Professional Documents
Culture Documents
Kel 3 Askep Atresia
Kel 3 Askep Atresia
Dosen:
Ulfia Fitriani N, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Agista Ezha O 21102121 Muhammad Jefri P 21102153
Devy Mareta P.S 21102126 Nadia Izza Ruwaidah 21102156
Dhea Wulan Safitri 21102127 Niken Dwi Nurjanah 21102159
Dwi Shita Nuria R 21102134 Rindang Farihah 21102165
Faiqotul Hindana L.K 21102137 Sabrina Salsabillah P 21102169
Gusti Ayu Cahyani S 21102142 Safa Raisa Salsabila 21102170
Joni Maulidi 21102146 Shella Cahyani 21102171
Linda Wati 21102148
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan atresia ductus hepaticus pada
anak ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamya.
Terimakasih kami ucapkan kepada ibu Ulfia Fitriani N, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan anak II Universitas dr. Soebandi jember yang telah memberikan tugas ini kepada
kami, sehingga kami dapat mempelajarinya lebih dalam lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan
makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita
mengenai asuhan keperawatan anak atresia ductus hepaticus. Kami menyadari bahwa makalah ini
sepenuhnya masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan makalah yang kami buat agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat
dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada salah
kata yang kurang berkenan di hati pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Atresia billier merupakan suatu kelainan kongenital pada duktus biliaris ekstrahepatik yang ditandai oleh
proses inflamasi dan destruksi diikuti oleh proses fibrosis dan obliterasi pada duktus biliaris yang berakhir
dengan kerusakan duktus biliaris intrahepatik. Tatalaksana utama atresia bilier adalah pembedahan dengan
tujuan utama mengembalikan aliran empedu dengan melakukan eksisi seluruh sisa duktus biliaris
ekstrahepatik dan melakukan rekonstruksi dengan mengalirkan cairan empedu ke usus halus (yeyunum)
melalui hubungan artifisial yang disebut portoenterostom Kasai atau Hepatoportoenterostomi diperkenalkan
oleh Mario Kasai pada tahun 1957.
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif
pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier sejauh ini
lebih berpotensi disebabkan karena kejadian di rahim atau sekitar waktu kelahiran. Penyakit ini bisa
berkembang akibat infeksi virus/bakteri setelah lahir (cytomegalovirus, retrovirus atau rotavirus), masalah
sistem imun yang menyerang hati atau saluran empedu, mutasi genetik serta masalah saat perkembangan hati
dalam rahim. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan
traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Akibatnya di dalam hati dan darah
terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk. Hanya tindakan bedah yang dapat
mengatasi atresia bilier. Bila tindakan bedah dilakukan pada usia 8 minggu, angka keberhasilannya adalah
86%, tetapi bila pembedahan dilakukan pada usia 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya 36%. Oleh
karena itu diagnosis atresia bilier harus ditegakkan sedini mungkin, sebelum usia 8 minggu (Parlin, 1991).
Dari besarnya insiden atresia bilier di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik
untuk mengangkat topik atresia bilier dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi
yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
a) Tujuan umum
1. Untuk mengetahui definisi dari atresia ductus hepaticus
2. Untuk mengetahui etiologi dari atresia ductus hepaticus
3. Untuk mengetahui patofisiologi atresia ductus hepaticus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis atresia ductus hepaticus
5. Untuk mengetahui apa sajakah pemeriksaan penunjang dari atresia ductus hepaticus
6. Untuk mengetahui apa sajakah penatalaksanaan dari atresia ductus hepaticus
7. Untuk mengetahui pathway dari atresia ductus hepaticus
8. Untuk mengetahui asuhap keperawatan pada anak dengan atresia ductus hepaticus
b) Tujuan khusus
Agar pembaca mampu memahami asuhan keperawatan dari ATRESIA DUCTUS HEPATICUS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Atresia bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus bilier ekstrahepatik yang
menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi yang berkepanjangan
yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran
empedu (kolestasis), akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk.
Atresia biliaris adalah suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistim bilier ekstra
hepatik .Karakteristik dari atresia biliarias adalah tidak terdapatnya sebagian sistim bilier antara duodenum
dan hati sehingga terjadi hambatan aliran empedu dan menyebabkan gangguan fungsi hati tapi tidak
menyebabkan Kern icterus karena hati masih tetap membentuk konyugasi bilirubin dan tidak dapat
menembus blood brain barier.
Atresia bilier (AB) merupakan penyebab obstruktif yang paling sering diidentifikasi pada penyakit
kuning dalam 3 bulan pertama kehidupan1. Atresia Bilier (AB) merupakan penyakit yang berpotensi fatal
pada bayi muda, dimana terjadi kolangiopati obliteratif progresif yang mempengaruhi saluran intra dan
ekstrahepatik sebagai kolestasis persisten pada bayi baru lahir
2.2 Etiologi
Penyebab dari Atresia bilier tidak diketahui dengan pasti .Mekanisme auto imun mungkin merupakan
sebagian penyebab terjadinya progresivitas dari Atresia bilier. Dua tipe dari atresia biliaris adalah bentuk
fetal dan terjadi selama masa fetus dan timbul ketika lahir, serta bentuk perinatal lebih spesifik dan tidak
terlihat pada minggu kedua sampai minggu keempat kehidupan.
Penelitian terbaru mengatakan infeksi virus pada bayi sangat sugestif merupakan penyebab dari
Atresia bilier.Kurang lebih 10 % dari Atresia bilier terutama bentuk fetal bersama sama dengan kelainan
kongenital lainnya seperti kelainan jantung ,limpa dan usus.Atrsia biliaris bukan kelainan heriditer ini
terlihat pada bayi kembar atresia bilier tidak terjadi pada keda bayi tersebut.Atresia bilier terjadi selama
periode fetus atau neonatal kemungkinan triger nya adalah salah satu atau kombinasi faktor dibawah ini :
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi dari Atresia biliaris masih sulit dimengerti , penelitian terakhir dikatakan kelainan
kongenital dari sistim biliris.Masalah ontogenesis hepatobilier dicurigai dengan bentuk atresia bilier yang
berhubungan dengan kelainan kongenital yang lain. Walaupun yang banyak pada tipe neonatal dengan tanda
khas inflamasi yang progresif,dengan dugaan infeksi atau toksik agen yang menyebabkan obliterasi duktus
biliaris .
Pada tipe III :yang sering terjadi adalah fibrosis yang menyebabkan obliterasi yang komplit sebagian
sistim bilaris ekstra hepatal . Duktus biliaris intra hepatal yang menuju porta hepatis biasanya pada minggu
pertama kehidupan tampak paten tetapi mungkin dapat terjadi kerusakan yang progresif. Adanya toksin
didalam saluran empedu menyebabkan kerusakan saluran empedu extrahepatis.
Identifikasi dari aktivitas dari inflamasi dan kerusakan Atresia sistim bilier ekstrahepatal tampaknya
merupakan lesi yang didapat. Walaupun tidak dapat didentifikasi faktor penyebab secara khusus tetapi
infeksi merupakan faktor penyebab terutama isolasi dari atresia bentuk neonatal . Banyak penelitian yang
menyatakan peninggian titer antibodi reovirus tipe 3 pada penderita atresia biliaris dibandingkan dengan
yang normal. Virus yang lain yang sudah diimplikasi termasuk rotavirus dan cytomegali virus (CMV)
A. Nutrisi pada pasien Atresia bilier harus diperhatikan terutama untuk lemak,asam lemak esensial yang
mudah diabsorbsi dan pemberian protein dan kalori yang baik.
B. Operasi
1) Kasai prosedur
Tujuannya untuk mengangkat daerah yang mengalami atresia dan menyambung hepar langsung ke
usus halus sehingga sehingga cairan empedu dapat lansung keluar ke usus halus disebut juga Roux-
en-Y hepatoportojejunostomy .
2) Transplantasi hati.
Dilakukan pada keadaan Kasai prosedur tidak berhasil, atresia total atau dengan komplikasi cirhosis
hepatis
2.7 Pathway
diabsorpsi
Gangguan
pertumbuhan
keluar kealiran
Keluar lewat
berwarna berwarna
gelap pucat
Kerusakan
integritas kulit
ansietas
ASUHAN KEPERAWATAN
An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan 1 bulan pasca
kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna pucat,air
kencing berwarna gelap, demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil
pemeriksaan diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan
hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati.
Pengkajian Anak
Anamnesa
c. Keluhan Utama: ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4 °C)
d. Riwayat Penyakit Sekarang: Demam selama 4 hari, rewel, perut klien buncitdan
keras, kulit tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.
e. Riwayat Penyakit sebelumnya : -
f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :
Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCGdiberikan
saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP
Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan
terutamavitamin larut lemak (A,D,E,K)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)
- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat
bendungan empedu yang luas. Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)- Tidak ada
urobilinogen dalam urin.
- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-20
kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipidtrigliserol).
b. Pemeriksaan Diagnostik
- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstrahepatik
(dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).
- Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi.Jika
tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.
- Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan
hatimemproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampaitercurah
ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, makadapat berarti terjadi
katresia intrahepatik.
- Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan
noduler.Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita tidak
ditemukanlumen yang jelas.
ANAISIS DATA
Hypertermi
2 DS : pasien terlihatsesak. cairan asam empedu balikke hati Pola napas tidak efektof
DO :RR= 35x/menitPenggunaan otot bantu
pernapasan Napas pendek Peradangan sel hati
Hepatomegali (pembesaranhepar)
DIAGNOSA
Kriteria hasil S ST
A
Suhu tubuh 1 3
Suhu kulit 2 4
Ket:
1: Memburuk
2: Cukup Memburuk
3: Sedang
4: Cukup Membaik
5: Membaik