You are on page 1of 11

KARYA TULIS ILMIAH

Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera


Selatan: Tinjauan Hukum Lingkungan

(Hukum Lingkungan)
Dosen Pengampu: Dr. Muhamad Erwin, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:
Muhammad Ikhsan
02011182126021

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
A. LATAR BELAKANG
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) adalah suatu peristiwa terbakarnya
hutan atau lahan baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi,
ekonomi, sosial budaya dan politik. Kebakaran hutan dan lahan pada umumnya
terjadi pada musim kemarau, baik di dalam kawasan hutan yang menjadi
kewenangan pemerintah maupun pada lahan-lahan milik masyarakat. Kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) dapat terjadi secara alami atau karena perbuatan
manusia. Dilansir situs Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Badung, berikut ini poin-poin yang menjadi penyebab karhutla.
1. Faktor Alam: petir, lelehan lahar gunung api, gesekan antara pepohonan yang
kemudian menimbulkan percikan api, kekeringan yang panjang.
2. Faktor Perbuatan Manusia: pembukaan lahan dengan cara membakar hutan,
penebangan pohon sembarangan, tidak melakukan reboisasi (penghijauan
kembali), pembakaran sampah di dalam hutan, membuang puntung rokok di
area hutan.1
Kebakaran hutan dan lahan telah mengakibatkan dampak yang luas, serius,
dan bersifat langsung terhadap kesehatan masyarakat, perekonomian, terganggunya
aktivitas manusia, keseimbangan ekologi, dan kerusakan lingkungan hidup. Untuk
itu, upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan mutlak harus
dilaksanakan secara serius, bersama-sama (kolaboratif), bersinergi oleh seluruh
komponen masyarakat termasuk dunia usaha.2 Dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, dan melakukan
pembukaan lahan dengan cara membakar.

1
Kanya Anindita Mutiarasari, "Karhutla Artinya Apa? Ini Arti Singkatan dan Serba-serbinya"
https://news.detik.com/berita/d-6520742/karhutla-artinya-apa-ini-arti-singkatan-dan-serba-
serbinya, (diakses pada 1 Oktober 2023, pada pukul 11.57 WIB).
2
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Maklumat Bersama : Penegakan Hukum
Kebakaran Hutan Dan Lahan https://gakkum.menlhk.go.id/infopublik/detail/57, (diakses pada 1
Oktober 2023, pada pukul 12.10 WIB).

2
Pada bulan September kemarin, pihak kepolisian berhasil menangkap 26
pelaku pembakaran lahan di Sumsel. Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Albertus
Rachmad Wibowo mengatakan 26 pelaku tersebut ditangkap karena terkait 16
kasus kebakaran lahan di Sumsel, dari 16 perkara yang sedang diselidiki, dan 6
perkara sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk kemudian disidangkan. Para pelaku
tersebut berasal dari tiga kabupaten di Sumsel, yaitu Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir,
dan Banyuasin, tiga kabupaten ini merupakan daerah yang paling banyak
mengalami kebakaran lahan. Menurut Rachmad, berdasarkan hasil pemeriksaan,
alasan dari pelaku membakar lahan adalah untuk membuka lahan. Mereka
menganggap dengan cara itu paling murah dan cepat dalam membuka lahan.
Namun karena ulah mereka, api merambat dan menyebabkan asap yang
mengganggu aktivitas masyarakat.3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengidentifikasi 3.788
titik api pada periode 1 Januari hingga 5 September tahun ini, meningkat empat kali
lipat dari 979 titik api pada periode yang sama tahun lalu. Kebakaran hutan dan
lahan di Sumatera Selatan terutama terkait dengan deforestasi, pembukaan lahan
untuk pertanian, dan perkebunan. Masalah kebakaran sangat penting di lahan
gambut, ekosistem kaya karbon yang mengeluarkan CO2 dalam jumlah besar ketika
dibakar sehingga berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Pembakaran lahan gambut juga menyebabkan pelepasan polusi udara beracun yang
dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.4
Maka dari itu, disini penulis akan memberikan kerangka hukum dan
peraturan yang mengatur tentang kebakaran hutan dan lahan, namun kebakaran
hutan dan lahan masih terjadi dan menimbulkan dampak lingkungan dan kesehatan
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas kerangka hukum dan

3
Rhama Purna Jati, Polisi Tangkap 26 Pelaku Pembakar Lahan di Sumsel,
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/09/08/polisi-tangkap-26-pelaku-pembakar-lahan-
di-sumsel?status=sukses_login&status_login=login, (diakses Pada 1 Oktober 2023, pada pukul
12.36 WIB)
4
Hans Nicholas Jong, El Niño leads to more fires and toxic air pollution in Indonesia
https://news.mongabay.com/2023/09/el-nino-leads-to-more-fires-and-toxic-air-pollution-in-
indonesia/ (diakses pada 1 Oktober 2023, pada pukul 15.15 WIB).

3
peraturan tersebut dalam mencegah dan mengendalikan kebakaran masih perlu
dievaluasi dan ditingkatkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Kebakaran hutan dan lahan akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan
hidup yang akan berdampak luas terhadap kesehatan, perekonomian, dan aktivitas
masyarakat. Dari identifikasi tersebut dirumuskan rumusan masalah, sebagai
berikut:
1. Apa kerangka hukum dan peraturan terkait kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia, dan seberapa efektif kerangka hukum dan peraturan tersebut dalam
mencegah dan mengendalikan kebakaran?
2. Apa dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia, dan bagaimana cara mitigasinya?

C. PEMBAHASAN
1. Efektivitas Kerangka Hukum dan Peraturan terkait Kebakaran Hutan
dan Lahan di Indonesia
Kerangka hukum dan peraturan terkait kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia meliputi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, dan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Panduan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta
peraturan pemerintah dan peraturan menteri. Pada pasal 1 ayat (1) UU No. 32 Tahun
2009, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, keberlangsungan perkehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain
Kasus kebakaran hutan dan lahan adalah bukti bahwa manusia merupakan
actor paling utama menymbang kerusakan bagi alam yang mengancam
keberlangsungan kehidupan. Dalam penerbitan izin terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan hutan dan lahan merupakan sebuah langkah ekonomis untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak yang dilaksanakan korporasi. Namun

4
dalam proses pengelolaan dan pemanfaatan hutan tersebut mulai dari tahap pra
perizinan, saat izin telah diterbitkan dan setelah masa berlakunya telah habis,
harusnya diberikan Batasan-batasan yang jelas.5 Batasan-batasan yang diberikan
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku agar meminimalisirkan segala
bentuk ancaman dan risiko terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
demi terjaganya keberlangsungan kehidupan dan ekosistem.
Akan tetapi fakta tidak dapat dipungkiri Ketika bencana kabut asap yang
melanda Indonesia, khusunya di wilayah Sumatera Selatan pada tahun 2023 ini
disumbangi oleh lahan-lahan gambut yang terletak di Kabupaten Ogan Komering
Ilir, Ogan Ilir dan Banyuasin. Dengan kawasan yang terpapar bencana kabut asap
yang luas hingga melampaui batas-batas kota, butuh upaya konkrit dalam
mengakhiri bencana kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan. Salah satunya
dengan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan
secara pidana, baik individu maupun perusahaan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat
bagaimana ketentuan pidana bagi pelaku pembakaran hutan dan lahan sesuai tiga
undang-undang yang telah disebutkan diatas:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
a. Pada pasal 49, menyatakan bahwa pemegang hak atau izin bertanggung
jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya.
b. Pasal 50 ayat (3) huruf d, menyatakan setiap orang dilarang membakar
hutan
c. Pasal 78 ayat (3), menyatakan barang siapa dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 50 ayat (3) huruf d,
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Jika pelakunya
merupakan badan usaha, maka tuntutan pidananya dijatuhkan kepada
pengurusnya, baik sendiri maupun bersama-sama, dikenakan ancaman

5
M. Nurul Fajri, “Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan dengan Pendekatan
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi”, Jurnal KPK, Vol. 2 No. 1, hlm
48-49.

5
pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang
dijatuhkan.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
a. Pasal 48 ayat (1), menyatakan setiap orang yang dengan sengaja membuka
dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat
terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, diancam dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
b. Pasal 49 ayat (1), menyatakan setiap orang yang karena kelalaiannya
membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang
berakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, diancam pidana paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Panduan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
a. Pasal 108, menyatakan setiap orang yang melakukan pembakaran lahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) dan
paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
b. Jika menggunakan pasal 21 ayat (3) huruf c, maka penjeratan pelaku
pembakaran hutan dan lahan dapat menggunakan pasl 98 dan pasal 99. Pasal
98 ayat (1), menyatakan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 99, menyatakan Setiap

6
orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).6
Penegakan hukum lingkuangan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan
terhadap pengaturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara
umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman) sarana
administratif, kepidanaan dan keperdataan
1. Sarana penegakan Hukum Adminsitratif
a) Preventif: persyaratan KLHS, tata ruang, baku mutu lingkungan, kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, UKL-UPL, perizinan, dan audit
lingkungan hidup
b) Represif: Penegakan hukum administrasi terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan.
Sanksi administratif diterapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Yang terdiri atas teguran
tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, pencabutan izin
lingkungan
2. Sarana Penegakan Hukum Keperdataan, dapat diajukan melalui pengadilan
maupun di luar pengadilan (jasa mediator atau arbiter).
3. Sarana Penegakan Hukum Kepidanaan, sistem pemidanaan yang mengacu pada
UU No. 32 Tahun 2009, yang berlaku pada para pelaku usaha, pejabat
pemerintahan, pihak yang menjadi tenaga penyusun amdal.

6
Ibid. hlm. 50-53.

7
2. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan Manusia
Kebakaran hutan dan lahan berdampak negatif baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kesehatan manusia. Dampak yang akan terjadi:
1. Bencana banjir yang melanda terjadi karena hutan mengalami kebakaran dan
berakibat pada gundulnya hutan sehingga tidak mampu menyimpan cadangan
air saat musim penghujan yang akan menjadi penyebab tanah longsor juga.
2. Musnahnya flora dan fauna yang hidup di hutan.
3. Tersebarnya emisi gas karbondioksida ke udara. Asap yang timbul akibat
kebakaran hutan dan lahan dalam skala besar menguap ke lapisan atmosfer dan
berpotensi menyebabkan pemanasan global.
4. Bahan baku industri yang menggunakan kayu atau bahan lain dari hutan akan
berkurang jumlahnya karena hutan yang terbakar.
5. Asap dari pembakaran hutan dan lahan dapat menyebabkan penyakit seperti
ISPA dan membuat jarak pandang menjadi berkurang karena kabut asap.
6. Kebakaran juga dapat menyebabkan berkurangnya sumber air sehingga
kekeringan bisa menjadi bencana yang mengikuti kebakaran hutan.7
Cara Menanggulangi Kebakaran Hutan dan lahan, Kebakaran hutan dan
lahan dalam cakupan yang luas bisa berdampak buruk pada lingkungan dan juga
kesehatan masyarakat. Untuk itu, penting kiranya kita mengetahui cara menjaga
kelestarian hutan dan lahan serta mencegah maupun menanggulangi kebakaran
hutan dan lahan agar bencana tersebut tidak merusak lingkungan. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi kebakaran hutan antara
lain:
1. Memperhatikan wilayah dengan titik api yang cukup tinggi yang dapat memicu
terjadinya kebakaran. Wilayah titik api ini harus diperhatikan ketika kemarau
panjang terjadi.
2. Tidak membuka lahan atau perkebunan dengan cara membakar hutan.

7
BPBD, Penyebab Kebakaran Hutan dan Cara Penanggulangannya,
https://bpbd.limapuluhkotakab.go.id/Welcome/lihatBerita/522 (diakses pada 1 Oktober 2023,
pada pukul 16.57 WIB).

8
3. Tidak membuang puntung rokok secara sembarangan.
4. Tidak meninggalkan api unggun. Api unggun harus dipadamkan terlebih dahulu
jika ingin meninggalkan hutan.
5. Melakukan patroli secara berkala untuk mengecek kondisi.
6. Melakukan pemotretan citra secara berkala terutama di wilayah dengan titik api
yang tinggi.
7. Menyediakan mobil pemadam kebakaran yang siap untuk digunakan.
8. Apabila terjadi kebakaran berskala kecil, maka lakukan penyemprotan secara
langsung ke daerah yang terbakar.
9. Jika kebakaran terjadi dalam skala besar, maka lakukan penyemprotan air dari
udara menggunakan helikopter juga membuat hujan buatan.

D. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah bukti bahwa manusia
merupakan aktor utama dalam menyebabkan kerusakan lingkungan yang
mengancam keberlangsungan kehidupan. Penerbitan izin terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan hutan dan lahan akan menjadi langkah ekonomis untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, namun dalam proses pengelolaan dan pemanfaatan hutan
tersebut harus diberikan batasan-batasan yang jelas melalui peraturan perundang-
undangan yang berlaku agar meminimalisirkan segala bentuk ancaman dan risiko
terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak negatif yang signifikan
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, seperti terjadinya bencana banjir,
musnahnya flora dan fauna, terjadinya polusi udara dan air, terjadinya pemanasan
global, berkurangnya bahan baku industri, dan terjadinya gangguan kesehatan
seperti iritasi mata dan kulit, infeksi saluran pernapasan, dan memperburuk asma.
Untuk mengurangi dampak tersebut, mitigasi kebakaran hutan dan lahan perlu
dilakukan dengan cara mencegah kebakaran, melakukan patroli secara rutin,
mendeteksi kebakaran sedini mungkin, mempersiapkan alat pemadam kebakaran,
dan melakukan zonasi wilayah rawan kebakaran

9
2. SARAN
Sayangnya dari tiga jenis undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Panduan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak berhasil memberikan efek jera
kepada para pelaku pembakaran hutan dan lahan. Dan efektivitas kerangka hukum
dan peraturan tersebut dalam mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan
lahan masih perlu dievaluasi dan ditingkatkan lagi.
Upaya penghijauan dan reboisasi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki
kondisi lingkungan yang rusak akibat kebakaran hutan dan lahan. Meskipun
demikian, kebakaran hutan dan lahan masih terjadi dan menimbulkan dampak yang
signifikan. Oleh karena itu, penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan
dan lahan secara pidana, baik individu maupun perusahaan, perlu dilakukan untuk
mengakhiri bencana kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan.

10
DAFTAR PUSTAKA

BPBD, “Penyebab Kebakaran Hutan dan Cara Penanggulangannya”,


https://bpbd.limapuluhkotakab.go.id/Welcome/lihatBerita/522. Diakses
pada 1 Oktober 2023.
Fajri, M. Nurul. 2016. “Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan dengan
Pendekatan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi”,
Jurnal KPK, Vol. 2 No. 1.
Jati, Rhama Purna, “Polisi Tangkap 26 Pelaku Pembakar Lahan di Sumsel”,
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/09/08/polisi-tangkap-26-
pelaku-pembakar-lahan-di-
sumsel?status=sukses_login&status_login=login. Diakses Pada 1 Oktober
2023.
Jong, Hans Nicholas, “El Niño leads to more fires and toxic air pollution in
Indonesia “. https://news.mongabay.com/2023/09/el-nino-leads-to-more-
fires-and-toxic-air- pollution-in-indonesia/. Diakses pada 1 Oktober
2023.
Mutiarasari, Kanya Anindita, "Karhutla Artinya Apa? Ini Arti Singkatan dan Serba-
serbinya" https://news.detik.com/berita/d-6520742/karhutla-artinya-
apa-ini-arti-singkatan-dan- serba-serbinya. Diakses pada 1 Oktober
2023.
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, “Maklumat Bersama :
Penegakan Hukum Kebakaran Hutan Dan Lahan”
https://gakkum.menlhk.go.id/infopublik/detail/57. Diakses pada 1 Oktober
2023

11

You might also like