You are on page 1of 15

ISL MINGGU 1

PSV 3107

Teori psikoanalitik oleh Sigmund Freud


Teori-teori yang diusulkan oleh Sigmund Freud menekankan pentingnya peristiwa masa kanak-kanak dan pengalaman, namun hampir secara khusus berfokus pada gangguan mental bukan yang berfungsi normal. Menurut Freud, perkembangan anak digambarkan sebagai serangkaian tahap psikoseksual. Dalam Essay Tiga pada Seksualitas (1915), Freud diuraikan tahapan ini sebagai oral, anal, latency tiang, dan kelamin. Setiap tahap melibatkan kepuasan hasrat libidinal dan kemudian dapat memainkan peran dalam kepribadian orang dewasa. Teori psikoanalitik Aliran psikoanalitik mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku abnormal daripada aliran psikologi. Aliran ini di kembangkan oleh Dr. Sigmund Freud sehingga lebih dikenal dengan nama Aliran Freud. Proses pengobatan gejala-gejala hysteria mulai dari pembiusan kemudian beralih ke hipnotis dan terapi bicara atau psikoanalisa yang mengutamakan pentingnya proses ketaksadaran. Aliran Psikoanalitik terdiri dari dua variasi yakni personal dan interpesoanal, bagaimana kepribadian mempengaruhi belajar dan perilaku. Aliran personal dari teori psikoanalitik adalah tradisi Sigmund Freud yang berpendapat bahwa orang bertindak atas dasar motif yang tak disadarinya maupun atas dasar pikiran, perasaan dan kecenderungan yang disadari dan sebagaian disadari. Dasar pendapat dan pandangan Frued berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tidak ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudra yang hanya sebagian terkecil yang tampak, sedankan sembilan persepuluhnya dari padanya yang tidak tampak, itulah yang merupakan bagian /lapangan ketidak sadaran mental manusia berupa pikiran kompleks,perasan dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung tetapi ia terus mempengarui tingkah laku manusia. Bagi Frued segala bentuk tingkah laku manusia bersumber dari dorongan-dorongan alam bawah sadar. Dialektika antara kesadaran dan ketidaksadaran ini dijelaskan Frued dalm tiga system kejiwaan.

ISL MINGGU 1

PSV 3107

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud (Ratna, 2004:62 dan 344). Menurut Freud (2002:3), psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf.

Lebih lanjut lagi, menurut Fudyartanta (2005:17) psikoanalisis merupakan psikologi ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya tertuju ke arah bidang-bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud ketika ia menangani neurosis dan masalah mental lainnya.

Menurut Corey (2003:13), sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup:

(1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.

(2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. (3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa.

(4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami

ISL MINGGU 1

PSV 3107

cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan.

(5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan

transferensi-transferensi Dalam teori psikoanalisis yang dipakainya, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber Ich) (Koeswara, 1991:32; Poduska, 2000:78). Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial (Corey, 2003:14). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga sistem kepribadian menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud.

Id Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan (Koeswara, 1991:32). Adapun menurut Palmquist (2005:105), id ialah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan naluriah dasar. Lebih lanjut lagi menurut Corey (2003:14), id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat tidak sadar. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis, yakni libido, dan pada dasarnya bersifat seksual.

Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu (Berry, 2001:75). Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta. Fungsi satusatunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh rangsanganrangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas menerjemahkan

ISL MINGGU 1

PSV 3107

kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan proses primer (Boeree, 2005:38).

Ego Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koeswara 1991:3334). Adapun menurut Ahmadi (1992:152), ego tampak sebagai pikiran dan pertimbangan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan.

Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur (Corey, 2003:14). Ego merupakan tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa dibawa keluar dengan sadar (Berry, 2001:76).

Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan Menurut lingkungan, Bertens (2002:71) demi tugas kepentingan ego adalah adanya untuk organisme.

mempertahankan

kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakannya. Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut dengan proses sekunder (Boeree, 2005:39).

Superego Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (Koeswara, 1991:3435). Ia bertindak sebagai pengarah atau hakim bagi egonya. Menurut Kartono (1996:129) superego adalah zat yang paling tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-

ISL MINGGU 1

PSV 3107

norma yang harus dianut. Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Adapun superego menurut Palmquist (2004:103), adalah bagian dari jiwa manusia yang dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang yang Superego adalah benar cabang moral dan atau hukum dari yang kepribadian. salah. Superego

merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, berdosa sedangkan dan hukuman-hukumannya rendah diri adalah perasaan-perasaan (Corey, 2003:15).

Lebih lanjut lagi, Menurut Hall dan Gardner (1993:6768) Fungsi utama dari superego antara lain (1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3) mendorong individu kepada kesempurnaan. Superego senantiasa memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang berbeda ke alam bawah sadar. Superego, bersama dengan id, berada di alam bawah sadar.

Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi secara dinamis.

Mekanisme

Pertahanan

Ego

Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasankecemasan yang dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan ego terkait dengan kecemasan individu. Adapun definisi kecemasan ialah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang menguasai ego (Boeree, 2005:42). Kecemasankecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang dari luar.

Sigmund Freud (dalam Koeswara, 1991:46) sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah

ISL MINGGU 1

PSV 3107

kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya (Corey, 2003:18). Lebih lanjut lagi, semua mekanisme pertahanan ego memiliki dua ciri umum, yakni (1) mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan, dan (2) mereka bekerja secara tidak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang terjadi (Hall dan Gardner, 1993:86).

Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme pertahanan ego yang umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan macam saja, yakni: (1) represi, (2) sublimasi, (3) proyeksi, (4) displacement, (5) rasionalisasi, (6) pembentukan reaksi atau reaksi formasi, (7) melakonkan, (8) nomadisme, dan (9) simpatisme.

Represi Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling umum dan merupakan dasar bagi banyak teori Freud (Berry, 2001:79; Hall dan Gardner, 1993:87). Menurut Freud (2003:166), represi ialah sebentuk upaya pembuangan setiap bentuk impuls, ingatan, atau pengalaman yang menyakitkan atau memalukan dan menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. Adapun menurut Koeswara (1991:46), represi ialah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam alam tak sadar.

Lebih lanjut lagi, menurut Poduska (2000:122), represi ialah suatu pertahanan dengan mana anda secara otomatis mengubur pikiran-pikiran atau keinginan yang tak dapat diterima dalam ketaksadaran anda. Kecemasan-kecemasan tersebut dikubur ke alam bawah sadar seseorang. Sedangkan menurut Corey (2003:1920) represi merupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Mekanisme pertahanan ego ini sangat berbahaya. Apabila otak bawah sadar mereka tidak mampu

ISL MINGGU 1

PSV 3107

menampung lagi, maka kecemasan-kecemasan tersebut akan timbul ke permukaan dalam bentuk reaksi emosi yang berlebihan.

Sublimasi Menurut Freud (2003:166), sublimasi ialah suatu proses bawah sadar dimana libido ditunjukkan atau diubah arahnya ke dalam bentuk penyaluran yang lebih dapat diterima. Adapun menurut Koeswara (1991:4647), sublimasi ialah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif Id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima oleh masyarakat. Lebih lanjut lagi, menurut Corey (2003:19) sublimasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Sedangkan menurut Poduska (2000:120) sublimasi suatu mekanisme pertahanan ego yang melepaskan unek-unek perasaan, terutama yang bersifat seksual dalam suatu cara yang tidak bersifat seksual. Sublimasi selalu mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial (Boeree, 2005:54). Mekanisme pertahanan ego seperti ini sangat bermanfaat, karena tidak ada pihak yang merasa dirugikan, baik individu itu sendiri ataupun orang lain.

Proyeksi Menurut Koeswara (1991:47), proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengalihkan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Adapun menurut Berry (2001:80), proyeksi ialah suatu mekanisme yang menimpakan kesalahan dan dorongan tabu kepada orang lain. Lebih lanjut lagi, menurut Poduska (2000:121) proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan dengan mana anda mempertahankan diri dari pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan yang tak dapat diterima, dengan menyatakan hal tersebut kepada orang lain. Mekanisme pertahanan ego proyeksi ini selalu mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain (Corey, 2003:18). Mekanisme pertahanan ego ini meliputi kecenderungan untuk melihat

ISL MINGGU 1

PSV 3107

hasrat

anda

yang

tidak

bisa

diterima

oleh

orang

lain.

Proyeksi sering kali melayani tujuan rangkap. Ia mereduksikan kecemasan dengan cara menggantikan suatu bahaya besar dengan bahaya yang lebih ringan, dan memungkinkan orang yang melakukan proyeksi mengungkapkan impuls-impulsnya dengan berkedok mempertahankan diri dari musuh-musuhnya (Hall dan Gardner, 1993:88). Mekanisme pertahanan ego ini merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri (Boeree, 2005:49). Individu yang secara tidak sadar melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, biasanya orang berbicara atau sebaliknya kelompok atau lain.

pengkambinghitaman

kepada

Displacement Menurut Koeswara (1991:47), displacement ialah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibandingkan dengan objek atau individu yang semula. Adapun menurut Corey (2003:19) displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.

Lebih lanjut lagi, menurut Poduska (2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah kedudukannya.

Rasionalisasi Menurut Poduska (2000:116) rasionalisasi ialah suatu mekanisme pertahanan dengan mana anda berusaha untuk membenarkan tindakan-tindakan anda terhadap anda sendiri ataupun orang lain. Adapun menurut Koeswara (1991:4748), rasionalisasi ialah menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego, melalui dalih atau alasan tertentu yang seakan-akan masuk akal, sehingga kenyataan tersebut tidak lagi mengancam ego individu yang bersangkutan. Lebih lanjut lagi, menurut Berry (2001:82), rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi prilakunya, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. Sedangkan menurut Boeree (2005:53) rasionalisasi ialah

ISL MINGGU 1

PSV 3107

pendistorsian kognitif terhadap kenyataan dengan tujuan kenyataan tersebut tidak lagi memberi kesan menakutkan. Rasionalisasi selalu menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera, atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan (Corey, 2003:19). Seseorang yang melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, akan membuat informasi-informasi palsu atau dibuat-buat sendiri.

Pembentukan

Reaksi

atau

Reaksi

Formasi

Menurut Hall dan Gardner (1993:88) pembentukan reaksi atau reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam

kesadarannya. Adapun menurut Koeswara (1991:48) ialah mekanisme pertahanan ego yang mengendalikan dorongan-dorongan primitif agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.

Lebih lanjut lagi menurut Corey (2003:20) reaksi formasi ialah mekanisme pertahanan ego yang melakukan tindakan berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Jika perasaan-perasaan yang awal dapat menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaanperasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu.

Reaksi formasi ini melakukan kebalikan dari ketaksadaran, pikiran, dan keinginankeinginan yang tidak dapat diterima (Poduska, 2000:121). Reaksi formasi ini melakukan perbuatan yang sebaliknya, apabila perbuatan yang pertama itu, bisa menimbulkan kecemasan yang mengancam dirinya.

Melakonkan Menurut Poduska (2000:122), melakonkan ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara membiarkan ekspresinya keluar. Melakonkan merupakan kebalikan dari represi yang menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam alam tak sadar. Mekanisme pertahanan ego ini membiarkan ekspresinya mengalir apa adanya. Tidak ada bentuk penahanan atau penutupan atas kecemasan yang diterimanya.

ISL MINGGU 1

PSV 3107

Nomadisme Menurut Poduska (2000:116), nomadisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego, yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara berusaha lepas dari kenyataan. Dalam menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti ini, dia berusaha mengurangi kecemasan dengan memindahkan diri sendiri (secara fisik) dari ancaman. Dia berusaha sesering mungkin atau tidak sama sekali berhadapan dengan individu atau objek yang akan menimbulkan kecemasan.

Simpatisme Menurut Poduska (2000:117), simpatisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego, yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara mencari sokongan emosi atau nasihat dari orang lain. Seseorang yang melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini akan mencari teman dekatnya untuk membicarakan masalah-masalah atau kecemasan yang telah diterimanya. Dia berusaha mendapatkan menghadapinya. kata-kata yang bisa membangkitkan gairah untuk

ISL MINGGU 1

PSV 3107

Teori Psikoanalitik oleh Sigmund Freud


Ditengah-tengah psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan mental itu munculah seorang dokter muda dari Wina dengan gagasannya yang radikal. Dokter muda yang dimaksud adalah Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar)..

Di samping gagasan tersebut di atas, masih banyak gagasan besar dan penting Freud lainnya yang menjadikan ia dipandang sebagai seorang yang revolusioner dan sangat berpengaruh bukan saja untuk bidang psikologi atau psikiatri, melainkan juga untuk bidang-bidang lain yang mencakup sosiologi, antropologi, ilmu polilik, filsafat, dan kesusastraan atau kesenian. Untuk bidang psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi teori kepribadian, pengaruh Freud dengan psikoanalisis yang dikembangkannya dapat dilihat dari fakta, bahwa sebagian besar teori kepribadian modern teorinya tentang tingkah laku (kepribadian) mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan, gagasan-gagasan Freud. Dan psikoanalisis itu sendiri, sebagai aliran yang utama dalam psikologi memiliki teori kepribadian yang gampangnya kita sebut teori kepribadian psikoanalisis (psychoanalitic theory of personality). Struktur Kepribadian Teori psikoanalisis struktur kepribadian manusia terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

ISL MINGGU 1

PSV 3107

Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas. Maka, satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada dengan mengorbankan dua sistem lainnya. Jadi, kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.

Menurut Calvin S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme tersendiri. Namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Id bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id dan insting-insting lainnya mencerminkan tujuan sejati kehidupan organisme individual. Jadi, id merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur kepribadian manusia.

Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya, (2) apabila rasa egonya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan (3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadangkadang irasional.

Jadi, untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya insting. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan sini ego berperan dan sebagai eksekutif yang proses memerintah, primer. mengatur dan

Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti polisi lalulintas yang selalu mengontrol jalannya id, superego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara insting dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan

ISL MINGGU 1

PSV 3107

oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan normanorma moral masyarakat. Perkembangan Kepribadian Perkembangan manusia dalam psikoanalisis merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.

Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (A.Supratika, 1984), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja. Aplikasi Teori Sigmund Freud Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginankeinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri. Mortensen (Yusuf Gunawan, 2001) membagi fungsi bimbingan kepada tiga yaitu: (1) memahami individu (understanding-individu), (2) preventif dan pengembangan individual, dan (3) membantu individu untuk menyempurnakannya. Memahami individu. Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara

ISL MINGGU 1

PSV 3107

keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kurang pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan tingkah laku konseling, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil baik. Preventif dan pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruhpengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Membantu individu untuk menyempurnakan. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan potensi yang ia miliki. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi dalam konsep yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan proses bantuan kepada konseling, sehingga metode dan materi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu. Kedua, konsep kunci tentang kecemasan yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan

merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasankecemasan lain yang dialami manusia. Jadi bimbingan ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.

Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil)

ISL MINGGU 1

PSV 3107

terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anakanak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik. Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orangtuanyalah yang ikut mewarnainya sampai dewasa. Selain itu seorang penyair menyatakan bahwa Tumbuhnya generasi muda kita seperti yang dibiasakan oleh ayah-ibunya. Hadis dan syair tersebut di atas sejalan dengan konsep Freud tentang kepribadian manusia yang disimpulkannya sangat tergantung pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil. Namun tentu saja terdapat sisi-sisi yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada hakikatnya manusia itu juga bersifat baharu. Keempat, teori Freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif. Kelima, konsep Freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impulsimpuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

You might also like