You are on page 1of 11

PERAN KEMENDAGRI MENGAWAL PILKADA CORONA

VIRUS DISEASE 2019 COVID-19 MELALUI


MEMERINTAHAN DAERAH

Disusun oleh:

Imro’ah Qurotul ‘Aini

(18410548)

Dosen Pengampu:

Siti Rahma Novikasari S.H M.H

PROGAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pada tahun 2020 merupakan waktu dimana segala sesuatu dilakukan
secara online, semua orang mengetahui pada masa ini terdapat sebuah wabah
berbahaya yang menjalar keseluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Diterapkannya lockdown di berbagai wilayah pun sudah dijalankan, tapi
penambahan klaster covid makin banyak hingga hampir penghujung tahun.
Beberapa waktu ini sedang ramai diperbincangkan terkait adanya Pemilihan
kepala daerah di Indonesia atau Pilkada.
Pemerintah bersama Komisi II DPR RI dan Komisi Pemilihan Umum
memutuskan bahkwa tetap akan menyelenggarakan Pilkada serentak pada 9
Desember 2020 setelah beberapa kali mengalami penundaan meskipun pandemi
Covid-19 di Indonesia masih belum berakhir. Pilkada yang digelar serentak di 270
wilayah ini meliputi 9 provinsi, 37 kota dan 224 kabupaten dengan masa
kampanye kurang lebih sekitar 71 hari mulai dari 26 September hingga 5
Desember 2020. KPU RI bahkan menyebutkan, 68 kandidat terjangkit Covid-19
pada masa sebelum penetapan calon dan terdapat 3 kandidat Pilkada meninggal
karena terpapar virus ini.1
Secara terpisah, Badan Pengawas Pemilu pada Rabu (09/12) siang
menggelar jumpa pers secara daring, mengungkap berbagai temuannya bahwa ada
sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di sejumlah wilayah Indonesia yang
tidak menyediakan sarana "cuci tangan" dan "bilik khusus bagi calon pemilih
yang suhu tubuhnya di atas 37,3 derajat celcius".2
Namun pemerintah tetap bersikeras untuk melaksanakan pemilu yang
bukan tidak mungkin kepercayaan publik terhadap negara juga akan menurun.
Situasi ini semakin diperparah dengan maraknya spekulasi tentang adanya kolusi
dan menguatnya politik dinasti di kalangan pemerintah serta maraknya politik
uang karena perekonomian Indonesia yang semakin terpuruk sehingga Pilkada
yang bersih dan jujur sulit untuk diselenggarakan.
Meskipun banyak terjadi Pro dan Kontra terkait Pilkada serentak dalam
masa Covid ini, tetapi Pemerintah bersama Komisi II DPR RI dan Komisi
1
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/06/10064311/kontroversi-pilkada-2020-di-tengah-pandemi-
covid-19?page=all
2
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55241402

2
Pemilihan Umum tetap melakukan Pilkada serentak ini dan dilakukan dengan
tetap menerapkan Protokol Kesehatan. Dalam tulisan ini penulis melakukan
analisis terkait Peran kemendagri mengawal pilkada saat covid melalui
memerintahan daerah, yang dimana Kemendagri memiliki wewenang Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri.
Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
di bidang pemerintahan dalam negeri untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Yang mana dalam hal ini kemendagri
berperan dalam perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
politik dan pemerintahan umum, otonomi daerah, pembinaan administrasi
kewilayahan, pembinaan pemerintahan desa, pembinaan urusan pemerintahan
dan pembangunan daerah, pembinaan keuangan daerah, serta kependudukan dan
pencatatan sipil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
3
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian.
Jika menurut Pelaksanaan Pengawasan Perda Menurut PP No.20 Tahun
2001 Dan Kepmendagri No.41 Tahun , Peraturan Pemerintah merupakan
peraturan yang berisikan tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
penyelenggaraan Daerah. Dalam Pasal 1 ayat (6) yang berisikan ketentuan Umum,
disebutkan bahwa kebijakan daerah adalah : aturan, arahan, acuan, ketentuan dan
pedoman dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dituangkan dalam
peraturan daerah, keputusan kepala daerah, keputusan DPRD dan keputusan
pimpinan DPRD. Dari ketentuan ini dijelaskan bahwa peraturan daerah masuk
kedalam katagori kebijakan daerah.4
Dalam hal ini kemendagri berperan penting dalam pilkada, maka penulis
akan menganalisis lebih dalam terkait peran Kemendagri dalam Pemilu Serentak
yang dilaksanakan pada masa corona virus disease 2019 covid-19 ini.

3
https://indonesia.go.id/kementerian-lembaga/kementerian-dalam-negeri-republik-indonesia
4
Buku Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Peraturan Daerah oleh DR. HJ. JUM ANGGRIANI,
S.H., M.H Hal.117

3
b. Tujuan
1. Melakukan Analisis Terhadap Peran Kemendagri Mengawal Pilkada Saat
Covid Melalui Memerintahan Daerah
2. Menyelesaikan Tugas Akhir Mata Ku liah Hukum Pengawasan
Pemerintahan.

c. Sasaran
Sasaran dari penulisan makalah ini sendiri adalah penulis dan
pembaca, serta seluruh mahasiswa/i mata kuliah Hukum Pengawasan
Pemerintah dan Dosen pengampu yang dapat memberikan masukan terhadap
tulisan yang dibuat oleh penulis.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang yang terurai di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Kemendagri Mengawal Pilkada Saat Covid Melalui Memerintahan


Daerah?
2. Seperti apa Pelaksanaan pemilihan dalam kondisi bencana non alam covid-19 2020 ?
3. Apakah Pilkada Serentak ini Relevan untuk diterapkan Dimasa Covid seperti ini?

C. PEMBAHASAN
a. Peran Kemendagri Mengawal Pilkada Saat Covid Melalui Memerintahan
Daerah
Kebijakan memberlakukan pemilu dengan penerapan protokol
kesehatan tentunya juga mengalami banyak Pro dan Kontra. Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
(pilkada) serentak tahun 2020, Pertama adalah menyediakan ketersediaan
anggaran dalam pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Kedua, memberikan
data penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) kepada Komisi Pemilihan
Umum (KPU). Ketiga, menjaga stabilitas politik dan keamanan salah satunya
dengan bekerja sama secara pararel dengan TNI dan Polri untuk menjaga

4
situasi dan keamanan selama masa pemilu. Terakhir, Kemendagri akan
menjaga netralitas dari Aparatur Sipil Negara (ASN).5
Daerah Otonomi berhak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri tanpa ada campur tangan dari Pusat. Untuk mengawasi
kewenangan Daerah otonom ini perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan
agar kewenangan itu tidak mengarah kepada kedaulatan. Pembinaan dan
pengawasan ini merupakan bagian dari integral dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan di dalam suatu negara yang berbentuk kesatuan.6
Dijelaskan dalam Rapat Koordinasi atau Rakor, rakor ini akan
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Rakor Pilkada di daerah-daerah yang
melaksanakan Pilkada untuk memastikan setiap tahapan Pilkada untuk selalu
berpedoman pada protokol kesehatan Covid-19 sebagai salah satu upaya
pencegahan penebaran virus corona.
Begitupula dalam kegiatan kampanye, pada Pasal 58 dalam peraturan
baru KPU menyatakan bahwa para kandidat dalam Pilkada serentak 2020
harus mengutamakan kegiatan kampanye di media sosial dan media daring
dalam situasi seperti sekarang ini. Jika kampanye tidak dapat dilakukan
melalui media sosial dan media daring, maka diperbolehkan untuk melakukan
pertemuan tatap muka namun dengan jumlah peserta paling banyak 50 orang
serta tetap dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah
penyebaran Covid-19.
Pada pasal 88C, KPU juga dengan tegas melarang tim kampanye
melakukan kegiatan yang membuat kerumunan massa dalam jumlah besar
seperti rapat umum, kegiatan-kegiatan sosial, atau peringatan hari ulang tahun
partai politik atau kegiatan lainnya. Kehadiran media sosial dalam derajat
tertentu bisa menjadi remidi ketimpangan akses kandidat pada sistem media
komersial. Secara teoretik, media sosial mendatarkan piramida sosial dan
memberikan sebuah level playing field bagi semua kandidat.
Menkopolhukam, Mendagri, KPU dan Bawaslu telah melaksanakan
Rakor dengan Para Sekjen partai politik dan mengingatkan seluruh jajaran
partai politik di bawahnya untuk berpedoman pada protokol kesehatan Covid-

5
https://nasional.kontan.co.id/news/ini-4-peran-kemendagri-dalam-penyelenggaraan-pilkada-2020
6
- Buku Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Peraturan Daerah oleh DR. HJ. JUM ANGGRIANI,
S.H., M.H Hal. 118

5
19 dalam setiap tahapan Pilkada dan selalu menggunakan alat pendukung
seperti masker, hand sanitizer, sabun, alat/mesin mencuci tangan dan
sebagainya.
Hal ini menunjukan adanya pengetatan mekanisme yang harus
dilaksanakan saat pilkada yakni dengan cara pemilihan langsung sebagai open
legal policy dari pembuat undang-undang pada tahun 2014. Hal ini ditinjau
kembali relevansinya melihat tahun 2020 yang menghadapi situasi pandemi
Covid-19 yang membahayakan hak atas kesehatan milik rakyat Indonesia
yang dijamin keberadaannya oleh UUD 1945 apabila melaksanakan pilkada
dengan mekanisme pemilihan secara langsung.

b. Pelaksanaan pemilihan dalam kondisi bencana non alam covid-19 2020


Bahwa berdasarkan kondisi penyebaran Covid-19 yang semakin
meluas, dan hasil evaluasi ketentuan PKPU Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan dalam
Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 Covid-19 sebagaimana
telah diubah dengan PKPU Nomor 10 Tahun 2020, perlu melakukan
perubahan ketentuan kampanye dalam kondisi bencana nonalam Covid-19.7
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) sudah menyiapkan protokol kesehatan dalam setiap tahapan Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) 2020. Begitupun pada saat pelantikan Panitia
Pemungutan Suara (PPS) yang mana pelantikan itu bisa dilakukan dengan
protokol kesehatan. Demikian juga pada saat verifikasi calon perorangan,
pendaftaran pasangan calon telah disepakati untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dengan metode-metode tertentu.
Di masa pandemi COVID-19 ini mekanisme Pilkada 2020 tertuang
dalam PKPU Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau

7
http://perludem.org/2020/10/08/pkpu-no-13-tahun-2020-tentang-perubahan-kedua-atas-peraturan-komisi-
pemilihan-umum-nomor-6-tahun-2020-tentang-pelaksanaan-pemilihan-gubernur-dan-wakil-gubernur-bupati-
dan-wakil-bupati-dan-atau-wali/

6
Walikota dan Wakil Walikota Serentak Lanjutan dalam Kondisi Bencana Non
Alam Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Kemendagri memberikan beberapa poin usulan yang disampaikan
kepada KPU RI dan telah diakomodir ke dalam PKPU Nomor 10 Tahun 2020
tentang Perubahan atas PKPU Nomor 6 tahun 2020 tentang Pelaksanaan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau
Walikota dan Wakil Walikota Serentak lanjutan dalam kondisi Bencana Non
alam Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai berikut:
1. Pertama, Usulan terkait pengaturan pembatasan sosial dalam rapat
umum atau rapat tertutup dengan jumlah peserta (maksimal 50
orang) yang hadir secara fisik maupun secara virtual, serta
mempertimbangkan kapasitas ruangan yang memperhitungkan jaga
jarak paling kurang 1 (satu) meter antar peserta. Bahwa usulan
diakomodir oleh KPU RI, yaitu untuk pertemuan terbatas serta
pertemuan tatap muka dan dialog ke dalam pasal 58 ayat (1) huruf
b; untuk debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon
dalam pasal 59 huruf a1. Selanjutnya, terkait kegiatan lain berupa
rapat umum, kegiatan budaya, kegiatan olahraga, perlombaan,
kegiatan sosial, peringatan ulang tahun parpol dalam pasal 63 ayat
(2) dan rapat umum dalam pasal 64 ayat (2) huruf d yang
membatasi jumlah peserta yang hadir sebanyak 100 (seratus)
orang.8
2. Kedua, Usulan terkait Pelaksanaan Kampanye, agar masing-masing
pihak baik penyelenggara Pemilihan, pasangan calon, tim
Kampanye, serta para pihak yang terlibat dalam Kampanye wajib
melaksanakan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah diakomodir oleh
KPU RI ke dalam pasal 58 ayat (1) huruf c dan huruf d, pasal 59
huruf d, pasal 60 ayat (2), pasal 63 ayat (2) dan pasal 64 ayat (2)
huruf e dan huruf f.9

8
https://kemendagri.go.id/berita/baca/29242/kemendagri-apresiasi-kpu-ri-akomodir-usul-kemendagri-dalam-
pkpu-protokol-kesehatan-pelaksanaan-kampanye-pilkada-2020
9
https://kemendagri.go.id/berita/baca/29242/kemendagri-apresiasi-kpu-ri-akomodir-usul-kemendagri-dalam-
pkpu-protokol-kesehatan-pelaksanaan-kampanye-pilkada-2020

7
3. Ketiga, terkait usulan Debat publik atau debat terbuka antar-
Pasangan Calon yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi atau
KPU Kabupaten/Kota, agar dimasukan materi terkait gagasan/ide
penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan dampak
sosial ekonominya telah diakomodir ke dalam pasal 59 huruf f.10
4. Keempat, terkait usulan penambahan bahan sosialisasi berupa alat
pelindung dari Covid-19 berupa masker, sarung tangan, face shield,
dan handsanitizer telah diakomodir ke dalam pasal 84 huruf b.11

Kemendagri dalam hal ini telah memberikan beberapa usulan terkait pelaksanaan
protocol kesehatan yang harus ditaaati saat pilkada serentak, bukan tanpa alasan
dan memang dengan tujuan yang jelas agar penyebaran covid-19 tidak terjadi
pada saat pelaksanaan pilkada.

c. Relevansi Pelaksanaan Pilkada di era Covid-19


Susi Dwi Harijanti dan Bagir Manan menyatakan sudah selayaknya
hak asasi manusia diatur secara gamblang dalam konstitusi. Dengan cara itu,
hak asasi tidak sekedar sebagai natural rights atau legal rights, melainkan juga
sebagai constitutional rights. Dengan mendudukan hak asasi manusia sebagai
constitutional rights adalah upaya untuk mewujudkan konstitusi sebagai
Guardian of Fundamental Rights karena langsung berkaitan dengan jaminan
dan perlindungan hak asasi.12
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah pada Masa Pandemi Covid-19
Melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masa jabatan kepala daerah
diperpanjang oleh pemerintah, oposisi atau penantang petahana akan
menggugat karena hak konstitusionalnya untuk mencalonkan diri jadi
terhambat. Ketidakpastian hukum dan politik akan terjadi. Penundaan pemilu
dengan alasan pandemi justru berpotensi mengebiri demokrasi. Implikasinya

10
https://kemendagri.go.id/berita/baca/29242/kemendagri-apresiasi-kpu-ri-akomodir-usul-kemendagri-
dalam-pkpu-protokol-kesehatan-pelaksanaan-kampanye-pilkada-2020
11
https://kemendagri.go.id/berita/baca/29242/kemendagri-apresiasi-kpu-ri-akomodir-usul-kemendagri-
dalam-pkpu-protokol-kesehatan-pelaksanaan-kampanye-pilkada-2020
12
Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, Artikel Kehormatan: “Konstitusi dan Hak Asasi Manusia”, Padjadjaran
Journal of Law 3, 448-467, 2016, hlm. 456.

8
jelas, instabilitas politik di tengah pandemi jadi taruhan, kecurigaan, bahkan
ketidakpercayaan pada pemerintah akan meningkat. Gara-gara pandemi bisa
dijadikan alasan bagi pemerintah otoritarian untuk memperkuat cengkeraman
kekuasaannya dengan menghilangkan hak asasi paling mendasar yakni hak
politik untuk memilih dan dipilih.
Relevansi dari adanya pelaksanaan pilkada serentak corona virus
disease 2019 covid-19 melalui memerintahan daerah ini yakni diantaranya
dapat melanjutkan siklus pemerintahan dan memberikan hak kepada kandidat
lain, dan supaya tidak adanya pemerintahan otoriter dengan dalih pandemic.
Jadi tetap dilaksanakannya pilkada ini dengan banyak pertimbangan.

D. PENUTUP
Dalam hal ini kemendagri berperan penting dalam pilkada, maka
penulis akan menganalisis lebih dalam terkait peran Kemendagri dalam
Pemilu Serentak yang dilaksanakan pada masa corona virus disease 2019
covid-19 ini. Pelaksanaan pilkada ditinjau kembali relevansinya melihat tahun
2020 yang menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang membahayakan hak
atas kesehatan milik rakyat Indonesia yang dijamin keberadaannya oleh UUD
1945 apabila melaksanakan pilkada dengan mekanisme pemilihan secara
langsung.
Kemendagri memberikan beberapa poin usulan yang disampaikan
kepada KPU RI dan telah diakomodir ke dalam PKPU Nomor 10 Tahun 2020
tentang Perubahan atas PKPU Nomor 6 tahun 2020 tentang Pelaksanaan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau
Walikota dan Wakil Walikota Serentak lanjutan dalam kondisi Bencana Non
alam Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Kemendagri dalam hal ini telah memberikan beberapa usulan terkait
pelaksanaan protocol kesehatan yang harus ditaaati saat pilkada serentak,
bukan tanpa alasan dan memang dengan tujuan yang jelas agar penyebaran
covid-19 tidak terjadi pada saat pelaksanaan pilkada.
Penundaan pemilu dengan alasan pandemi justru berpotensi mengebiri
demokrasi. Implikasinya jelas, instabilitas politik di tengah pandemi jadi
taruhan, kecurigaan, bahkan ketidakpercayaan pada pemerintah akan

9
meningkat. Gara-gara pandemi bisa dijadikan alasan bagi pemerintah
otoritarian untuk memperkuat cengkeraman kekuasaannya dengan
menghilangkan hak asasi paling mendasar yakni hak politik untuk memilih
dan dipilih.

10
E. DAFTAR PUSTAKA
- Buku Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Peraturan Daerah oleh
DR. HJ. JUM ANGGRIANI, S.H., M.H
- Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, Artikel Kehormatan: “Konstitusi dan Hak Asasi
Manusia”, Padjadjaran Journal of Law 3, 448-467, 2016, hlm. 456
- https://nasional.kompas.com/read/2020/10/06/10064311/kontroversi-pilkada-2020-di-
tengah-pandemi-covid-19
- https://www.bawaslu.go.id/id/berita/utamakan-pencegahan-pokja-tata-cara-
penanganan-pelanggaran-protokol-covid-19-di-pilkada-2020
- KPU 13 THN 2020
- http://perludem.org/2020/10/08/pkpu-no-13-tahun-2020-tentang-perubahan-kedua-
atas-peraturan-komisi-pemilihan-umum-nomor-6-tahun-2020-tentang-pelaksanaan-
pemilihan-gubernur-dan-wakil-gubernur-bupati-dan-wakil-bupati-dan-atau-wali/
- https://nasional.kontan.co.id/news/ini-4-peran-kemendagri-dalam-penyelenggaraan-
pilkada-2020
- https://indonesia.go.id/kementerian-lembaga/kementerian-dalam-negeri-republik-
indonesia
- https://kemendagri.go.id/berita/baca/29242/kemendagri-apresiasi-kpu-ri-akomodir-
usul-kemendagri-dalam-pkpu-protokol-kesehatan-pelaksanaan-kampanye-pilkada-
2020

11

You might also like