You are on page 1of 27

HASIL LAPORAN

PERAN PANTI WREDA KASIH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN


SOSIAL LANSIA DI KOTA CIREBON

Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah : Human Service Organization (HSO)

Dosen Pengampu : Hamdan Hamdani,M.A

Disusun Oleh :

Nia Nurhasanah 2108305031

Syifa Nurilhayat 2108305047

Nisa Adriana 2108305050

Muhamad Iqbal 2108305052

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYAAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN 2023/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmatnya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Hasil Laporan Penelitian ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari laporan ini adalah Peran Panti Wreda Kasih Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial Lansia Di Kota Cirebon.

Pada kesempatan ini pula kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Hamdan Hamdani, M.A selaku dosen mata kuliah Human Service Organization (HSO) yang
telah membimbing kami dengan baik, dan kami juga beterimakasih kepada teman-teman
yang telah mendukung kami sehingga kami bias menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
baik.

Dengan keterbatasan waktu, referensi dan kemampuan kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan Hasil laporan penelitian ini dari segi penyusunan, bahasa,
maupun penilisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuanagar kami bias menjadi lebih baik lagi
dimasa mendatang.

Akhir kata semoga laporan penelitian ini bisa bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya dan bisa menambah wawasan serta bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cirebon, 05 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................


B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................................

A. Penelitian Terdahulu .........................................................................................................


B. Landasan Teori..................................................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................................


B. Metode Penelitian .............................................................................................................
C. Pendekatan Penelitian .......................................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................................


B. Analisis Temuan Penelitian ..............................................................................................

BAB V PENUTUP .....................................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

LAMPIRAN.................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah "manusia" merujuk pada entitas manajerial yang memfasilitasi interaksi


di lingkungan kerja. Selain itu, manusia juga merupakan makhluk hidup yang
mengalami proses penuaan, tidak dapat dihindari. Umumnya, lansia diberdayakan
oleh keluarga atau anak-anaknya, tetapi ada situasi di mana lansia menjalani hidup
sendiri karena berbagai alasan, seperti keterbatasan finansial. Penting untuk tidak
menggunakan hubungan keluarga dan kerabat sebagai alat untuk menyakiti orang lain.
Dengan kemajuan layanan dan fasilitas untuk lansia, proses penuaan membawa
dampak dan tantangan yang bervariasi. Setiap individu mengalami penuaan dengan
cara yang unik, tergantung pada sejarah hidup dan waktu. Usia tua adalah tahap akhir
dari siklus hidup manusia, mencerminkan bagian alami dari perjalanan hidup, yang
dialami oleh setiap individu dengan cara yang berbeda.

Dalam ranah pemerintahan, negara memiliki kewajiban untuk menyediakan


perlindungan sosial kepada warganya. Dengan memperhatikan batasan yang telah
ditetapkan, pengguna dapat optimal dalam memanfaatkan peluang bisnis. Prinsip
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
tegas menegaskan tanggung jawab negara dalam melindungi seluruh bangsa Indonesia
dan meningkatkan kesejahteraan umum untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menjelaskan bahwa pemerintah, dalam sistem jaminan sosial, menjamin kebutuhan
dasar masyarakat yang menghadapi masalah kesejahteraan sosial melalui berbagai
bentuk perlindungan sosial dan jaminan kesejahteraan. Aspek-aspek kesejahteraan
sosial mencakup rehabilitasi, pendidikan, serta jaminan dan perlindungan sosial.

Pemerintah dan masyarakat telah berusaha menerapkan kebijakan dan program


untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dengan mendirikan panti jompo. Pasal 34
UUD 1945 menyinggung tentang "Orang Miskin dan Anak Terlantar." Pembentukan
Panti Sosial merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1965
tentang "Pemberian Bantuan Hidup Bagi Lanjut Usia," yang telah direvisi oleh
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia. Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa perlindungan sosial ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada lanjut usia yang tidak memiliki potensi mencapai taraf
hidup yang wajar. Selain itu, ayat dua (2) menegaskan bahwa perlindungan sosial
dilaksanakan melalui pemeliharaan tingkat kesejahteraan sosial, baik di dalam
maupun di luar lembaga (Pandu Tri Pramono, 2015).

Selain itu, Al-Qur'an juga memerintahkan kita untuk membantu orang lain,
membantu diri sendiri, dan bermanfaat bagi mereka. Hal ini telah dijelaskan dalam
Al-Qur'an Surat Al-Luqman Ayat 14 yang berbunyi:

Artinya : “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali (QS
Luqman ayat 14)”.

Dari contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa fase lansia membutuhkan
perhatian baik dari keluarga maupun pemerintah setempat. Pemerintah menyediakan
layanan sosial untuk mendukung kesejahteraan para lansia, dengan tujuan mengurangi
dampak negatif seperti kesulitan pada masa pensiun orang tua.

Pemberian pelayanan sosial adalah suatu taktik untuk mengatasi masalah-


masalah sosial. Pelayanan sosial juga dapat dijelaskan sebagai rangkaian inisiatif yang
bertujuan untuk membantu masyarakat atau kelompok yang menghadapi kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika kondisi seseorang atau kelompok tidak
terkendali, dapat muncul permasalahan sosial seperti kemiskinan, penelantaran, dan
kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Tanggung jawab yang signifikan, kesejahteraan, serta aspek somatik, mental,


dan finansial semuanya masuk dalam kategori ini. Jika kita merujuk pada Pedoman
Partai Menteri Nomor 19 Tahun 2012 tentang Prosedur Pelaksanaan Administrasi
Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 dijelaskan bahwa administrasi dalam organisasi
dilengkapi dengan tekad untuk mencapai kepuasan pribadi, bantuan pemerintah, dan
pemenuhan kebutuhan dasar lansia. Dalam konteks ini, pencipta memilih Celana
Wreda Kasih sebagai solusi eksplorasinya (Adnan, 2022).

Panti Wreda Kasih berlokasi di Jl. Gn. Perumnas Merbabu 1, Harjamukti, Kota
Cirebon. Pada awalnya, Panti Wreda Kasih berawal sebagai komunitas Gereja pada
tahun 1990, menyediakan perawatan bagi lansia berusia 70 tahun ke atas. Namun,
sejak tahun 2000, panti tersebut bertransformasi menjadi tempat sementara untuk
kegiatan pelayanan yang bertujuan membantu masyarakat setempat. Jenis pelayanan
ini mencakup penerimaan lansia dari keluarga yang menginginkan perawatan di panti
atau yang tidak mampu merawat orang tua mereka.

Penelitian ini fokus pada pelayanan sosial di Panti Jompo Kasih, bagi lansia
yang masih mempunyai keluarga. Oleh karena itu, merupakan salah satu cara yang
paling banyak digunakan untuk memberdayakan generasi muda Indonesia dan
memberdayakan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ungkapan."PERAN PANTI
WREDA KASIH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
LANSIA DI KOTA CIREBON"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan juga batasan masalah tersebut dapat dilihat sejumlah
masalah yang memungkinkan dapat dijelaskan dalam peneliti ini, antara lain:
1. Bagaimana Peran Panti Wreda Kasih Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
Lansia Di Kota Cirebon?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Panti Wreda Kasih Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial Lansia Di Kota Cirebon?
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya menyediakan wawasan terkait dengan topik utama yang


dibahas dalam penelitian ini. Beberapa literatur yang relevan dengan topik tersebut
termasuk:

1. Nama : Nur Isra

Nim : 5060011182

Judul : Peran Panti Sosial Dalam Penanganan Lanjut Usia (Studi Kasus Panti
Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Goa)

Hasil penelitian ini menyajikan temuan informasi dari observasi dan


wawancara, membahas berbagai program kesejahteraan sosial, khususnya
layanan santunan lanjut usia. Program-program tersebut mencakup layanan
kebutuhan jasmani, layanan kesehatan, layanan psikososial pendidikan, dan
layanan kebutuhan mendalam. Untuk meningkatkan jumlah responden dari
Malaysia, empat orang di antaranya memberikan jawaban yang lebih rinci. Lansia
mengungkapkan kepuasan terutama terkait layanan kesehatan, mengingat
kerentanannya terhadap kondisi fisik yang rentan terhadap penyakit. Kelemahan
penelitian ini terletak pada ketidakjelasan kerjasama antara petugas panti jompo,
petugas panti, dan lansia, meskipun penelitian menunjukkan sejauh mana tingkat
kesejahteraan lansia telah tercapai. Kesimpulan dari penelitian ini menjadi acuan
untuk menganalisis pelayanan guna meningkatkan kesejahteraan lansia.

2. Nama : Pandu Tri Pramono, Puji Astuti, Wiwik Widayati Perguruan Tinggi
Diponegoro
Judul: Pelaksanaan pengerjaan bantuan pemerintah orang tua di Unit
Administrasi Sosial Lama "Wening Wardoyo" Ungaran.
Hasil pemeriksaan yang diungkapkan menunjukkan bahwa pelaksanaan
bantuan sosial dari pemerintah kepada penerima lama telah dilakukan melalui
beberapa tahap, mencakup metodologi dasar, penyampaian administrasi, mediasi,
resosialisasi, dan tahap akhir. Dalam penyelenggaraan tersebut, semua tahap
berjalan dengan baik, terukur, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun,
kelemahan dalam pemeriksaan ini terletak pada cakupannya yang umum, karena
fokusnya pada pemerintah sebagai pemberi perhatian terhadap kebutuhan
penerima lama tanpa memberikan klarifikasi yang jelas mengenai respons
penerima lama dalam mengatasi masalah dan mencapai tujuan bantuan
pemerintah. Kesesuaian antara penelaahan ini dengan penjajakan adalah agar
penelaahan ini dapat dijadikan pedoman untuk pemahaman lebih lanjut mengenai
pengembangan bantuan pemerintah melalui jenis kelembagaan administrasi
penerima.

3. Shinta Puji Triwanti, Ishartono, Erie Surya Gutama


Universitas Padjajaran
Judul Jurnal: Peran Panti Sosial Tresna Wredha dalam Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia.
Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa panti jompo menjadi opsi
alternatif yang banyak dipilih keluarga untuk menempatkan lansia, memenuhi
berbagai kebutuhan hidup mereka termasuk aspek fisik, psikis, dan sosial.
Pelayanan yang diselenggarakan mengacu pada Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia tentang Panduan Pelayanan Sosial Lanjut Usia, melibatkan
aspek tempat tinggal yang layak, asuransi jiwa meliputi pangan, sandang, layanan
kesehatan, rekreasi, dukungan mental, sosial, keterampilan, bimbingan agama,
dan pengaturan pemakaman. Kelemahan penelitian ini adalah ketidakjelasan
dalam menjelaskan rinci bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti jompo;
penelitian hanya merinci bahwa panti jompo memberikan kontribusi secara
umum dalam menangani lansia. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian ini
adalah memberikan gambaran bahwa lembaga pelayanan sosial memegang peran
penting dalam melayani lansia, yang merupakan fokus peningkatan kesejahteraan
lanjut usia, terutama pada masyarakat non-lansia atau calon lansia.

4. Landasan Teori
1. Peran
• Pengertian Peran

Menurut definisi Soerjono Soekanto (2002:243), peranan dapat


diartikan sebagai aspek dinamis dari kedudukan (status), di mana seseorang
dianggap sedang menjalankan suatu peranan ketika ia melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan norma yang berlaku. Dalam konteks suatu
organisasi, setiap individu memiliki karakteristik yang beragam dalam
melaksanakan tugas, kewajiban, atau tanggung jawab yang diberikan oleh
organisasi atau lembaga yang bersangkutan. Sementara menurut Gibson,
Ivancevich, dan Donelly (2002), peran adalah keterlibatan seseorang dengan
dua sistem yang berbeda, yang umumnya merujuk pada hubungan individu
dengan organisasi.

Menurut Riyadi (2002:138), konsep peran dapat diinterpretasikan


sebagai orientasi dan pemahaman peran yang dimainkan oleh suatu pihak
dalam kerangka sosial. Dengan memiliki peran tersebut, baik individu
maupun organisasi akan menunjukkan perilaku sesuai dengan ekspektasi
masyarakat atau lingkungannya. Terlebih lagi, peran dihasilkan sebagai
respons terhadap struktur yang ada (norma, harapan, elemen yang tidak
terpikirkan, kewajiban, dan struktur lainnya). Oleh karena itu, peran
membawa tekanan dan kemudahan yang berfungsi sebagai penghubung
antara individu dan organisasi. Peran juga menjadi sebuah ancaman bagi
kelompok, baik yang kecil maupun besar, yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan.

Berdasarkan definisi tersebut, peran dapat diartikan sebagai serangkaian


aturan yang harus diikuti oleh individu yang memiliki kewenangan.
Seseorang yang memiliki peran diharapkan untuk mendorong individu yang
dipandu olehnya untuk bersikap adil dan jujur terhadap diri sendiri dan orang
lain.

Peran Pekerja Sosial HSO (Human Service Organization)

Peran yang dimainkan oleh suatu lembaga atau organisasi,


khususnya yang berfokus pada aspek sosial, tentunya bergantung pada
keberadaan individu di dalamnya yang berkontribusi dalam menjalankan
perannya. Individu tersebut dapat disebut sebagai pekerja sosial atau pekerja
masyarakat dalam konteks ini.
Menurut Jim Ife dalam (Zubaedi, 2013) menjelaskan bahwa peran pekerja
psosial mencakup empat hal, yaitu:

a. Peran Fasilitatif (Fasilitatif Kerja)

Pekerja sosial memainkan peran dengan memberikan stimulus dan


dukungan kepada masyarakat. Peran-peran tersebut melibatkan dorongan
terhadap kehidupan sosial, mediasi dan penghubungan, dukungan,
pembangunan konsensus, fasilitasi kelompok, organisasi, serta pemanfaatan
keterampilan dan sumber daya.

b. Peran Mendidik (Pekerjaan Instruktif)

Dalam proses pembangunan masyarakat, terdapat elemen pembelajaran


yang berkelanjutan dari masyarakat dan komunitas pekerja, dengan tujuan untuk
terus memperbarui keterampilan, pola pikir, interaksi, dan kemampuan
penyelesaian masalah, serta aspek lainnya. Peran dalam konteks ini mencakup
upaya meningkatkan kesadaran, memberikan penjelasan, menghadapi
permasalahan, dan memberikan pelatihan.

c. Peran Representasional (Karya Otentik)

Dalam interaksi mereka dengan lembaga eksternal, pekerja sosial


menjalankan peran mereka atas nama masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat. Peran ini melibatkan usaha dalam memperoleh sumber daya,
melakukan advokasi untuk masyarakat, membentuk mitra atau jaringan, berbagi
pengalaman dan pengetahuan, serta menjadi perwakilan suara masyarakat.

d. Peran Teknik (Pekerjaan Khusus)

Pekerja sosial memiliki peran dalam mengaplikasikan keterampilan


teknis untuk memajukan masyarakat. Aspek-aspek pekerjaan masyarakat seperti
pengumpulan dan analisis data, penggunaan teknologi komputer, penyampaian
laporan secara lisan dan tertulis, penanganan proyek pembangunan fasilitas
fisik, serta manajemen dan pengendalian informasi memerlukan penerapan
keterampilan teknis.
Organisasi Pelayanan Sosial (Human Service Organization/HSO)

Pada prinsipnya, layanan sosial merupakan suatu inisiatif atau kegiatan


yang dirancang untuk menanggapi masalah atau kebutuhan masyarakat, serta
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Layanan
sosial dapat ditargetkan kepada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Organisasi Pelayanan Sosial (Affiliate Humanitarian Organization/HSO)


pada dasarnya mencerminkan tanggung jawab, kewajiban masyarakat terhadap
kesejahteraan dan kesejahteraan warga negara, serta keyakinan dan respons
terhadap kebutuhan manusia.

Menurut Adi (2015, hal. 108), Organisasi Pelayanan Sosial (Human


Assistance Affiliation atau HSO) memiliki tiga jenis, sebagaimana disebutkan
oleh Schneiderman (1967), Mendoza (1981:3-4), dan Adi (2015): 108, yang
menangani berbagai permasalahan sosial, mencakup namun tidak terbatas pada:

1. Pengejaran hak-hak sosial dan asasi manusia (Tujuan


Kemanusiaan dan Keadilan Sosial);
2. Tujuan yang berkaitan dengan keadilan sosial (Social Control
Objective);
3. Tujuan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi
(Monetary Improvement Goals)
• Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan atau kemakmuran memiliki empat makna menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Secara umum, kesejahteraan mengacu pada
kondisi yang baik, keadaan kemanusiaan di mana masyarakatnya hidup
sejahtera, dalam keadaan sehat dan damai. Mengacu pada Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2009, seperti yang dikutip oleh Suharto (2009, hlm. 153),
Kesejahteraan Sosial didefinisikan sebagai: "Kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan materi, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapat hidup layak dan memiliki kemampuan untuk berkembang, sehingga
dapat menjalankan fungsi sosialnya."
Menurut Friedlander seperti yang dikutip dalam Fahrudin (2012, hlm. 9),
kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai suatu sistem yang diatur oleh lembaga
pelayanan sosial. Sistem ini dirancang untuk membantu individu dan kelompok
mencapai standar hidup dan kesehatan yang dapat dijangkau, serta membangun
hubungan individu dan sosial guna mengembangkan kemampuan. Selain itu,
keberhasilan jaminan sosial juga bergantung pada perkembangan ekonomi dan sosial.

Dengan demikian, dapat disarikan bahwa sistem sosial menitikberatkan pada


tujuan jangka panjang, termasuk mencapai pencapaian dalam aspek finansial,
kesejahteraan mental, dunia spiritual, dan perkembangan ekonomi, serta meraih standar
hidup yang tinggi. Sementara itu, kesejahteraan sosial melibatkan elemen-elemen dasar
seperti lembaga-lembaga, kebijakan, program, dan regulasi yang terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan permasalahan sosial, pengembangan sumber daya
manusia, dan peningkatan kualitas hidup. Kesejahteraan sosial juga dapat dianggap
sebagai suatu tujuan yang mencakup keadilan sosial, nilai-nilai kemanusiaan, dan
pengawasan sosial.

• Lanjut Usia

Usia tua merupakan tahap akhir dalam perjalanan hidup manusia yang
ditandai dengan ketidakmampuan untuk meninggalkan rumah, sebab
keberadaannya yang abadi. Lansia mempresentasikan fase kehidupan yang
dicirikan oleh penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap tekanan
lingkungan. Lansia juga mencerminkan keadaan di mana seseorang mengalami
kegagalan dalam menjaga keseimbangan terhadap stres fisiologis, sebagaimana
diungkapkan oleh Efendi (2009) dan Hawari (2001).

Usia lanjut atau yang sering disebut sebagai lanjut usia adalah periode di
mana seseorang mengalami peningkatan usia dan merupakan tahap puncak dari
perjalanan kehidupan individu. Pada usia ini, dapat terjadi penurunan fisik,
mental, dan sosial yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu,
penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap kualitas hidup lansia agar
mereka dapat menjalani kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka,
sebagaimana disarankan oleh (Kementerian Kesehatan pada tahun 2013).
Beberapa definisi tersebut mencerminkan bahwa lansia merujuk kepada individu
yang telah mencapai usia di atas 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan
beradaptasi, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri.
Penurunan ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam menangani permasalahan, seperti
gangguan ingatan dan tekanan emosional yang sering terjadi. Gejala ini dapat menjadi
pemicu awal bagi lansia untuk mengalami kesulitan dalam mengingat, berkomunikasi,
dan bersosialisasi, menciptakan kesan bahwa mereka kembali menjadi seperti anak-
anak, sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Masa tua melibatkan berbagai
tahapan kehidupan, termasuk kehilangan orang-orang tercinta, teman yang selalu
mendampingi, dan lingkungan sekitar. Banyak lansia yang harus menghadapi
kenyataan hidup sendirian setelah kehilangan pasangan hidupnya. Situasi ini
menciptakan ketakutan dan kekhawatiran akan kesulitan untuk melanjutkan kehidupan
dengan sendirinya.

Pada tahap ini, lansia memiliki hak untuk mengalami kehidupan yang
optimal. Kehidupan ideal bagi lansia merujuk pada penerimaan perhatian dari keluarga.
Bagi yang masih memiliki keluarga, perhatian tersebut melibatkan aspek kesehatan,
psikologis, dan kebutuhan lainnya, sehingga lansia dapat menjalani hidup dengan layak
dan produktif di usia senjanya. Sementara itu, bagi lansia yang tidak memiliki keluarga,
pemerintah daerah diharapkan memberikan perhatian melalui program-program lansia,
yang mencakup perhatian yang setara di bidang kesehatan dan bidang lainnya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pada fase lansia.

Permasalahan pada lanjut usia

Pada tahap lansia ini, terdapat beberapa tantangan yang dapat menghambat
kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, perhatian menjadi faktor krusial pada fase ini,
baik dari keluarga maupun orang lain. Beberapa permasalahan yang muncul pada fase
lansia meliputi:

a) Perubahan kesehatan

Adanya gangguan kesehatan umum pada lansia mencakup gejala


seperti kelelahan mudah, berdenging pada telinga, nyeri otot, sensitivitas
kulit, pusing berulang, masalah perut (seperti sembelit, asam lambung, dan
sering bersendawa), kehilangan nafsu makan, dan gangguan tidur. Selain
itu, beberapa penyakit umum yang sering dialami oleh lansia melibatkan
kondisi seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.

b) Perubahan pada Karya Indra

Perubahan yang terjadi pada Karya Indra seiring bertambahnya usia


dapat dengan mudah ditemukan pada matras dan telinga. Perubahan
fungsional dan generatif pada mata terjadi akibat penurunan lingkaran kecil
pada mata, penurunan ketajaman penglihatan, dan dapat berkembang
menjadi masalah serius seperti glaukoma, katarak, dan kanker mata.
Kemampuan pendengaran juga mengalami penurunan, membuat lansia
harus lebih berhati-hati dalam mendengarkan suatu hal. Beberapa contoh
penyakit yang sering menyerang indra pada usia tua melibatkan presbikusis
(penurunan kemampuan pendengaran) dan masalah penglihatan seperti
presbiopi (penurunan fungsi penglihatan).

c) Perubahan fisik

Gangguan mental dan fisik yang terjadi selama menopause pada wanita
dan masa klimakterik pada pria dapat mengakibatkan tantangan
penyesuaian diri dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

d) Masalah psikososial

Berdasarkan karakteristik usia, lansia mengalami fase dimana


keterbatasan fisik menghambat aktivitas mereka,yang pada gilirannya dapat
mengurangi interaksinsosial. Hal ini seringkali mengakibatkan tantangan
psikososial serius, termasuk kesepian, kesedihan, depresi, dan kecemasan.
kondisi ini kadang-kadang mendorong keluarga untuk menitipkan lansia
dipanti, di mana kehadiran teman sebaya dan layanan seperti keamanan dan
kegiatan dapat memberikan solusi terhadap ,asalah psikososial yang mereka
hadapi.
Jenis-jenis lansia

Seiring karakteristik usianya, seorang lanjut usia akan


menghadapi periode di mana kondisi fisiknya tidak lagi mendukung untuk
berbagai aktivitas, yang dapat menyebabkan mereka mengurangi interaksi
sosial. Hal ini seringkali mengakibatkan kondisi psikososial yang serius,
termasuk kesepian, kesedihan, depresi, dan kecemasan pada lansia.
Tantangan psikososial ini dapat menjadi salah satu faktor keluarga
memutuskan menitipkan lansia ke panti, karena timbulnya perasaan
kesepian dan kecemasan melihat lansia hidup sendiri. Kesibukan keluarga
terkadang membuat lansia merasa terisolasi, dan panti menjadi solusi
dengan adanya teman sebaya dan layanan seperti keamanan dan kegiatan
untuk mengatasi masalah psikososial tersebut.

Klasifikasi Lansia Menurut Burnside dalam Nugroho (2012):

a. Young Old/ Lansia muda (usia 60-69 tahun)


Merupakan kondisi dimana lansia masih dapat melakukan
beberapa aktivitas dengan mandiri, dan masih dapat
melakukan kegiatan olahraga sedang seperti senam. Pada
fase ini juga tingkat produktivitas masih tinggi. Pada range
usia ini pun kondisi psikososial sudah mulai terganggu.
Seperti adanya gangguan kecemasan dan kesepian.
b. Middle Age Old/ Lansia Tengah (usia 70-79 tahun)
Pada kondisi ini lansia tengah sudah mulai memasuki masa
dimana fisik mulai sedikit menurun, seperti halnya otot-
otot tubuh dan beberapa indra lainnya. Tetapi untuk daya
ingat pada lansia usia ini masih dikategorikan cukup baik,
sehingga masih bisa untuk melakukan kegiatan seperti
mengasah kreativitas mereka, seperti bermusik dan
melukis.
c. Old-old/ Lansia Tua (uia 80-89 tahun)
Pada kategori lansia tua. Kondisi kesehatan sudah mulai
rentan sehingga pada masa ini sudah ada beberapa kegiatan
yang sulit untuk dilakukan. Biasanya pada usia ini lansia
hanya bisa melakukan seidkit kegiatan, seperti menonton
televise dan mendegarkan radio.
d. Very old/ Lansia Sangat Tua( usia 90 tahun keatas)
Fase ini merupakan fase terakhir untuk lansia, sehingga
aktivitas pun mulai banyak yang terhenti, biasanya para
lansia diusia ini hanya bisa beristirahat saja, karena
kterbatasan kondisi kesehatan maupun fisik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi kami akan dilakukan di Jalan Gunung Perumnas Merbabu 1, Larangan,


Harjamukti, Cirebon, dari November hingga Desember 2023.

B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadopsi metode kualitatif. Metode ini
bertujuan untuk menganalisis fenomena terkait dengan pokok-pokok kajian
teoritis, dan juga untuk mengembangkan deskriptif berdasarkan struktur dan
bahasa individu, melibatkan kesempatan alami serta memanfaatkan berbagai
metode pengajaran.

Sejalan dengan pendekatan ini, penelitian bertujuan menjadikan Panti Jompo


Kasih sebagai model pencapaian kemajuan sosial di Indonesia.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian deskriptif yang diterapkan dalam artikel ini serupa


dengan metode penelitian umumnya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan objek di lapangan melalui pencatatan, sehingga dapat dijelaskan
secara rinci dalam laporan dengan menggunakan data yang tersedia (Sugiyono,
2018, hlm. 9).

Dalam penelitian ini, jenis penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk


memahami dan mengumpulkan informasi mengenai peran Panti Jompo Kasih
dalam meningkatkan kesejahteraan sosial lansia.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Panti Wreeda

Panti jompo merupakan tempat khusus yang bertujuan untuk merawat


dan memberikan perhatian kepada orang lanjut usia. Sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 mengenai Kesejahteraan
Lanjut Usia, pendirian Panti Sosial didasarkan pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1965 tentang "Pemberian Bantuan Hidup Kepada
Orang Lanjut Usia" (UUD 1945).

Hal ini sesuai dengan ketentuan negara Republik Indonesia dan


rangkaian peraturan perundang-undangan terkait.

(1) Persuasi sosial digunakan untuk memberikan pengalaman dengan


potensi rendah kepada pengguna sehingga mereka dapat
memperoleh manfaat tersembunyi.
(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui pemeliharaan tingkat kesejahteraan sosial yang dilakukan
baik di dalam maupun di luar lembaga.
(3) Lanjut usia yang tidak berpotensi terlantar dan meninggal dunia,
dimakamkan sesuai dengan agamanya dan menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan/atau masyarakat.
2. Profil Panti Wreda Kasih

Nama Panti Wreda : Wreda Kasih


Alamat : Jalan Gn. Merbabu, No 1 Perumnas Kota Cirebon
Telepon : 0231 235828
3. Visi Misi Panti Wreda Kasih
Visi : Mewujudkan pola hidup dan perilaku yang sehat baik jasmani
maupun rohani untuk menjamin lingkungan tetap terjaga dan tidak ada
satupun yang tertinggal.
Misi:
A. Misalnya memastikan pertumbuhan dan perkembangan serta
memaksimalkan tanggung jawab sosial anggota Diakonia.
B. Memberantas lansia bermasalah kesejahteraan sosial dalam kehidupan
yang layak dan bermanfaat.
C. Mengembangkan dan meningkatkan peran jemaat serta Gereja dan
masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan upaya kesejahteraan
sosial khususnya dalam pelayanan Diakonia di Panti Jompo.
D. Meningkatkan mutu pelayanan lansia yang meliputi pelayanan
kesejahteraan fisik, medis, sosial dan mental lainnya.
E. .Pilih kegiatan kesehatan dan perawatan lansia dari berbagai
perlindungan sosial.
F. Menyelenggarakan pelayanan dan bantuan sosial dalam rangka
memulihkan kemampuan, kemauan, kepercayaan, harkat dan harga diri
lansia.
4. Susunan Pengurus Panti Wreda Kasih
PENDAMPING : Pdt. SAKRISO L. SARAGIH
MJ.PENDAMPING : PNT. MARINA GINTING. Pnt. CHARLES
LUMBAN RAJA
SIE ROHANI : HENOH TEJOSUPRIYATNO
KETUA I : LISA TANILINA
KETUA II : HENOH TEJOSUPRIYATNO
BENDAHARA I : RISA MELANI
BENDAHARA II : SUSANNA SASMITA I
SEKRETARIS I : SHANTI YULIANA
SEKRETARIS II :
ANGGOTA : SUKADI
EDO KRISTIANTO
SOLIKIN SUTANTO
DOKTER PANTI WREDA KASIH : DR. FELICIA ANDRIANI

B. Hasil Penelitian

Mencapai kondisi optimal bagi lanjut usia melalui penyediaan layanan tidak
hanya bergantung pada pemerintah dan masyarakat, tetapi keluarga juga memiliki
peran krusial sebagai institusi utama dalam memenuhi kebutuhan lansia,
khususnya dalam meningkatkan kesejahteraannya. Dengan adanya globalisasi dan
perubahan struktural dalam keluarga yang mengarah pada pergeseran dari
keluarga besar ke keluarga kecil, terjadi perubahan dalam persepsi terhadap peran
pengasuhan lansia di lingkungan keluarga. Perubahan ini senantiasa beriringan
dengan perkembangan zaman dan transformasi lainnya.

Langkah ini sangat penting untuk memasukkan masyarakat Indonesia ke


dalam panti jompo sebagai bagian dari strategi menyeluruh guna memastikan
bahwa kelompok yang memerlukan mendapat perhatian. Usaha yang dilakukan
oleh panti jompo bertujuan mengurangi jumlah lansia yang ditinggalkan,
meskipun seharusnya pelayanan dari panti jompo dianggap sebagai tindakan
terakhir karena pada dasarnya perawatan lansia dilakukan oleh keluarga sebagai
lembaga pendahuluan. (Departemen Sosial RI, 2003. Kebijakan dan Program
Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia)

Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh panti jompo dapat dianggap


sebagai bentuk sistem pelayanan sosial atau sebagai lingkungan utama
(fundamental setting). Dalam konteks ini, aktivitas perusahaan dalam praktik
profesional mencakup tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial yang
teridentifikasi melibatkan kewajiban untuk memelihara kesejahteraan masyarakat
sebagai hasil dari tanggung jawab sosial yang diakui. Oleh karena itu, cara
karyawan perusahaan menerapkan identitas dan pandangan perusahaan di tempat
kerja disebut sebagai "domain layanan yang unik".

Pelayanan yang diselenggarakan didasarkan pada pelengkap Undang-


Undang Kesejahteraan Lanjut Usia, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 1998.
Salah satu implementasi sistem pelayanan ini terjadi di panti jompo dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dasar lansia, dianggap esensial untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Panti jompo memiliki kapasitas untuk memberikan layanan
tambahan yang mungkin tidak dapat diakomodasi jika lansia berada dalam satu
keluarga, sehingga pelayanan di panti tersebut sebanding atau lebih besar
dibandingkan dengan situasi saat ini. Oleh karena itu, peran panti jompo, juga
dikenal sebagai panti jompo sosial, memiliki kontribusi yang signifikan dalam
upaya meningkatkan pengalaman bahasa.
Berbagai program di Panti Wredha Kasih mencakup senam, menjahit,
bahasa Inggris, bahasa Belanda, kegiatan rohani, dan jalan kaki. Di antara lansia
di panti, beberapa sudah memiliki keluarga, sementara yang lain belum. Mereka
yang belum memiliki keluarga akan mendapatkan dukungan finansial dari
pengurus gereja, dengan syarat utama sebagai anggota gereja. Pada awalnya, pada
tahun 2000, terdapat kelompok yang membantu lansia tanpa keluarga dan
dukungan finansial, namun beberapa tahun kemudian kelompok tersebut
menghentikan layanan tersebut karena alasan keuangan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelayanan yang dilakukan oleh pekerja sosial merujuk pada undang-undang


yang mengatur kesejahteraan lansia, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 1998.
Salah satu implementasi dari sistem pelayanan ini diwujudkan dalam panti wreda
dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar para lansia, yang dianggap sebagai
aspek krusial dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.

Beberapa kegiatan di Panti Wredha Kasih melibatkan senam, pelatihan


menjahit, pelatihan Bahasa Inggris, pelatihan Bahasa Belanda, kegiatan rohani, dan
jalan-jalan. Di antara semua lansia di panti, ada yang memiliki keluarga dan ada
yang tidak. Bagi yang tidak memiliki keluarga, biaya mereka akan ditanggung oleh
pengurus gereja, dengan syarat utama menjadi anggota gereja untuk memenuhi
persyaratan dibiayai.

B. SARAN
Dari pembahasan yang telah peniliti simpulkan di atas
berikutnya peniliti perlu menyampaikan beberapa saran sebagaiberikut;
1. Menambah kerjasama dengan Gereja lain
2. Dan untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menggali data lebih
dalam di panti wreda kasih
Dokumentasi

Gambar.1 Tampak depan panti wreda kasih

Gambar.2 Proeses Wawancara dengan ketua II panti wreda kasih


Gambar.3 foto berduaan dengan ketua II di panti wreda kasih

Gambar.4 daftar penghuni panti wreda kasih


Gambar.5 Kunjungan kembali ke panti wreda kasih

Gambar.6 Evaluasi terkait penelitian dipanti wreda kasih


Gambar.7 Foto dengan ketua I di panti wreda kasih

https://drive.google.com/drive/folders/1-tToHgJSZE4nbUEMSvTzrKtgj4Tq8ycD

( link video panti wreda kasih )


DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. (2015). Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafndo.


Adnan, F. H. (2022). Pelayanan sosial terhadap lansia yang memiliki keluarga pada lembaga
kesejahteraan sosial(lks) panti wredha hana tangerang selatan. skripsi, 1-83.
Afrida, W. S. (2000). Pengaruh dukunga dan habibah n sosial terhadap kesepian pada lansia
di perkumpulan lansia habibi. Liza Marini dan Sari Hayati.
FAHRUDIN, A. (2012). PENGANTAR KESEJAHTERAAN SOSIAL. BANDUNG: PT.
REFIKA ADITAMA.
ISRA, N. (2015). PERAN PANTI SOSIAL DALAM PENAGANAN LANJUT USIA.
SKRIPSI, 1-66.
Kemenkes. (2013).
MOLEONG, L. (2007). METODOLOGI PENELITIAN. BANDUNG: PT. REMAJA
ROSDAKARYA.
Pandu Tri Pramono, P. A. (2013). PELAKSAAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANSIA " WENING WARDOYO "
UNGGARAN.
RIYADI. (2002). PERENCAAN PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI
MENGENDALIKAN.
SHINTA PUJI TRI WANTI, I. E. (n.d.). PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANSIA. 129-136.
SOEKANTO. (2002). TEORI PERANAN. JAKARTA BUMI AKSARA.
SUGIYONO. (2012). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN R&D .
BANDUNG: ALFABETA.
SUHARTO, E. (2009). PEKERJA SOSIAL& KESEJAHTERAAN SOSIAL. YOGYAKARTA:
PUSTAKA PELAJAR.
Zubaedi. (2013). Pengembangan masyarakat wacana dan praktek . Jakarta: Pustaka kencana
prenada media group.
https://tafsirq.com/index
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatig, dan R&D, penerbit
Alfabeta,Bandung

You might also like