You are on page 1of 3

Khutbah Idul Fitri 2023 Tentang Orang Tua Sedih Menyayat di Hati

،‫ َو ُسْب َح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َاِص ْي ًال‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َك ِثْيًر ا‬،‫) َو ِهّٰلِل ْالَح ْم ُد ُهللا َاْك َب ُر َك ِبْيًر ا‬٣×( ‫) ُهللا َأْك َب ُر‬٣×( ‫) ُهللا َأْك َب ُر‬٣×( ‫ُهللا َأْك َب ُر‬
‫ َأْش َه ُد َأْن َالِإٰل َه‬. ‫ ُهللا َاْك َب ُر َو ِهّٰلِل َاْلَح ْمُد الَح ْمُد ِهّٰلِل اَّلِذْي َح َّر َم الِّصيَاَم َأّي َاَم اَألْع يَاِد ِض َي اَفًة ِلِعبَاِدِه الَّصاِلِحْي َن‬،‫َالِالَه ِاَّال ُهللا َو ُهللا َاْك َب ُر‬
‫ِإَّالُهللا َالَش ِر ْي َك َلُه اَّلِذْي َج َع َل الَّج َّنَة ِلْلُم َّت ِقْي َن َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد نَا َو َم ْو َالَن ا ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ْي ِإلَى الِّص َر اِط‬
‫ َو َس ِّلْم َو با‬. ‫ الُمْس َت ِقْي ِم‬murahِ‫ ْك َع لَى َسِّيِد َن ا ُم َح مّاـٍاِا‬mengajukan. ‫ وْن وْن وْن وْن وْن و وْن وْن ون أ‬papan
‫م‬emberّ‫َفَي آَأُّيَه اا‬. ‫ ا َب ْع ُد‬Tetapiُ‫ ْؤ ِم ُن ْو َن َو الُمْؤ ِمنا‬murahِ ‫ ُأْو ِص ْي ُك ْم و‬uatu secara
‫فْو ِص ْو ِص ْو ِص ْو ِص‬AN00. ‫ َو َقٰض ى َر ُّبَك َااَّل َت ْع ُبُد ْٓو ا ِآاَّل‬:‫ َقاَل ُهللا َت َع اَلى‬. ‫َو اَّت ُقْو ا َهللا َح َّق ُت قَاِتِه َو َالَت ُمْو ُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬
‫ِاَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْي ِن ِاْح ٰس ًن ۗا ِاَّما َي ْب ُلَغ َّن ِع ْن َد َك اْلِكَبَر َاَح ُد ُه َم ٓا َاْو ِك ٰل ُهَم ا َفاَل َت ُقْل َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َت ْن َه ْر ُه َم ا َو ُقْل َّلُهَم ا َقْو اًل َك ِر ْيًما َو اْخ ِفْض‬
‫َلُهَم ا َج َن اَح الُّذ ِّل ِمَن الَّر ْح َمِة َو ُقْل َّر ِّب اْر َح ْم ُهَم ا َك َم ا َر َّب ٰي ِنْي َص ِغْيًر ۗا‬

Maasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah

Tiada kalimat lain yang paling layak kita ungkapkan pada kesempatan yang mulia ini, selain kalimat
Alhamdulillahirabbil alamin, puja dan puji syukur kepada Allah swt Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan nikmat yang tidak bisa kita hitung satu per satu.

Di antara nikmat agung itu adalah masih diberinya kita kemampuan untuk menghirup udara dunia
sekaligus anugerah umur panjang sehingga kita masih bisa beribadah kepada-Nya serta masih
berkesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai di sekeliling kita.
Semua ini adalah nikmat yang agung. Terlebih pada momentum Hari Raya Idul Fitri yang menjadi
perayaan kemenangan dan kebahagiaan. Sebuah hari raya di mana takbir, tahmid, dan tahlil
berkumandang di berbagai penjuru dunia menandai kembalinya fitrah umat Islam seperti bayi yang
terlahir kembali ke dunia ini.
Dalam catatan sejarah, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri adalah pada tahun ke-2 Hijriah.
Saat itu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan besar dalam perang Badar.
Perayaan kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu, secara tidak langsung merayakan dua
kemenangan yakni kemenangan atas telah paripurnanya menjalankan kewajiban puasa di bulan
Ramadhan dan kemenangan dalam perang badar.
Dalam tradisi bangsa Indonesia, Hari Raya Idul Fitri terkenal dengan nama Lebaran. Para ahli bahasa
menyebut bahwa kata Lebaran salah satunya berasal dari bahasa Jawa yakni ‘lebar’ yang memiliki arti
'selesai'.

Maasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, kata Lebaran dimaknai sebagai hari raya umat Islam
yang jatuh pada 1 syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
Makna ini selaras dengan kenyataan, bahwa pada hari Lebaran, kita sudah selesai menjalankan
kewajiban berpuasa dan mewujudkannya dalam bentuk perayaan kebahagiaan sebagai wujud syukur
kepada Allah swt.
Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dengan berbagai bentuk redaksi
seperti: ‘taqabbalallahu minnaa wa minkum’ yang artinya “semoga Allah menerima (amal ibadah
Ramadlan) kita”.
Dan juga doa “wa ja’alanallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin’ yang artinya ‘Semoga Allah
menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung atau menang.’
Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan
Ramadhan ini kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan
predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Hal ini telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surat


Al-Baqarah ayat 183: ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Maasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Kebahagiaan yang kita rasakan ini tentu sangat kurang lengkap jika dirayakan sendiri. Kebahagiaan
akan terasa lebih nikmat jika bisa dirayakan dengan berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai.
Hal inilah yang memunculkan sebuah tradisi ritual di negara kita yakni Mudik. Sebuah tradisi
berisikan kerinduan di tanah rantau untuk pulang melihat kembali tanah kelahiran.
Sebuah tradisi luhur untuk kembali lagi berkumpul dengan keluarga, mengingat kembali masa kecil
sekaligus bersimpuh sungkem dalam pelukan kedua orang tua. Mudik juga tidak hanya memiliki
dimensi makna sekedar pulang kampung saja.
Di dalamnya terkandung dimensi spiritual yang nilainya tidak bisa diukur dengan materi dunia. Jarak
jauh melintasi laut dan sungai, medan terjal dan jalan berliku, ditambah waktu, tenaga, serta biaya
yang harus dikeluarkan untuk mudik, tidak bisa menghalangi rasa kangen yang membuncah kepada
tanah kelahiran.
Teknologi canggih seperti telepon, media sosial, maupun video call juga tidak akan bisa
menggantikan kualitas pertemuan langsung dengan sanak kerabat kita di kampung halaman.

Kemewahan perkotaan tak kan bisa menggantikan manisnya kenangan kesederhanaan bersama teman
masa kecil yang selalu terbayang jelang lebaran. Berbagai fasilitas di tanah rantau tidak bisa
menghalangi pulang kampung menuju ibu pertiwi walau berada di tengah hutan dan pucuk gunung
yang tinggi sekalipun.
Kerinduan kepada tanah kelahiran seperti ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad saw seperti
yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

‫ َم ا َس َك ْنُت َغْيَرِك‬، ‫ َو َلْو ال َأَّن َقْو ِم ي َأْخ َر ُجوِني ِم ْنِك‬، ‫ ” َم ا َأْطَيَبِك ِم ْن َبَلٍد َو َأَح َّبِك ِإَلَّي‬: ‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم ِلَم َّك َة‬

Artinya: “Berkata Rasulullah saw, “Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling ku
cintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini” (HR
al-Tirmidzi).

‫ ُهللا َأْك َب ُر َو ِهّٰلِل اْلَح ْمُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َب ُر‬،‫ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬

Maasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah


Jika kita renungkan lebih mendalam, hakikat mudik adalah kembali ke pangkuan orang tua. Sosok
paling berjasa yang telah melahirkan kita ke dunia ini, sosok yang telah menjadi pahlawan kesuksesan
kehidupan kita.
Janganlah sombong dengan keberhasilan dan apapun yang telah kita raih dalam kehidupan ini. Semua
itu tidak akan bisa lepas dari jasa dan doa kedua orang kita. Bagaimana pun kondisi orang tua kita,
mereka adalah sosok yang harus kita cintai, hormati, dan patuhi.
Mereka adalah jimat kita yang sakral di dunia ini. Karena keridhaan dan keikhlasan orang tua akan
menjadi sumber kesuksesan kehidupan kita di dunia. Sebaliknya kemarahan mereka adalah
merupakan sebuah kemurkaan dan bencana dalam kehidupan kita.

Rasulullah bersabda: ‫ِرَض ى ِهللا فِى ِرَض ى اْلَو اِلَد ْيِن َو ُس ْخ ُط ِهللا ِفى ُس ْخ ِط اْلَو اِلَد ْيِن‬
Artinya: "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung
kemarahan orang tua".
Allah swt pun telah mengingatkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Jangan
membentaknya, jangan pernah sekali-kali berkata kasar kepada mereka. Hal ini termaktub dalam Al-
Qur’an surat Al-Isra ayat 23:

‫َو َقٰض ى َرُّبَك َااَّل َتْعُبُد ْٓو ا ِآاَّل ِاَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح ٰس ًنۗا ِاَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َاَح ُدُهَم ٓا َاْو ِكٰل ُهَم ا َفاَل َتُقْل َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َّلُهَم ا َقْو اًل‬
‫َك ِرْيًم ا‬

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik”.

Sehingga hadirin rahimakumullah.... Mudik lebaran kali ini bisa menjadi momentum tepat untuk
bersimpuh kepada kedua orang tua kita atas segala khilaf dan kesalahan yang selama ini telah
diperbuat kepada mereka.
Mari kita tancapkan dalam hati kita untuk jangan lagi menyakiti hati dan fisik mereka. Kita perlu
sadar bahwa jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas.

Demi Allah... demi Rasulullah... sebanyak apapun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita
serahkan kepada orang tua kita, tidak akan pernah setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan
mereka membesarkan kita.
“Ya Allah, ya Tuhan kami. Anugerahkanlah kasih sayang-Mu pada kedua orang tua kami.
Keruniakanlah keberkahan, kesehatan, dan umur panjang kepadanya.
Kuatkanlah iman dan Islam mereka serta kekuatan untuk terus membimbing kami.
Maafkanlah atas segala kesalahan yang telah kami perbuat kepada mereka.
Jadikanlah mereka nantinya ahli surga bersama orang-orang yang Engkau cintai.”

‫ ُهللا َأْك َبُر َوِهّٰلِل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َأْك َبُر‬،‫ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬

Maasyiral Muslimin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah


Di mudik lebaran kali ini mari kita raih kedua tangannya. Peluk tubuh mereka yang dulu kekar
merawat kita namun sekarang sudah mulai lemah termakan usia. Mintalah keridhaan dan keikhlasan
dari mereka berdua untuk bekal hidup kita.
Bagi kita yang orang tuanya sudah dipanggil Allah swt, mari kita ziarahi makam mereka. Kunjungi
dan bersihkan pusaranya. Kita perlu sadari, bahwa mereka di sana menunggu panjatan doa dari kita.
Mereka pasti akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita panjatkan. Dan sebaliknya, mereka
pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak mendoakannya karena hanya itulah yang mereka harapkan
di alam sana.
Selain kepada orang tua, mari juga saling memaafkan dosa dan kesalahan dengan orang-orang yang
ada dalam kehidupan kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Semua pasti memiliki dosa dan
kesalahan kepada sesama.
Sehingga lebaran menjadi salah satu momentum tepat untuk saling memaafkan. Semoga lah semua
dosa kita kepada Allah, orang tua dan kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan menjadi insan
yang kembali suci mendapatkan kemenangan. Amin

، ‫ َاُقْو ُل َق ْو ِلى َه َذ ا َو اْس َتْغ ِفُر هللا ِلى َو َلُك ْم‬، ‫ َو َاْد َخ َلَن ا َو ِاَّياُك ْم ِفى ُز ْم َر ِة ِع َباِدِه الَّصاِلِحْي َن‬، ‫َج َع َلَن ا ُهللا َو ِاَّياُك ْم ِمَن ْالَع اِئِدْي َن َو ْالَفاِئِز ْي َن َو ْالَم ْق ُبْو ِلْي َن‬
‫ َفاْس َتْغ ِفرُه ِاَّن ُه ُه َو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم‬،‫َو ِلَو اِلَد ْي َن ا َو ِلَس اِئِر ْالُمْس ِلِمْي َن َو ْالُمْس ِلَم اِت‬.

Khutbah II

،‫ َالِالَه ِاَّال ُهللا َو ُهللا َاْك َبُر‬،‫ َو ُسْبَحاَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َاِص ْيًال‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َك ِثْيًرا‬،‫) ُهللا َأْك َبُر َو ِهّٰلِل ْالَح ْم ُد ُهللا َاْك َبُر َك ِبْيًرا‬٣×( ‫) ُهللا َأْك َبُر‬٣×( ‫ُهللا َأْك َبُر‬
‫ الّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى‬،‫ َأْش َهُد َأْن آل ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬، ‫ َاْلَحْم ُد ِهلل َر ِّب الَع اَلِم ِيَن‬.‫ُهللا َاْك َبُر َوِهَّلِل َاْلَح ْم ُد‬
‫ َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهللا َح َّق‬، ‫ َأُعوُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬:‫ قال هللا تعالى‬.‫ َيا َأُّيَها الَّناُس ا اَّتُقوا هللا‬: ‫ َاَّم ا َبْع َد‬. ‫أِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬
.‫ َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬، ‫ ِاَّن َهللا َوَم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي‬:‫ َو َقاَل َتَع اَلى‬. ‫ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن‬، ‫ َو َع َلى َاْنِبَياِئَك َو َر ُس ِلَك َوَم َالِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْيَن‬، ‫ َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد‬، ‫ َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد‬
‫ َو اْر َض‬، ‫ َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬، ‫ َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن وَتاِبِع ى الَّتاِبِع ْيَن‬،‫ َاِبى َبْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلى‬: ‫اْلُخَلَفاِء الَّراِش ِد ْيَن‬
‫ الَّلُهَّم اْدَفْع َع َّنا‬.‫ َاَالْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَالْم َو اِت‬،‫ َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت‬،‫َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َاْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
‫ َو َس اِئِر اْلُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬،‫ َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُدوِنيِس َّيا َهَذ ا َخاَّص ًة‬، ‫اْلَبَالَء َو اْلَو َباَء َو الَّز َالِزَل َو اْلِمَح َن َو ُسْو َء اْلِفَتَن َو اْلِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َوَم ا َبَطَن‬
‫ َو َجَع َلَنا ُهللا َو ِاَّياُك ْم ِم َن اْلَع اِئِد ْيَن‬، ‫ َتَقَّبَل ُهَّللا ِم َّنا َوِم ْنُك ْم‬. ‫ َر َّبَنا آِتَنا ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفى اَالِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬. ‫ َياَر َّب اْلَع اَلِم ْيَن‬،‫َعاَّم ًة‬
‫ َو ِاْيَتاِء ِذ ى اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِء‬، ‫ ِاَّن َهللا َيْأُم ُرَنا ِباْلَع ْد ِل َو اِال ْح َس اِن‬،‫ َو اْلَح ْم ُد ِهلل َر ِّب الَع اَلِم ِيَن ِع َباَد ِهللا‬.‫ ُك ُّل َعاٍم َو َانُتْم ِبَخ ْيٍر‬، ‫اْلَفاِئِزْيَن‬
‫ َو ُهللا َيْع َلُم مَا‬. ‫ َو َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبْر‬، ‫ َو اْشُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيْذ ُك ْر ُك ْم‬، ‫ َو اْذ ُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم‬، ‫ َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬، ‫َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ ِي‬
‫َتْص َنُعْو َن‬

Materi Khutbah Idul Fitri di atas ditulis dan disampaikan oleh H.Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU
Kabupaten Pringsewu, Lampung.***

You might also like