Professional Documents
Culture Documents
Vienzo Siagian - Rolyana Fernia Pintauli - Pengaruh Pemahaman Tax Digitalization, Literasi Digital Terhadap Kesadaran Pajak Fix
Vienzo Siagian - Rolyana Fernia Pintauli - Pengaruh Pemahaman Tax Digitalization, Literasi Digital Terhadap Kesadaran Pajak Fix
PENDAHULUAN
Pada Saat ini, pemerintah Indonesia sedang berusaha keras untuk meningkatkan
kesejahteraan dan ekonomi rakyatnya. Untuk memajukan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat, Salah satu kunci perkembangan suatu negara adalah infrastruktur dan
pembangunan terus menerus infrastruktur akan meningkatkan daya saing ekonomi nasional dan
internasional (Mardlo, 2018) . Agar pembangunan infrastruktur dapat dicapai, pemerintah
Indonesia membutuhkan dana yang besar. Pajak adalah alat untuk melaksanakan atau mengatur
kebijakan negara dalam bidang sosial dan ekonomi yang merupakan kontribusi wajib dari
individu atau badan terhadap negara, yang dipaksa sesuai dengan undang-undang tanpa imbalan
langsung (Telkom, 2022) . Pajak ini digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat (Iwan Irawan, 2020).
Pajak yang diperoleh merupakan salah satu sumber dana untuk mendukung pembangunan
infrastruktur ini (Thaus Sugihilmi Arya Putra, 2022) . Pajak memiliki fungsi membantu
pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kegiatan ekonomi (Faqiha, 2021) . Melalui pajak,
pemerintah memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk mengatasi
berbagai masalah ekonomi. Selain itu pajak juga digunakan untuk Pembangunan infrastruktur
mendorong pertumbuhan ekonomi negara melalui dampak berganda
(Pembangunan Nasiona, 2019)
. Pajak sangat menentukan kelancaran pemerintahan dan keberhasilan pembangunan
negara, Kegiatan negara akan sulit terpenuhi jika banyak wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak dan dalam konteks negara, pembayaran pajak juga dapat
berfungsi sebagai alat untuk mendukung kedaulatan rakyat (Drs. Panca Mugi Priyatno, 2019) .
Akibatnya, pemerintah harus memberi tahu atau mendorong rakyatnya untuk taat membayar
pajak.
Kepatuhan pajak adalah kunci untuk mendapatkan penerimaan pajak terbaik dan dengan
Pajak yang mereka bayarkan kepada pemerintah menunjukkan kepatuhan mereka terhadap
pemerintah dan meningkatkan kepercayaan rakyat kepadanya (Hilda Nurhidayah, 2022). Apabila
rakyat juga berkontribusi kepada negara dalam segala hal, termasuk mematuhi pajak, kesadaran,
dan kemajuan masyarakat akan tercapai dengan baik. Kita tahu bahwa salah satu ciri negara
maju adalah kesadararan pajak yang tinggi di rakyatnya. Kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak dipengaruhi oleh sejauh mana kesadaran mereka terhadap kewajiban pajak
yaitu semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin tinggi tingkat kepatuhan masyarakat
(Ni Putu Kurnia Dewi, n.d.)
. Peningkatan kesadaran pajak bisa diinterpretasikan sebagai usaha untuk
membentuk masyarakat yang lebih sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap kewajiban
pajak. Ditambah lagi, kesadaran pajak menunjukkan seberapa baik pemerintah mengelola dana
pajak dan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, akan mendorong orang untuk dengan
sukarela membayar kewajiban pajak mereka (I Nyoman Toniarta, 2023).
Pajak adalah sumber pendapatan utama suatu negara, yang memungkinkan pemerintah
untuk membiayai program pelayanan publik, kebutuhan umum, dan pembangunan
infrastruktur (ocbcnisp, 2023). Sangat penting untuk melihat apakah ada penurunan penerimaan
pajak dari sumber-sumber tertentu, seperti sektor ekonomi utama, jenis transaksi, atau kelompok
bisnis tertentu. Penurunan ini dapat disebabkan oleh hal-hal seperti kondisi ekonomi yang sangat
kompleks dan penurunan indikator ekonomi yang signifikan (Fictor, 2020) . Lebih lanjut,
pemungutan pajak masih menghadapi banyak halangan seperti kompleksitas peraturan
perpajakan, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kewajiban perpajakan, dan terkait hal
administratif dapat memperumit masalah ini (Pratiwi S, 2023). Oleh karena itu, memahami dasar
masalah yang menyebabkan penurunan sumber pajak setoran dan kendala pembayaran pajak
sangat penting untuk membuat rencana yang tepat dan efisien yang meningkatkan penerimaan
pajak, memastikan kepatuhan, dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Pada kenyataanya, tingkat kesadaran pajak di Indonesia belum maksimal, dimana data
atau informasi yang di dapat dari (Indonesia, 2019) penerimaan pajak hanya 50% dari potensi
yang ada. Hal ini dapat diakibatkan oleh tidak taat dalam undang undang dalam membayar pajak
sementara pemerintah telah mengatur setiap wajib pajak untuk membayar pajak dalam undang-
udang dan masyarakyat belum mengetahui kegunaan pajak yang di pungut oleh pemerintah
(berita terkini, 2023). Dari data yang dikutip Sembiring (2021) Berjalannya tahun 2015 dari total
wajib pajak sebanyak 18,16 juta hanya 10,9 7 juta yang sadar dan taat untuk membayar pajak
dengan kata lain rasio kepatuhannya hanya mencapai 60%, di tahun berikutnya yaitu tahun 2016
rasio kepatuhan mengalami kenaikan sebesar 1% dari tahun 2015 yaitu dari 60% menjadi 61%
dengan keterangan bahwa dari total 20,17 juta wajib pajak, masyarakat yang taat hanya 12,25
juta, pada tahun 2017 ada kenaikan rasio kepatuhan sebanyak 12% dari tahun 2016 sehingga dari
61% menjadi 73%, hal itu dikarenakan pada tahun 2016-2017 ada sebuah program yang
dijalankan yaitu program pengampunan pajak (tax amnesty) dan berdasarkan data yang ada,
dapat dilihat secara berurut dari tahun 2015 sampai 2016 bahwa kesadaran masyarakat terhadap
pajak yang harus dibayarkan tidak terlalu mengalami perkembangan yang signifikan.
Kesadaran yang rendah tentang pajak memiliki konsekuensi yang luas. Pertama,
ketimpangan sosial meningkat sebagai akibat dari kurangnya kesadaran pajak, yang dimana
Jumlah kekayaan orang miskin sebanding dengan jumlah kekayaan 85 orang terkaya di dunia
(jawapos, 2017). Akibatnya, kesenjangan ekonomi dan sosial semakin besar, yang mengancam
keadilan sosial dan stabilitas sosial (Eka Sastra, 2017). Kedua, konsekuensi dari kesadaran pajak
yang rendah adalah penurunan sumber pendapatan pemerintah. Keterbatasan pendapatan dapat
menghambat kemampuan pemerintah untuk membiayai berbagai program dan kebijakan publik
seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur (Fai, 2023). Ketiga, dengan rendahnya kesadaran
pajak, pembangunan infrastruktur juga terhambat. Kemampuan untuk membangun dan
memelihara infrastruktur seperti jalan, jembatan, transportasi, dan proyek penting lainnya dapat
terbatas karena anggaran pemerintah terbatas akibat kontribusi pajak yang rendah walaupun
penerimaan pajak dapat dimaksimalkan dengan mendorong pembangunan infrastruktur dan
pertumbuhan ekonomi (Kemenko Perkonomian, 2013).
Di area milenium ini penggunaaan teknologi informasi sangatlah dibutuhkan. Saat ini,
kemajuan teknologi di masyarakat telah mendorong munculnya era baru, masyarakat 5.0
(Adinyarani Mandya Kirana, 2022) . Oleh karena itu digitalisasi merupakan satu media agar
proses dalam pencapaian segera teratasi. Demikian juga proses digitalisasi pajak dapat digunakan
dengan maksimal sehingga proses wajib pajak dapat melakukan pajaknya berbasis online dengan
tidak perlu datang langsung ke kantor pajak untuk melaporkan dan membayar biaya pajak.
Menurut sekretariat AKP21 (2023) Digitalisasi pelayanan pajak adalah upaya untuk mengubah
cara pengiriman dan pemrosesan data pajak menjadi lebih canggih dan terintegrasi dengan
layanan digital lainnya, yang dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan publik. Dalam
era digitalisasi ini, wajib pajak tidak lagi memiliki alasan untuk enggan membayar pajak;
masyarakat umum dan wajib pajak diharapkan dapat mengakses layanan pajak secara mudah dan
cepat melalui internet (Maghastria Assiddiq, 2022).
Setiap wajib pajak diharapkan mengerti akan teknologi informasi khususnya wajib pajak
agar dapat dengan mudah melakukan pembayaran pajak secara online. Menurut
Wulan Octaviani (2023)
Literasi digital adalah kemampuan pengguna untuk menggunakan media digital, seperti
alat komunikasi, jaringan internet, dan sebagainya. Sebagai akibat dari ketentuan perpajakan
yang rumit di Indonesia, adalah penting sebagai warga negara yang bertanggung jawab untuk
memahami literasi kewajiban perpajakan sehingga dapat menciptakan kepatuhan lalu kepatuhan
pajak di Indonesia masih rendah, seperti yang ditunjukkan oleh banyaknya pelanggaran dan
tindak pidana perpajakan (Sasih Anggraeni, 2022). Oleh karena itu, pemerintah harus mendidik
wajib pajak tentang peraturan perpajakan dalam hal ini, sehingga mereka tahu bagaimana
membayar pajak melalui media teknologi dan alat komunikasi lainnya dan Ini juga akan
membuat pembayaran pajak secara digital lebih mudah dari sebelumnya (radarsorong, 2022).
Rumusan Masalah
Rumusan masalah berikut dapat dibuat berdasarkan paparan latar belakang masalah dan
beberapa fenomena yang ditemukan di atas.
1. Bagaimana pembayaran tax digitalization mempengaruhi kesadaran wajib pajak?
2. Bagaimana pengetahuan digital literasi mempengaruhi kesadaran wajib pajak?
3. Bagaiamana pengaruh pemahan tax digitalization dan digital literasi pajak terhadap kesadaran
wajib pajak?
4. Bagaimana tax digitalization berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak melalui literasi
digital?
KAJIAN TEORI
Penelitian ini menggunakan Grand Theory perpajakan. Perpajakan menurut
Hamidah (2023, p. 23)
adalah sumber penerimaan negara paling penting dan terbesar, sehingga pajak
merupakan yang terpenting untuk meningkatkan pembangunan nasional, bukan hanya itu pajak
juga merupakan iuran wajib yang dibayarkan kepada pemerintah dan masyarakyat. Dalam buku
Putra (2017, p. 11) Rochmat Soemitro, juga menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada
Negara bedasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Middle Theory yang digunakan adalah digitalisasi. Digitalisasi menurut
Samoilenko (2022, p. 13)
adalah penggunaan teknologi digital untuk mengubah model bisnis dan
menyediakan peluang baru dalam menghasilkan pendapatan dan nilai ini adalah proses beralih
menjadi bisnis digital. Taghipour (2021, p. 27) menjelaskan bahwa digitalisasi adalah
pemanfaatan inovasi teknologi di dalam dunia bisnis yang memiliki dampak signifikan pada
produk, layanan, proses bisnis, saluran penjualan, dan saluran pasokan. Dalam buku
Digitalization of Decentralized Supply Chains During Global Crises Taghipour (2021, p. 27)
Urbach & Ahleman, menyatakan bahwa potensi terkait yang meliputi digilitasi, antara lain,
peningkatan penjualan atau produktivitas, inovasi dalam penciptaan harga, dan jenis interaksi
pelanggan yang baru.
Applied theory penelitian ini adalah kesadaran pajak (Boediono, 1992), tax digitalizaiton
(Lucas-Mas, 2021)
dan digital literasi (Hartley, 2017).
Kesadaran Pajak
(Definisi)
Kesadaran pajak adalah situasi di mana wajib pajak memiliki pengetahuan, pengakuan,
penghargaan, dan ketaatan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku, serta memiliki tekad dan
niat untuk mematuhi kewajiban perpajakannya. Menurut Widiastuti (2023) Semakin tinggi
tingkat kesadaran wajib pajak, semakin baik pemahaman dan pelaksanaan mereka terhadap
kewajiban perpajakan, sehingga memacu peningkatan pada tingkat kepatuhan. Ketika kesadaran
masyarakat terhadap pajak meningkat, mereka lebih mungkin untuk patuh dan tepat dalam
membayar pajak, serta menghindari upaya pengelakan atau penggelapan pembayaran pajak.
Dalam buku Boediono (1992) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak akan perpajakan
merupakan perasaan yang dimiliki oleh wajib pajak bahwa mereka harus membayar pajak
dengan tulus dan tanpa paksaan, dan bahwa kesadaran perpajakan menghasilkan konsekuensi
logis bagi mereka untuk bersedia memberikan kontribusi keuangan untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan.
(Dimensi)
Dimensi kesadaran pajak dijelaskan oleh Boediono (1992) . Terdapat tiga komponen
pengukuran kesadaran pajak, yaitu sebagai berikut:
1. Memahami peraturan perundang-undangan perpajakan. Setiap wajib pajak
diwajibkan untuk dapat mengetahui dan menyadari bahwa pajak yang dikenakan sesuai
dengan ketetapan perpajakan yang bersangkutan.
2. Memahami bagaimana pajak bekerja untuk membiayai pemerintah. Pajak adalah
faktor pendukung dalam pembiayaan negara, dimana melalui pajak maka pemerintah
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti menyediakan dan meningkatkan
fasilitas negara, sumber pendapatan dan tabungan negara, serta pembiayaan pengeluaran
negara, Negara juga menggunakan pajak untuk pembiayaan dalam membangunan setiap
keperluan masyarakat.
3. Adanya kemauan diri sendiri untuk membayar pajak. Adanya kemauan diri sendiri
dalam membayar pajak tentu akan sangat berpengaruh dalam penerimaan negara melalui
pajak, dimana melalui kesadaran wajib pajak maka pemerintah tidak perlu lagi bersusah
paya untuk mendorong masyarakat melakukan kewajibannya dalam melaporkan
pajaknya.
(Dimensi)
Dimensi literasi digital menurut Hartley (2017) tedapat tiga komponen yaitu sebagai
berikut:
Theoritical Framework
Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Pemahaman Tax
H2 dan H4 Kesadaran Pajak (Y)
Digitalization (X1)
Metode Penelitian
Metode
Jenis metode yang digunakan merupakan pengukuran kuantitatif. Menurut
V. Wiratna Sujarweni (2015)
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan temuan-
temuan yang diperoleh melalui penggunaan prosedur statistik atau cara lainnya yang melibatkan
pengukuran atau kuantifikasi. Metode ini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap
populasi atau sampel tertentu, yang biasanya pengambilan sampel dilakukan secara acak,
instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data, dan kemudian dianalisis secara
kuantitatif atau statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008) .
Penelitian ini dirancang menggunakan desain korelasional untuk memahami dan mengevaluasi
hubungan statistik antara mereka tanpa mempertimbangkan variabel luar.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa ekonomi Univesitas Advent Indonesia
tingkat 2, 3 dan 4. Untuk penelitian ini dibutuhkan 150 mahasiswa ekonomi Universitas Advent
Indonesia. Untuk mengumpulkan data, menggunakan sampel probalility sample dengan teknik
random sampling dengan tujuan untuk memastikan setiap mahasiswa memiliki peluang yang
sama untuk dipilih menjadi bagian dari sampel. Hasil analisis data yang lebih representatif
dihasilkan oleh metode ini, yang mengurangi bias. Pengumpulan data dilakukan melalui
distribusi kuesioner berbasis Google Form kepada Universitas Advent Indonesia untuk kemudian
disebarkan kepada mahasiswa ekonomi tingkat 2, 3 dan 4 Universitas Advent Indonesia.
Definisi Operasional
Definisi operational penelitian ini terdiri dari tiga variabel. Variabel dependen dalam
penelitian ini merupakan kesadaran pajak yang terdiri dari indikator memahami peraturan
perundang-undangan perpajakan, memahami bagaimana pajak bekerja untuk membiayai
pemerintah dan adanya kemauan diri sendiri untuk membayar pajak (Boediono, 1992). Skala
yang digunakan merupakan skala Likert mulai dari interpretasi nilai 1 sangat tidak setuju hingga
5 sangat setuju. Variabel independen dari penelitian ini adalah tax digitalization. Variabel
penerapan tax digitalization berasal dari teori Lucas-Mas, (2021), yang mengatakan indikator
dari variabel ini adalah withholding on digital services, digital permanent establishments dan
digital services tax (DST). Skala yang dipakai adalah skala Likert dimulai dari penafsiran nilai 1
sebagai tingkat ketidaksetujuan yang tinggi hingga nilai 5 yang menandakan tingkat persetujuan
yang tinggi. Variabel literasi digital menggunakan indikator digital Responsibility, digital
Productivity dan digital Information Literacy (Hartley, 2017). Skala yang digunakan adalah skal
Likert dengan nilai 1 melambangkan ketidaksetujuan yang signifikan, sementara nilai 5
menunjukkan tingkat persetujuan yang tinggi.