569 ↓
ribu/mm2 Ulkus
6. Eritrosit : 2,08 juta/uL ↓
Gangguan integritas kulit
dan jaringan
5
5
Gangren
Ulkus
Debridement
Post op debridement
Pajanan lingkungan
dingin
Resiko Hipotermi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operatif
1. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
gelisah karena tindakan operasi
2. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera Fisiologis ditandai
dengan luka terbuka ulkus diabetikum
Intra Operatif :
3. (D.0039) Resiko Syok ditandai dengan perdarahan aktif
5
5
5
5
INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Diagnosa
No Keperawatan Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi
5
5
2. Nyeri Akut b.d SLKI : L.08066 Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
Agen Cedera
Fisiologis Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 1 x 24 jam,
Data Subjektif : maka tingkat nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi,
Pasien mengatakan dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
nyeri pada area frekuensi, kualitas, intensitas
luka sesuda nyeri
outcome Sblm
Data Objektif : h 2. Identifikasi skala nyeri
P : Nyeri Keluhan 3. Idenfitikasi respon nyeri non
diakibatkan nyeri 1 5 verbal
adanya Meringis 1 5 4. Identifikasi faktor yang
komplikasi Gelisah 1 5 memperberat dan
ulkus Ketakutan 1 5 memperingan nyeri
diabetikum Frekuensi 5. Identifikasi pengetahuan dan
Q: nyeri nadi * 1 5 keyakinan tentang nyeri
dirasakan 6. Identifikasi pengaruh budaya
seperti ditusuk- Keterangan : terhadap respon nyeri
tusuk 1 = meningkat 7. Identifikasi pengaruh nyeri
R: nyeri 2 = cukup meningkat pada kualitas hidup
dirasakan pada 3 = sedang 8. Monitor keberhasilan terapi
area luka yang 4 = cukup menurun komplementer yang sudah
masih aktif di 5 = menurun diberikan
area pinggang Keterangan (*) : 9. Monitor efek samping
dan area tangan 1 = memburuk penggunaan analgetik
S : skala nyeri 4 2 = cukup memburuk
T : nyeri 3 = sedang Terapeutik
dirasakan ketika 4 = cukup membaik
pasien bergerak 5 = membaik 1. Berikan Teknik
dan luka nonfarmakologis untuk
terpegang, mengurangi nyeri (mis:
tersentuh TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
Nyeri tekan
terapi pijat, aromaterapi,
pada area luka
Teknik imajinasi terbimbing,
Pasien terlihat
kompres hangat/dingin,
meringis
terapi bermain)
Pasien terlihat 2. Kontrol lingkungan yang
gelisah memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
5
5
INTRA OPERASI
5
6
6
6
Keterangan**
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
POST OPERASI
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
kekuatan nadi teratur, MAP 97 mmHg, pertama, 20x/menit 30 menit ke dua, 18x/menit 30 ketiga,
CRT = 3 detik, RR = 22x/menit, turgor, 20x/menit 30 menit sebelum operasi berakhir. Kekuatan nadi
elastis. Muka pucat lesu, tekanan nadi selama operasi = stabil, TD = 130/70 mmHg 30 menit pertama,
perifer teratur, Trombosit = 555 ribu/uL, Nadi = 76x/menit 30 menit pertama, 72x/menit 30 menit ke dua,
Eritroosit = 3,08 Juta/Ul,Hematokrit = 27 80x/menit 30 menit ke tiga, 75x/menit 30 menit ke 4.
% 2. Tidak tercantum untuk pemeriksaan AGD
2. Memonitor status cairan, turgor kulit dan 3. Selama operasi telah diinput 1 kantong darah PRC
08.40 CRT selama operasi berlangsung 4. Kontrol perifer baik, selama operari tidak ada tanda kebiruan, CRT
Respon : setelah sign out 3detik
Sebelum dilakukan tindakan diketahui 5. Selama operasi diketahui : 1 jam pertama kesadaran stabil, pupil
status cairan berasal dari IV RL bfluid 500 merespon, tidak ada tanda-tanda kejang, 1 jam pertama CRT 3
ml, turgor kulit cukup elastis dan CRT 3 detik, 2 jam operasi CRT 3 detik.
detik 6. Selama tindakan operasi untuk kadar SaO2 = 1 jam pertama 99%, 1
3. Memonitor tingkat kesadaran dan respon jam kedua 99%.
Setiap jam pupil per jam 7. Selama operasi, ventilasi mekanik dan oksigen sudah stand by
Respon : untuk kondisi emergency
Pada 1 jam pertama operasi, respon pupil
stabil, 1 jam kedua operasi respon pupil A :
stabil Outcome awal tujuan Hasil
08.50-09.10 4. Menyiapkan oksigen, dan ventilasi Kekuatan nadi ** 1 5 4
mekanik Output urin** 1 5 4
Respon : Tingkat kesadaran** 1 5 3
Pada jam 09.00 persiapan penggunaan Akral dingin 1 5 3
oksigen telah dilakukan Pucat 1 5 3
09.10-09.20 6. Menyiapkan jalur IV ganda untuk
Tekanan darah sistolik* 1 5 4
kemungkinan kehilangan darah berlebih
Tekanan darah diastolik* 1 5 4
Respon :
Persiapan jalur IV menggunakan RL bfluid Pengisian kapiler* 1 5 4
Setiap jam 7. Memeriksa kelancaran kateter urin P :
Respon : Lakukan dokumentasi pada status hemodinamik dan status cairan
Selama operasi berlangsung selama operasi.
1. Menginput transfusi PRC
Hasil :
Input PRC sebanyak 1 kantong dengan
6
6
golongan darah O
2. Menyuntikkan antibiotik
Respon :
Tidak ada tanda-tanda alergi terhadap
antibiotik.
2. 08.40 1) Memonitor frekuensi, irama, kedalaman S:
dan upaya napas Tidak ada data (dalam pengaruh bius)
Respon :
Terlampir dalam evaluasi O:
Setiap jam 2) Memonitor pola napas (seperti bradypnea, 1. Selama jalannya operasi diketahui : irama nafas teratur,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne- kedalaman nafas selama jalannya operasi teratur, tidak ada
stokes, biot, ataksik), dan adanya sputum kontraktilitas dada berlebih, upaya nafas normal
Respon : 2. Selama tindakan operatif : tidak ada tanda-tanda gangguan
Sebelum tindakan operatif dilakukan pernafasan, tidak ada pengeluaran sputum dan tidak ada
diketahui tidak ada tanda-tanda takipneu pengeluaran sputum
atau brakipneu. Tidak ada tanda-tanda 3. Selama tindakan operatif : tidak ada gangguan pada jalan
batuk dan keluaran sputum nafas, NGT terlihat baik, pasien masih bisa bernafas seperti
08.50 3) Memonitor adanya sumbatan jalan napas biasa walaupun memakai selang makan
Respon : pasien menggunakan NGT 4. Kadar SaO2 perifer = 99% 1 jam pertama, 99% untuk 1 jam kedua
09.00 4) Melakukan Auskultasi bunyi napas 5. Analisa gas darah tidak terlampir
Respon : 6. Selama tindakan operasi, interval respirasi stabil
Nafas stabil, tidak ada bunyi nafas berlebih A:
Selama operasi 5) Memonitor saturasi oksigen outcome Awal tujuan hasil
Respon : Tingkat kesadaran 4 4
1 jam pertama 99%, 1 jam kedua 99% Tekanan darah sistolik 4 4
Setiap jam 6) Menentukan inteval yang diharapkan Frekuensi nadi 4 4
selama operasi berlangsung Pola nafas 4 4
Respon : Denyut jantung apikal 4 4
interval yang diharapkan, status Denyut nadi radialis 4 4
pernafasan dapat stabil
Setiap jam 7) Memberikan feed back pada operator P:
operasi jika terdapat peningkatan atau Lakukan dokumeentasi pada status respirasi pasien selama tindakan
penurunan yang signifikan pada respiras dilakukan dan setelah tindakan dilakukan (hasil akhir)
Respon :
6
6
6
7
berkurang A:
11.10 5. Memberikan obat topikal sesuai ke kulit Outcome Sblm sesudah Hasil
Respon : Elastis * 1 3 3
Setelah diberikan obat topikal kulit menjadi lebih Kelembapan 1 3 4
lembab Tanda-tanda infeksi 1 3 4
6. Memasang balutan luka sesuai dengan jenis Nyeri 1 3 3
11.20 Kemerahan 1 3 4
luka dan mempertahankan tindakan steril Bau 1 3 4
Respon : P:
Luka dibalut dengan wound dressing Intervensi berhasil, beritahukan kepada perawat untuk melakukan
7. Mencatat perkembangan atau karakteristik luka pendidikan kesehatan pada keluarga terkait resiko infeksi dan
Respon : adanya eksudat yang seringkali merembes dari dressing Wound.
11.25
Pencatatan karakteristik luka dilakukan handover
dengan perawat ruangan
8. Mengatur tingkat kelembapan dalam luka agar tetap
kering
Respon :
Memberitahukan kepada keluarga untuk mobilisasi
tiap 2 jam, memberitahukan kepada keluarga untuk
mengurangi luka untuk kena air dan menjaga suhu
ruangan agar tidak ada keringat berlebih yang
mengakibatkan luka basah, mengatur posisi lateral
2 11.00 1. Memonitor suhu tubuh pasien S:
Respon : Pada 10 menit setelah intervensi, pasien mengatakan tubuhnya jauh
Diketahui suhu pasien 35,7 derajat celcius lebih hangat dan tidak merasa dingin lagi
O:
2. Memonitor tanda dan gejala hipotermia
11.05 1. Menggigil berkurang
Respon : 2. Genggaman tangan merenggang
Pasien terlihat menggigil, pasien mengatakan dingin, 3. Akral teraba lebih
akral teraba dingin hangat 4. Suhu = 36,40
11.10 3. Menyediakan lingkungan yang hangat dengan C
memberikan pasien double selimut 5. Mukosa bibir membaik
A:
7
7
7
7
BAB IV
PEMBAHASA
N
7
7
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian dan analisa yang telah dilakukan, ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
Pre operatif
1. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
gelisah karena tindakan operasi
2. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera Fisiologis ditandai
dengan luka terbuka ulkus diabetikum
Intra Operatif :
1. (D.0039) Resiko Syok ditandai dengan perdarahan aktif
2. (D.0006) Resiko Aspirasi ditandai dengan penurunan kesadaran dari
pembiusan
Post Operatif :
1. (D.0129) Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan b.d neuropati perifer
2. (D.0140) Resiko Hipotermia ditandai dengan penurunan suhu dan akral
dingin
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada diagnosa pertama di tahap pre operatif yaitu Ansietas berhubungan
dengan krisis situasional ditandai dengan gelisah karena tindakan operasi
(D.0080) setelah tindakan keperawatan pre operatif, diharapkan verbalisasi
7
7
7
7
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelompokam dam perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan Implementasi juga
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Menurut teori (Debora, 2013),
impelementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat dipublikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan tujuan yang
telah dibuat pada perencaan. Aplikasi yag dilakukan pada pasien saat itu dan
kebutuhan yang dirasakan oleh pasien.
Adapun pelaksanaan implementasi selama pasien dirawat di ruangan
Bedah Sentral RSUD Palembang Bari yaitu disesuaikan dengan tujuan
keperawatan yang sebelumnya telah direncanakan. Pemberian intervensi juga
dilakukan dengan menyesuaikan dengan tindakan selama di ruangan operasi
7
7
E. EVALUASI
Menurut (Padila, 2013) Evaluasi merupakan langkah terakhor dan proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
perencanaan keperawatan tercapai. Adapun evaluasi keperawatan dengan
masalah dari Ny. N selama dilakukan asuhan keperawatan sebagai berikut :
1. Pada diagnosa pra operatif diketahui seluruh tindakan sekunder yang
diajarkan perawat kepada pasien berhasil karena hasil dari tindakan
menunjukan nilai yang meningkat dari nilai awal tujuan keperawatan
2. Pada diagnosa intra operatif diketahui pasien tidak mengalami kendala
yang berarti, pasien tidak mengalami syok maupun adanya aspirasi. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan berhasil, selain
itu hasil dari tindakan keperawatan menunjukkan nilai yang meningkat
dari awal intervensi.
3. Pada diagnosa post operatif diketahui bahwa tindakan keperawatan yang
dilakukan cukup berhasil mengingat nilai tujuan keperawatan dengan nilai
hasil tidak jauh berbeda
7
7
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penegakan Asuhan Keperawatan yang telah dilakukan
tehadap Ny. N dengan diagnosa Multiple Ulkus Diabetikum di Ruang Instalasi
Bedah Sentral RSUD Palembang Bari didapatkan kesimpulan sebagai berikut
1. Pengkajian keperawatan pada Ny. N didapatkan data senjang baik data
subjektif maupun objektif lalu dibuat analisa data untuk menentukan
masalah keperawatan.
2. Terdapat 6 diagnosa yang ditegakkan pada kasus Ny.N yang terdiri dari
tindakan pre operatif, Intra Operatif dan Post Operatif dengan daftar
sebagai berikut :
a. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai
dengan gelisah karena tindakan operasi
b. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera Fisiologis
ditandai dengan luka terbuka ulkus diabetikum
c. (D.0039) Resiko Syok ditandai dengan perdarahan aktif
d. (D.0006) Resiko Aspirasi ditandai dengan penurunan kesadaran dari
pembiusan
e. (D.0129) Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan b.d neuropati perifer
f. (D.0140) Resiko Hipotermia ditandai dengan penurunan suhu dan akral
dingin
3. Rencana keperawatan dari tindakan yang akan dilakukan adalah Tingkat
ansietas menurun L.09093Tingkat Nyeri menurun (L.08066), Tingkat syok
menurun (L.03032), Status Neurologis meningkat (L.06053),
Termoregulasi membaik (L.14134), integritas kulit /jaringan membaik
(L.14125). adapun intervensi yang dilakukan diantaranya Reduksi Ansietas
(I.09314), Manajemen Nyeri (I.08238), Pencegahan Syok (I.02068),
Pemantauan Respirasi (I.01014), Perawatan Luka (I.14564), dan
Manajemen Hipotermia (I.14507)
7
7
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan mengenai Laporan Kasus pada
klien (Multiple Ulkus Diabetikum) ini adalah :
1. Institusi Pendidikan
Penulis berharap kepada institusi Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang, Laporan kasus ini dapat dijadikan referensi
untuk memperkaya bahan ajar terutama mata ajar Keperawatan Medikal
Bedah dan koleksi perpustakaan.
2. Instansi Rumah Sakit
Semoga hasil Laporan Kasus ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dan
bahan referensi di RSUD Palembang Bari dalam melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan khususnya pada klien Ulkus Diabetikum.
3. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat dikembangkan lagi mengenai asuhan
keperawatanyang lebih rinci lagi untuk menghasilkan asuhan keperawatan
yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi klien
7
7
DAFTAR PUSTAKA
7
8
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Erlangga
8
8