You are on page 1of 3

“Student Empowerment Bantuan Hidup Dasar Korban

Kecelakaan Lalu Lintas”

Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas (laka lantas) merupakan kecelakaan yang terjadi di jalan lintas
yang melibatkan setidaknya satu kendaraan yang bergerak. Kecelakaan dapat menimbulkan
cedera dan kematian pada seseorang atau pada beberapa orang baik terjadi secara tunggal
atau melibatkan banyak kendaraan. Kejadian kecelakaan dapat terjadi dikarena beberapa hal
meliputi: Manusia, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan serta sarana prasarana (The
Organization for Cooperation and Development/ OEDC Health Statistics, 2020).
Jumlah kecelakaan lalu lintas darat di Indonesia mencapai 103.645 kasus pada tahun
2021. Jumlah tersebut naik 3,62% ketimbang tahun sebelumnya yang sebanyak 100.028
kasus. Sebanyak 25.266 orang menjadi korban jiwa dalam kecelakaam yang terjadi pada
tahun 2021. Jumlah itu juga meningkat 7,38% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang
sebanyak 23.529 orang yang meninggal dunia (Kemenhub, 2022). Secara global, kita masih
perlu berjuang untuk dapat menekan angka kejadian lalu lintas, karena kecelakaan lalu lintas
telah menewaskan hampir 1,3 juta orang, serta jutaan orang lainnya mengalami cedera. Perlu
diketahui bahwa terdapat lebih dari 30% korban kecelakaan lalu lintas yaitu anak-anak,
remaja yang berusia kurang dari 25 tahun. Kecelakaan lalu lintas adalah pembunuh paling
berbahaya di antara anak muda yang berusia 15-29 tahun (Prahmawati & Tiara, 2022).
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Pudji Hartanto, ada berbagai faktor
yang dapat memicu kecelakaan lalu lintas, yakni manusia (pengendara sepeda), kendaraan,
jalan, dan lingkungan. Faktor pengemudi memberikan kontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan sebanyak 61%, hal ini disebabkan oleh kemampuan dan karakter pengemudi
dalam berkendara. Kondisi kendaraan yang tidak memenuhi syarat laik jalan menyebabkan
terjadinya kecelakaan sebanyak 9%. Sedangkan 30% kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh
kondisi jalan dan lingkungan (Kemenkes, 2021).
Peningkatan angka kecacatan dan kematian pada korban laka lantas diakibatkan oleh
beberapa hal, salah satunya masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui cara menolong
korban yang yang benar pada saat setelah terjadinya laka lantas. Sering kali tindakan
pertolongan yang salah berakibat fatal sehingga menambah cedera bahkan kematian pada
korban laka lantas (Nur et al., 2023). Seorang penolong harus mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang pertolongan pertama pada korban kecelakaan. Pengetahuan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pemberian pendidikan kesehatan diharapkan mampu menyelamatkan
nyawa seseorang sampai tiba bantuan professional (Prastyawati et al., 2021) .
Kemenkes RI, (2019)
dalam Buku Saku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Di Jalan
mengatakan bahwa semua orang bisa menjadi penolong, sehingga masyarakat diharapkan
mampu memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan di jalan.
Pertolongan dengan pemberian bantuan hidup dasar atau BHD merupakan intervensi
yang dirancang untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi organ vital pada korban henti
jantung dan pernapasan. Intervensi ini termasuk memberikan resusitasi jantung paru (CPR)
dan bantuan pernapasan. Trauma maupun non-trauma dapat menimbulkan keadaan darurat
yang dapat menyebabkan henti napas, serangan jantung, kerusakan organ, dan pendarahan
(Ari et al., 2019) . Keberhasilan resusitasi jantung paru tergantung pada cepatnya penilaian
awal, segera dan efektif CPR dan defibrilasi cepat mungkin jika itu adalah irama shockable
(Prastyawati et al., 2021) . Kehadiran penyelamat yang kompoten selama keadaan darurat
yang mengancam jiwa meningkatkan kemungkinan bertahan hidup korban. Tidak hanya
petugas pelayanan kesehatan saja, tetapi orang awam, termasuk didalamnya adalah siswa
menengah sekolah keatas (SMA). Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan
keterampilan masyarakat untuk melakukan pertolongan yang tepat yaitu BHD karena kondisi
kegawatdaruratan membutuhkan pertolongan sesegara mungkin. Kondisi kegawatdaruratan
tidak hanya terjadi didalam rumah sakit tetapi diluar rumah sakit. Sehingga masyarakat dapat
menjadi penolong pertama (Prahmawati & Tiara, 2022).
Salah satu lapisan masyarakat yang berkompetensi untuk dilatih adalah para siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA). Para remaja diharapkan dapat menjadi role model di
lingkungannya karena memiliki karakteristik perkembangan pada ukuran tubuh, kekuatan,
psikologis, kemampuan reproduksi, mudah untuk termotivasi dan cepat belajar
(Endiyono & Aprianingsih, 2020)
. Selain itu remaja memiliki sifat rasa ingin tahu, sehingga remaja dapat
dengan mudah menyerap pemahaman mengenai BHD. Soar et al., (2021)menemukan bahwa
remaja dapat melakukan kompresi dada seperti yang dilakukan oleh orang dewasa
(Rasyid et al., 2022)
. Remaja dengan berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki diharapkan
bisa melakukan pertolongan BHD didalam kehidupan masyarakat. Orang awam yang sudah
terlatih dalam melakukan BHD biasanya mempunyai kecenderungan untuk lebih percaya diri
dan mampu melakukan prosedur BHD apabila menemukan situasi kegawatdaruratan
(Rasyid et al., 2022).

Berdasarkan uraian diatas maka kami mahasiswa S2 keperawatan peminatan KMB


Universitas Arilangga Surabaya melakukan melakukan penelitian, pengabdian masyarakat
yaitu memberikan Penyuluhan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi
Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di SMKN 5 Surabaya dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bantuan hidup dasar (BHD) para siswa SMKN 5 Surabaya.

Ari, F. R., Alfi, Nur, I., & Indah. (2019). The Effect of Basic Life Assistance Training (BHD) on Motivation and
demeanour of Class XI Students in Rescuing Traffic Accidents in SMA Negeri 2 Tenggarong. JURNAL
ILMU KESEHATAN, 7(1).

Endiyono, & Aprianingsih. (2020). Pengaruh pendidikan kesehatan pertolongan pertama pada
kecelakaan (p3k) terhadap tingkat pengetahuan anggota saka bakti husada. Ilmiah Kesehatan.
Kemenkes RI. (2019). Buku pertolongan pertama pada kecelakaan di jalan ,jadilah penolong
kecelakaan, semua orang bisa jadi penolong. Kemenkes RI.
Nur, R. F., Prasamya, E., Ikhwandi, A., Utomo, P. S., & Sudadi. (2023). Basic Life Support
Training: The Effectiveness and Retention of The Distance-Learning Method. Indonesian
Journal of Anesthesiology and Reanimation, 5(1), 18–26.
https://doi.org/10.20473/ijar.V5I12023.18-26
OEDC Health Statistics. (2020). Injuries in road traffic accidents, definitions, sources and
methods.
Prahmawati, P., & Tiara. (2022). Penyuluhan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar (Bhd) Bagi
Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Smk Kh. Ghalib Pringsewu. Jurnal Abdi Masyarakat.
Prastyawati, Wardhani, & Pramono. (2021). Edukasi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Cedera Jaringan Lunak Pada MGMP PJOK SMA/K Kota Surabaya. Pengabdian Masyarakat
Kasih Stikes Dirgahayu Samarinda, 2.
Rasyid, A., Indra, R., Saputra, B., & Sandra. (2022). Edukasi Pertolongan Pertama Korban
Kecelakaan Lalu Lintas pada Siswa SMA di Kubu Rokan Hilir. Karya Kesehatan Siwalima ,
1.
Soar, J., Böttiger, B. W., Carli, P., Couper, K., Deakin, C. D., Djärv, T., Lott, C., Olasveengen, T.,
Paal, P., Pellis, T., Perkins, G. D., Sandroni, C., & Nolan, J. P. (2021). European Resuscitation
Council Guidelines 2021: Adult advanced life support. Resuscitation, 161, 115–151.
https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2021.02.010

You might also like