Professional Documents
Culture Documents
Bab 1,2,3 Joki Real
Bab 1,2,3 Joki Real
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan jangka panjang secara terstruktur, terarah, terpadu, dan responsif terhadap
perubahan. Hal ini merupakan langkah penting dalam upaya mencapai visi dan misi
pembangunan jangka menengah dan jangka panjang di Kabupaten Bangka Tengah serta dalam
menghadapi tantangan strategis seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan
pemerintahan.
Sejak sebelum proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, desa atau entitas serupa
telah menjadi bagian integral dari masyarakat Indonesia, yang menonjolkan kesatuan masyarakat
dalam semangat gotong royong dan menghormati nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di setiap
daerah. Setelah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai peraturan yang mengatur tata kelola desa. Setiap regulasi yang dikeluarkan selalu
mengalami evaluasi dan penyesuaian pada peraturan berikutnya untuk meningkatkan kualitas
Secara umum, koperasi adalah sebuah badan usaha bersama yang beroperasi di sektor
ekonomi, di mana anggotanya bersatu secara sukarela dan memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Koperasi bertujuan untuk
2
mencari keuntungan. Prinsip ini telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, terutama
dalam Pasal 33 ayat 1, yang menegaskan bahwa perekonomian Indonesia diatur sebagai usaha
orang yang bukan semata-mata berkumpul atas dasar modal. Semua anggota koperasi, dengan
keseluruhan keanggotaan mereka, bersatu untuk bekerja sama berdasarkan prinsip persamaan,
bekerja untuk meningkatkan kepentingan ekonomi mereka sendiri dan masyarakat secara
keseluruhan.
Ada beberapa faktor yang memiliki dampak terhadap kesuksesan koperasi, sebagaimana
dijelaskan oleh Jochen Ropke (2003:170), bahwa "Keberhasilan dan perkembangan koperasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk manajemen, pelayanan, modal, partisipasi anggota,
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang didirikan dan
dijalankan untuk kepentingan Pegawai Negeri Sipil (PNS). KPRI tumbuh dan berkembang
dengan mengandalkan kekuatan anggota PNS dalam lingkup instansi pemerintahan. Ini menjadi
kekuatan sekaligus tantangan dalam pengelolaan KPRI. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah
memiliki Koperasi Pegawai Negeri (KPN) yang bertujuan untuk membantu pegawai negeri
KPN awalnya memiliki 300 anggota/pegawai pada tahun 2010, namun karena berbagai
kendala, KPN tersebut akhirnya menjadi tidak aktif, menyebabkan penurunan partisipasi dan
3
loyalitas pegawai negeri sebagai anggota KPN. Setiap akhir tahun, KPN melakukan evaluasi
Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan anggota dan usaha koperasi. Secara
umum, partisipasi berarti meningkatkan peran serta individu yang memiliki visi dan misi yang
sama untuk mengembangkan organisasi atau usaha koperasi. Menurut Sitio dan Tamba
(2001:30), keberhasilan koperasi sangat terkait dengan partisipasi aktif anggota dalam koperasi,
yang akan mendorong kemajuan dan perkembangan koperasi sehingga dapat dianggap berhasil.
Dari hasil observasi awal dengan salah satu anggota KPN, terduga bahwa partisipasi
anggota dalam KPN Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah masih perlu ditingkatkan, terutama
dalam hal jumlah keanggotaannya. Hal ini terlihat dari Rapat Anggota Tahunan (RAT), di mana
hanya sebagian kecil anggota yang menghadiri, meskipun telah ada pemberitahuan melalui surat
pendapat mereka tentang kinerja dan kepengurusan koperasi selama satu periode tertentu.
Namun, dalam setiap RAT yang diadakan, masih banyak anggota yang kurang peduli untuk
menghadirinya.
penelitian tentang tingkat partisipasi anggota di Koperasi Pegawai Negeri Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan
Berdasarkan latar belakang tersebut, faktor utama yang memengaruhi Koperasi Pegawai
Negeri (KPN) Kabupaten Bangka Tengah adalah partisipasi aktif anggota, yang menyebabkan
penurunan jumlah anggota dari tahun 2010 hingga 2023. Oleh karena itu, rumusan masalah
keanggotaanKPN ?
3. Bagaimana model strategi KPN dalam meningkatkan partisipasi Pegawai Negeri Sipil di
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat partisipasi pegawai dalam
keanggotaan KPN.
3. Menemukan model strategi KPN dalam meningkatkan partisipasi Pegawai Negeri Sipil di
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritisnya adalah sebagai bahan kajian serta studi lebih lanjut terhadap
dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan serta pedoman bagi
5
pemerintah provinsi, kabupaten atau kota dalam meningkatkan partisipasi pegawai negeri
Tengah, tentang Strategi Peningkatan Keanggotaan Pada Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
Penyusunan struktur tesis ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
Bab I : PENDAHULUAN
Di dalam bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat,
Di dalam bab ini memuat tentang landasan teori dan pengertian koperasi, strategi,
Di dalam bab ini memuat tentang jenis penelitian, unit analisis, partisipasi penelitian,
lokasi penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, pedoman pertanyaan wawancara, serta
Di dalam bab ini memuat tentang deskripsi partisipan, hasil penelitian dan pembahasan
hasil penelitian.
6
Bab V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Birokrasi
Salah satu komponen krusial peradaban masa kini yang tidak bisa dihindari adalah
birokrasi. Birokrasi ini masuk akal mengingat tugas utama negara atau pemerintah adalah
menjamin kesejahteraan sosial masyarakat. Max Weber menciptakan istilah "birokrasi", yang
menggambarkan struktur tempat kerja yang hierarkis, impersonal, logis, legal, dan meritokratis.
Ada juga yang berpendapat bahwa birokrasi adalah jenis organisasi yang paling logis. Weber
Meskipun Max Weber dalam uraiannya tentang birokrasi tidak secara tegas membedakan
antara birokrasi publik dan swasta, Weber cenderung mengacu pada birokrasi publik. Di sisi lain,
Lance Castle memberikan definisi yang lebih khusus tentang birokrasi sebagai individu yang
8
diberi gaji untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan. Dalam karya Harbani Pasolong,
1. Spesialisasi pekerjaan, yaitu semua pekerjaan dilakukan dengan sederhana, rutin, dan
dengan definisi tugas yang jelas.
2. Hierarki kewenangan yang jelas, yaitu sebuah struktur multitingkat yang formal dengan
posisi atau jabatan yang memastikan bahwa setiap jabatan yang lebih rendah diawasi dan
diawasi oleh yang lebih tinggi.
3. Formalisasi yang tinggi, di mana semua anggota organisasi dipilih berdasarkan kompetensi
yang ditunjukkan melalui pelatiah, pendidikan, atau latihan formal.
4. Penempatan pegawai yang didasarkan pada kemampuan, di mana keputusan tentang
seleksi dan promosi pegawai didasarkan pada kemampuan, kemampuan, dan prestasi
kandidat.
5. Bersifat tidak pribadi (impersonalitas): sanksi diterapkan secara uniform dan tanpa
perasaan untuk menghindari terlibat dengan preferensi dan kepribadian individu anggota.
6. Jejak karier bagi karyawan, yang berarti karyawan diharapkan mengejar karir mereka
dalam organisasi Para pekerja memiliki masa jabatan sebagai imbalan atas komitmen
mereka terhadap pekerjaan mereka. Ini berarti mereka akan dipertahankan meskipun
mereka kekurangan tenaga atau jika kemampuan mereka tidak lagi diperlukan.
7. Pejabat tidak dapat bebas memanfaatkan jabatan mereka untuk memenuhi kebutuhan
pribadi mereka, termasuk kebutuhan keluarga mereka, karena kehidupan organisasi
terpisah dari kehidupan pribadi mereka.
Menurut Weber, prinsip utama birokrasi adalah efisiensi. Untuk mencapai hal ini, sistem
pembagian kerja ditetapkan melalui spesialisasi pekerjaan yang berbeda. Di dalam korporasi,
perkembangan birokrasi dapat terjadi baik secara horizontal maupun vertikal (hierarki). Hal ini
juga menyoroti betapa pentingnya memiliki peraturan yang jelas di dalam birokrasi untuk
mengendalikan interaksi kerja secara impersonal. Orang-orang yang memiliki keahlian teknis
birokrasi, aturan tertulis adalah dasar untuk merekrut dan mempromosikan personel. Birokrat
mendapat bayaran (pay) sesuai dengan tugas yang dijalaninya dan memandang pekerjaannya
sebagai profesi seumur hidup. Peraturan yang berlaku secara formal (legalitas formal)
Definisi birokrasi telah mengalami beberapa kali revisi karena kuatnya dukungan dan
kritik yang diterima gagasan Weber tentang birokrasi selama ini. Saat ini setidaknya ada tujuh
konsepsi kontemporer mengenai birokrasi: birokrasi sebagai organisasi yang rasional, birokrasi
sebagai inefisiensi organisasi, birokrasi sebagai wewenang yang dipegang oleh pejabat, birokrasi
sebagai administrasi negara (publik), birokrasi sebagai organisasi, dan birokrasi sebagai
masyarakat kontemporer.
Ada tiga kriteria dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan pemahaman
birokrasi kontemporer: Pertama, birokrasi Weberian dan Hegel serta birokrasi dalam arti positif
dan rasional (Biro-Rasionalitas). Kedua, birokrasi sebagai penyakit (Biro-Patologi), seperti yang
diutarakan oleh Karl Marx, Laski dalam Santoso, dan lain-lain. Ketiga, birokrasi yang tidak
Hegelian pada kategori pertama, Rasionalitas Biro, sebagai organisasi yang berfungsi sebagai
jembatan antara Negara yang mewakili kepentingan umum dan Masyarakat Sipil yang mewakili
sebagai mesin administratif suatu organisasi yang landasannya adalah hubungan dominasi dan
wewenang yang legal-rasional, yaitu lembaga yang legitimasinya diperoleh dari undang-undang
dan pola hukum resmi. Menurut teori Weber, birokrasi sebuah aparat administratif memainkan
peran penting dalam perluasan dan evolusi suatu organisasi, dengan fokus pada proses yang
menegakkan struktur birokrasi yang dikontrol secara normatif dan membantu organisasi
mencapai tujuannya.
pandangan pertama. Menurut perspektif ini, birokrasi itu buruk, merugikan, dan tidak efektif.
10
Sudut pandang ketiga, Value-Free sebagaimana diartikulasikan oleh Almond dan Powell
dalam karya Santoso, berpendapat bahwa birokrasi harus dipandang sebagai birokrasi
pemerintah, yang berarti, sebagai kumpulan posisi dan kegiatan yang terstruktur secara formal,
bukan sebagai suatu hal yang baik atau buruk. kejahatan. Nawawi melanjutkan, birokrasi
diartikan sebagai suatu cara pelaksanaan tugas berdasarkan hierarki dan jabatan yang
mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab, yang berinteraksi dan menentukan cara setiap unit
Menurut sudut pandang ini, birokrasi merupakan komponen yang sangat penting dan vital
dalam suatu organisasi yang mengontrol pembagian tugas dengan menetapkan peran dan tingkat
kekuasaan tertentu. Dengan kata lain, birokrasi adalah sistem yang dirancang untuk menegakkan
kesesuaian dan ketertiban di antara orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Kajian ini berfokus pada birokrasi pemerintahan yang masuk dalam perspektif ketiga
(Value-free). Tersusun atas sekumpulan tugas dan jabatan yang terstruktur secara formal, dengan
sistem pelaksanaan tugas yang bersifat hierarkis dan jabatan yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab. Masing-masing unit atau bagian kerja mempengaruhi dan menentukan satu
sama lain dalam rangka melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Martin Albrow dalam Miftah Thoha (1995:87-92) menguraikan tujuh pendekatan dalam
memahami birokrasi. Pendekatan-pendekatan ini digunakan sebagai alat analisis untuk mengkaji
fenomena birokrasi yang umumnya ditemui di era modern. Berikut adalah tujuh konsepsi
Tujuan birokrasi, sebagai sebuah struktur organisasi, adalah efisiensi administratif, dengan
penekanan utama pada stabilitas dan efektivitas dalam organisasi yang besar dan
kompleks. Untuk mencapai tujuan organisasi, sejumlah tindakan yang didasarkan pada
nalar juga termasuk dalam gagasan birokrasi. Rasionalitas administratif didefinisikan oleh
Albrow sebagai "sebuah organisasi di mana individu menerapkan kriteria rasionalitas pada
tindakan mereka."
2. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
Birokrasi seringkali menciptakan terlalu banyak formulir yang mengarah pada formalitas
yang berlebihan, duplikasi pekerjaan, departementalisme yang berlebihan, kurangnya
inisiatif, dan kecenderungan untuk terlalu bergantung pada preseden atau norma-norma
yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, birokrasi sering kali kesulitan untuk belajar dari
kesalahannya sehingga sulit untuk berperilaku lebih baik. Para pejabat birokrasi seringkali
memanfaatkan peraturan untuk kepentingan pribadinya.
3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.
Birokrasi dapat didefinisikan sebagai sistem resmi pemerintahan atau sebagai pelaksanaan
wewenang oleh administrator yang berkualifikasi. Pejabat diberi wewenang untuk
merencanakan dan melaksanakan berbagai tugas dalam situasi ini. Selain itu, birokrasi
sering dianggap sebagai jenis otoritas yang dimiliki oleh elit formal.
4. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
Baik dalam penyelenggaraan pemerintahan sipil maupun publik, birokrasi merupakan
komponen penting dalam struktur politik. Hal ini berlaku bagi setiap pegawai pemerintah.
Kerangka administratif yang dikenal sebagai birokrasi bertugas mengawasi bagaimana
sumber daya didistribusikan dalam suatu pemerintahan. Kebijakan negara dilaksanakan
dan diberlakukan melalui birokrasi.
5. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur organisasi. Dalam struktur tersebut, staf
administratif yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi elemen
kunci. Staf-staf ini terdiri dari individu yang diangkat untuk posisi tertentu, dan mereka
yang menduduki posisi tersebut disebut birokrat. Tugas-tugas yang dilakukan oleh birokrat
tersebut disebut sebagai administrasi.
6. Birokrasi sebagai suatu organisasi
Jenis organisasi yang luas, formal, dan kontemporer adalah birokrasi. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut di atas, suatu organisasi dapat dikategorikan birokratis.
7. Birokrasi sebagai masyarakat modern
Dalam masyarakat moderen, birokrasi diartikan sebagai suatu keadaan di mana peraturan
pemerintah atau sektor swasta yang cukup besar dipatuhi oleh masyarakat. Birokrasi
perusahaan komersial besar dan birokrasi negara adalah sama dalam konteks ini. Suatu
masyarakat dianggap kontemporer asalkan sesuai dengan peraturan yang mengatur kedua
bentuk birokrasi tersebut.
12
tiga makna, yakni (1) sebagai suatu jenis organisasi tertentu, (2) sebagai sistem, dan (3) sebagai
jiwa kerja. Dalam konteks hubungan antar negara dalam berbagai aspek kehidupan, seperti sosial
politik, sosial ekonomi, dan bahkan kebudayaan, terjadi saling ketergantungan dan integrasi yang
semakin meningkat. Integrasi ini, terutama terlihat dalam bidang ekonomi, telah membentuk
realitasnya sendiri di luar mekanisme yang biasa terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, sistem
kekuasaan dalam setiap negara cenderung mengalami perubahan dan terbagi menjadi tiga ranah,
yaitu negara, masyarakat, dan pasar, yang masing-masing memiliki peran dalam perubahan
kehidupan bersama di tiap-tiap negara. Realitas ini menjadi paradigma baru bagi penyelenggara
penting untuk menjunjung nilai-nilai Pancasila. Selain itu, birokrasi yang berbasis Pancasila
harus memiliki etika yang baik dan berorientasi pada upaya membersihkan dan membenahi
sistem secara menyeluruh. Lebih lanjut, birokrasi yang berlandaskan Pancasila harus benar-benar
Pertama, penting untuk menyadari bahwa, sesuai dengan jaminan konstitusi mengenai
kebebasan beragama yang terdapat dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945, setiap warga negara
mempunyai hak dan kebebasan untuk memilih apakah akan beragama atau tidak. untuk memilih
percaya pada Tuhan atau tidak. Seseorang tidak boleh dipaksa untuk menganut suatu agama atau
aliran agama yang tidak dianutnya. Meski demikian, keimanan akan kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa merupakan prasyarat baik bagi birokrasi maupun mereka yang bekerja di dalamnya.
Artinya, apa pun agamanya, seluruh pejabat dan aparatur harus bertawakal kepada Tuhan Yang
13
Maha Esa. Oleh karena itu, semua pegawai dan pejabat negara dan pemerintah diwajibkan oleh
hukum untuk memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, penting untuk menjaga pendekatan yang adil, sopan, dan kemanusiaan dalam
kerangka birokrasi kita. Kepercayaan kepada Tuhan dan memperlakukan orang lain dengan kasih
sayang berjalan seiring. Kepercayaan kepada Tuhan sebagai otoritas tertinggi mengajarkan
bahwa egalitarianisme dan kesetaraan manusia adalah standar yang harus digunakan oleh semua
orang karena mereka adalah ciptaan Tuhan. Semua masyarakat harus diperlakukan dengan
hormat dalam birokrasi yang berdasarkan Pancasila, bukan sebagai objek melainkan sebagai
subjek yang berkontribusi terhadap pertumbuhan. Sikap egaliter ini mendorong berkembangnya
keadilan, dan kebudayaan nasional dapat maju secara seimbang melalui keyakinan terhadap nilai
ketuhanan dan kemanusiaan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa kesalehan
dan keadilan saling berkaitan, dan keadilan juga dikaitkan dengan sikap yang menjunjung tinggi
perbedaan, dan semakin kuatnya rasa persatuan nasional di antara keberagaman. Budaya egaliter
yang menghilangkan hierarki antara atasan dan bawahan harus tertanam dalam birokrasi kita
untuk mengurangi feodalisme. Meritokrasi, bukan praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
yang dilandasi kekerabatan, atau jaringan penghubung yang bertentangan dengan fundamental
mengedepankan konsep perdebatan guna mencapai kesepakatan, berdasarkan standar hukum dan
etika yang diterima dan disepakati bersama (rule of law dan rule ofetics). Akibatnya, birokrasi
kita tidak boleh terlalu hierarkis, terutama jika struktur atas dan bawah berjauhan. Selain itu,
karena tujuan utama pembentukan birokrasi pemerintahan adalah untuk melayani kepentingan
14
rakyat, maka birokrasi tidak bisa dibiarkan terisolasi dari rakyat yang dilayaninya. Oleh karena
itu, proses pengambilan keputusan dalam birokrasi Pancasila harus mengarahkan upaya untuk
secara progresif menutup kesenjangan hierarki atau antara jenjang jabatan tertinggi dan terendah,
serta kesenjangan yang ada dalam birokrasi antara pejabat dan pekerja.
Oleh karena itu, birokrasi Indonesia yang berdasarkan Pancasila di masa depan perlu
bertindak adil dan beradab, bersatu dan populis dalam segala aspeknya, terutama dalam melayani
kepentingan publik. Selain itu, pelayanan birokrasi kepada masyarakat juga dituntut untuk
mendukung terciptanya struktur sosial yang berkeadilan bagi semua lapisan dengan tetap
berupaya untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan antara pegawai terendah dan pejabat
tertinggi. publik.
karakteristik individu dan karakteristik organisasi itu sendiri. Menurut Notoatmodjo (2003:8),
perilaku adalah tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dipelajari oleh suatu organisme.
Seiring individu membawa dirinya ke dalam kelompok atau organisasi, mereka membawa
berbagai kemampuan, keyakinan pribadi, harapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalu.
organisasi, baik itu organisasi publik maupun privat, terbentuk. Miftah Thoha (2005:34) dalam
bukunya tentang Perilaku Organisasi, mengungkapkan bahwa perilaku merupakan hasil dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku organisasi adalah
hasil dari dinamika kompleks antara individu, struktur organisasi, budaya organisasi, dan konteks
eksternal yang memengaruhi mereka. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku
15
dalam organisasi, kita dapat menganalisis dan memahami bagaimana interaksi antara individu
Argyris and Schon, 1996 dalam Michael Beer (1994: 2) menyatakan bahwa:
Menurutnya perilaku organisasi tahan terhadap perubahan karena proses kognitif manusia
dan rutinitas defensif. Orang memahami perilaku masa lalu dengan membentuk keyakinan
bahwamerasionalisasi mereka dan dengan meningkatnya komitmen untuk mereka. Mereka juga
“sebuah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok,
dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu
pengetahuan semacam ini guna meningkatkan keefektifan suatu organisasi".
Robbins juga menjelaskan bahwa studi perilaku organisasi melibatkan perspektif mikro
memusatkan perhatiannya pada perilaku di dalam konteks organisasi, serta sejumlah indikator
prestasi dan variabel yang terkait dengan sikap yang dimiliki oleh para pegawai, dengan
16
kepuasan kerja menjadi fokus utama. Perilaku birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada
struktur pemerintahan yang bertugas untuk menghasilkan layanan publik atau civil service
tertentu sesuai dengan kebijakan yang diterapkan, dengan mempertimbangkan berbagai pilihan
dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, perilaku birokrasi juga dapat digambarkan sesuai dengan
birokrasi adalah produk dari interaksi yang memiliki hubungan sebab akibat antara struktur
Daerah. Perilaku birokrasi terbentuk melalui interaksi antara dua faktor utama, yakni
karakteristik birokrasi dan karakteristik manusia, atau lebih spesifiknya, struktur organisasi dan
17
aktor individu. Setiap karakteristik ini memiliki kontribusi terhadap perilaku tertentu, dimana
hubungan antara karakteristik dan perilaku cenderung bersifat kausal. Sebagai contoh, dalam
konteks struktur organisasi, hierarki cenderung menghasilkan ketaatan bawahan terhadap atasan.
Di sisi lain, dalam konteks aktor individu, kebutuhan hidup mendorong mereka untuk mengejar
imbalan yang memadai dari organisasi. Namun, tingkat ketaatan terhadap atasan atau organisasi
dipengaruhi oleh sejauh mana imbalan tersebut dipenuhi. Informasi mengenai karakteristik
manusia dapat ditemukan dalam berbagai bidang studi seperti psikologi, psikologi industri,
perilaku organisasi, budaya perusahaan, dan disiplin ilmu perilaku lainnya. Variasi dalam
perilaku aktor juga bergantung pada lingkungan atau struktur internal, meskipun pengaruh dari
struktur eksternal seperti masyarakat atau pelaku usaha juga memiliki dampak. Namun, variabel
internal memiliki dominasi karena memiliki kekuatan dan peluang yang lebih besar. Aktor yang
mampu mengendalikan atau mempengaruhi struktur, terutama yang terlibat dalam pembentukan
struktur, cenderung memiliki keberlangsungan yang lebih baik. Namun, sebaliknya, aktor yang
memasuki struktur yang sudah mapan seringkali mengalami kesulitan dan bahkan mungkin
dieliminasi. Perilaku birokrasi yang bervariasi, mulai dari yang bersifat "soft" seperti ketaatan
dan keikhlasan, hingga yang bersifat "hard" seperti perintah, paksaan, penindasan, perlawanan,
dan permusuhan, merupakan hasil dari interaksi kompleks antara kedua faktor tersebut.
Sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Ndraha, Beer (1994 juga mengemukakan
konsep yang hampir sejalan, yaitu bahwa " Organizational behavior appears to be a product of
the confluence of several forces whose interaction and mutual adaptation governs the evolution
of the organization over time." Dengan demikian, perilaku organisasi dipandang sebagai hasil
dari dinamika interaksi dan penyesuaian antara berbagai faktor yang memengaruhi, yang
struktur organisasi pemerintah, kita dapat menggunakan lima karakteristik, yaitu 1) ketaatan, 2)
peneliti, karakteristik-karakteristik ini erat terkait dengan cara pegawai atau aparat pemerintah
menjalankan tugas-tugasnya. Selaras dengan ini, Ndraha juga menyatakan bahwa dalam konteks
lingkungan pemerintahan, perilaku birokrasi yang dipengaruhi oleh para aktor juga mendapatkan
pemerintahan.
penjabaran sub variabel dari variabel perilaku birokrasi. Sub variabel- sub variabel pengukuran
dari variabel perilaku birokrasi dalam penelitian ini dirumuskan dengan mengacu pada teori dan
konsep tentang pengukuran perilaku birokrasi yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk itu sub
disiplin ilmu perilaku individu, beberapa aspek yang terkait dengan pribadi seorang aktor
dinilai memiliki pengaruh yang signifikan. Robbins dan Judge juga mengemukakan bahwa
terdapat beberapa variabel dependen yang dapat memengaruhi perilaku individu dalam konteks
berorganisasi, seperti produktivitas dan kehadiran. Sementara itu, menurut Ndraha, untuk
mengevaluasi perilaku birokrasi dalam struktur organisasi pemerintah, kita dapat menggunakan
terkait dengan aktivitas pegawai atau aparat pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
Menurut John Suprihanto (1994:19), perilaku birokrasi dalam konteks kelompok dapat
tercermin melalui beberapa faktor level kelompok, terutama dalam konsep produktivitas yang
dianggap sebagai salah satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
kelompok dalam sebuah birokrasi. Faktor-faktor ini tercermin melalui komunikasi, konflik, kerja
tim, dan proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-sama oleh anggota
kelompok. Dengan demikian, perilaku birokrasi dalam kelompok dapat dipahami melalui
dinamika interaksi antara anggota kelompok yang memengaruhi produktivitas serta proses
komunikasi, penyelesaian konflik, kerja tim, dan pengambilan keputusan dalam konteks
birokrasi.
Berdasarkan pandangan Ndraha (2009: 35) dan Stephen P. Robbins dan Timothy A.Judge
(2008: 11), struktur organisasi dianggap sebagai salah satu indikator perilaku organisasi. Struktur
pemerintahan, misalnya, memiliki fungsi untuk menghasilkan layanan publik atau civil service
tertentu sesuai dengan kebijakan yang diterapkan, dengan mempertimbangkan berbagai pilihan
yang ada di lingkungan sekitarnya. Fungsi dari setiap jabatan di dalam struktur organisasi
menjadi salah satu parameter yang dapat memengaruhi perilaku pelaku birokrasi. Dengan
demikian, struktur organisasi tidak hanya mencerminkan bagaimana suatu organisasi diatur,
tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku individu yang terlibat di
2.1.2 Koperasi
20
Pada pertengahan abad ke-19, kira-kira tahun 1844, koperasi mulai bermunculan dan
berkembang di Inggris. Charles Howard memulai koperasi pertama di desa Rochdale. Namun,
sebelum masa ini, koperasi berakar pada abad ke-18, khususnya setelah Revolusi Industri dan
perluasan sistem kapitalis. Kondisi ekonomi yang menantang yang dihadapi oleh kelompok yang
gerakan ini. Gerakan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan perekonomian yang
disebabkan oleh tekanan dari para pemilik usaha yang melemahkan perekonomian di wilayah
Gerakan koperasi dimulai di Inggris dan dengan cepat berkembang ke negara-negara lain
di Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia. R.A. Wiradmaja meluncurkan koperasi
pertama di Indonesia pada abad ke-19, pada tahun 1896. Namun secara resmi, gerakan koperasi
Indonesia baru berdiri pada tanggal 12 Juli 1947, pada konferensi perdananya yang diadakan di
Tasikmalaya.
Salah satu komponen penting masyarakat kontemporer adalah sistem perbankan. Untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup, fungsi utamanya adalah
mengumpulkan uang publik dan menyalurkannya kepada peminjam untuk digunakan dalam
sektor produksi atau investasi serta untuk pembelian produk dan jasa. Oleh karena itu, sistem
menjanjikan. Meskipun pemerintah telah bekerja keras untuk merevitalisasi dan memperkuat
koperasi di masyarakat, namun mereka tetap menghadapi pasang surut dalam perjalanannya.
Koperasi dianggap sebagai tumpuan perekonomian rakyat. Tidak banyak perubahan yang terjadi
21
di dalam koperasi itu sendiri, meskipun pada kenyataannya organisasi-organisasi yang berbadan
hukum koperasi kini mempunyai akses terhadap berbagai fasilitas. Meskipun demikian, dapat
dipastikan bahwa hanya sebagian kecil koperasi yang terus beroperasi dalam masyarakat
modern.
Koperasi adalah kumpulan individu yang memiliki tujuan atau hasrat bersama. Dengan
bersama. Anggota koperasi adalah orang-orang yang aktif mendirikan koperasi yang dilandasi
atas dasar rasa kekeluargaan dan gotong royong. Koperasi meminjamkan uang atau produk satu
sama lain secara khusus. Koperasi hadir dalam berbagai bentuk, namun pendiriannya ditentukan
Orang perseorangan atau badan hukum koperasi dapat menjalankan usahanya sebagai
badan usaha berdasarkan pengertian koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1. Kegiatan operasionalnya dilandasi oleh cita-cita koperasi dan
keluarga.
Menurut penafsiran berbeda mengenai koperasi yang diberikan (Subandi, 2015: 18) oleh
ILO (dikutip oleh Edilius & Sudarsono), koperasi adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai perekonomian terbatas yang kemudian menyediakan modal yang diperlukan melalui
suatu organisasi di bawah pengawasan demokratis. dan setuju untuk mengambil risiko dan
Oleh karena itu, koperasi beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip koperasi dan berfungsi
sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang dilandasi oleh konsep kekerabatan, baik itu badan
22
hukum koperasi maupun badan usaha yang beranggotakan perseorangan. Oleh karena itu, para
anggotanya diharuskan untuk bekerja sama dan mendukung satu sama lain.
Cara lain untuk memandang koperasi adalah sebagai sekelompok orang yang memiliki
tujuan atau kepentingan yang sama. Oleh karena itu, koperasi merupakan produk kumpulan
orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Setelah itu, kelompok ini bergabung dengan
koperasi yang mereka dirikan. Kekeluargaan dan gotong royong menjadi landasan berdirinya
koperasi, khususnya dalam hal peminjaman uang atau produk kepada anggota yang
Koperasi adalah organisasi yang didirikan oleh orang-orang dengan sedikit sumber
keuangan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan finansial para anggotanya (Moonti, 2016:
12).
Hatta berpendapat bahwa koperasi merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup
dalam jangka panjang melalui kolaborasi. Berdasarkan gagasan bahwa “setiap orang membantu
semua orang dan setiap orang membantu semua orang”, sikap saling membantu ini
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa koperasi adalah suatu
bentuk usaha patungan yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai tujuan dan kepentingan
yang sama, yang dilandasi oleh konsep kekerabatan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya dan masyarakat luas. Saling berkolaborasi dan kerjasama anggota merupakan ciri
khas koperasi.
memiliki landasan yang menjadi pedoman dalam menentukan tujuan, arah, kedudukan, serta
peran koperasi terhadap pelaku ekonomi lain dalam sistem perekonomian Indonesia (Subandi,
a. Landasan idiil, sesuai dengan bab II UU No. 25 Tahun 1992, landasan idiil koperasi
Berdasarkan pasal 2 UU No. 25 Tahun 1992, asas koperasi yang ditetapkan adalah asas
kekeluargaan.
terutama, dan masyarakat secara umum. Kesejahteraan yang dimaksud tidak hanya terkait
dengan aspek ekonomi dan pencarian keuntungan semata. Lebih dari itu, kesejahteraan juga
mengacu pada pemberdayaan komunitas, kreativitas, dan pengembangan potensi sesuai dengan
prinsip demokrasi, keadilan, dan kesetaraan. Hal ini sering disebut sebagai pembentukan
Tujuan koperasi sesuai dengan Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa
koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota, terutama, dan masyarakat pada
umumnya, serta turut serta dalam membangun struktur ekonomi nasional dengan tujuan
menciptakan masyarakat yang maju, adil, dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 menjelaskan bahwa fungsi dan
individu dan kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial pribadi
b. Terlibat dalam upaya proaktif yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup individu
dalam menjaga ketahanan perekonomian negara, dengan koperasi sebagai titik fokusnya.
d. Bersinergi sesuai dengan nilai-nilai demokrasi ekonomi dan kekeluargaan dalam rangka
yang sangat penting dalam ranah ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, pengembangan dan
pertumbuhan berkelanjutan dari badan usaha koperasi merupakan hal yang sangat diperlukan.
Dengan semakin banyaknya kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat melalui
koperasi, ekonomi kerakyatan menjadi lebih kuat, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada
Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun
mengembangkan potensi dan bakat ekonomi setiap anggota, baik secara pribadi maupun
kolektif.
25
2) Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan masyarakat luas
kekokohan dan daya tahan perekonomian nasional. Koperasi memainkan peran penting
ini.
Menurut referensi yang dikutip dari (Sattar, 2017: 46), UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5
a. Siapapun dapat bergabung dalam koperasi atas dasar sukarela dan tanpa batasan.
c. Sisa hasil usaha koperasi dibagikan secara merata kepada para anggota berdasarkan
d. Menawarkan kompensasi atas modal yang dibatasi, sehingga keuntungan peserta tidak
e. Koperasi tidak dapat beroperasi atau bergantung secara finansial pada pihak luar untuk
Dalam hal ini ditegaskan bahwa keikutsertaan dalam koperasi harus bersifat sukarela dan
tidak dapat dipaksakan oleh pihak manapun. Setiap anggota koperasi juga mempunyai
26
pilihan untuk berhenti sesuai dengan pedoman yang dituangkan dalam anggaran dasar
organisasi.
Pedoman ini sangat menekankan sifat kolaboratif dan kesepakatan bersama dalam
demokrasi. Para anggota koperasi memegang wewenang kolektif dan mengambil semua
keputusan.
c. Pembagian SHU Dilakukan Secara Adil Dan Sebanding Dengan Besarnya Jasa Usaha
Dalam situasi khusus ini, setiap anggota yang aktif terlibat dalam kegiatan koperasi berhak,
dibandingkan dengan anggota yang tidak aktif, atas bagian yang lebih tinggi dari sisa
pendapatan perusahaan. Jasa koperasi dibiayai oleh anggota yang memanfaatkannya, dan
dalam mengalokasikan sisa hasil usaha akan diperhitungkan nilai jasa yang diperoleh
anggota. Dalam koperasi, tata cara transaksi ini disebut dengan jasa bisnis.
Pada dasarnya, modal digunakan untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi yang
memenuhi permintaan anggota dan masyarakat lokal. Gagasan ini menyoroti perlunya
koperasi untuk mampu menghasilkan nilai tambah dari kesenjangan antara modal dan
biaya pelayanan. Kontribusi modal anggota tidak menentukan besarnya imbalan yang
diperolehnya; melainkan ditentukan oleh kinerja dan kemampuan koperasi. Dalam hal ini
tujuan permodalan pada koperasi adalah untuk memberikan manfaat bagi anggotanya serta
masyarakat luas, selain untuk mencari keuntungan. Gagasan tentang layanan terbatas
27
menekankan perlunya tingkat bunga yang diterapkan pada modal tidak boleh lebih tinggi
e. Kemandirian
Dalam konteks koperasi, independensi berkaitan dengan kapasitas koperasi untuk secara
mandiri menentukan pilihan mengenai operasi dan strukturnya. Hal ini menyoroti
pentingnya koperasi memiliki motivasi diri dan rasa percaya diri dalam kemampuannya
mencapai tujuan secara independen dari pihak eksternal. Dengan kata lain, kemandirian
memberdayakan koperasi untuk mengelola operasi organisasi dan ekonomi secara mandiri
dan memiliki keyakinan pada kemampuan mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
f. Pendidikan Perkoperasian
Kemampuan koperasi untuk berhasil sangat bergantung pada seberapa aktif anggotanya
sama harus diberikan untuk mendorong keterlibatan aktif ini. Anggota dapat memahami
keuntungan yang diperoleh, tujuan pendirian organisasi, dan taktik yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan tersebut melalui pendidikan. Anggota juga lebih siap untuk memutuskan
apakah akan bergabung atau tidak dengan koperasi setelah mengenyam pendidikan. Untuk
dan sumber daya berkualitas tinggi, pendidikan juga penting. Anggota bersiap untuk
memahami cita-cita, prinsip, dan tata cara koperasi melalui pendidikan koperasi.
Setiap koperasi mengelola disiplin bisnis yang berbeda; bahkan ada yang membawahi
bidang usaha terkait. Tujuannya adalah menjadikan masyarakat secara keseluruhan dan
hal ini, diperlukan kolaborasi yang saling melengkapi, di mana masing-masing mitra
hasil terbaik.
tertentu. Strategi militer inilah yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai strategi. Secara umum, strategi adalah serangkaian tindakan terencana yang
Menurut Grifin yang dikutip Saefullah (2006), strategi adalah suatu rencana rinci yang
bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, strategi dapat dianggap sebagai
sarana atau pendekatan untuk mencapai tujuan organisasi dan memberdayakannya untuk
mengungguli pesaingnya.
Strategi adalah serangkaian aktivitas dengan banyak potensi yang memerlukan alokasi
sumber daya besar dari perusahaan atau lembaga serta pilihan dari manajemen tingkat atas.
Selain itu, strategi berfokus pada masa depan karena memiliki dampak jangka panjang terhadap
perkembangan jangka panjang suatu organisasi atau lembaga, seringkali dalam periode lima
tahun.
mencapai tujuan akhir atau sasaran utama, yaitu suatu rencana terpadu yang menyatukan seluruh
29
pemangku kepentingan atau mayoritas perusahaan atau instansi”. Strategi ini juga bersifat
inklusif karena mencakup semua aspek penting dalam organisasi atau lembaga dan
Menurut (Kenneth, 2014), strategi adalah serangkaian tujuan, sasaran, atau sasaran
kebijakan beserta rencana penting yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini
dapat dicapai dengan menentukan jalur bisnis yang dipilih perusahaan atau jenis usaha yang
ingin dijalankan.
Strategi adalah teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang
perusahaan. Ini terdiri dari inisiatif tindak lanjut dan penentuan prioritas alokasi sumber daya
Tindakan utama yang dipilih untuk melaksanakan misi organisasi dan mencapai visinya
disebut strategi. Dengan menggunakan taktik ini, perusahaan menetapkan pola pengambilan
keputusan yang mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan. Sebuah perusahaan atau lembaga
dapat memobilisasi dan secara efektif mengarahkan seluruh sumber daya organisasi dengan
menggunakan strategi.
Chander mendefinisikan strategi sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pertimbangan yang cermat terhadap tujuan jangka panjang, inisiatif tindak lanjut, dan prioritas
Strategi besar adalah rencana menyeluruh yang terdiri dari langkah-langkah signifikan
yang diambil suatu organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Pertumbuhan, stabilitas, dan pemangkasan adalah tiga kategori utama yang biasanya dibagi
b. Strategi Global
1) Standarisasi kampanye periklanan dan desain produk secara global disebut sebagai
strategi globalisasi.
global bekerja di banyak negara dengan menyesuaikan desain produk dan iklannya
permintaan lokal di berbagai negara dengan kolaborasi seluruh dunia untuk mencapai
Fungsi dari strategi pada dasarnya adalah memastikan implementasi yang efektif. Untuk
mencapai hal tersebut, terdapat lima fungsi yang harus dilakukan secara simultan, yaitu:
lingkungan sekitarnya.
d) Menciptakan dan mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mencapai posisi unggul dalam persaingan dengan
bank-bank lainnya. Selain itu, tujuan strategi juga termasuk mempertahankan keberlangsungan
Implementasi strategi dapat dilakukan dengan baik melalui beberapa langkah kunci,
perencanaan dan kebijakan yang tepat. Selain itu, upaya untuk menerapkan strategi secara efektif
juga melibatkan penciptaan budaya perusahaan yang mendukung, pola kepemimpinan yang
sesuai, dan pengelolaan sumber daya manusia yang efisien. Pengendalian strategi juga penting
untuk mengevaluasi kinerja organisasi terhadap strategi yang diadopsi, sehingga memungkinkan
untuk mendapatkan umpan balik yang diperlukan untuk pengembangan strategi di masa yang
akan datang.
Secara keseluruhan, sebuah strategi terdiri dari berbagai elemen yang selalu
Kompetensi yang berbeda merujuk pada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh
sebuah bank yang membuatnya unggul atau lebih baik dibandingkan dengan bank-bank
lainnya.
b) Ruang lingkup
Ruang lingkup merujuk pada lingkungan di mana organisasi beroperasi dan melakukan
aktivitasnya. Strategi yang akan dilaksanakan oleh organisasi mencakup semua faktor dan
Distribusi sumber daya merujuk pada cara organisasi memanfaatkan dan mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya dalam merancang dan melaksanakan strategi organisasi.
(Saefullah, 2006)
pertumbuhan, perluasan, atau tindakan untuk memperbaiki sesuatu. Pembangunan, secara umum,
mengacu pada inisiatif yang diambil oleh perusahaan, negara, dan masyarakat untuk memperkuat
dan memperluas kapasitas usaha kecil agar menjadi lebih kuat dan mandiri. Koperasi
menerapkan taktik pengembangan yang tidak jauh berbeda dengan bisnis lainnya.
sebagai proses mengintegrasikan aktivitas individu dalam perluasan dan pengembangan tujuan
perusahaan guna mendorong kinerja organisasi. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk
Menurut Siagian (2004), pengembangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pengembangan pasar dan pengembangan produk. Pengembangan pasar adalah upaya untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada agar tetap loyal. Salah satu cara untuk melakukan
pengembangan pasar adalah dengan menciptakan produk baru yang diharapkan dapat menarik
minat dan keinginan konsumen. Selain itu, pengembangan pasar juga bisa berarti memperluas
penjualan produk utama perusahaan atau organisasi ke pasar-pasar baru. Sementara itu,
pengembangan produk melibatkan peluncuran produk baru ke pasar yang sudah ada. Strategi
memperkenalkan produk baru, memperluas variasi produk yang sudah ada, serta menambah atau
memperbaiki model dan bentuk produk yang telah ada sebelumnya (Latif, 2015).
33
Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007), terdapat dua langkah penting yang harus diambil
untuk mempercepat pengembangan koperasi. Pertama, memberikan akses yang lebih besar
kepada koperasi untuk mendapatkan modal usaha. Kedua, melakukan penyesuaian terhadap
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam dunia usaha. (Alifah, 2017).
Jadi dapat dikatakan bahwa pengembangan adalah proses yang digunakan untuk
mengubah sesuatu dari kecil menjadi besar, terutama dalam konteks bisnis, di mana hal ini
mencakup transformasi usaha kecil agar dapat bersaing efektif dengan pesaing lain di pasar.
menjadi sebuah solusi penting dan platform ekonomi bagi aparatur sipil negara (ASN). Koperasi
diupayakan untuk berkembang sebagai entitas usaha yang mendukung gerakan ekonomi rakyat
(Suhartono, 2011).
Menurut kutipan (Suhartono, 2011), terdapat sejumlah langkah yang dapat dilaksanakan
pemerintah.
b. Mendistribusikan sumber daya luar dari luar koperasi, seperti uang dan tenaga kerja terampil.
c. Pembangunan perlu dipikirkan secara matang, berjangka panjang, dan disebarkan secara
d. Pemerintah harus membantu melindungi koperasi dari bahaya kegagalan ketika mereka masih
e. Sejalan dengan amanat konstitusi, pengembangan koperasi harus dilakukan secara sungguh-
Menurut kutipan dari (Wulandari dan Entri Sulistari, 2017), dalam mengembangkan
koperasi, terdapat beberapa strategi pengembangan yang dapat dilakukan, antara lain:
2.1.4 Manajemen
Mary Parker Follett menyatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
tugas melalui kerjasama orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu tujuan tersebut
adalah untuk mencapai keuntungan. Organisasi bisnis biasanya melaksanakan berbagai kegiatan
seperti produksi, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, dan pengelolaan keuangan untuk
sumber daya organisasi lainnya hanyalah beberapa tugas yang membentuk proses manajemen,
menurut Nickels dan Mchugh, yang mencoba mencapai tujuan organisasi. Tahap perencanaan,
Menurut G. R. Terry, terdapat empat fungsi utama dalam manajemen yang dikenal
1) Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan elemen kunci dalam pengelolaan perusahaan atau institusi. Dalam
kerangka manajemen, ditekankan bahwa setiap individu (bukan hanya organisasi) perlu
melakukan perencanaan untuk semua aktivitas yang akan dilakukan di masa mendatang
guna mencapai hasil yang terbaik. Secara umum, semua proses perencanaan melibatkan
2) Organizing (pengorganisasian)
Organizing merupakan proses pengorganisasian menjamin sumber daya fisik dan manusia
yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi dan mencapai tujuan organisasi. Hal ini juga
3) Actuating (pelaksanaan)
Proses actuating memerlukan pengalokasian tugas sesuai dengan tujuan perusahaan. Ini
bukanlah langkah perencanaan dan pengorganisasian dalam strategi; ini adalah tahap
anggota kelompok dan mendorong mereka untuk berusaha mencapai tujuan kolektif dan
pribadi organisasi.
Jadi, penggerakan (actuating) dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan dan upaya-upaya organisasi. Ini mencakup
usaha untuk menggerakkan orang-orang agar bekerja sendiri atau dengan kesadaran
bersama demi mencapai tujuan yang diinginkan dengan efektif. Peranan penggerakan
sangat penting dalam usaha mencapai tujuan, karena keberhasilan bergantung pada
seberapa baik orang-orang dapat diarahkan untuk bekerja sesuai dengan aturan dan
panduan yang telah ditetapkan. Menurut Koontz dan O'Donnell, dalam pelaksanaannya,
pengarahan memainkan peran yang signifikan dalam hubungan antara aspek individual
yang dipengaruhi oleh peraturan yang harus dipatuhi dan pembagian tugas yang efektif
4) Controlling (pengawasan)
dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Ini berarti memverifikasi
apakah apa yang terjadi di lapangan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dengan
atau hal-hal negatif lainnya yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan rencana.
(Ikhsani,2019)
Oleh karena itu, Controlling adalah proses memastikan bahwa kinerja aktual sesuai dengan
kinerja yang direncanakan. Hal ini dicapai dengan membandingkan kinerja nyata dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan. Manajer perlu memberikan respons yang tepat jika
37
terdapat perbedaan besar antara kinerja yang dihasilkan dan apa yang diantisipasi.
Manajemen adalah suatu elemen yang esensial bagi setiap organisasi. Segala usaha yang
dilakukan akan menjadi tidak efektif dan pencapaian tujuan akan sulit terwujud tanpa adanya
manajemen. Terdapat tiga alasan utama mengapa manajemen sangat diperlukan, yaitu:
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta mendukung individu dalam mencapai tujuan
pribadi mereka.
kegiatan yang mungkin saling bertentangan antara berbagai pihak yang terlibat dalam
organisasi.
organisasi, yang dapat diukur dengan berbagai metode, termasuk tingkat efisiensi dan
efektivitas operasional.
keputusan, dan tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif. Definisi ini menggarisbawahi dua aspek penting dari
perusahaan, yang melibatkan analisis, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tindakan. Kedua,
mengungguli pesaingnya. Manajer harus menentukan cara agar perusahaan mampu menciptakan
keunggulan kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi juga sulit untuk ditiru atau
Dalam buku yang diedit oleh Eddy Yunus, Wheelen menyatakan bahwa manajemen
strategis adalah serangkaian pilihan dan aktivitas manajerial yang dimaksudkan untuk
menciptakan rencana pemenang untuk mencapai tujuan organisasi. Analisis SWOT digunakan
dalam prosedur ini. KERJA KERAS. membantu dalam menentukan variabel eksternal dan
lintas. Fokusnya terletak pada proses menerapkan tujuan organisasi, merumuskan kebijakan, dan
perencanaan untuk mencapai tujuan, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
penggabungan aktivitas dari berbagai fungsi dalam bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
1) Pengembangan misi perusahaan yang mencakup pernyataan luas tentang tujuan, filosofi,
5) Mengidentifikasi opsi terbaik dengan mengevaluasi setiap alternatif berdasarkan pada misi
perusahaan.
6) Memilih serangkaian tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan mendukung opsi
terbaik tersebut.
8) Pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan untuk memastikan bahwa strategi
yang dijalankan sesuai dengan rencana dan mencapai hasil yang diharapkan.
9) Adaptasi dan penyesuaian strategi secara berkala sesuai dengan perubahan lingkungan
Manajemen dalam koperasi memiliki peran penting dalam mengelola berbagai bidang
usaha yang dimiliki oleh koperasi tersebut. Tujuan utamanya adalah agar usaha koperasi dapat
berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi anggotanya serta masyarakat sekitarnya.
Selain itu, manajemen koperasi juga bertugas untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul,
baik itu berasal dari internal koperasi maupun dari faktor eksternal, sehingga koperasi dapat
Menurut Suharsono Sagir, sistem manajemen dalam lembaga koperasi harus menekankan
pada manajemen partisipatif yang mempromosikan kebersamaan dan keterbukaan. Hal ini
bertujuan agar setiap anggota koperasi, baik yang terlibat langsung dalam pengelolaan
40
(kepengurusan usaha) maupun yang tidak (anggota biasa), merasa memiliki tanggung jawab
2.1.5 Loyalitas
Loyalitas adalah keadaan setia atau kesetiaan yang terwujud tanpa paksaan, tetapi berasal
dari kesadaran individu. Upaya yang dilakukan untuk membangun loyalitas anggota cenderung
memengaruhi sikap mereka. Konsep loyalitas anggota lebih menekankan pada perilaku
Loyalitas merupakan suatu nilai yang tidak dapat diperoleh dengan uang. Hal ini
menunjukkan bahwa loyalitas hanya dapat diperoleh melalui hubungan yang kuat dan saling
percaya antara individu atau organisasi. Membangun loyalitas dari seseorang bukanlah tugas
yang mudah dilakukan, namun menjaga loyalitas tersebut merupakan suatu hal yang jauh lebih
sulit. Dalam konteks ini, kehilangan loyalitas seseorang lebih mudah terjadi dibandingkan
dengan mendapatkannya.
Salah satu faktor yang termasuk dalam penilaian seorang pegawai adalah loyalitas, yang
meliputi kesetiaan terhadap pemberi kerja, jabatan, dan tempat kerja. Dedikasi karyawan
ditunjukkan dengan kesediaannya untuk menjunjung tinggi dan mendukung perusahaan baik di
dalam maupun di luar tempat kerja, terutama dalam menghadapi kesulitan atau kritik dari pihak
Loyalitas memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu koperasi,
terutama di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Loyalitas tercermin dari tingkat
antusiasme anggota terhadap layanan atau produk yang ditawarkan oleh koperasi. Hal ini
41
menunjukkan komitmen yang mendalam dari anggota koperasi dalam memilih dan mendukung
produk atau layanan tersebut untuk jangka panjang, meskipun terdapat tekanan dari kondisi pasar
atau upaya pemasaran yang dapat mempengaruhi keputusan anggota untuk beralih.
Loyalitas merupakan hasil dari penggabungan proses intelektual dan emosional di mana
koperasi dan anggota saling terhubung melalui hak mutlak koperasi yang mampu meningkatkan
kualitas produk, baik dalam bentuk jasa maupun barang. Dari sudut pandang lain, loyalitas dapat
diinterpretasikan sebagai bentuk kesetiaan seseorang terhadap suatu produk, baik itu jasa
perusahaan secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius
Candra, loyalitas adalah komitmen konsumen terhadap sebuah merek, toko, atau pemasok, yang
tercermin dari sikap yang sangat positif dan kebiasaan pembelian ulang secara konsisten. Scoot
Robinette dan Claire Brand lebih lanjut mendefinisikan loyalitas sebagai faktor kunci untuk
Berdasarkan beberapa teori yang telah disebutkan, loyalitas di dalam konteks perbankan
adalah komitmen sukarela dari nasabah untuk tetap menggunakan layanan suatu bank dalam
jangka panjang, tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Tugas dan tanggung
jawab bank tidaklah ringan; tidak hanya menarik minat nasabah, tetapi juga menjadikan mereka
sebagai sumber pendapatan yang signifikan, dengan harapan tetap setia terhadap bank tersebut.
(Febriyanti,2002)
42
Dalam interpretasi yang lebih luas, loyalitas dapat diartikan sebagai sikap atau tindakan
memberikan dukungan dan ketaatan yang teguh serta konsisten terhadap seseorang atau sebuah
meliputi pembicaraan, pemecahan masalah, berbagi ide, dan pemecahan masalah formal
dan informal. Semua hal yang membantu anggota menyadari kesetiaan mereka adalah
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas anggota sebagai berikut:
a. Meningkatkan loyalitas anggota masuk akal jika menyangkut alasan yang masuk akal.
anggota antara lain adalah tingkat popularitas organisasi, tingkat keterlibatan anggota
dalam peran, fasilitas yang ditawarkan, dan layanan lain yang diberikan organisasi kepada
anggotanya.
b. Peningkatan loyalitas anggota yang bersifat emosional terkait dengan aspek-aspek yang
loyalitas anggota, sesuai dengan definisi loyalitas, termasuk penilaian positif terhadap
tantangan organisasi, hubungan yang baik dengan pimpinan, serta saling menghargai
c. Ciri-ciri pribadi anggota dikaitkan dengan aspek kepribadian yang meningkatkan loyalitas
kolaborasi dengan anggota lain, dan kecintaan terhadap budaya dan nilai-nilai organisasi,
pelaksanaan tugas oleh manajemen harus dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Hal ini akan
Karyawan dipengaruhi oleh sifat pekerjaan mereka dan cara mereka melaksanakannya.
Karyawan akan mengembangkan rasa keberanian dan akuntabilitas terhadap risiko yang
terjadi dari aktivitas yang dilakukan berdasarkan kemampuan mereka untuk melakukannya
dengan benar dan kesadaran mereka terhadap setiap bahaya yang terkait dengan
pelaksanaannya.
Perusahaan dapat mencapai tujuan melalui kerja tim yang tidak mungkin dicapai oleh
individu sendirian.
g. Rasa memiliki
44
Pekerja yang memiliki rasa kepemilikan dan keterlibatan dalam bisnis akan lebih terdorong
untuk mempertahankan dan berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis. Pada gilirannya, hal
ini dapat menginspirasi loyalitas karyawan terhadap pencapaian tujuan bisnis bersama.
Pengusaha perlu menyadari bahwa para pekerja datang ke tempat kerja setiap hari sebagai
2.1.6 Partisipasi
Istilah "partisipasi" telah menjadi umum dalam percakapan sehari-hari, baik di kalangan
ahli maupun masyarakat umum. Namun, sampai saat ini, belum ada definisi yang diterima secara
luas tentang konsep partisipasi. Ini disebabkan oleh variasi sudut pandang yang digunakan untuk
" Seseorang dikatakan berpartisipasi ketika mereka terlibat secara intelektual, emosional,
atau psikologis dalam suatu situasi yang memotivasi mereka untuk berkontribusi pada upaya
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan merasa bertanggung jawab
yang mendasar bagi setiap individu, di mana manusia secara alami cenderung untuk terlibat
dalam berbagai aktivitas kelompok. Konsep partisipasi mencakup keterlibatan individu dalam
proses pembangunan, yang sering kali didorong oleh motif dan keyakinan akan nilai-nilai
Partisipasi sering kali diartikan sebagai keikutsertaan atau turut serta dalam suatu
kegiatan, menunjukkan adanya keterlibatan dari berbagai pihak. Secara etimologis, kata
45
"partisipasi" berasal dari bahasa Inggris "participation", yang merupakan kata benda yang
mengacu pada seseorang yang ikut mengambil bagian dalam suatu kegiatan atau menjadi
peserta. Kata kerja "to participate" berarti ikut serta atau mengambil bagian dalam sesuatu, dan
"participation" merujuk pada tindakan mengambil bagian atau keterlibatan dalam sebuah
aktivitas.
pemerintahan di mana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat,
sementara fokus yang akan diusahakan adalah proses pemberdayaan. Lebih jauh dijelaskan
dalam berbagai tahap pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
program. Namun, makna substantif yang terkandung dalam urutan-urutan partisipasi adalah
suara (voice), akses, dan kontrol (Juliantara, 2002:90-91). Pengertian dari masing-masing sekuen
1. Voice merujuk pada hak dan tindakan individu dalam menyampaikan aspirasi, gagasan,
2. Access mengacu pada kemampuan untuk memengaruhi kebijakan dan terlibat dalam
upaya dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam konteks pembangunan
nasional, partisipasi masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup menuju
masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Masyarakat, sebagai subjek pembangunan, diminta untuk memberikan kontribusi dalam upaya
pembangunan. Kesediaan untuk memberikan kontribusi ini tidak terjadi begitu saja, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai motivasi yang memotivasi individu. Selain itu, pemerintah juga
Seperti yang dijelaskan oleh S.P. Siagaan, penggerakan merupakan serangkaian proses untuk
memberikan motivasi kepada bawahan agar mereka mau bekerja dengan sepenuh hati demi
Selain upaya pemerintah dalam mendorong partisipasi, faktor motivasi juga menjadi
pendorong utama. Motivasi-motivasi ini memainkan peran krusial dalam menentukan tingkat
3. Adat istiadat dan sifat komunial yang mengikat setiap anggota masyarakat satu sama lain
dipengaruhi oleh kebutuhan yang terdapat di dalamnya, yang mencakup berbagai kepentingan.
Selain itu, tingkat partisipasi juga sangat bergantung pada interaksi antara masyarakat dan
47
pemerintah. Interaksi ini mencakup hubungan saling pengertian dan dukungan antara kedua
belah pihak. Tanpa adanya hubungan seperti itu, implementasi kebijakan pembangunan oleh
Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003:78) merupakan suatu proses
di mana warga, baik secara individu maupun dalam kelompok sosial dan organisasi, turut serta
dalam memengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan yang langsung
Adapun penelitian terdahulu yang relefan terhadap penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
kesejahteraan anggota
fokus pengembangan
menekankan pada
optimalisasi potensi
program-program
pemerintah untuk
memberikan dukungan
memperkuat posisinya
mengembangkan jangkauan
jumlah simpanan,
peningkatan efisiensi
pengeluaran koperasi,
penanganan masalah
peningkatan modal
yang memungkinkannya
efisien, termasuk
sosial-budaya.
regional, maupun
internasional.
52
Keberhasilan organisasi
Dalam situasi
ketidaksepakatan, prioritas
kepentingan kolektif
daripada kepentingan
dapat dikembangkan
non-keuangan koperasi,
restrukturisasi, peningkatan
Berdasarkan hasil
non-keuangan,
restrukturisasi, peningkatan
Untuk mempertahankan
55
mempertahankan
kepada anggota.
Hasil Usaha (Studi Kasus Sisa Hasil Usaha meningkatkan sisa hasil
bisnis tambahan,
memberikan penghargaan
menggunakan software
Djufri Rays Pattilouw (2017) dalam Jurnal Ekonomi Vol. 11, No. 2. Hasil penelitian
pengembangan koperasi untuk merevitalisasi visi, misi, dan tujuan koperasi yang berpusat
arah optimalisasi potensi ekonomi daerah, dan program pembinaan koperasi pemerintah
diperbarui. Sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mereka akan
2. Penelitian yang ditulis oleh Ardhuan Yuananda (2013) di Jurnal Ekonomi Pembangunan,
terbaik untuk diterapkan adalah pertumbuhan dan pengembangan atau pertumbuhan dan
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, ini berkaitan dengan
penentuan strategi. Perbedaannya adalah objek yang diamati adalah karyawan atau ASN
3. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Pratiwi (2019) berjudul "Strategi Pengembangan
Koperasi Dalam Meningkatkan Laba (Studi Kasus Koperasi Pegawai Republik Indonesia
mengembangkan koperasi untuk meningkatkan laba, seperti mencari peluang usaha baru,
meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan kualitas. Sama dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, mereka akan menganalisis strategi pengembangan koperasi secara
bersamaan. Sementara perbedaan terletak pada objek yang ditingkatkan, peneliti bertujuan
58
koperasi.
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Provinsi Riau" adalah penelitian yang diterbitkan
oleh Farid Rahmandinata, Zulfadil, dan Rosyetti (2020) dalam jurnal Tepak Manajemen
Bisnis, Vol. 12, No. 3, Edisi Juli 2020. Penelitiannya menemukan bahwa ada kemungkinan
untuk mengembangkan usaha koperasi sekunder yang memungkinkan koperasi untuk maju
dan membantu anggotanya dalam meningkatkan kesejahteraan melalui upaya kolektif yang
memiliki karakteristik yang sesuai untuk mengelola potensi mereka secara optimal,
termasuk keragaman sumber daya alam dan sosial-budaya. Penelitian ini sama-sama
koperasi.
Suhartono(2011), diterbitkan pada Juli 2011 dalam Jurnal Among Makarti, Vol. 4, No. 7.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kerjasama sebagai salah satu prinsip
mengembangkan jaringan usaha yang mencakup kerjasama antara koperasi sendiri, serta
antara koperasi dan badan usaha lain pada skala lokal, nasional, regional, dan internasional.
Persamaan dengan penelitian peneliti adalah terkait dengan strategi peningkatan koperasi.
memasukkan keanggotaan.
59
6. Adriano Dias de Carvalho (2012) melakukan penelitian yang dipublikasikan pada Januari
2012 dalam International Journal of Accounting and Financial Reporting dengan judul
The Cooperative Development and Strategy. Hasil penelitian yang dia lakukan
menunjukkan bahwa koperasi harus membuat filosofi organisasi untuk menentukan masa
depan dan kemudian melanjutkan dengan misi dan alasan keberadaan koperasi. Anggota
dan karyawan organisasi koperasi akan melakukan tugas mereka dengan baik. Jika ada
pribadi. Sangat mirip dengan penelitian peneliti dalam hal strategi. Perbedaan peneliti
adalah bahwa mereka menekankan hubungan antara peningkatan sumber daya manusia
pada koperasi.
7. Peneliti lain, I Made Mahadi Dwipradnyana (2020), dalam publikasi Majalah Ilmiah
Di Era Digital Pada Koperasi Yang Ada Di Provinsi Bali". Dalam risetnya, Dwipradnyana
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali: rendahnya kualitas SDM pengelola koperasi,
pertumbuhan koperasi yang lambat, keterbatasan dalam pemasaran produk dan kemitraan,
serta kendala dalam akses permodalan. Dari hasil penelitian tersebut, diusulkan sejumlah
strategi potensial untuk memperbaiki kondisi tersebut, termasuk pengukuran kinerja non-
kesesuaian dengan tema yang diangkat dalam penelitian tersebut, yaitu strategi koperasi di
era digital. Meskipun demikian, perbedaan utama dengan penelitian yang dijelaskan adalah
fokusnya; penelitian ini lebih terfokus pada upaya meningkatkan kualitas sumber daya
60
luas terkait dengan pengembangan koperasi secara keseluruhan di tengah era digital.
8. Penelitian oleh Maria Erra Setianingrum (2013) berjudul "Pengaruh Partisipasi Anggota
dan pelayanan kredit terhadap kesuksesan usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia
khususnya dalam rapat-rapat, permodalan, dan pemanfaatan layanan yang disediakan oleh
koperasi. Selain itu, ditekankan pula pentingnya peningkatan pelayanan kredit agar
anggota merasa semakin puas dengan layanan yang diberikan oleh koperasi. Untuk
mendorong partisipasi aktif anggota serta membangun kesadaran mereka untuk secara
perbedaan utamanya terletak pada pendekatan analisis. Penelitian ini lebih berfokus pada
lebih berorientasi pada hasil temuan tentang dampak partisipasi anggota dan pelayanan
9. Penelitian yang dilakukan oleh Tonich S. Sapitri dan Y.I. Nyalung (2019) dengan judul
berbagai upaya yang dilakukan oleh Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Telaga Mangku
61
Kabupaten Katingan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa KPN Telaga
Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan pemberian pinjaman kepada anggota untuk
meningkatkan pendapatan mereka. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
kualitas anggota dalam koperasi. Namun, perbedaannya terletak pada pendekatan strategis.
Penelitian yang direncanakan oleh peneliti akan lebih fokus pada analisis strategi konkret
sebelumnya lebih menyoroti upaya konkret yang telah dilakukan oleh KPN Telaga
10. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Watini (2021) dengan judul "Strategi Pengembangan
Koperasi Dalam Meningkatkan Sisa Hasil Usaha (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai
strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan sisa hasil usaha dalam konteks
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan koperasi yang
efektif untuk meningkatkan sisa hasil usaha meliputi peningkatan partisipasi anggota dan
reward kepada anggota yang aktif, penerapan perangkat lunak dalam transaksi,
peningkatan modal koperasi, dan penetapan target minimum belanja bagi anggota.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
keduanya fokus pada penyelidikan terkait strategi yang dapat digunakan untuk
62
direncanakan oleh peneliti akan lebih menekankan pada peningkatan partisipasi anggota
dari segi strategi, sementara penelitian sebelumnya lebih menyoroti berbagai strategi yang
dapat digunakan secara umum untuk meningkatkan sisa hasil usaha koperasi.
menjelaskan bagaimana teori berinteraksi dengan berbagai elemen yang telah ditentukan sebagai
masalah penting. Kerangka pikir penelitian ini mencakup teori-teori yang relevan dengan
masalah penelitian untuk membantu mencapai tujuan penelitian. Kerangka pikir ini berfungsi
Peneliti menggunakan struktur penelitian ini untuk mempermudah proses penelitian dan
mencapai hasil yang diinginkan. Bagaimana birokrasi pemerintahan berfungsi dimulai sebagai
fokus penelitian ini. Kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal seperti koperasi,
strategi, manajemen, loyalitas, dan partisipasi. Ini karena dalam penelitian ini peneliti memeriksa
Metode analisis SWOT digunakan oleh peneliti untuk membuat model strategi untuk
mengidentifikasi berbagai komponen secara menyeluruh untuk membuat strategi yang dimaksud.
Didasarkan pada logika, analisis ini memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
meningkatkan keanggotaan Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kabupaten Bangka Tengah, hasil
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian
MANAJEMEN
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian lapangan.
penelitian dalam konteks ilmiah. Selain hanya mengamati dan menggambarkan objek penelitian,
peneliti juga melakukan eksplorasi data dan fakta yang ada di lapangan. Pelaksanaan strategi
peningkatan keanggotaan Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kabupaten Bangka Tengah tidak
hanya kontekstual, melainkan juga melibatkan tafsiran kualitatif untuk memberikan pemahaman
mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan oleh individu atau kelompok tertentu. Proses kualitatif ini melibatkan langkah-
65
mengumpulkan data secara spesifik dan dari partisipan yang relevan, menganalisis data secara
induktif dari tema-tema yang spesifik ke tema-tema yang lebih umum, dan menafsirkan makna
Menurut Effendy (2010:117), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan dan menganalisis perilaku manusia baik secara individu maupun dalam
kelompok, serta prinsip-prinsip, kepercayaan, pemahaman, pemikiran, dan persepsi yang dimiliki
oleh mereka. Metode kualitatif juga berguna untuk mengungkapkan dan memahami aspek-aspek
yang tersembunyi di balik fenomena yang kurang dipahami, serta memberikan detail-detail
kompleks tentang fenomena yang sulit dijelaskan secara langsung (Straus & Corbin, 2007 : 5).
Lebih lanjut, Cresswell (2013:261) menjelaskan bahwa proses induktif bertujuan untuk
menunjukkan upaya peneliti dalam mengelola tema-tema dan data penelitian secara berulang-
Dalam penelitian ini, digunakan desain deskriptif. Nazir (2008:55) menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif bertujuan untuk mempelajari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat,
termasuk tata cara yang berlaku serta situasi-situasi tertentu, seperti hubungan, kegiatan, sikap,
pandangan, dan proses yang tengah berlangsung, beserta pengaruhnya terhadap fenomena yang
diamati. Dalam metode deskriptif, peneliti dapat melakukan perbandingan antara fenomena-
fenomena tersebut, sehingga seringkali disebut sebagai survei normatif. Melalui pendekatan
deskriptif ini, peneliti juga mengeksplorasi kedudukan atau status fenomena serta faktor-faktor
yang terlibat, serta melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya.
66
mendalam dan komprehensif serta memahami makna yang terkandung dalam objek penelitian
berdasarkan persepsi para pelaku di lapangan. Metode deskriptif, menurut Strauss dan Corbin
menggunakan kalimat, seperti menyampaikan informasi tentang kejadian, orang, atau tempat.
Secara singkat, pendekatan deskriptif melibatkan penyajian detail yang dipilih secara selektif
oleh peneliti, baik dari kesadaran maupun ketidaksadaran, melalui pengamatan menggunakan
indera seperti pendengaran dan penglihatan yang dianggap penting. Selain itu, pendekatan
deskriptif juga penting sebagai dasar untuk abstraksi, interpretasi data, dan pengembangan teori.
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti diharapkan untuk secara proaktif mencari
data dari peristiwa yang terjadi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian. Sebagai
instrumen penelitian, peneliti perlu terlibat secara langsung dalam penelitian tersebut melalui
pengamatan partisipan, sehingga dapat menghindari spekulasi dan manipulasi data yang
mungkin terjadi. Hal ini sejalan dengan pandangan Saefullah (2003:5) yang menyatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, peneliti juga merupakan instrumen penelitian. Kevalidan data dan
informasi yang dikumpulkan sangat tergantung pada keahlian, keterampilan, dan pengalaman
penelitian ini dianggap sangat tepat, terutama dalam konteks ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu
pemerintahan. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini merupakan
strategi yang sesuai untuk mengumpulkan informasi dan memahami realitas objek penelitian
Pada penelitian ini, yang dijadikan partisipan penelitian adalah aparatur sipil negara
(ASN) Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah. Penentuan partisipan ini meliputi, (1) Ketua dan
pengurus KPN Kabupaten Bangka Tengah, (2) Anggota aktif pada KPN Kabupaten Bangka
Tengah, (3) ASN Kabupaten Bangka Tengah yang belum menjadi anggota KPN
Penelitian ini dilakukan di KPN Kabupaten Bangka Tengah yang beralamatkan di Jl.
Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data,
menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian. Hal ini didukung oleh pendapat Nazir
(2011 : 174) yang menjelaskan bahwa pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar
untuk memperloleh data yang diperlukan. Pada pengumpulan data ini, peneliti berusaha
memahami berbagai tehnik pengumpulan data agar mendapatkan data yang terukur sesuai
dengan tujuan penelitian untuk memahami proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Peneliti berupaya turun ke lapangan langsung untuk mengamati prilaku, aktivitas dan
fenomena-fenomena yang terjadi pada ASN Kabupaten Bangka Tengah. Peneliti mengamati
upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten Bangka Tengah dalam memotivasi
Penulis berusaha untuk menjaring berbagai data tambahan dengan mengamati fenomena
yang ada dan belum terungkap yang akan dipadukan dengan teknik pengumpulan data lainnya.
informan dan partisipan terpilih. Menurut Nazir, “Wawancara adalah proses memperoleh
informasi untuk keperluan penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan dan menjawab secara
tatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden dengan
fenomena penelitian. Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi rinci mengenai
Untuk menuliskan kembali hasil wawancara dalam bentuk tertulis yang telah
dimodifikasi agar mencerminkan hasil percakapan dengan berbagai informan, peneliti juga
mencatat informasi dari sumber informasi pada saat wawancara dan membuat catatan pada saat
melakukan wawancara.
69
3.3.3 Dokumentasi
baik dari dokumentasi atau buku, surat kabar, majalah, maupun pendapat mengenai undang-
ini dilakukan. . Analisis dokumentasi diperkirakan akan membantu memperjelas masalah yang
sedang diselidiki.
pada pertanyaan terbuka atau mendalam daripada pertanyaan tertutup. agar dapat memahami
lebih dalam mengenai cara pandang dan pendapat informan dan partisipan sekaligus menjawab
pertanyaan dalam arti yang lebih luas. Anda dapat memperluas atau memodifikasi pertanyaan
yang terjadi sepanjang penyelidikan. Peneliti sering kali menggunakan proses analitik generik
dan metodologi tertentu saat melakukan jenis penelitian ini, yang memerlukan penilaian
informasi partisipan.
Langkah pertama dalam pendekatan analisis data penelitian ini adalah meninjau semua
data yang dapat diakses dari berbagai sumber, termasuk wawancara dan rekaman informasi dari
dokumen. Dalam penelitian ini, reduksi data merupakan langkah awal dalam prosedur analisis
data. Penulis melakukan analisis rinci dan selanjutnya mengkategorikan data lapangan yang
berkaitan dengan taktik keanggotaan KPN sebagai bagian dari prosedur reduksi data.
70
Langkah penulis selanjutnya adalah memberikan sinopsis yang metodis dan informatif
yang akan membantu pembaca dengan cepat mengidentifikasi gagasan utama, yaitu taktik
informasi yang dikumpulkan dari beberapa sumber sambil mencari bukti lebih lanjut yang
mendukungnya.
Pada tahap ini penulis mengevaluasi kesimpulan yang akan diambil dengan
membandingkan fakta dari suatu hipotesis tertentu. Penulis mengambil tindakan ini untuk
memverifikasi keakuratan temuan analisis dan menarik kesimpulan yang dapat dipercaya.
Para peneliti menerapkan analisis SWOT untuk mengidentifikasi model atau taktik
identifikasi berbagai aspek secara metodis untuk mengembangkan strategi organisasi. Analisis
ini didasarkan pada penalaran yang dapat mengurangi bahaya dan kelemahan sekaligus
dan internal. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman, sementara faktor internal
mencakup kekuatan dan kelemahan. Matriks SWOT dapat ditemukan dalam Tabel 3.1 di bawah
ini:
O–T
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut :
1. Strategi SO
Pendekatan ini dikembangkan sesuai dengan filosofi perusahaan, yang bertujuan untuk
kemungkinan di luar.
2. Strategi ST
Strategi ini memanfaatkan keunggulan bisnis untuk mengalahkan musuh. Tujuan dari
3. Strategi WO
Penerapan pendekatan ini didasarkan pada memaksimalkan kekuatan yang ada dan
internal.
72
4. Strategi WT
Strategi yang berfokus pada tindakan defensif ini bertujuan untuk mengurangi kerentanan
Analisis SWOT didapat dari faktor-faktor strategi eksternal dan faktor-faktor internal.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk
peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika
peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu
jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka
nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi
Tabel 3.2
73
Skor
Faktor-faktor
Bobot Rating Pembobotan
Strategis Eksternal
(Bobot x Rating)
Peluang
(Opportunities/O) :
Jumlah O a B
Ancaman
(Threats/T) :
bobot ancaman 1 rating ancaman 1
Ancaman 1
Ancaman 2 bobot ancaman 2 rating ancaman 2
Jumlah T c D
Kemudian penulis melakukan analisis faktor strategis internal adalah analisis yang
menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka
74
dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic
Factors Analysis Summary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Faktor-Faktor Strategis Internal
(Internal Strategic Factors Analysis Summary / IFAS)
Skor
Faktor-faktor Pembobotan
Bobot Rating
Strategis Internal (Bobot x
Rating)
Kekuatan
(Stregths/S) :
Jumlah S A B
Kelemahan
(Weaknesses/W):
Kelemahan 1
bobot kelemahan 1 rating kelemahan 1
Kelemahan 2
bobot kelemahan 2 rating kelemahan 2
Jumlah W C D
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Desi. “Strategi Pengembangan Koperasi Dalam Meningkatkan Laba (Studi Kasus
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (Kpri) Guyub Rukun Kecamatan Banjarmangu,
Kabupaten Banjarnegara)” (2019).
Rahayu, Isti Evrilla. “Strategi Bisnis Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di
Alun-alun Ponorogo”, dalam Skripsi (Ponorogo:IAIN Ponorogo). 2020.
Rangkut, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rahmandinat, Farid, dkk. “Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan Usaha Koperasi
Sekunder Pegawai Republik Indonesia (Kpri) Di Provinsi Riau” dalam jurnal Tepak
Manajemen Bisnis, Vol. 12, No. 3, Edisi Juli 2020.
Samsu. 2017. Metodologi Penelitian (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Mixed Methods, serta Research & Development). Pusaka:Jambi.
Setianingrum, Maria Erra. “Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Kredit Terhadap
Keberhasilan Usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kopekoma Kota
Magelang”. dalam Skripsi (Semarang:Universitas Negeri Semarang). 2013.
Siyoto. Sandu dan Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:Literasi Media
Publishing.
Solihin, M dan Ratmono, D. 2013. Analisis SEM-PLS dengan Warp PLS 3.0 untuk Hubungan
Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Suhartono, Imam. 2011. “Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis”, dalam Jurnal
Among Makarti, Vol. 4, No. 7.
Syaiful, Muhammad dan hasan Aedy. 2016. “Strategi Koperasi Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Anggota”, dalam Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan, Vol. 1, No. 1.
UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
Vance, C. D. (1955). Functional Control and Corporate Performance in Large Scale Industrial
Enterprises. University of Massachusetts, Amherst.
Vance, C. D. (1968). The Corporate Director: A Critical Evaluation. Ill: Dow Jones-
Irwin, Homewood.
Weir, C. and D. Laing. (1999). The Governance-Performance Relationship: The Effects of
Cadbury Compliance on UK Quoted Companies. Paper disajikan pada European
Accounting Conference. 28 April 1999, Bordeaux, Perancis.
Wulandari. Mei dan Entri Sulistari. 2018.” Strategi Pengembangan Koperasi (Studi Kasus Pada
Koperasi Simpan Pinjam Mentai Dana Mandiri Salatiga)”, dalam artikel FKIP Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
Yuananda, Ardhuan. “Strategi Pengembangan Koperasi Samitra Kecamatan Semarang Selatan
Kota Semarang”, dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 2, No.3.
77
Yukl, G. and C. M. Falbe. (1991). Importance of Different Power Sources in Downward and
Lateral Relations. Journal of Applied Psychology, Vol. 76, No. 3, pp.416-424.
Zald, M. (1986). The Sociology of Enterprise, Accounting and Budget Rules: Implication for
Original Theory. Accounting, Organization and Society, Vol. 11, pp.327-340. Diakses
tanggal 16 Januari 2006, dari ABI/INFORM Global Distance.