You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ANEMIA

DI RUANG SADEWA 1 RSUP SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah

Clinical Teacher: Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes

Clinical Instructure: Ulfah Uswatun Hasanah, S.Kep., Ners

Disusun Oleh:

PIJAR CINTALIS

P27220022184

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

TAHUN 2023
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit. Sintesis hemoglobin
memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein berperan
dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul hemoglobin
yang baru (Nasruddin dkk, 2021). Anemia bisa terjadi karena sel-sel darah merah tidak
mengandung cukup hemoglobin. Anemia bukan suatu penyakit tapi merupakan
manifestasi dari suatu proses patologis yang menggambarkan status nutrisi dan
kesehatan yang buruk (Nurbaya dkk 2019)
Anemia merupakan salah satu jenis kelainan darah, umumnya terjadi ketika tingkat
sel darah merah yang sehat didalam tubuh terlalu rendah. Gejala yang sering ditemui
pada penderita Anemia adalah 5 L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai sakit kepala
dan pusing (“vertigo”), mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta
sulit konsentrasi. Secara klinis penderita Anemia ditandai dengan “pucat” pada muka,
kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan ( Kemenkes RI 2018).
Anemia yang tidak segera mendapatkan penanganan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan otak, jantung, dan organ lain dalam tubuh. Beberapa
komplikasi serius lainnya yang dapat terjadi, antara lain: sulit untuk beraktivitas karena
tubuh yang mudah lelah, mengidap masalah pada jantung, seperti aritmia atau gagal
jantung, masalah pada paru-paru, komplikasi kehamilan dapat terjadi seperti bayi lahir
prematur atau bayi lahir berat rendah, gangguan tumbuh kembang pada jika Anemia
menyerang anak atau bayi rentan mengidap infeksi (Rizal, 2021).

B. ETIOLOGI
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat,
vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut
atau menahun. Ada beberapa penyebab anemia menurut (Suryani,dkk 2021) yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
a. Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan
sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai
komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting
dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
b. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan
seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari
infeksi itu sendiri.
2. Perdarahan
Perdarahan karena trauma, perdarahan karena pasca persalinan. Perdarahan karena
menstruasi yang lama.
3. Hemolitik
Misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada pasien thalasemia.
4. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
5. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh
kembang pada remaja, penyakit kronis, sepertituberculosis dan infeksi lainnya.
6. Kurang darah adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat
atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.

C. KLASIFIKASI
Anemia menurut kelompok umur
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Saferi dan Wijaya, 2013), sistem organ dapat terkena, maka pada anemia
dapat menimbilkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya
anemi, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia antara lain:
1. Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis/ trombositopenia, dan pansitopenia.
2. Penurunan BB atau Kelemahan
3. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin, palpitasi, dan
kulit pucat
4. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk pada bayi
5. Sakit kepala, pusing, dan kunang-kunang.

E. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotetial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal s 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/di mengakibatkani
ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan derajat anemia dan
pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium untuk anemia umumnya meliputi:
1. Hitung darah lengkap (CBC)
Menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia apakah anemia mikrositik atau sel
darah merah berukuran kecil, anemia normositik atau sel darah merah berukuran
normal, atau anemia makrositik atau sel darah merah berukuran besar dan biasanya
merupakan tes pertama yang bisa dilakukan.
2. Informasi tentang sel darah lainnya seperti sel darah putih dan trombosit juga
disertakan dalam laporan CBC
Pengukuran jumlah hemoglobin, yang merupakan cerminan akurat dari jumlah sel
darah merah (RBC) dalam darah. Hasil hitung Hemoglobin dan Hematokrit biasanya
menjadi indikator penegakan diagnosa anemia.
3. Tes Hemoglobin Tinja
Untuk mendeteksi perdarahan dari lambung atau usus (tes Guaiac tinja atau tes darah
samar tinja).
4. Tingkat Zat Besi dapat menginformasikan apakah anemia mungkin terkait dengan
kekurangan zat besi atau tidak.
5. Tingkat transferin untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi dalam
tubuh.
6. Feritin untul mengevaluasi total besi yang tersedia dalam tubuh.
7. Kadar Folat: Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah, yang
rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.
8. Vitamin B12 : Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah dan
rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau pada anemia pernisiosa.
9. Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang dihancurkan di
dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia hemolitik.
10. Elektroforesis hemoglobin : Kadang-kadang digunakan ketika seseorang memiliki
riwayat keluarga anemia, tes ini memberikan informasi tentang anemia sel sabit atau
talasemia.
11. Hitung retikulosit :Ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh sumsum
tulang
12. Tes fungsi untuk mengecek adanya gangguan atau disfungsi. Gagal ginjal dapat
menyebabkan defisiensi eritropoietin (Epo), yang menyebabkan anemia.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum:
1. Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
2. Transpalasi sel darah merah.
3. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
4. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
5. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
6. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
7. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Menurut Yulianti dan Amelia pada tahun (2013) "Penatalaksanaan Keperawatan" pada
Anemia.
1. Kaji pasien secara cermat untuk melihat tanda-tanda infeksi dan perdarahan, karena
pasien anemia aplastik rentan terkena masalah yang berkaitan dengan defisiensi
eritrosit, leukosit, dan trombosit.
2. Pantau efek samping terapi, terutama reaksi hipersensitif pada saat memberikan
globulin antitimosit (ATG).
3. Jika pasien memerlukan terapi siklosporin jangka panjang, pantau efek jangka
4. Panjangnya, termasuk disfungsi ginjal atau hati, hipertensi, pruritus, gangguan
visual, tremor dan kanker kulit.
5. Kaji setiap resep baru secara cermat untuk melihat interaksi obat, karena meta
bolisme globulin antitimosit berubah oleh banyak obat-obatan lain.
6. Pastikan bahwa pasien memahami pentingnya untuk tidak menghentikan terapi
imunosupresif mereka secara mendadak.
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Identitas

1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian,diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien, jenis kelamin, pekerjaan )
b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat


dilakukan pengkajian.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Data diambil saat pengkajian berisi tentang
perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan
mendapatkan perawatan di bangsal. Rasa nyeri saat bedah dan adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasi nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi nyeri, serta kualitas nyeri.
3) Riwayat kesehatan dahulu : Adakah riwayat penyakit terdahulu yang
pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota
keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena
termasuk penyakit yang menurun.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum :Compos mentis, apatis, somnolen, delirium, stupor


(soporos coma), koma.
2) Tanda- tanda vital : pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu meliputi, tekanan
darah, nadi, suhu, respiratory rate, saturasi oksigen.
3) Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala : dilihat kebersihan, bentuk simetris atau tidak, adakah
oedemaatau tidak.
2. Mata : apakah anemis, icterus dan bagaimana reflek terhadap
cahaya.

3. Hidung : apakah fungsi penciuman normal atau tidak,


apakahpernafasan cuping atau tidak.
4. Mulut : kebersihan, warna

5. Telinga : bentuk, ukuran, adakah serumen

6. Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid.

7. Dada : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

8. Ekstremitas : adakah luka pada ekstremitas.

9. Abdomen : inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi

10. Genetalia : apakah bersih, apakah terpasang kateter.

d. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Pola Persepsi Kesehatan
a. Sebelum sakit : tanyakan apakah pasien kurang memahami tentang
penyakitnya. riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga
mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
b. Saat sakit : tanyakan apakah pasien mulai tahu tentang penyakit yang
dialaminya sekarang, tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan
yang pernah dilakukan oleh pasien dyspepsia.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Di rumah : Tanyakan apakah pasien sering makan telat dan dalam
kesehariannya dan jarang minum, berapa porsi makannya.
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah pasien mengatakan makan 3 kalisehari
dengan porsi RS, dan sering minum.

3) Pola Eliminasi
a. Di rumah : Tanyakan apakah pasien BAB dengan konsistensi padat,warna
kuning kecoklatan dengan bau yang khas. Sedangkan pasien BAK dengan
frekuensi berapa kali sehari dengan warna yangjernih, normal dan bau
yang khas
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan BAB dan
BAK sedikit.
4) Pola Latihan dan Aktivitas
a. Di rumah : Tanyakan aktivitas apa saja yang dilakukan pasiensehari-
hari di rumah
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kegiatan yang dilakukan pasien selamadi
rumah sakit
5) Pola Istirahat dan Tidur
a. Di rumah : Tanyakan apakah selama dirumah pasien mengatakan tidur
malam kurang lebih 6 jam dalam sehari, pasien tidur dengan nyenyak dan
saat bangun merasa segar.
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah selama sakit pasien tidak pernahtidur
siang karena tidak nyaman dan nyeri. Dan saat bangun dari tidur, pasien
merasa tidak segar dan lesu. Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu
akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker endometrium gangguan
pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.
6) Pola Kognitif dan Preseptual
a. Di rumah : Tanyakan kepada pasien selama dirumah apakah mengetahui
mengenai penyakit yang diderita
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kepada pasien mengenai
pemahamannyaterhadap penyakit yang diderita selama di rumah sakit
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Di rumah : Tanyakan apakah keluarga pasien mengatakan pasien sangat
mudah bergaul, bercakap dengan menggunakan bahasa Jawajengah-an.
Pasien seorang yang ramah dan sangat memperhatikan tata krama dalam
kesehariannya.
b. Di Rumah Sakit : Apakah pasien selama anamnesis dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, pasien kadang merasa malu terhadap
orangsekitar karena mempunyai penyakit kanker endometrium, akibat
daripersepsi yangsalah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak
disebabkan dari berganti- ganti pasangan.
8) Pola Latihan dan Aktivitas
a. Di rumah : Tanyakan aktivitas apa saja yang dilakukan
pasiensehari-hari di rumah
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kegiatan yang dilakukan pasien
selamadirumah sakit
9) Pola Istirahat dan Tidur
a. Di rumah : Tanyakan apakah selama dirumah pasien mengatakan tidur
malam kurang lebih 6 jam dalam sehari, pasien tidur dengan nyenyak
dansaat bangun merasa segar.
b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah selama sakit pasien tidak pernahtidur
siang karena tidak nyaman dan nyeri. Dan saat bangun dari tidur,
pasienmerasa tidak segar dan lesu. Pola istirahat dan tidur pasien dapat
tergangguakibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker
endometrium gangguanpola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi
yang dialami oleh pasien.
10) Pola Kognitif dan Preseptual
a. Di rumah : Tanyakan kepada pasien selama dirumah apakah mengetahui
mengenai penyakit yang diderita
b. Di Rumah Sakit :Tanyakan kepada pasien mengenaipemahamannya
terhadap penyakit yang diderita selama di rumah sakit
11) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Di rumah : Tanyakan apakah keluarga pasien mengatakan pasien sangat
mudah bergaul, bercakap dengan menggunakan bahasa Jawajengah-an.
Pasien seorang yang ramah dan sangat memperhatikan tata krama dalam
kesehariannya.

b. Di Rumah Sakit : Apakah pasien selama anamnesis dapat menjawab


pertanyaan dengan baik, pasien kadang merasa malu terhadap
orangsekitar karena mempunyai penyakit kanker endometrium, akibat
daripersepsi yangsalah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak
disebabkan dari berganti- ganti pasangan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI, (2018), diagnosa keperawatan yang muncul antaralain :
a. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
b. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengasorbsi nutrient.
d. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.02079)
tidak efektif Tindakankeperawatan Observasi:
berhubungan selama 3x24 jam 1. Periksa sirkulasi
dengan diharapakan curah jantung perifer (mis: nadi
penurunan membaik Dengan kriteria perifer, edema,
konsentrasi hasil pengisian kapiler,
hemoglobin (L.02008): warna, suhu, ankle-
1. Takikardia menurun brachial index).
2. Lelah menurun 2. Identifikasi faktor
3. Pucat menurun risiko gangguan
4. Murmur jantung sirkulasi (mis:
menurun diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi,
dan kadar kolesterol
tinggi).
3. Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada
ekstremita.
Terapeutik:
1. Hindari pemasangan
infus, atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi.
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi.
3. Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cidera.
4. Lakukan pencegahan
infeksi.
5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku.
6. Lakukan hidrasi
Edukasi:
1. Anjurkan berhenti
merokok.
2. Anjurkan berolahraga
rutin.
3. Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar.
4. Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika perlu.
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur.
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta.
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki).
8. Anjurkan program
rehabilitasi vascular.
9. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3).
10. Informasikan tanda

dan gejala darurat


yang harus dilaporkan
(mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa).
2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)
aktivitas Tindakankeperawatan Observasi:
berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan
dengan diharapakan toleransi fungsi tubuh yang
kelemahan aktivitas meningkat mengakibatkan
Dengan kriteria hasil kelelahan.
(L.05047): 2. Monitor kelelahan
1. Kemudahan melakukan fisik dan emosional.
aktivitas sehari-hari 3. Monitor pola dan jam
meningkat. tidur.
2. Perasaan lemah 4. Monitor lokasi dan
menurun. ketidaknyamanan
3. Warna kulit membaik. selama melakukan
4. Jaarak berjalan aktivitas
meningkat. Terapeutik:
5. Kekuatan tubuh bagian 1. Sediakan lingkungan
atas meningkat. nyaman dan rendah
6. Kekuatan tubuh bagian stimulus (mis: cahaya,
bawah meningkat. suara, kunjungan).
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif.
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan.
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring.
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap.
3. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang.
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


berhubungan Tindakankeperawatan (I.03119)
dengan selama 3x24 jam Observasi
ketidakmampuan diharapakan status nutrisi 1. Identifikasi status
mengasorbsi membaik Dengan kriteria nutrisi.
nutrient hasil (L.03030):
2. Identifikasi
1. Porsi makan yang
kebutuhan kalori
dihabiskan
dan jenis nutrient
meningkat
3. Monitor asupan
2. Berat badan
makanan
membaik
4. Monitor berat badan
3. Indeks massa tubuh
(IMT) 5. Identifikasi
4. Frekuensi makan perlunya
membaik penggunaan
5. Nafsu makan selang
membaik nasogastrik
Terapeutik

1. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai.
2. Berikan
suplemen
makanan jika
perlu
3. Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogatrik jika
asupanoral dapat
ditoleransi
Edukasi

1. Anjurkan posisi
duduk,jika mampu
2. Ajarkan diet
yang
diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu
4. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
pengetahuan Tindakankeperawatan (I.12383)
berhubungan selama 3x24 jam Observasi
dengan kurang diharapakan tingkat 1. Identifikasi kesiapan
pengetahuan meningkat dankemampuan
terpapar Dengan kriteria hasil menerima informasi
informasi (L.12111): 2. Identifikasi faktor-
1. Prilaku sesuai anjuran faktor yang dapat
meningkat meningkatkandan
2. Kemampuan menurunkan motivasi
menjelaskan perilaku hidup bersih
pengetahuan tentang dansehat
suatu topik meningkat Terapeutik
3. Perilaku sesuai dengan
1. Sediakan materi
pengetahuan meningkat
danmedia
pendidikan
Kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi

1. Jelaskan factor risiko


yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidupbersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Nasruddin, 2021, Angka Kejadian Anemia Pada Remaja Di Indonesia. Cerdika:


69 GFNGFNGFGFNGFHFGFGFGF POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
Jurnal Ilmiah Indonesia, April 2021, 1 (4), 357-364, p-ISSN: 2774-6291 eISSN: 2774-
6534
Nurbaya, M. D. (2019). Cerita Anemia. Jakarta: Ui Publishing.

Rizal, Komplikasi Anemia. Diperbarui pada 14 Desember 2021. Di akses


melalui https://www.halodoc.com/kesehatan/anemia pada 26 Oktober 2023

Suryani, L., Rafika, R., & Gani, S. I. A. S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan
Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMK Negeri 6 Palu.
Jurnal Media Analis Kesehatan, 11(1), 19–26

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia
(SDKI): definisi dan indikator diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia
(SIKI):definisi dan tindakan keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan indonesia:
definisidan kriteria hasil keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Yuli & Ertiana, 2018, Anemia dalam Kehamilan. CV Pustaka Abadi, Jember

You might also like