You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan
pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan makalah Persalinan Beresiko Dan Trauma
Melahirkan. Adapun makalah yang di buat ini adalah bentuk tugas yang diberikan dosen
kepada penulis. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Penulis sangat mengharapkan pembaca dapat memberikan
saran dan masukan yang akan membangun dan menambah pemahaman penulis untuk lebih
semangat dalam pembuatan makalah ataupun tugas yang akan di berikan berikutnya.
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….…………3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….4

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...……………5

A. Persalinan Beresiko
a) Distosia Bahu
b) Prematur
c) Postmatur
B. Trauma Melahirkan
a) Inkotinensia urin
b) Fistula genetalia

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..……….6


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...…………7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian


pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Kemenkes P., 2019)
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis
dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu
di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat
pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di
fasilitas pelayanantersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan
komplikasi dapat menurunkanangka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir.
Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi
dini komplikasi yang mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat
guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan
rujukan; maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan
kematian.
Trauma melahirkan dan depresi saat mengan dung. Ibu yang mengalami kesulitan saat
persalinan (terjadi pendarahan hebat atau melalui operasi caesar) akan berpeluang
besar menderita sindrom ini. Juga pada ibu yang pernah mengalami depresi berat saat
mengandung. Misalnya, perasaan sedih yang sangat karena kehilangan orang tua atau
sanak keluarganya
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERSALINAN BERESIKO

 Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin plasenta,


selaput ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.

Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. (Saifudin, 2014)

a) Distosia Bahu
 Pengrtian Distosia bahu
Distosia Bahu merupakan suatu kegawatdaruratan obstetri yang jarang terjadi,
namun sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Distosia bahu adalah suatu kondisi
kegawatdaruratan obstetri pada persalinan pervaginam dimana bahu janin gagal
lahir secara spontan setelah lahirnya kepala janin.

 Etiologi
sefalopelvis, kontraksi uterus yang tidak adekuat, dan posisi janin yang abnormal.
Secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yang dikenal dengan singkatan 3P
(Power,Passage, dan Passenger). Power merupakan kontraksi uterus yang tidak
adekuat, passage adalah abnormalitas jalan lahir, sedangkan passenger
menyatakan kondisi janin yang tidak normal. Penyebab distosia bisa multifaktorial
dari kondisi abnormal tersebut.
 Tanda dan Gejala
Distosia bahu terjadi dikarenakan posisi/letak/presentasi janin yang abnormal
ataupun CPD karena jalan lahir yang sempit, sehingga distosia bahu dapat dikate
gorikan menjadi distosia fetal dan distosia pelvis. Distosia jenis ini dapat ditandai
dengan:
1) Kesulitan dalam melahirkan wajah bayi
2) Kepala bayi seperti terjepit di vulva, atau mengalami retraksi (turle neck sign)
3) Leher bayi sulit sekali untuk dilahirkan

 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan distosia dapat dilakukan berdasarkan dari tipenya
(F. Gary Cunningham et al, 2010)
1) Cari pertolongan, terutama jika tersedia bantuan dari dokter
2) Minta ibu untuk berhenti mengedan, karena dapat menyebabkan impaksi yang
lebih buruk dan meningkatkan risiko
3) Lakukan maneuver McRobert 4) Jika gagal, laukan episiotomy, dan second line
maneuver. Rubins maneuver,

 Klasifikasi

1. Distosia karena kelainan tenaga

2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.

3. Distosia karena kelainan panggul

4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006). Distosia bahu ada
hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang berlebihan, bayi
berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu.

 Tanda klinis diagnosa bahu:


Kesulitan melahirkan wajah dan dagu • Kepala bayi melekat erat di vulva
(turtlesign)
Kegagalan putar paksi luar •kegagalan turunnya bahu.

b) Prematur
 Pengertian Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau
lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim
mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks) sehingga membuat janin
memasuki jalan lahir.
Minggu terakhir masa kehamilan adalah masa yang penting dalam pembentukan
tahap akhir berbagai organ vital, termasuk otak dan paru-paru, serta peningkatan
berat badan janin.Oleh sebab itu, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami
gangguan kesehatan karena kondisi organ tubuhnya belum sempurna sehingga
membutuhkan perawatan.

 Etiologi
Kelahiran preterm sebenarnya bukan kondisi tunggal, ada berbagai penelitian
yang menyatakan kondisi tersebut adalah suatu sindrom dengan etiologi yang
multifaktor. Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan kelahiran preterm di
antaranya :
o Inflamasi intraamnion, biasanya karena infeksi asenden dari vagina
(Bacterial vaginosis, trichomoniasis, viral infection).
o Perdarahan desidua dan kelainan vaskular, seperti abrupsio plasenta,
plasenta previa atau lesi plasenta yang menyebabkan underperfusion arteri
plasenta
o Penuaan desidua (premature decidual senescence)
o Inkompetensi serviks, misalnya karena trauma atau setelah tindakan cone
biopsy
o Distorsi uterus, misalnya kelainan duktus müllerian, fibroid uterus, atau
overdistensi uterus akibat gemeli atau polihidramnion
o Infeksi ekstrauterin, seperti pyelonephritis, malaria, pneumonia
o Perubahan hormonal, yaitu menurunnya progesteron yang bisa diperantarai
oleh stres maternal atau stres fetal
o Fetal juga berperan mempercepat proses persalinan apabila mengenali
lingkungan intrauterin yang tidak baik, dengan mengaktivasi fetal-
placental parturition

 Penyebab kelahiran prematur


Sering kali tidak diketahui. Namun, ketuban pecah dini, merupakan salah satu
penyebab utama kelahiran prematur.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran prematur, yaitu:
1. Faktor kesehatan ibu, di antaranya:
o Preeklamsia
o Gangguan pembekuan darah
o Penyakit kronis, seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, diabetes, dan
tekanan darah tinggi
o Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan
infeksi vagina
o Kelainan pada bentuk rahim atau leher Rahim
o Pembukaan serviks yang terjadi lebih dini
o Stres
o Pernah mengalami keguguran
o Kelebihan atau kekurangan berat badan sebelum hamil
o Kekurangan nutrisi
o Kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan
o Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol saat hamil
o Penyalahgunaan NAPZA
o Cedera fisik, misalnya cedera akibat persalinan sebelumnya
o Pernah menjalani operasi pada serviks
o Pernah mengalami kelahiran prematu Penyebab sebelumnya
o Riwayat kelahiran prematur di dalam keluarga
2. Faktor kehamilan, seperti:
o Kelainan posisi atau gangguan fungsi plasenta
o Plasenta yang lepas sebelum waktunya
o Cairan ketuban yang terlalu banyak
o Perdarahan vagina selama masa kehamilan
o Hamil dengan bantuan prosedur bayi tabung
o Hamil di usia remaja atau di atas 40 tahun
o Tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik
o Jarak kehamilan yang terlalu dekat dari kehamilan sebelumnya
3. Faktor yang melibatkan janin, yaitu:
o Kehamilan kembar
o Janin menderita cacat lahir
o Gangguan perkembangan janin
o IUGR atau intrauterine growth restriction

 Tanda dan gejala


Tanda persalinan prematur sama seperti persalinan pada umumnya. Pembedanya
adalah waktu persalinan prematur terjadi di bawah usia kehamilan 37 minggu.
Berikut 4 tanda persalinan prematur:
a) Perut mulas terasa semakin sering dan dalam intensitas lama, yakni sampai
40 detik. Perut mulas juga disertai kontraksi yang terjadi 3 kali dalam 10
menit.
b) Bunda sulit bergerak atau jalan karena rasa mulas dan kontraksi yang
muncul.
c) Perineum menonjol dan pembukaan leher rahim terjadi secara simultan
karena bayi sudah ada di dasar panggul.
d) Ada dorongan ingin meneran.

 Gejala Kelahiran Prematur


Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala atau tanda hendak
melahirkan, yaitu:
• Nyeri pinggang
• Kontraksi setiap 10 menit
• Kram di perut bagian bawah
• Keluar cairan dan lendir yang semakin banyak dari vagina
• Perdarahan vagina
• Peningkatan tekanan di bagian panggul dan vagina
• Mual dan muntah

 Tahapan stadium kelahiran prematur

5 Tahapan Stadium

o Stadium I
Adanya pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal di retina, tetapi masih
sedikit. Kebanyakan bayi dengan ROP stadium I dapat membaik dengan
sendirinya tanpa pengobatan seiring pertambahan usia. ROP stadium I juga
umumnya tidak mengganggu penglihatan.
o Stadium II
Pada stadium II, ditemukan cukup banyak pertumbuhan pembuluh darah yang
abnormal di sekitar retina. Sama seperti stadium I, bayi dengan ROP stadium II
tidak memerlukan pengobatan dan seiring pertambahan usia penglihatannya akan
normal.
o Stadium III
Pada ROP stadium III, pembuluh darah abnormal di sekitar retina sangat banyak
sehingga menutupi retina. Hal ini dapat mengganggu kemampuan retina mata
dalam menunjang penglihatan.
Pada beberapa kasus, bayi dengan ROP stadium III dapat membaik tanpa
pengobatan dan memiliki penglihatan yang normal. Namun, bila pembuluh darah
retina semakin membesar dan pertumbuhannya semakin banyak, pengobatan perlu
dilakukan untuk mencegah robekan retina.
o Stadium IV
Pada ROP stadium IV, kondisi retina mata bayi sudah terpisah dari bola mata. Hal
ini karena tumbuhnya pembuluh darah abnormal di sekitarnya dapat menarik
retina menjauh dari dinding bola mata. Bayi dengan ROP stadium IV harus segera
mendapatkan penanganan agar terhindar dari kebutaan.
o Stadium V
ROP stadium V merupakan kondisi yang paling parah di mana retina mata sudah
terlepas dari bola mata sepenuhnya. Kondisi ini harus segera diobati karena bisa
menyebabkan gangguan penglihatan atau kebutaan permanen jika tidak segera
ditangani.
c) Postmatur
 Pengertian Postmatur
Postmature adalah : Kondisi belum lahirnya bayi ketika usi kandungan sudah
lewat dari 42 minggu

 Etiologic Postmatur
Penyebab terjadinya kehamilan postmature belum diketahui dengan jelas, namun
diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Masalah Ibu :
 Cervix belum matang
 Kecemasan ibu
 Persalinan traumatis
 Hormonal
 Factor herediter
2. Masalah Bayi :
 Kelainan pertumbuhan janin
 Oligohidramnion

 Patofisiologi
1. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat
sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Biasanya bayi postmaturtidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk
usiagestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit
berat akibat asfiksia lahir dan aspirasimekonium. Berapa bayi yang bertahan
hidup mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi
berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan
pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar10 % kehamilan antara 41 dan 43
minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion
yangmenyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas
2. Disfungsi Plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu ataulebih dan meskipun tidak ada agar
skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadipenurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm mungkin
terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa beras pada
sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta
tidakterganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun
kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khasgestasi antara 38 dan 42 minggu
3. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan
diameter tali pusat yang mengecil,diukur dengan USG, bersifat prediktif
terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai
denganologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi
ketika kehamilan telah melewati 42 minggu,mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang
merupakanpenyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada
sindrom aspirasi mekonium.
4. Pertumbuhan Janin Terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan yang
seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin
terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu ataulebih,
demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas meningkatkan
secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan.
Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilanmemanjang
merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya relatif
kecil ini
5. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang
karena pada wanita dengan umurkehamilan 41 minggu mempunyai serviks
yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah indicator prognostic
yangpenting untuk keberhasilan induksi dalam persalinan
 Tanda dan Gejala Postmature
Tanda dan gejala dari postmature tidak dirasakan, hanya dilihat dari tuanya
kehamilan. Biasanyya terjadi pada masyarakat pedesaan yang lupa akan haid
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terkahir dicatat dan diketahui
wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu,
hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG akan dilakukan
untuk memeriksa ukuran diameter biparetal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
Sehingga umur kehamilan melewati 294 hari genap 42 minggu saat dilakukanm
plapasi teraba bagian-bagian janin lebih jelas karena berkurangnnya air ketuban.
Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jatung janin, dengan pemeriksaan
auskulatsi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau
tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan USG

 Penatalaksanaan
Setelah usi kehamilan lebih dari 40-42 minggu adalah monitoring janin sebaik-
baiknya. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisinesi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Apabaila ada insufisinesi plasenta
dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan
lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian jainin dalam kandungan, pre-
eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua maka dapat dilakukan operasi
seksio seserea. Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik,
memungkinkan untuk menunda satu minggu dengan menilai gerakan janin.
Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
a) Persalinan ajuran dengan infus pituritin (sintosinon)
Persalinan dengan infus oktosiosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5% banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa
lebih sederhana dan mulai 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit/
kenaikan tetesan 4-8 tetes setiap 5 menit samapai kontraksi optimal. Bila
dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, Malka tetesan tersebut
dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi
persalinan anjuran dengan selang waktu sampai 48 jam
b) Memecahkan Ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan . setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam dengan
harapan kontraksi otot Rahim akan berlangsung. Apabila berlangsung
kontraksi otot Rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa
yang mengandung 5 unit oksitosis
c) Persalinan anjuran yang menggunakan prostaglandin
Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot Rahim
permaikain prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk
infus intravena dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria). Tata
laksana kehamilan postmature tanpa patologi lain yaitu :
1. Pasien dirawat
2. Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG
3. NST reaktif periksaa keadaan serviks
4. Serviks matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung dimatangkan dulu
5. Jika serviks belum matang, perlu dimatangkan dulu
6. Jika induksi gagal/terjadi gawat janin dilakukan SC

 Manefestasi Klinis
Manefestasi kliniks dari postmature itu :

1. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit
atau secara objektif denganKTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit.
(Echa, 2012)
2. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
o Stadium I : Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
o Stadium II : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit
o Stadium III: Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali
pusat

Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :

o Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)


o Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
o Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
o Verniks kaseosa di bidan kurang
o Kuku-kuku Panjang
o Rambut kepala agak tebal
o Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

B. TRAUMA MELAHIRKAN

 Menurut Reza Gunawan, praktisi penyembuhan holistik, trauma persalinan adalah


cedera jiwa yang dialami ibu dan janin yang terjadi saat persalinan. Tanpa adanya
upaya penyembuhan, cedera jiwa ini berpotensi menimbulkan permasalahan
jangka panjang, tak hanya bagi ibu namun juga bayi.

a). Inkontinensia urine

 Pengertian

urine merupakan kondisi dimana seseorang sulit menahan buang air kecil sehingga
mengompol. Inkontinensia urine umumnya dialami oleh lansia, dan lebih sering
dialami oleh wanita dibandingkan pria.Inkontinensia bukan merupakan kondisi yang
berbahaya, tetapi jika dibiarkan terus menerus inkontinensia urine dapat berdampak
buruk pada kondisi psikologis dan kehidupan sosial penderita yang mengalami
intoleransia itu sendiri.

Inkontinensia urin dibagi menjadi beberapa jenis. Penyebabnya pun berbeda


tergantung pada masing-masing jenisnya. Inkontinensia urin berdasarkan klinis dapat
dibagi menjadi akut (transien) dan kronis (persisten).5 Pada tipe akut gejala ini dapat
sembuh sendiri dan bersifat sementara tetapi pada tipe kronis biasanya telah terjadi
kelainan anatomi (organ) sehingga gejala ini menetap. 5 Inkontinensia urin kronik ini
dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed dan
continuous).

Pada inkontinensia akut (transien), gejala yang ditimbulkan bersifat sementara dan
gejala akan hilang apabila penyakit dasar telah sembuh. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan timbulnya inkontinensia akut dapat disingkat dengan mnemonic
DIAPPERS.

D - Delirium atau kebingungan: pada kondisi berkurangnya kesadaran baik karena


pengaruh obat atau operasi.

I - Infection: infeksi saluran kemih seperti cystitis dan urethritis dapat menyebabkan
iritasi kandung kemih, sehingga timbul frekuensi, disuria dan urgensi yang
menyebabkan seseorang tidak mampu mencapai toilet untuk berkemih.

A - Atrophic Uretritis atau Vaginitis: jaringan yang teriritasi dapat menyebabkan


timbulnya urgensi

P – Pharmaceuticals: karena obat-obatan, seperti terapi diuretik akan meningkatkan


pembebanan urin dikandung kemih.

P - Psychological Disorder: seperti stres, anxietas, dan depresi.

E - Excessive Urin Output: dapat karena intake cairan, diuretik, alkoholisme,


pengaruh kafein.

R - Restricted Mobility: penurunan kondisi fisik lain yang mengganggu mobilitas


untuk mencapai toilet.

S - Stool Impaction: pengaruh tekanan feses pada kondisi konstipasi akan mengubah
posisi kandung kemih dan menekan saraf

Apabila penyakit dasar tersebut telah sembuh maka gejala inkontinensia juga akan
perbaikan dengan sendirinya.Berbeda dengan inkontinensia kronis (persisten) gejala
ini muncul secara terus menerus dan bersifat menetap. Penyebab dari inkontinensia
kronis biasanya adanya kelaian anatomi atau organ yang menyokong mekanisme
berkemih. Seperti kerusakan pada saraf pundenda akibat persalinan sehingga terjadi
kelemahan otot sfingter yang menahan air seni di kandung kemih, kerusakan pada
ligamen puboservikal, meningkatnya kontraksi otot detrusor (otot pada kandung
kemih), menurunya sensitivitas saraf akibat penyakit diabetes mellitus, ataupun
adanya tumor di ruang panggul.

 Etiologi
Etiologi inkontinensia urine berbeda-beda tergantung pada jenis inkontinensia yang
terjadi, misalnya inkontinensia stres, inkontinensia urgensi, inkontinensia overflow,
dan inkontinensia fungsional. Secara umum, inkontinensia terjadi akibat kelainan
struktur atau kelainan sistem saraf yang mengatur miksi. Inkontinensia stres
merupakan jenis inkontinensia yang paling sering terjadi.

1). Gangguan Struktur

Gangguan struktur dapat mengganggu proses miksi dan menyebabkan inkontinensia.


Contoh penyebab gangguan struktur adalah:

- Trauma: proses partus, trauma pelvis

- Hipoestrogenisme: defisiensi estrogen, pascamenopause

- Kelainan otot detrusor: obesitas, hiperplasia prostat

- Gangguan traktus urinarius: infeksi, batu ginjal, involusi uretra

- Kelainan kongenital: spina bifida, meningocele, agenesis sakrum, epispadia

- Keganasan: karsinoma renal, buli, prostat Terapi radiasi pelvis

- Iatrogenik: prosedur urologi, prosedur obstetrik, pembedahan abdomen bawah

- Lainnya: penuaan, kehamilan, idiopatik

2). Faktor Neurologis

Kelainan neurologis yang dapat menyebabkan inkontinensia urine adalah:

- Lesi serebral: stroke, tumor, aneurisma, perdarahan, penurunan kesadaran

- Lesi medulla spinalis: herniasi, kompresi, neuropati, sindrom cauda equina, dan
mielodisplasia

- Sklerosis multipel

- Penyakit Parkinson

 Tanda dan gejala inkontinensia urine


- Mengompol/rembesan urin saat beraktivitas sehari-hari, dipicu dengan mengangkat
beban, membungkuk, atau berolahraga.

- Tidak dapat menahan kencing setelah merasa dorongan kuat untuk buang air kecil
yang muncul tiba-tiba.

- Urin bocor tanpa tanda-tanda atau dorongan buang air kecil.

- Tidak dapat mencapai toilet tepat waktu.

- Mengompol saat tidur.

- Urin bocor selama aktivitas seksual.

- Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, seperti mengedan, pancaran urin


lemah, tidak lampias, dan kandung kemih terasa penuh pada inkontinensia urin
luapan/overflow.

 Manifestasi klinis inkontinensia urine

Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah


sensasi berkemih muncul, manifestasinya dapat berupa perasaan ingin berkemih yang
mendadak (urge), berkemih berulang kali (frekuensi) dan keinginan berkemih di
malam hari (nokturia).

 Klasifikasi inkontinensia urine

- Inkontinensia Stres

Inkontinensia Urine yang bocor saat penderita menekan kandung kemih dengan
batuk, bersin, tertawa, berolahraga, atau mengangkat sesuatu yang berat.

- Inkontinensia Mendesak merupakan Kondisi dimana penderita tiba-tiba ingin buang


air kecil yang diikuti dengan keluarnya urine secara tidak sengaja.

- Inkontinensia yang mendesak dapat disebabkan oleh kondisi kecil, seperti infeksi,
atau kondisi yang lebih parah seperti gangguan neurologis atau diabetes.
- Inkontinensia Luapan merupakan kondisi dimana penderita akan mengalami tetesan
urine yang sering atau terus-menerus karena kandung kemih yang tidak benar-benar
kosong.

- Inkontinensia Fungsional merupakan Gangguan fisik atau mental membuat kamu


tidak bisa ke toilet tepat waktu. Misalnya, jika seseorang menderita radang sendi
parah, penderita mungkin tidak dapat membuka kancing celana dengan cukup cepat.

- Inkontinensia Campuran merupakan Kondisi saat penderita mengalami lebih dari


satu jenis inkontinensia urine.

 Faktor Resiko inkontinensia urine

- Kelainan saluran kemih bagian bawah akibat Infeksi, obstruksi, kontraktiltas


kandung kemih yang berlebihan, kelemahan sfingter, hipertropi prostat.

- Usia

Seiring bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ
kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul dan batuk berkepanjangan. Ini
mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu meningkatnya
sensitivitas dari otot kandung kemih, sehingga saat kandung kemih belum terisi
sampai batas yang seharusnya, dapat menimbulkan rasa ingin berkemih.

- Riwayat penyakit gangguan saraf

Otak (stroke, alzaimer, demensia multiinfark, parkinson, multipel sklerosis), medula


spinalis (sklerosis servikal atau lumbal, trauma, multipel sklerosis), dan persarafan
perifer (diabetes neuropati, trauma saraf).

- Menopause

Pada kondisi menopause terjadi penurunan hormon estrogen. Penurunan hormon ini
dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme berkemih sehingga dapat terjadi
inkontinensia urin

- Diabetes melitus
Pada penderita diabetes terjadi peningkatan gula darah secara kronis, hal ini dapat
menyebabkan iritasi pada saraf dan organ berkemih yang dapat menyebabkan
gangguan dari mekanisme berkemih sehingga inkontinensia dapat terjadi.

- Obesitas

Pada penderita obesitas terjadi peningkatan tekanan dalam perut yang dapat menekan
kandung kemih sehingga dorongan untuk berkemih lebih sering terjadi dibandingkan
dengan yang memiliki berat badan nomal. Selain itu pada penderita obesitas
rendahnya mobilisasi dapat menyebabkan lemahnya otot dasar panggul yang
menyokong mekanisme penampungan air kemih di kandung kemih.

- Riwayat operasi daerah panggul

Pada inkontinensia akibat riwayat operasi daerah panggul dapat disebabkan oleh
cidera saraf ataupun organ yang menyokong dasar panggul seperti otot dan ligamen.

 Pemeriksaan penunjang inkontinensia urine dapat meliputi

- Uroflowmetri: tes yang ditujukan untuk mengukur aliran dan kekuatan aliran urine
saat seseorang buang air kecil.

- Pemeriksaan PVR: Post-void residual measurement adalah pengukuran sisa urine.


Pasien akan diminta untuk buang air kecil lalu jumlah urine akan diukur. Setelah itu,
dokter akan menghitung jumlah sisa urine dalam kandung kemih pasien dengan
kateter atau USG. Jika banyak sisa urine yang ditemukan dalam kandung kemih,
berarti ada sumbatan pada uretra atau gangguan otot maupun saraf kandung kemih.

- Pemeriksaan radiologis, seperti USG abdomen dan transvaginal bila diperlukan

- Urodinamik bila tindakan konservatif gagal dan diperlukan tindakan invasif:


Pemeriksaan ini dapat menentukan tingkat tekanan yang bisa ditahan oleh kandung
kemih dan otot sfingter saluran kemih pasien.

- Uretrosistoskopi sesuai indikasi: pada tes ini, dokter akan memasukkan selang tipis
dengan kamera dan lampu di ujung, ke dalam uretra.
 Terapi inkontinensia urine

Perawatan dan manajemen terapi tergantung pada jenis inkontinensia urin. Ada
modalitas konservatif, farmakologis, dan bedah. Perawatan dan manajemen harus
dimulai dengan metode yang paling tidak invasif dan kemudian ditingkatkan sesuai
kebutuhan.

A. Terapi Konservatif

a). Non-farmakologis

Perawatan konservatif awal termasuk modifikasi perilaku dan perubahan gaya hidup
seperti mengurangi masukan cairan sebesar 25% selama pasien minum lebih dari 1 L /
hari, berhenti merokok, mengurangi berat badan, dan menghindari minuman berkafein
dan bersoda yang dapat mengiritasi kandung kemih. Pasien juga dilatih kandung
kemih (bladder training) dan otot dasar panggul melalui senam Kegel. Perawatan ini
perlu untuk diusahakan selama minimal 6 minggu untuk mendapatkan manfaat, dan
mereka idealnya harus dicoba selama 3 bulan. Selain itu, terdapat juga pilihan terapi
melalui stimulasi elektromagnetik. Penggunaan alat medis sebagai penampungan juga
termasuk dalam opsi terapi konservatif. Penampung merupakan hal penting untuk
orang dengan inkontinensia urin yang mana pengobatan aktif tidak dapat
menyembuhkan, atau pengobatan tersebut tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan. Beberapa individu mungkin lebih menyukai penahanan daripada menjalani
pengobatan aktif dengan risiko yang ada. Hal ini termasuk penggunaan popok, kateter
urine, alat penampung eksternal, dan klem penis.

b). Farmakologis

Pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien inkontinensia urin yaitu golongan
antimuskarinik. Terdapat tujuh antimuskarinik yang beredar di pasaran Inggris Raya
yaitu oxybutynin, tolterodine, fesoterodine, solifenacin, darifenacin, propiverine, dan
trospium chloride. Apabila pasien tidak dapat mentoleransi antimuskarinik, dapat
diberikan mirabegron yang merupakan
beta agonist. Pilihan obat lainnya yaitu duloxetine dan pemberian estrogen pada
pasien wanita dengan indikasi.

B. Terapi Bedah/Operatif

Pembedahan juga mejadi salah satu pilihan terapi, terutama ketika tatalaksana
konservatif tidak membuahkan hasil yang baik.

Terapi pembedahan terbagi menjadi dua, yaitu:

a). Minimal invasif: injeksi intravesika, sfingterektomi, dilatasi dengan balon, injeksi
bulking agents (polytetrafluoroethylene, polymethylsiloxane, dectranomer hyaluronic
acid copolymer), bladder neck incision, dan stent uretra.

b). Operasi terbuka: urethral sling, augmentasi sistoplasti/diversi urine

b). Fistula Genetalia

 Pengertian Fistula Genetalia


Fistula genitaliadalah terjadinyahubungan antara traktus genitalia dengan
traktus urinariusatau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau
gabungan dua kelainan secara bersamaan.

 Etiologi Fistula Genetalia


o Sebab obstetric
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama,
seperti pada partus lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat
terjepit oleh alat pada persalinan buatan. Partus dengan tindakan, seperti
pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi, ekstraksidengan cunam,
seksio-histerektomia.
o Sebab ginekologika.

a). Proses keganasan/carsinoma terutama carsinoma cervix,


radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan kongenital.

b).Histerektomi totalis.
c).Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm Terjadi akibat
terjepit oleh klem atau terikat oleh jahitan.

o Sebab trauma

Terjadi karena trauma(abortus kriminalis).Fistua biasanya berkembang ketika


terjadi penekanan persalinan yang lama anak yang belum lahir begitu erat di
jalan lahir yang dipotong aliran darah ke jaringan sekitarnya yang
necrotise dan akhirnya membusuk. Cedera ini dapat disebabkan oleh
pemotongan kelamin perempuan, aborsi, atau panggul patah tulang.
Penyebab lainnya yang secara langsung potensial untuk pengembangan
fistula obstetrik adalah pelecehan seksual dan perkosaan, terutama dalam
konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker ginekologi
atau radioterapi pengobatan terkait lainnya, dan mungkin yang paling
penting, terbatas atau tidak memiliki akses ke perawatan kandungan atau
layanan darurat.

 Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari
pembedahan. Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau
kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan
masuk kedalamperitoneum hingga terjadinya peradangan pada
peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya
abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita
jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan
terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketansehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2
permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau
feses.Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang
mengalami perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan
peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan tertahan didalam
usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan edema), jika tidak
di tangani secara cepat maka cairan akan merembes kedalam rongga
peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi. Karena terjadinya kebocoran
pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan maka akan
menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang sehingga
cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa
menyebabkan edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan
akan merembes kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.

 Klasifikasi Fistula Genetalia


1).Fistula enterocutaneous Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka
sehingga menyebabkan keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit.
2).Fistula enterovesicular (vesikovaginal dan uretrovaginal)Fistula
vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina sedangkan
fistula uretrovaginal adalah ostium antara uretra dan vagina. Fistula pada
bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih

3).Fistula rektovaginalis Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina


atau merupakan alur granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga
bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal.

4).Fistula enterocolic Adalah saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil.

5).Fistula multiple

 Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor
secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus
atau feses dari vagina atau kandung kemih,tergantung pada saluran fistula.
Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai
gejala yang berhubungan

 Tanda dan Gejala


Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup :
1.Inkontinensia urine
2.Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina
3.Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan
4.Wanita merasa tidak nyaman
5.Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
6.Kulit sekitar anus tebal
7.Infeksi pada jalan lahir
8.Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar
9.Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.

 Penatalaksanaan
o Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi.Operasi
untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan
90%. Operasi ini sukses dapat memungkinkan perempuan untuk
hidup normal dan memiliki anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat
penting untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia
untuk operasi ini, dapat mencari pengobatan alternatif yang disebut
urostomy (pengumpulan urin dipakai setiap hari). Manfaat terbesar dari
perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita dapat kembali bergabung
dengan keluarga mereka, masyarakat, danmasyarakat tanpa rasa malu dari
kondisi mereka karena bocor dan bau tidak lagi sekarang
o Keperawatana.
a).Pra operasi : persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan
kolon bila perlu.
b).Waktu reparasi, tergantung sebab :Trauma operasi segera, saat operasi tsb,
atau ditunda jika diketahui pasca op.
Obstetrik 3 bulan pascasalin, kecuali fistula fekalis dilakukan setelah 3-6
bulan.
c).Pasca operasi : drainase urin kateter terpasang

You might also like