You are on page 1of 16

BAB V

SIEVE ANALYSIS

5.1 TUJUAN PERCOBAAN


Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui ukuran batuan pasir
sehingga dapat menentukan ukuran screen liner atau penyaring yang digunakan
untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut terproduksi bersama fluida.
5.2 DASAR TEORI
Tahap penyelesaian suatu sumur yang menembus formasi lepas
(unconsolidated) tidak sesederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi
kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut
terproduksi bersama fluida produksi sebab hal tersebut dapat menyebabkan
penyumbatan pada dasar sumur dan volume pipa akan berkurang. Produksi pasir
lepas ini pada umumnya sensitif terhadap laju produksi. Apabila laju aliran
rendah, maka kuantitas pasir yang ikut terproduksi rendah, demikian juga
sebaliknya.
Metode yang umum digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran
meliputi penggunaan slotted atau screen liner dan gravel pack. Metode
penanggulangan ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir, agar
dapat ditentukan pemilihan ukuran screen liner dan gravel pack yang tepat.
Untuk menghitung distribusi ukuran pasir, digunakanlah koefisien
keseragaman butir pasir (sorting coefficient). Berdasarkan hasil percobaan
Schwartz diperoleh:
Sorting Coefficiet =

= ………………………………………………… (5.1)

Schwartz mengklasifikasikan sorting coefficient menjadi:


1. SC < 3 : pemilahan yang seragam
2. 3 < SC < 5 : pemilahan yang sedang
3. 5 > SC : pemilahan yang jelek
Produksi pasir sangat erat kaitannya dengan kestabilan formasi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor kecepatan aliran, sementasi batuan, kandungan
lempung formasi dan migrasi butir-butir halus formasi.
Pasir dari formasi yang tidak berkonsolidasi harus segera diatasi untuk
menghindari kerusakan-kerusakan yang lebih mahal, seperti penurunan hasil
produksi akibat terendamnya pasir di dalam sumur, kerusakan peralatan akibat
sifat abrasi dari pasir, kerusakan pada casing serta erosi. Untuk membersihkan
endapan pasir dapat menggunakan macarony tubing atau cara washover.
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat
1. Timbangan digital
2. Tyler sieve ASTM (16,20,50,140,200)
3. Electric sieve shaker
5.3.2. Bahan
1. Serbuk core
5.3.3. Gambar Alat

Keterangan :
1. Timbangan digital

Gambar 5.1.
Timbangan Digital
(Sumber : Laboratorium Analisa Inti Batuan)
1

Keterangan :
1. Tyler sieve ASTM
2. Electric sieve shaker

Gambar 5.2.
Rangkaian Alat Sieve Analysis
(sumber : Laboratorium Analisa Inti Batuan)
Keterangan : 1
1. Serbuk core

Gambar 5.3.
Serbuk Core
(sumber : Laboratorium Analisa Inti Batuan)
\
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Melakukan kalibrasi timbangan digital.
2. Memasukkan serbuk core ke timbangan untuk diukur beratnya
sebanyak 200 gram.
3. Menyusun rangkaian alat sieve analysis di atas shaker dengan ukuran
lubang mesh/saringan yang paling besar berada di bawah dengan
urutan nomor mesh 16,20,50,140, dan 200.
4. Memasukkan serbuk core pada mesh paling atas dan mengencangkan
holder.
5. Menyalakan electric sieve shaker dan menunggu proses
pengguncangan selama 30 menit.
6. Mematikan electric sieve shaker dan melepaskan holder.
7. Mengambil serbuk core dari mesh paling atas (nomor 16).
8. Menimbang serbuk core setelah proses shaking.
9. Mengulangi prosedur yang sama sampai mesh yang paling bawah.
10. Mencatat berat serbuk core masing-masing mesh.
5.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.5.1. Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan serbuk
core sebesar 200 gram dan waktu 30 menit, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel V-1
Data Hasil Sieve Analysis
Sieve series Opening Berat Berat % Berat
number diameter (gr) kumulatif kumulatif
(mm/inch) (gr)
16 1,19 0,11 0,11 0,055 %

20 0,841 54,2 54,31 27,155 %

50 0,297 87,93 142,24 71,12 %

140 0,105 68,5 210,74 105,37 %

200 0,074 3,291 214,031 107,0155 %

Berat sampel : 200 gr


5.5.2. Perhitungan
1. Menghitung % berat kumulatif
 Sieve number 16

% Berat kumulatif

 Sieve number 20
% Berat kumulatif

 Sieve number 50

% Berat kumulatif

 Sieve number 140

% Berat kumulatif

 Sieve number 200

% Berat kumulatif

2. Hubungan antara opening diameter dengan % berat kumulatif


 Menghitung D40

D40 = =

X = 0,682 mm
 Menghitung D90

D90 = =

X = 0,191 mm
 Koefisien keseragaman butir

Opening Diameter vs % Berat Kumulatif


Grafik 5.1.
= 3,57

5.5.3. Grafik Percobaan


5.6. PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Inti Batuan pada acara keempat minggu kedua berjudul
Sieve Analysis. Tujuan dari percobaan Sieve Analysis adalah untuk mengetahui
ukuran batuan pasir sehingga dapat menentukan ukuran screen liner atau
penyaring yang digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut
terproduksi bersama fluida.
Sieve Analysis adalah penentuan persentase berat butiran yang lolos dari
satu set sieve dengan mempertimbangkan tidak adanya pasir yang ikut terproduksi
bersama fluida produksi. Percobaan kali ini menggunakan prinsip yaitu
pengayakan dan penyaringan menggunakan beberapa tingkatan saringan yang
mempunyai ukuran (skala mesh) yang kemudian akan terjadi sortasi dan butiran
berdiameter terkecil akan berada di bagian paling bawah.
Metode yang digunakan adalah menyortir dari butiran sampel core yang
paling kasar hingga yang paling halus sehingga dapat diketahui nilai Schwartz
Coeffecient melalui perhitungan dari berat setiap jenis mesh. Schwartz Coeffecient
merupakan tingkat keseragaman dari butiran pasir yang kemudian dapat
menunjukkan baik atau buruknya pemilahan butiran. Keseragaman pemilahan
butiran terbagi menjadi tiga, yaitu jika harga koefisien lebih kecil dari tiga, maka
dianggap baik, jika berada diantara tiga sampai lima berarti pemilahannya masuk
dalam kategori sedang, dan jika lebih dari lima, berarti keseragaman tergolong
dalam kategori buruk.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan sieve analysis adalah
timbangan digital, electric sieve shaker, tyler sieve ASTM (16,20,50,140, dan
200). Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sampel core.
Sampel core yang digunakan berasal dari sampel core yang telah dihancurkan
terlebih dahulu dan selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital seberat
200 gram. Lalu sampel core yang telah dihancurkan tersebut dimasukkan ke
dalam sieve analysis. Sieve sendiri merupakan susunan screen secara vertikal dan
pada setiap series sieve memiliki jumlah lubang yang berbeda. Contohnya, tertulis
sieve 16 berarti terdapat 16 lubang dalam setiap 1 inch 2. Susunan sieve ini
diurutkan dari saringan yang memiliki ukuran lubang terbesar diletakkan paling
atas hingga ukuran saringan dengan lubang terkecil diletakkan di paling bawah..
Kemudian, sampel core dimasukkan pada series sieve 16 pada bagian teratas. Lalu
ditempatkan pada electric sieve shaker dan diguncangkan selama 30 menit.
Selanjutnya pasir akan terpisah akan tersaring dan terpisah berdasarkan ukuran
butirannya. Butiran pasir yang tertinggal kemudian ditimbang dan ditentukan
persen berat kumulatifnya sehingga dapat digunakan untuk membuat grafik
semilog antara opening diameter vs % berat kumulatif.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh % berat kumulatif
sieve series number 16 yaitu sebesar 0,055%, number 20 sebesar 27,155%,
number 50 sebesar 71,12%, number 140 sebesar 105,37%, dan number 200
sebesar 107,0155%. Pada percobaan ini terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
human error dimana sisa butir-butir pasir yang terdapat di sieve shaker belum
dibersihkan secara teliti dari percobaan sebelumnya, sehingga saat penimbangan
ulang, berat pasir lebih dari 200 gram yang menyebabkan % berat kumulatif yang
diperoleh menjadi lebih dari 100%. Kemudian berdasarkan data-data yang
diperoleh dari hasil percobaan, dilakukan perhitungan dengan menggunakan
Schwartz Coeefficient dan didapatkan nilai D40 (opening diameter pada berat
kumulatif 40%) sebesar 0,682 mm dan D 90 (opening diameter pada berat
kumulatif 90%) sebesar 0,191 mm. Nilai koefisien keseragaman butir pasir (SC)
didapatkan dengan cara membandingkan nilai D 40 dengan D90, dimana D40 dipilih
karena berat kumulatif 40% sudah dianggap mewakili setengahnya berat
kumulatif, sedangkan D90 dipilih karena berat kumulatif 90% sudah dianggap
mewakili berat kumulatif keseluruhan atau 100%. Dimana sisa 10% berat
kumulatif tersebut bisa saja tertinggal di saringan saat melakukan percobaan.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai koefisien keseragaman butir pasir
sebesar 3,57 yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori pemilahan yang
sedang berdasarkan Schwartz.
Aplikasi lapangan dari percobaan sieve analysis apabila dilihat dari aspek
pemboran yaitu untuk mengetahui keseragaman butiran pasir sehingga bisa
mempertimbangkan ukuran gravel pack maupun screen liner yang digunakan
dengan tujuan memperkecil problem kepasiran. Pada aspek reservoir, sieve
analysis dapat dijadikan acuan dalam memperkirakan nilai porositas dan
permeabilitas, karena pemilahan butir atau sortasi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi nilai porositas.
5.7. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Analisa Inti Batuan acara Sieve Analysis dapat
disimpulkan bahwa :
1) Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh data kuuantitatif sebagai
berikut :
 Opening diameter pada berat kumulatif 40% : D40 = 0,682 mm
 Opening diameter pada berat kumulatif 90% : D90 = 0,191 mm
 Sorting Coefficient (SC) = 3,57
2) Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai koefisien keseragaman butir pasir
(SC) sebesar 3,57 yang dapat dikategorikan ke dalam kategori sedang
berdasarkan Schwartz.
3) Prinsip kerja dari percobaan ini adalah pengayakan atau penyaringan.
4) Metode yang digunakan adalah menyortir butiran batu dari yang paling
kasar hingga yang paling halus.
5) Aplikasi lapangan dari percobaan sieve analysis apabila dilihat dari aspek
pemboran yaitu untuk mengetahui keseragaman butiran pasir sehingga
bisa mempertimbangkan ukuran gravel pack maupun screen liner yang
digunakan dengan tujuan memperkecil problem kepasiran. Pada aspek
reservoir, sieve analysis dapat dijadikan acuan dalam memperkirakan nilai
porositas dan permeabilitas, karena pemilahan butir atau sortasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai porositas.

You might also like