You are on page 1of 8

Dewirahmadanirwati

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

Terbit online pada laman web jurnal : http://e-journal.sastra-unes.com/index.php/JIPS

JURNAL JIPS
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic )
Vol. 2 No. 3 ISSN : 2579-5449 E-ISSN : 2597-6540 (media online)

IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY IN REALIZING


GOOD GOVERNANCEIN THE WEST SUMATERA REGION
Dewirahmadanirwati
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) ADABIAH

Abstract
This paper aims to look at the implementation of regional autonomy in West Sumatra in relation to
Good Gavernance. The concept of autonomy or decentralization is not just the surrender and
implementation of affairs, but more closely the real meaning, namely the granting of government
authority. Regional autonomy is a decentralization process of authority that was originally in the center,
then given to the regions, so that services are closer to society, can accelerate growth regional
development, improving community welfare, and accelerating the democratic process. The principles in
implementing regional autonomy, namely democracy, community participation, equity and justice, and
attention to the potential and diversity of the region. The granting of authority is followed by financial
balancing between regional centers. The implementation of local governments that involve community
participation enables the creation of democratic local governments, towards the creation of good
governance. With regard to the principles of good governance, there are four factors that need to be
considered, namely: (a) Accountability, (b) Transparency, (c) openness, (d) legal rules. In addition to
these factors, to realize good governance, there are several important elements of regional autonomy
that need to be considered in the effort to achieve good governance Good governance, namely: 1).
Autonomy is related to dematization. 2) In autonomy contained the meaning of self-initiative, 3). The
concept of autonomy contains the freedom and independence of the community to make decisions, 4).
Autonomous regions must have power. 5). Autonomy is not only influenced by internal factors, but also
external Factors

Keywords: Regional Autonomy, Good Governance, West Sumatra, Transparent


© 2018Jurnal JIPS

IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE


DI DAERAH SUMATERA BARAT

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan otonomi daerah di Sumatera Barat dalam
kaitannya dengan Good Gavernance. Konsep otonomi ataudesentralisasi tidak hanya sekedar
penyerahan dan pelaksanaan urusan, tetapi lebih mendekati makna sesungguhnya yaitu pemberian
kewenangan pemerintah.Otonomi daerah merupakan proses desentralisasi kewenangan yang semula
berada di pusat, kemudian diberikan ke daerah, dengan tujuan supaya pelayanan lebih dekat kepada
masyarakat, dapat mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, serta memprcepat proses demokrasi. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan otonomi
daerah, yaitu demokrasi, peran serta masyarakat,pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan
potensi dan keragaman daerah. Pemberian kewenangan tersebut diikuti dengan perimbangan
keuangan antara pusat daerah. Pelaksanaan pemerintah daerah yang melibatkan partisipasi
masyarakat memungkinkan terciptanya pemerintahan daerah yang demokratis, menuju terciptanya

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
43
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

pemerintahan yang baik. Berkaitan dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, ada empat faktor
yang perlu diperhatikan, yaitu;(a) Akuntabilitas, (b) Transparansi, (c) keterbukaan, (d) aturan
hukum. Di samping faktor tersebut, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, ada beberapa elemen
penting dari otonomi daerah yang perlu diperhatikan dalam upaya pencapaian pemerintahan yang
baik Good governance,yaitu:1). Otonomi berhubungan dengan dematisasi. 2)Dalam otonomi
terkandung makna self-initiative, 3). Konsep otonomi mengandung kebebasan dan kemandirian
masyarakat untuk mengambil keputusan, 4). Daerah otonomiharus memiliki power. 5). Otonomi tidak
hanya dipengaruhioleh faktor internal, tetapi juga faktor eskternal.

Keywords: Otonomi Daerah, Good Governance, Sumatera Barat, Transparan

I INTRODUCTION

Otonomi daerah merupakan suatu bentuk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang cukup
respon dari pemerintah atas berbagai tuntutan signifikan terhadap pencapaian tujuandan
masyarakat terhadap tatanan penyelenggraan sasarankebijakan serta pembenturan kepentingan
Negara dan Pemerintahan. Hal ini merupakan antar aktor yang terlibat , baik sebagai
suatu sinyal bahwa telah berkembangnya administrator, petugas lapangan atau kelompok
kehidupan berdemokrasi dalam suatu Negara, sasaran.Untuk memcapai tujuan otonomi
karena kebutuhan masyarakat untuk sebagaiamana yang diamanatkan dalam Undang-
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan undang nomor 22 tahun1999, maka diperlukan
responsif. Salah satu alternative untuk pemerintahan yang bersih (Good Gavernance).
mewujudkan pelayanan yang baik dan responsive Good Gavernance atau struktur
adalah melalui otonomi daerah. Dengan adanya pemerintahan yang baik adalah seperangkat
perubahan lingkungan strategis dalam sistem proses yang diberlakukan dalam organisasi, baik
pemerintahan daerah di Indonesia, dan swasta, maupun negeri untuk menentukan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 keputusan(Dede, 2003: 178). Terselenggaranya
tahun 1999, hal ini memberi kesempatan kepada Good Gavernance merupakan prasyarat bagi
daerah baik propinsi maupun kabupaten /kota setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi
mempunyai kewenangan dalam mengatur dan masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita
mengurus kepentingan masyatakat setempat berbangsa dan bernegara. Dalam rangka itu
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- pertanggung jawaban yang tepat, jelas,
undangan yang berlaku. legitimate, sehingga penyelenggraan
Implementasi bukan merupakan proses pemerintahan dan pembangunan dapat
mekanisme, di mana setiap aktor akan secara berlansung secara berdaya guna, berhasil guna,
otomatis melakukan apa saja yang seharusnya bersih, dan bertanggung jawab, serta bebas dari
dilakukan sesuai skenario pembuatkebijakan, kolosi, korupsi, dan nepotisme.
tetapi merupakan proses kegiatan yang seringkali

II RESEARCH METHODS

Otonomi Daerah (OTODA) dan ―Desentralisasi terkait dengan


desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan masalah pelimpahan wewenang dari
pembagian kewenangan kepada organ-organ pemerintah pusat yang berada di
penyelenggara Negara, sedangkan otonomi ibukota negara baik melalui
menyangkut hak yang mengikuti pembagian caradekonsentralisasi, misalnya
wewenang tersebut (Mardenis, 2017: 84). pendelegasian kepada pejabat
Desentralisasi sebagaimana yang dirumuskan dibawahnya maupun melalui
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah: pendelegasian kepada pemerintah
atau perwakilan di daerah‖.

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
44
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

Sedangkan secara sederhana Otonomi memperhatiakan potensi dan keanegaraman


Daerah dapat di definisikan sebagai kewenangan daerah. Hal yang mendasar dalam pelaksanaan
yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada otonomi daerah adalah mendorong untuk
daerah untuk mengurus urusan daerah masing- memberdayakan masyarakat, menumbuhkan
masing sesuai dengan potensi dan ciri–ciri khas prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran
masing- masing daerah. serta masyarakat, serta mengembangkan peran
Dari definisi di atas dapat disimpulkan dan fungsi DPRD. Pemberian kewenangan
bahwa dalam sistem sentralisasi mengharuskan tersebut diikuti dengan perimbangan keuangan
keseragaman antardaerah (homogenisasi), maka antara pusat dan daerah.
dengan OTODA (desentralisasi) masing-masing a. Prinsip- Prinsip Otonomi
daerah dibolehkan tampil beda(heterogen) sesuai Daerah
dengan potensi dan ciri khas dearah masing- Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah
masing. Batasan pengertian diatas hanya yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan pemerintah daerah adalah:
oleh pusat kepada daerah, tetapi belum 1. Penyelenggaraan OTODA
menjelaskan isi dan keluwesan kewenangan serta dilaksanakan dengan memperhatikan
konsekuensi penyerahan kewenangan itu bagi aspek demokrasi, keadilan, pemerataan,
badan-badan otonomi daerah. Dengan adanya serta potensi dan keanekargaman daerah.
perubahan lingkungan strategis dalam sistem 2. Pelaksanaan OTODA didasarkan
pemerintahan daerah di Indonesia sebagaimana pada otonomi luas, nyata, dan
dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 22 bertanggungjawab.
tahun 1999 bahwa daerah Propinsi dan 3. Luas dan utuh diletakkan pada
Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan di daerah kabupaten dan daerah kota,
dalam mengatur dan mengurus kepentingan pelaksanaan OTODA yang luas dan utuh
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri diletakkan pada daerah kabupaten dan
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan daerah kota, sedangkan propinsi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini merupakan otonomi yang terbatas.
berarti bahwa paradigm Konsep sistem 4. Pelaksanaan OTODA harus
pemerintahan telah beralih dari sentralistik- sesuai dengan konstitusi negara,
birokratik kepada demokrasi – partisipatif, sehingga tetap terjamin hubungan yang
sehingga daerah memiliki peluang yang sangat serasi antara pusat, dan daerah serta
strategis didalam merumuskan dan antardaerah.
menformulasikan kebijakannya untuk 5. Pelaksanaan OTODA harus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui lebihmeningkatkan kemandirian daerah
percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. otonom, dan oleh karenanya dalam
Konsep otonomi atau desentralisasi tidak hanya daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi
sekedar penyerahan dan pelaksanaan urusan, wilayah administrasi. Demikian pula
tetapi lebih mendekati makna sesungguhnya, kawasan-kawasan khusus yang dibina
yaitu pemberian kewenangan oleh pemerintah oleh pemerintah atau pihak lain, seperti
pusat kepada daerah. bahan otorita, kawasan pelabuhan,
Otonomi daerah merupakan proses kawasan perumahan, kawasan industri,
desentralisasi kewenangan yang semula berada kawasan pekebunan, kawasan
di pusat, kemudian diberikan kepada daerah pertambangan, kawasan kehutanan ,
secara utuh, dengan tujuan agar pemerintah kawasan perkantoran baru, kawasan
daerah dapat memberikan pelayanan lebih dekat pariwisata, berlaku ketentuan daerah
kepada masyarakat, dapat mempercepat otonom.
pertumbuhan ekonomi daerah, serta 6. Pelaksanaan otonomi daerah
meningkatkan kesejateraan masyarakat, dan harus lebih meningkatkan peranan dan
mempercepatproses demokratisasi. Yang fungsi badan legislatif daerah, baik
menjadi prinsip dalam penyelengaraan otonomi fungsi legislasi, fungsi pengawasan
daerah yaitu demokratisasi, peran serta maupun fungsi anggaran atas
masyarakat, pemerataan, dankeadilan, serta penyelengaraan pemerintah daerah.

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
45
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi Dalam teori dan praktek pemerintahan modern


diletakan pada daerah provinsi dalam diajarkan bahwa untuk menciptakan the good
kedudukannya sebagai wilayah governance perlu dilakukan desentralisasi
administrasi untuk meletakan pemerintahan. Good governance menunjuk pada
pelaksanaan kewenangan pemerintahan proses pengelolaaan pemerintahan melalui
tertentu yang dilimpahkan kepada keterlibatan stakehorders yang luas dalam
gubernur sebagai wakil pemerintah. bidang-bidang ekonomi,social, dan politik, serta
8. Pelaksanaan azas tugas pemberdayagunaan sumber daya alam,
pembantuan dimungkinkan, tidak hanya keuangan, dan manusia, untuk kepentingan
dari pemeritah kepada daerah, tetapi juga semua pihak, yakni pemerintah, pihak swasta,
dari pemerintah daerah dan daerah dan rakyat dalam cara yang sesuai dengan
kepada desa yang disertai dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan,
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas. Good
sumber daya manusia dengan kewajiban governance merupakan kecendrungan global dan
melaporkan pelaksanaan dan tuntutan dalam system politik yang demokratis.
mempertanggungjawabkan kepada yang Menurut Irwan (2013) Terdapat beberapa elemen
menugaskan. penting dari otonomi daerah yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya
b. Faktor-Faktor yang pencapaian pemerintahan yang baik (good
Mempengaruhi Implementasi dan governance), di antaranya adalah:
kebijakan OTODA
Dengan dimulainya implementasi Undang- 1. Otonomi berhubungan erat
Udang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang- dengan demokrasi (khususnya grass
Undang nomor 25 tahun 1999 di daerah, maka roots democracy).
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruh 2. Dalam otonomi terkandung
implementasi kebijakan otonomi daerah, yaitu: makna self-initiative untuk mengambil
1. Komitmen dan Sikap poltik keputusan dan memperbaiki nasib
Pemerintah pusat sendiri.
2. Sumber daya, baik sumber daya 3. Konsep otonomi mengandung
alam maupun sumber daya manusia kebebasan dan kemandirian masyarakat
3. Organisasi yang seimbang dan daerah dalam mengambil keputusan dan
dinamis berprakarsa.
4. Hubungan kerja sama 4. Dearah otonom harus memiliki
5. Komunikasidan koordinasi fower (termasuk dalam sumber sumber
6. Prilaku dan sikap aparatur keuangan) untuk menjalankan fungsi-
7. Partisipasi masyarakat fungsinya, memberikan pelayanan publik
Ketujuh komponen tersebut bukanlah serta sebagai institusi yang mempunyai
berdiri sendiri-sendiri secara rigid, tetapi pengaruh agar ditaati warganya.
ketujuh-tujuhnya saling berinteraksi, interelasi, 5. Dalam pelaksanaannya, otonomi
dan interdepedensi, meskipun masing-masing daerah tidak hanya dipengaruhi oleh
memiliki penekanan yang berbeda-beda. Dengan faktor internal akantetapi juga faktor
formulasi seperti ini, maka akanmemudahkan eksternal.
dan melanggengkan daerah untuk berotonomi,
karena komponen di atas menjadi terintegrated. Good governance merupakan prinsip
c. Good Governance Dan penyelenggaraan pemerintahan yang universal,
Otonomi Daerah karena itu harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik
Pelaksanaan pemerintahan daerah yang ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Untuk
melibatkan partisipasi masyarakat luas, mewujudkan pemerintahan yang baik (good
memungkinkan terciptanya pemerintahan derah governance) menghendaki adanya akuntabilitas,
yang demokratis dalam rangka menuju transparansi, keterbukaan dan rule of low.
pemerintahan yang baik (good gavernance). Sementara pemerintahan yang bersih menuntut

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
46
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

terbatasnya praktek yang menyimpang (mal- dimiliki untukmenjalankan administrasi publik,


administration) dari ―etika administrasi Negara‖. akantetapi juga berusaha menumbuhkan rasa
Sedangkan pemerintahan yang berwibawa memilki (senseofresponsible) masyarakat
menuntut adanya ketundukan, ketaatan dan terhadap proses administrasi public dan hasil-
kepatuhan (compliance) rakyat terhadap Undang- hasil pembangunan yang dicapai(Nisjar, dalam
undang, pemerintah dan kebijakan pemerintah. Sedarmayanti, 2012). Untuk mewujudkan
Pemerintahan yang berwibawa dalam arti yang pemerintahan yang berwibawa, pemerintah harus
sesungguhnya adalah pemerintahan yang memberikan kesempatan dan peluang atau
bijaksana. Pemerintahanyang bijaksana memiliki menciptakan keberdayaan dan kualitas
arti yang lebih mendalam, yakni tidak sekedar mayarakat yang lebih baik.
mengandalkan legalitas hukum (otoritas) yang

III RESEARCH FINDING

Karakteristik clean and good baik dan handal, yakni manajemen yang
governance, diharapkan dapat diwujudkan kondusif, responsive, dan adaptif.
dengan caramelakukan pembangunan kualitas Implementasi Otonomi Daerah di
manusia sebagai pelaku good governance, yaitu: Sumatera Barat
Menghadapi ImplementasiOtonomi
1. Pembangunan oleh dan untuk Daerah Pemerintah Daerah Sumatera Barat telah
masyarakat mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
2. Pokok pikiran community information 1. Melanjutkan pelaksanaan sosialisasi
planning system, dapat diwujudkan dalam rangka menyamakan visi dan
dengan ―sharing‖ sumber daya terutama persepsi tentang penyelenggraan
sumber daya informasi yang dimilki oleh Otonomi Daerah yang diikuti oleh
pemerintah dan masyarakat. pejabat propinsi, Kabupaten/Kota dan
3. Lembaga legislatif perlu berbagi masyarakat dengan menghadirkan Nara
informasi dengan masyarakat atas apa Sumber dari Pemerintah Pusat.
yang mereka ketahui mengenai sumber 2. Mengikuti dan menyelenggrakan
daya potensial yang diperlukan birokrat seminar/lokakarya/rapat koordinasi dan
kepada masyarakat. rapat kerja baik di tingkat pusat,
4. Birokrat harus menjalin kerjasama Propinsi, dan Kabupaten dan Kota.
dengan rakyat, yaitu dengan membuat 3. Merumuskan substansi penataan
program-progamnya yang sesuai dengan kewenangan kelembagaan (postur
apa yang diinginkan oleh mereka, agar organisasi) 3P (Personil,Perlengkapan,
mereka tidak dihadapkan pada berbagai dan Pembiayaan).
macam tekanan. 4. Peningkatan kualitas sumber daya
5. Birokrasi membuka dialog dengan manusia di daerah, baik di bidang
masyarakat, untuk memperkuat interaksi pemerintahan daerah, pembangunan,
yang lebih besar antara birokrat dengan maupun kemasyarakatan sesuai dengan
rakyat atau pejabat yang dipilih, dengan potensi dan kepentingan daerah.
cara ini mempermudah melakukan 5. Peningkatan kualitas sumber daya
konversi sumber daya yang diperlukan kelembagaan pemerintah daerah dan
dalam melakukan control. masyarakat yang berbasis adat istiadat
6. Berupaya untuk mengembangkan sebagai karakteristik budaya masyarakat
organisasi yang mampu beradaptasi Minangkabau di Sumatera Barat.
dengan lingkungannya, serta 6. Melakukan pemberdayaan masyarakat
menanggapi tuntutan lingkungannya. melalui pembinaan terhadap lembaga-
Dan untuk mewujudkan ―clean dan good lembaga ekonomi, (Koperasi, Pedagang
governance‖ diperlukan manajemen kecil dan besar) lembaga politik,
penyelenggaraan pemerintahan yang lembaga hukum, lembaga adat, dan
lembaga swadaya masyarakat yang

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
47
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

tumbuh dan berkembang dalam personil, terkadang dalam


lingkungan Daerah Propinsi Sumatera penempatan personil, dan juga dalam
Barat. penempatan pejabat eselonering
7. Menjalin dan membangun kurang memperhatikan peraturan
hubungankerjasama dengan berbagai perundangan yang berlaku.
pihak dalam rangka mempercepat f. Perkembangan situasi ekonomi yang
pertumbuhan pembangunan daerah. tidak kondusif, sehingga pendapatan
Setelah berjalan implementasi Undang- dan daya beli masyarakat rendah.
undang nomor 22 dan 25 tahun 1999, g. Masih rendahnya tingkat partisipasi
dipropinsi Sumatera Barat terdapat masyarakat terhadap pembanguan.
berbagai permasalahan, antara lain: 1. Bergulirnya Undang- Undang nomor 22
a. Masih kelihatan adanya proses of tahun 1999 dan Undang-Undang nomor 32
political interaction, yaitu tarik Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
menarik kepentingan pusat dan di dalamnya mengatur kewenangan daerah untuk
daerah. menyelenggarakan otonomi daerah, lansung
b. Munculnya penafsiran sempit yang disambut positif oleh Pemda Sumatera Barat.
mengganggap semua kewenangan Sambutan ini direspon oleh Pemerintah Daerah
pemerintah dapat didesentralisasikan Sumatera Barat dengan megeluarkan peraturan
seluruhnya ke daerah, sehingga Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2000, tentang
munculnya euphoria kekuasaan yang ketentuanPokok Pemerintahan Nagari, kemudian
berlebihan yang mengarah kepada direvisi dengan Perda Nomor 2 Tahun 2007
regionalism, ketertutupan dan tentang ketentuan pokok pemerintahan nagari.
bahkan individualism. Ketentuan-ketentuan ini kemudian diikuti oleh
c. Penafsiran pasal 4 (UU 22/99) yang Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten yang pada
masih sempit, membuat kurang intinya mengandung konsep kembali ke nagari,
seimbangnya hubungan Propinsi dan yang beridentitas adat lokal dan ingin
Kabupaten/kota. Sehingga kurang mengembalikan pemerintahan local menjadi
terjalin work in partnership, pemerintahan Nagari. Penyelenggaraaan dan
kompatibilitas, etika administras dan pengelolaan pemerintahan Nagari tersebut,
sistem manajemen pemerintahan dikelola berazaskan kearifan lokal, dan
yang terbuka. disinergikan dengan Prinsip-prinsip Good
d. Masih kurang terjalinnya hubungan Governance, seperti (1) rule of low, (2)
yang bersifat kemitraan anatara transparence, (3) responsiveness, (4)consensus
legislative dan eksekutif, yaitu suatu orientation, (5)eguity, (6)Effectivenessand
hubungan horizontal dan bukan efficiency, (7) accountability, (8) strategic vision,
vertical, dan terabaikannya check sebagai wujud kerja sama antara pemerintahan
and balance dalam penyelenggaraan Nagari dan masyarakat, dan swasta secara
pemerintah. selaras dan berpadanan.
e. Banyak daerah yang menerapkan
daerhisme dalam penempatan

IV CONCLUSION

Konsep otonomi atau desentralisasi tidak pertumbuhan pembangunan daerah,


hanya sekedar penyerahan dan pelaksanaan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta
urusan, tetapi lebih mendekati makna mempercepat proses demokratisasi. Inti dari
sesungguhnya ialah pemberian kewenangan otonomi daerah adalah kebebasan masyarakat
pemerintah.Otonomi daerah merupakan proses setempat untuk mengatur dan mengurus
desentralisasi kewenangan yang semula berada di kepentingan sendiri yang bersifat lokalitas untuk
pusat, kemudian diberikan ke daerah secara utuh terselenggaranya kesejahteraan. Sistem
dengan tujuan supaya pelayanan lebih dekat desentralisasi ini diharapkan dapat menuju
kepada masyarakat,, dapat mempercepat pemerintahan yang baik (good governance).

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
48
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

Good gavernance menunjuk pada proses 2. Potensi objek pariwisata yang


pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan ada di daerah Sumatera Barat, serta
stakeholder yang luas dalam bidang, ekonomi, keindahan alam daerah sumatera Barat.
social, dan politik, serta pendayagunaan sumber 3. Terdapatnya suatu manajemen
daya alam, keuangan, dan manusia untuk komunitas lokal yang cukup potensial
kepentingan semua pihak, yakni pemerintah, 4. Sistem keakraban antara
pihak swasta, dan rakyat dengan cara yang sesuai kampung halaman dan rantau yang
dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, cukup kuat untuk mendorong
persamaan, efisiensi, transparansi, dan pembangunan di daerah
akuntabilitas. Implementasi prinsip-prinsip good 5. Tingkat stabilitas soasial politik
gavernance dalam penyelengaraan pemerintah di daerah yang kondusif bagi para investor,
daerah Sumatera Barat disinergikan dengan serta menjunjung tinggi norma, etika,
falsafah adat Minangkabau, sebagai falsafah adat, dan agama.
dalam pemerintahan Nagari. Hal-hal yang Tersedianya manusia-manusia yang
mendukung penyelenggaraan otonomi daerah di memiliki sumber daya yang cukup handal dan
Sumatera Barat adalah: mempunyai kapabilitas yang tinggi untuk lebih
1. Sifat egaliter dan jiwa dikembangkan guna menggali dan
kewirausahaan masyarakat Sumatera memanfaatkan potensi.
Barat.

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
49
Dewirahmadanirwati
Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

Bibliography

Mardenis.2017. Pendidikan Kewarganegaraan Sedarmayanti.2012. Good Gavernance:


dalam Rangka Pengembagan Kepemimpinan Pemerintahan yang Baik.
Kepribadian Bangsa. Jakarta: Raja Bandung: MandarMaju.
Grafindo Persada. Utomo Warsito. 2000. Otonomi dan
Meuthia, Ganie Rochman.2000. Good Pengembangan Lembaga Daerah.
Gavernance: Prinsip,Komponen dan Yogyakarta: Fisipol UGM.
Penerapan dalam HAM. Jakarta: Bapenas. Undang-Undang Nomor 32. Tahun 2004
Nirjar, Skarhi, 1997. “Beberapa Catatan Tentang Pemerintahan dan Otonomi
tentangGood Governance.” Jurnal Daerah dan Undang-Undang nomor 33
Administrasi dan Pembangunan.Vol I Tahun 2004.
dan II. Wibawa, DKK. 1999. Undang-Undang
Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Jurnal JIPS (Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic) Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
50

You might also like