Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Umum
Gambaran Umum
BAB 4
GAMBARAN UMUM
Perencanaan IKN terbagi atas tiga wilayah perencanaan, yakni sebagai berikut:
a. Kawasan Pengembangan IKN (KPIKN) dengan luas wilayah kurang lebih 199.962
hektare;
b. Kawasan IKN (KIKN) dengan luas wilayah kurang lebih 56.180 hektare; dan
c. Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) yang merupakan bagian dari KIKN dengan luas
wilayah kurang lebih 6.671 hektare.
1
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
terdiri atas 51 wilayah administratif setingkat desa atau kelurahan yang mayoritas berada di
dalam wilayah IKN dengan perincian 15 desa/kelurahan di Kecamatan Sepaku, 21
desa/kelurahan di Kecamatan Samboja, 5 desa/kelurahan di Kecamatan Loa Janan, 2
desa/kelurahan di Kecamatan Loa Kulu, 7 desa/kelurahan di Kecamatan Muara Jawa, dan 1
desa/kelurahan di Kecamatan Penajam.
2
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
juga akan dilengkapi dengan infrastruktur berkelas dunia dan terhubung dengan berbagai
pusat kota internasional lainnya.
d. Tata Kelola yang Efektif dan Efisien: Relokasi lembaga dan instansi pemerintahan pusat
serta desentralisasi aparatur sipil negara (ASN) serta peningkatan kapasitas dan potensi
ASN melalui wilayah yang saling terhubung.
e. Sebagal Penggerak Kesetaraan Ekonomi bagi Kawasan Indonesla Timur: Salah satu tujuan
utamanya adalah mengembangkan industri bersih dan berteknologi tinggi serta mendorong
sektor ekonomi yang berdaya saing global.
3
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
b. Kota berkelanjutan di dunia: kota yang mengelola sumber daya secara efisien dan
memberikan pelayanan secara efektif dengan pemanfaatan sumber daya air dan energi
yang efisien, pengelolaan sampah, moda transportasi terintegrasi, iingkungan layak huni
dan sehat, sinergi lingkungan alam dan lingkungan binaan; dan
c. Penggerak ekonomi indonesia pada masa depan: progresif, inovatif, dan kompetitif dalam
hal teknologi, arsitektur, tata kota, dan sosial. Pendekatan strategi ekonomi superlub untuk
memastikan sinergi paling produktif antara tenaga kerja, infrastruktur, sumber daya, dan
jaringan jeita untuk memaksimalkan peluang untuk semua.
Aspek penting yang perlu menjadi pertimbangan adalah dampak pada lingkungan hidup dan
sosial, integrasi tata guna lahan, strategi ekonomi, dan pertimbangan kelayakan dalam
pengembangan infrastruktur. Dengan demikian, pertimbangan tersebut dapat menghasilkan
rekomendasi konsep, prinsip, dan pedoman transportasi yang bersifat holistik, terfokus, dan
dapat memberikan hasil yang sepadan dengan investasi yang dikeluarkan (valur for money)
serta dapat memfasilitasi dalam pencapaian tujuan pembangunan IKN secara menyeluruh.
Prinsip utama mengedepankan inovasi dan fleksibilitas serta memperhatikan berbagai
kemungkinan pada masa mendatang. Adapun keenam strategi mobilitas adalah (1) kota yang
terhubung, (2) kota yang kompak dan mudah dikembangkan, (3) kota yang berkelanjutan dan
mudah diakses, (4) kota yang aktif dan ramah pejalan kaki, (5) kota yang efisien, aman, dan
resilien, serta (6) kota yang siap menghadapi masa depan.
4
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
5
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
6
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
1. Pelabuhan Semayang yang terletak di Teluk Balikpapan. Sebagai pelabuhan umum yang
memiliki jalur pelayaran internasional, pelabuhan Semayang juga melayani rute
penumpang jarak jauh; dan
2. Terminal Kariangau (KKT) berada lebih jauh ke pedalaman di Teluk Balikpapan,
berfungsi sebagai pelabuhan kargo internasional.
Semua proyek infrastruktur transportasi yang diusulkan akan memerlukan studi kelayakan
yang terperinci untuk menyempurnakan kesejajaran dan spesifikasi. Studi-studi ini akan
memitigasi dampak pada lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.
Penilaian pada tingkat konsep mengenai potensi koridor kereta api dari Balikpapan ke Ibu
Kota Nusantara telah mempertimbangkan aspek-aspek penting, seperti di bawah ini.
7
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
a. lingkungan, sosial, dan rekayasa teknis. Alinyemen koridor pada tingkat konsep tetah
disempurnakan untuk menghindari atau memitigasi kendala lingkungan dan sosial.
b. Konektivitas sistem transit menghubungkan pelabuhan, bandara, Kota Balikpapan, KIPP,
dan KIKN, KPIKN untuk mengintegrasikan pusat-pusat kegiatan di tiga kota.
c. Konektivitas jaringan berbasis rel juga melayani transportasi barang antara simpul
transportasi dengan kawasan-kawasan industri.
Konelrtivitas berbasis rel akan didukung dan terintegrasi dengan layanan angkutan umum
massal berbasis jalan, seperti layanan bus antarkota dalam Wilayah Ibu Kota Nusantara dan
sekitarnya. Hal ini menjamin tersedianya pilihan moda transportasi umum dan
memungkinkan keterjangkauan yang lebih luas ke penduduk setempat serta yang terpencil.
Meskipun rencana rute angkutan umum massal berbasis jalan dianggap cukup fleksibel untuk
ditetapkan secara operasional setelah KIKN beroperasi, strategi teknis ini mengusulkan
pembangunan terminal antarkota/jarak jauh dalam area KIKN. Terminal ini akan terintegrasi
dengan stasiun kereta api dan akan dikembangkan sebagai hub atau 'pusat' mobilitas utama
8
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
yang moda transportasi antara jalur kereta api dan koridor transportasi umum primer dan
sekunder di KIKN.
Estimasi utama jarak dan waktu tempuh untuk asal dan tujuan utama dengan moda
transportasi penumpang di jalan raya ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
9
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Tabel 4.1 Jarak Tempuh Kendaraan Penumpang dan Waltu Tempuh dengan
Transportasi Darat
KIKN (Gerbang Pemberhentian) KIPP
Asal/Tujuan Waktu Tempuh Jarak (+/ km) Waktu Tempuh
Jarak (+/- km)
(+/- menit) (+/- menit)
Bandara
64 51 47 30
Balikpapan
Bandara Samarinda 80 64 135 108
Kota Balikpapan 67 53 55 44
Karingau 57 46 40 32
Buluminurung 60 48 56 45
Keterangan: asumsi kecepatan kendaraan penumpang rata-rata 60-80 km/jam
Sebagaimana pada konsep koridor kereta api, strategi pengembangan jaringan jalan juga
menyediakan koneksi transportasi barang utama ke pusat kegiatan terkait dan infrastnrktur
transportasi utama serta gerbang (pelabuhan dan bandara). Estimasi utama jarak dan waktu
tempuh untuk asal dan tujuan utama angkutan angkutan barang adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Estimasi Jarak Perjalanan Barang dan Waktu Tempuh dengan Transportasi
Darat
KIKN (Gerbang
Kariangau Buluminung
Pemberhentian)
Asal/Tujuan Waktu
Waktu Waktu
Jarak (+/- Jarak (+/- Jarak Tempuh
Tempuh (+/- Tempuh (+/-
km) km) (+/- km) (+/-
menit) menit)
menit)
Bandara
64 77 20 24 94 113
Balikpapan
Bandara
80 96 120 144 182 218
Samarinda
Pelabuhan Kuala
50 60 42 50 103 124
Samboja
Pelabuhan
Kariangau 57 68 - - 75 90
Terminal
Pelabuhan
75 90 18 22 100 120
Semayang
Pelabuhan
92 110 101 121 155 186
Palaran
Keterangan: asumsi kecepatan kendaraan penumpang rata-rata 50 km/jam
Gerbang udara dan laut merupakan simpul penting bagi Ibu Kota Nusantara dalam
menyalurkan sumber daya dan manusia untuk perjalanan nasional dan internasional. Gerbang
ini terletak di dekat perkotaan dan berperan penting untuk mendorong konsolidasi dan
pertumbuhan ekonomi Ibu Kota Nusantara. Ibu Kota Nusantara terhubung dengan jalan atau
10
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
rel ke gerbang utama serta memastikan jaringan transportasi yang terintegrasi. Kapasitas
pelabuhan yang ada dirancang untuk memenuhi permintaan kota baru pada masa depan.
a. Bandara
Bandara Balikpapan dan Bandara Samarinda berperan penting dalam menunjang infrastruktur
konektivitas untuk Ibu Kota Nusantara. Evaluasi mengenai strategi bandara harus
mempertimbangkan seluruh wilayah Kalimantan Timur karena daya serap bandara harus
menjangkau seluruh provinsi. Proyeksi penduduk menunjukkan bahwa pertumbuhan
penduduk terjadi secara signifikan antara tahun 2025-2045. Selanjutnya, untuk lebih
menghubungkan jumlah penduduk dan perja-lanan penumpang tahunan, analisis studi
banding telah dilakukan untuk melihat total penduduk jika dibandingkan dengan penumpang
per tahun sebagai tolok ukur kota-kota di seluruh dunia.
Tabel 4.3 Kapasitas Bandara Balikpapan dan Samarinda
Rencana Kapasitas Utama
Bandara Kapasitas yang ada (Pax/Tahun)
(Pax/Tahun)
Bandara Sepinggan Balikpapan 11.000.000 20.300.000
Bandara APT Pranoto Samarinda 1.500.000 7.700.000
Total 12.500.000 28.000.000
Sumber: Kementerian Perhubungan dan Angkasa Pura, 2021
Perlu diperhatikan juga bahwa Ibu Kota Nusantara dapat membantu mempromosikan
keterhubungan wilayah Kalimantan Timur yang bertqiuan untuk menambah pengunjung
masuk secara signilikan dan meningkatkan potensi perjalanan wisata.
b. Pelabuhan
Pelabuhan utama yang terletak di sekitar area Ibu Kota Nusantara akan berdampak besar
untuk memungkinkan strategi ekonomi Ibu Kota Nusantara. Dalam Wilayah Ibu Kota
Nusantara, terdapat dua pelabuhan penting untuk dipertimbangkan dalanr strategi
konektivitas regional. Pelabuhan tersebut adalah:
1. Pelabuhan Semayang terletak di Teluk Balikpapan, merupakan pelabuhan umum yang
rnemiliki jalur pelayaran internasional serta melayani rute penumpang jarak jauh; dan
2. Pelabuhan Kariangau (KKT), merupakan pelabuhan peti kemas yang melayani angkutan
logistik internasional. Semua proyek infrastruktur transportasi yang diusulkan akan
memerlukan kajian terperinci yang melingkupi aspek teknis memitigasi dampak pada
lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.
11
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
12
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Dalam ITS generasi ke-4 ini sebuah simpang dapat diatur dengan otomatis sehingga waktu
siklus simpang tersebut menjadi efektif. Dalam generasi ke-4, ATCS atau Pengaturan
simpang ini bisa berdampak banyak tidak hanya mengurangi panjang antrian pada sebuah
simpang tapi bisa melakukan pengaturan jika angkutan umum ingin diberlakukan green
wave. Selain bisa pengaturan otomatis, ATCS generasi ke4 ini bisa dikendalikan secara
manual dari Network Operation Center (NOC). Maka jika sesuatu yang darurat melintas
seperti mobil pemadam kebakaran, ambulan dan polisi itu bisa diprioritaskan simpangnya
agar tidak terhambat.
Dalam hal ini, ATMS dibentuk dari beberapa set aplikasi dan alat-alat manajemen untuk
mengintegrasikan komunikasi, teknologi sensor, dan teknologi prosesing. Intinya, ATMS
mengumpulkan data lalu lintas atau data-data yang berkaitan dengan lalu lintas dari sumber
yang beragam seperti kendaraan, lampu lalu lintas, dan sensor. Setelah itu, melalui agregasi
dan memanfaatkan data-data tersebut kedalam suatu sistem terpadu seperti Traffic
Management System, titik-titik bahaya atau resiko-resiko kemacetan dapat diidentifikasi dan
dikendalikan untuk meningkatkan keseluruhan efisiensi lalu lintas dan melancarkan arus lalu
lintas. TMS bergantung kepada tiga fase utama: (1) pengumpulan informasi (information
gathering), bertanggung jawab dalam melakukan pengumpulan data lalu lintas dari bermacam
sumber; (2) information processing, melakukan proses aggregasi dan memproses data yang
13
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
diterima yang kemudian akan diidentifikasi; (3) service delivery, memberikan layanan untuk
melakukan kontrol terhadap bahaya dan layanan peningkatan performa lalu lintas kendaraan.
14
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Dalam hal ini dilakukan kajian evaluasi dan benchmarking terhadap kota-kota yang
disebutkan diatas sebagai pilot project. Metodologi yang diusulkan diilustrasikan
menggunakan kumpulan data yang dikumpulkan dari 5 kota tersebut melalui evaluasi
lapangan untuk penerapan ITS dari sisi teknologi dan pengelolaannya. Nilai kunci dari
kerangka yang diusulkan terletak pada analisis komparatif antar kota tersebut. Tolok ukur
mengukur 17 indikator yang diperoleh dari proses sistematis survei lapangan, literatur
ekstensif dan sumber sekunder. Perlu dicatat bahwa nilai tolok ukur ini dapat berubah seiring
waktu karena kemunculan teknologi baru dalam penerapan ITS dapat menciptakan dimensi
baru dari sistem transportasi perkotaan yang sedang berkembang. Selain itu, indikator dapat
diperkaya dan diperluas untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang terus
berubah.
15
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
CC room
minimal 8 CC room
wall dengan minimal 6
CC room
Command center dan Dashboard wall dengan CC room
14 minimal 6
operasionalnya Management Dashboard minimal 4 wall
wall
System dan Management
Video System
Analytic
16
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Arsitektur, kemudian, adalah hasil kerangka kerja yang menjabarkan batasan, pemain, dan
strategi untuk proses manajemen informasi tersebut. Dan dalam kasus ITS, arsitektur harus
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang cara kerja transportasi untuk memastikan
sistem baru dapat bekerja dengan baik dengan yang sudah ada (eksisting). Kerangka kerja
tersebut kemudian dapat memandu kita dalam mengembangkan standar ITS dan membuat
keputusan penerapan yang akan menghasilkan efisiensi dan kemampuan interoperabilitas
secara nasional. Arsitektur ITS yang dibangun akan membantu kita semua bernyanyi dari
lembaran musik yang sama, membantu kita menggunakan kosakata umum, memikirkan
tentang serangkaian masalah umum, dan, pada akhirnya, menggunakan seperangkat standar
desain dan interkoneksi secara bertahap Dalam banyak hal, arsitektur nasional mencerminkan
seperti halnya konsensus yang adil dari berbagai pihak yang telah berperan dalam
penyusunannya.
17
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Dalam menyusun arsitektur ITS nasional Indonesia dilakukan pendekatan dimana arsitektur
ITS nasional difungsikan untuk menyediakan kerangka kerja untuk memastikan
kompatibilitas dan koherensi antara ITS yang berbeda, dan untuk mendorong
interoperabilitas aplikasi, layanan, dan material yang selanjutnya digunakan untuk
membentuk dasar bagi pengaturan standar ITS di Indonesia, seperti penerapan standar ITS
terbuka untuk memastikan kompatibilitas sistem dan interoperabilitas yang lancar.
18
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
19
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Kerangka kerja sepuluh tahun pengembangan ITS dirumuskan dari pendekatan peran dan
kapabilitas pemangku kepentingan (stakeholder) di industri transportasi, baik pemerintah
maupun swasta. Mempertimbangkan pendekatan ini akan memastikan keberhasilan rencana
pengembangan ITS Indonesia kedepannya. Dampak dan manfaat yang diharapkan dari
penyusunan kerangka kerja perencanaan ITS ini adalah dari tiga aspek termasuk dampak
terhadap ekonomi, lingkungan, dan kualitas hidup seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
Dari dampak yang diharapkan maka pengembangan kerangka kerja ITS di Indonesia akan di
susun berdasarkan sebelas sistem utama yang berpotensi dikembangkan untuk sepuluh tahun
kedepan (2020-2030) seperti dibawah ini.
a. Sistem manajemen lalu lintas tingkat lanjut (advanced traffic management system);
b. Sistem informasi pengguna jalan tingkat lanjut (advanced traveler information system);
c. Sistem keselamatan lalulintas dan kontrol kendaraan tingkat lanjut (advanced vehicle
control and traffic safety system);
20
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
21
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
G
ambar 4.5 Framework Strategi dan Usulan Proyek ITS untuk Sistem Manajemen Lalulintas Tingkat Lanjut
22
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.6 Sistem manajemen lalu lintas tingkat lanjut (advanced traffic management system)
23
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.7 Sistem informasi pengguna jalan tingkat lanjut (advanced traveler information
24
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.8 Sistem keselamatan dan kontrol kendaraan tingkat lanjut (advanced vehicle control and safety system)
25
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
26
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.10 Sistem transportasi umum tingkat lanjut (advanced public transportation system)
27
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
28
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
29
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.13 Sistem transportasi pedesaan tingkat lanjut (advanced rural transportation systems)
30
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.14 Sistem manajemen permintaan perjalanan tingkat lanjut (advance travel demand management system)
31
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
Gambar 4.15 Sistem manajemen parkir tingkat lanjut (advanced parking management system)
32
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
33
Kementerian Perhubungan
Ditjen Perhubungan Darat
34