You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS POS LAPARATOMI

Fahmi Nur Furqon


( C1021056)

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
A. Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (El-Hady, 2020) Laparotomi
merupakan operasi yang dilakukan untukk membuka bagian abdomen, laparotomi
merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan
pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi
dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis, kanker lambung, kanker
kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis.
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka perut dengan operasi. (Mumtaz,
2020) Pelayanan. post operasi laparotomi adalah pelayanan yang diberikan kepada
2021) pasien pasien yang telah menjalani operasi perut.

B. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Trauma abdome
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran cerna
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Masa pada abdomen

C. Jenis-Jenis laparat
a. Mid-line incision Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak memotong ligamen d
an saraf. Namun demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasin
ya 4 xvii pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus untuk ek
splorasi ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi me
njadi dua yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah serta plenoktomi.
c. Transverse upper abdomen incision Yaitu; insisi bagian atas misalnya pembedahan colesis
totomy dam splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision Yaitu; insisi melintang spinailiaka, misalnya pada ope
rasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, batuk efektif, menggeraka
n otot kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. semuan
ya dilakukan hari ke-2 post operasi.

C. Manifestasi klinis
a. Nyeri tekan pada area insisi pembedahan
b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi f. Mual dan muntah, anoreksia
.,
D. Patofisiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosiaonal.
(Dorland 2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat. Trauma adalaha penyebab kematian paling
utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol a
dalah obat yang telah menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus se
rta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja ata
u tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut bisa terja
di dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan /penatalaks
anaan dapat bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan
/ tembakan, pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman
dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus dilakukan laparato
mi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu kehilangan darahmema
r / jejas pada dinding perut, kerusakan oragan organ nyeri, iritasi cairan usus. Sedan
gkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau 6 xix se
bagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan atau pembekuan darah, kont
aminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan res
pon stres dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kuli
t, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, n
yeri akut.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan rektum :
adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukan adanya lesi pada salur
an kencing. Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine. Radiologi
k: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi IVP / sistogram: hanya dilakukan bila
ada kecurigaan pada trauma saluran kencing. Parasentesis perut: tindakan ini dilakuka
n pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada rongga perut yang d
isertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi
no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau diga
ris tengah dibawah pusat dengan menggosokan buli-buli terlebih dahulu. Lavase perito
neal: fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam fi
siologis melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses p
enyembuhanya?
e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.
f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.
g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi

G. Penatalaksanaan
Menurut Jitowiyono 2012, perawatan post laparatomi adalah bentuk perawatan yan
g diberikan pada pasien yang telah menjalani prosedur pembedahan laparatomi. Tujua
n dari perawatan post laparatomi adalah mengurangi komplikasi akibat pembedahan,
mempercepat penyembuhan, dapat mengembalikan fungsi 14 pasien atau pemenuhan
kebutuhan pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan kon
sep diri seorang pasien, mempersiapkan pasien pulang (discharge planning), cara yang
bisa dilakukan untuk pengembalian fungsi fisik pasien adalah dengan latihan napas dal
am, batuk efektif dan mobilisasi dini. Dalam Hidayat 2009, juga disebutkan bahwa ber
komunikasi dengan pasien dengan prinsip komunikasi terapeutik untuk mengurangi ke
cemasan dan mengajarkan teknik non farmaologis untuk mengurangi nyeri pasien mer
upakan hal yang perlu dilakukan perawat post operasi (Hidayat, 2009).

H. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukanya tindakan insisi bedah
B. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan atau luka operasi laparatomi.
C. Gangguan imobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas dari anggota tubuh
D. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mua
l, muntah anoreksia
E. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas.
F. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan in
sisi bedah dipilih dari Domain12 : kenyamanan, Kelas 1 : kenyamanan fisik, Kode : 00
132 Nyeri akut Tujuan : Goal: pasien bebas dari nyeri selama masa perawatan, Objekti
f: dalam jangka waktu 3x24 jam pasien bebas dari nyeri dengan, Kriteria hasil:Mampu
mengontrol kecemasan, Mengontrol nyeri, Kualitas tidur dan istirahat adekuat, Status
kenyamanan meningkat.dengan intervensinya yaitu Domain 1: fisiologis dasar Kelas E:
promosi kenyamanan 12 xxv fisik Kode :1400 Manajemen nyeri, Mengaji nyeri secar
a komprehensif, Mengidentifikasi tingkat kecemasan, Membantu klien mengenali situa
si yang menimbulkan kecemasan, Menginstruksikan pasien untuk menggunakan tekni
k relaksasi, Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan, Kolaborasi pembrian obat analge
tik. Diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan sayata / luka operasi lap
aratomi dipilih dariDomain 12 : keselamatan dan keamanan, Kelas 1: infeksi, kode (00
004 )Resiko terjadi infeksi Tujuan: Goal: pasien bebas dari Infeksi selama masa peraw
atan dengan Objektif : dalam jangka waktu 3x24 jam pasien bebas dari infeksi dengan
Kriteria hasil Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, Menunjukan kemempuan untu
k mencegah timbulnya infeksi Jumlah lekosit dalam batas normal dengan intervensiny
a yaitu Domain IV : safety , Kelas 5 :manajemen resiko intervensi (6540) NIC: Manaje
men infeksi, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal, Bersihkan luka deng
an cara perawatan luka, Ajarkan cara menghindari infeksi, Instruksikan pasien untuk m
inum obat antibiotik sesuai resep, Berikan terapi antibiotik iv bila perlu. Diagnosa kep
erawatan hambatan mobilitas fisik dipilih dari Domain I: fisiologis dasar Kelas C: mob
ilitas, Tujuan : Goal: pasien tidak mengalami gangguan mobilitas fisik selama masa pe
rawatan. Objektif: dalam jangka waktu 3x24 jam tidak mengalami gangguan mobilitas
fisik dengan dengan kriteria hasil. Outcomes: 0206 (gerakan sendi) Jari tangan dan kak
i, Siku dan lutut, Pergelangan, Bahu. Dengan intervensinya yaitu Domain I : fisiologis
dasar Kelas A: aktivitas dan latihan, Aktivitas: Tentukan keterbatasan gerak dan efisien
si pada fungsi sendi Tentukan tingkat motivasi pasien untuk menjaga atau mengembali
kan gerakan sendi Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan dari latihan bersama Panta
u lokasi dan sifat ketidak nyamanan . Diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutu
han tubuh dipilih dari Domain II:psycologi nutrisi kelas K: digesty and nutrition kode
1400: status nutrisi Tujuan: Goal: Keseimbangan Nutrisi dapat terpenuhi selama masa
perawatan Objektif : dalam jangka waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terp
enuhi dengan kriteria hasil: meningkatkan asupan energy perbandingan berat badan de
ngan intervensinya yaitu: Domain I :psycological basic Kelas : 13 xxvi nutrition suppo
rt, Kode 1100: nutrition management: Tentukan status gizi pasien dan kemampuan me
menuhi status gizi, Identifikasi pasien akan alergi makanan dan intoleransi Tentukan pr
everensi makanan pasien, Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan, Timban
g berat badan setiap hari. Diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan den
gan kelemahan dipilih dari Domain 4 : aktivitas dan istirahat Kelas A : intoleransi akti
vitas , Kode: 00092 self care, Tujuan: Goal: pasien dapat toleran terhadapa aktivitas sel
ama masa perawatan, Objektif: Dalam jangka waktu 3x24 jam pasien dapat toleran ter
hadap aktivitas dengan Kriteria hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
tekanan Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan intervensinya
yaitu Bantu klien untuk mengidentivikasi kemampuan yang dapat dilakukan, Bantu kli
en memilih aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan, Bantu untuk membuat jadwal
kegiatan diwaktu luang, Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas, Monit
or respon fisik, emosi, sosial dan spiritual. Untuk diagnosa keperawatan pola napas tid
ak efektif berhubungan dengan ansietas dipilih dengan tujuan Goal : Pola napas pasien
efektif selama masa perawatan. Objektif : dalam jangka waktu 3x24 jam pola napas ke
mbali efektif dengan kriteria hasil: Respiratory statusAirway patency, Tidak nampak m
enggunakan otot bantu napas, Frekuensi jalan napas paten, Frekuensi napas normal. D
engan intervensinya yaitu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi
suara napas tambahan, Gunakan air oksigen humidifier yang benar, Monitor status per
napasan dan status oksigen yang yg sesuai
Daftar Pustaka
Adha, L. R. A. (2020). Asuhan keperawatan klien post op laparatomi eksplorasi atas indik
asi appendisitis perforasi dengan nyeri akut di Ruang Wijaya KUSUMA RSUD CIAMIS.
Karya Ilmiyah (Tidak dipublikasi). American Association of Critical-Care Nurses. (2017).
Oral care for acutely and critically ill patients. Crit Care Nurse diakses pada tanggal 17 N
ovember 2018 dari http://ccn.aacnjournals.org/ Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi nyeri
(pain). Saintika Medika, 13(1), 7-13. Berkanis, A. T. (2020). Pengaruh Mobilisasi Dini ter
hadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi di RSUD Sk Lerik Kupang Tahun 2018.
CHMK Applied Scientific Journal, 3(1), 6-13. Das, S., Samal, S., Ehtesham Hussain Naq
vi, S., Saha, D., Abid Geelani, M., Senior Resident, M., Professor, A., & Professor, D. (20
20). Early versus late mobilization following cardiac surgery-a prospective study. Indian J
ournal of Basic and Applied Medical Research, 10(1), 230–236. https://doi.org/10.36848/I
JBAMR/2020/16215.55725 Dachriyanus, (2015). Pedoman penulisan proposal penelitian
dan tesis, Padang : Universitas Andalas Padang. Dewiyanti, D., Suardi, S., Alwi, A., Okta
vian, D., & Amalia, R. (2021). Pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien pasca operasi. Jurnal Ilmu Keperawatan, 9(2). Dirgahayu, I. (20
20). Pengaruh mobilisasi dini terhadap tingkat nyeri pada pasien post sectio cesarea di rsu
d al-ihsan kab. Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel, 13(2), 95. https://doi.org/10.3
6051/jiki.v13i2.88 Fadlilah, S. (2018). Faktor faktor yang berhubungan dengan derajat ul
kus kaki diabetik di RSU. Moewardi Surakarta. Infokes, 8(1), 37–43. Kementrian Kesehat
an RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada tangg
al 31 Januari 2019 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil. Kus
uma, U., & Surakarta, H. (2020). Asuhan keperawatan kritis pasien post laparatomi dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan di icu cempaka RSUD dr . MOEWARDI. Kar
ya Ilmiyah. (Tidak dipublikasi).

You might also like