You are on page 1of 7

ANALISIS PANDANGAN PENGARANG TERHADAP

KEHIDUPAN DALAM NOVEL “ AYAH ”


KARYA ANDREA HIRATA

KELAS XII MIPA 1


Disusun Oleh :

1. Alya Nabila Tamam (03)

2. Aryuni Setya Hanifah (05)

3. Gusti Sekar Ayu Ananditta (18)

SMA NEGERI 3 SUKOHARJO


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
A. Biografi Pengarang
Andrea Hirata adalah seorang novelis asal Indonesia
yang sangat terkenal. Andrea Hirata terlahir dengan
nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun dan
sempat berganti nama sebanyak tujuh kali. Pria kelahiran
Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka
Belitung, pada 24 Oktober 1967 ini sekarang berusia 56
tahun.
Ayahnya bernama Seman Said Harun dan ibunya bernama NA Masturah. Andrea Hirata
dilahirkan dari keluarga yang miskin dan tinggal tidak jauh dari tempat penambangan timah,
PN Timah (sekarang PT Timah Tbk) milik pemerintah. Akan tetapi, hal tersebut tidak
membuatnya menyerah begitu saja terhadap keadaan.
Andrea Hirata menempuh pendidikan dasarnya di SD Muhammadiyah dan melanjutkan
ke sekolah menengah pertama di SMP Muhammadiyah. Kedua sekolahnya itu terletak di
Belitong Timur, Bangka Belitung. Semasa bersekolah di sana, ia dekat dengan salah satu
gurunya yang bernama NA. Muslimah. Beliau memiliki keahlian di bidang Matematika
sehingga Andrea pun sangat menyukai pelajaran Matematika.
Kemudian Andrea menempuh pendidikan ke tahap selanjutnya, yakni sekolah menengah
atas di salah satu SMA negeri yang ada di Belitong. Setelah lulus, Andrea memilih untuk
menjadi mahasiswa rantau di Pulau Jawa karena meneruskan studi di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Indonesia. Dengan kerja kerasnya, ia berhasil lulus dengan predikat
cumlaude.
Tidak berhenti di situ, Andrea melanjutkan kembali studinya dengan beasiswa yang ia
dapatkan untuk menimba ilmu di benua Eropa, tepatnya Universite de Paris Sorbonne,
Prancis, dengan studi Master of Science. Ia juga menempuh studi di Sheffield Hallam
University, United Kingdom dengan jurusan yang sama. Andrea lagi-lagi mendapatkan
predikat cumlaude karena tesisnya sangat baik bahkan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia
dan menjadi buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.

B. Keterkaitan Isi dengan Kehidupan Pengarang

Mozaik 1, Purnama kedua belas ( Gusti Sekar Ayu Ananditta )

Purnama kedua belas terang benderang. Begitu terang sehingga Sabari yang duduk
sendiri di beranda, sedih, kesepian, dan merana, dan tangan kanannya menggenggam pensil.
Marlena perempuan yang telah membuat Sabari seneen karena kasmaran.

Marlena selalu menolak tetapi sabari tetap gigih untuk memperjuangankan cintanya.
Sabari gelisah, kecewa, dan menderita karena cinta yang tidak bertepuk balas. Seorang lelaki
hanya terpaku pada satu perempuan seolah dunia ini hanya selebar saputangan Lena.
Temannya selalu menyadari sabari untuk tidak terlalu memikirkan perihal asamaranya.
Tetapi untungnya, Sabari masih sadar, tanpa perlu ditimpuk. Dia masih bisa
mengingatkan dirinya sendiri bahwa Cinta butanya bisa-bisa membawanya berakhir di Panti
Rehabilitasi Gangguan Jiwa Amanah.

Majas yang digunakan pada mozaik ini yaitu :


1. Sebatang pohon delima di pojok kanan pekarangan ikutan kesepian. Mereka, termasuk
pohon delima itu, rindu kepada Marlena, Merleni, terutama, Zero. (Majas
Personifikasi)
2. Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat Sabari senewen karena
kasmaran. Cinta pertamanya, belahan jiwanya, segala-galanya. (Majas Hiperbola)
3. Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan Magribi lahir saat azan Maghrib biasa
dipanggil Ukun dan Mustamat Kalimat, biasa dipanggil Tamat, berkali-kali
mengingatkan Sabari bahwa dia bisa berakhir di Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa
Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida Nuraini, apabila kepalanya yang ditumbuhi
rambut keriting bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan Lena. (Majas
Hiperbola, Majas Personifikasi)
4. Tentu kemudian khalayak ramai tak habis pikir melihat seorang lelaki hanya terpaku
pada satu perempuan, tak dapat dibelok-belokkan ke perempuan lain, seolah dunia ini
hanya selebar saputangan Lena. (Majas Simile)

Mozaik 3, Pensil ( Aryuni Setya Hanifah )

Dulu Sabari tak kenal dan tak suka. Cinta adalah kata yang asing. Cinta adala racun
manis yang penuh tipu muslihat. Cinta adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta
adalah tempat yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol orang dewasa.
Pada hari akhir adalah ujian bahasa indonesia. Sabari adalah Isaac Newton-nya Bahasa
Indonesia. Sehingga ia mennyelesaikan soal ujian dalam waktu singkat. Pada saat sabari siap-
siap menyerahkan kertas jawabannya kepada pengawas tak disangka kertas tersebut direbut
oleh seorang perempuan dan menyontek jawaban sabari. Usai menyalin jawaban sabari anak
perempuan tersebut menyerahkan pensilnya kemudian tersenyum kepada sabari. Sabari
menerima pensil dengan tangan gemetar, dia tertegun kepada anak perempuan itu.
Sepanjang sore dan malam sabari terus mengenggam pensil pemberian anak perempuan
yang tak dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun melepaskannya. Keesokannya dia terbangun,
pensil itu masih berada dalam gengamannya.

Majas yang digunakan pada mozaik ini yaitu :

1. Usai ujian itu, sepanjang sore dan malam, Sabari terus menggenggam pensil pemberian
anak perempuan yang tak dikenalnya itu. Tak pernah sedetik pun melepaskannya.
(Majas Hiperbola)

2. Lempar batu sembunyi tangan. (Majas Alusio)

Mozaik 4, Pingsan ( Alya Nabila Tamam )


Amiru senang melihat ayahnya bereksperimen dengan radio. Dengan begitu, kesedihan
ayahnya karena kepergian sang ibu. Amiru selalu berharap agar eksperimen itu gagal. Supaya
ayahnya tetap sibuk dan bisa mengalihkan pikirannya dari sang ibu.
Pernah, karena ingin mendengar siaran langsung pertandingan bulu tangkis Thomas Cup
Indonesia versus Malaysia yang disiarkan RRI secara langsung, ayahnya meminjam kuali
ibunya. Waktu demi waktu ayahnya masih saja sibuk mencari sinyal untuk radionya. Ayah
Amiru penasaran. Dibalutnya ujung besi di puncak pohon gayam itu dengan gulungan timah.
Nira paham bahwa petir gemar sekali menyambar tanah yang mengandung timah dan
frekuensi radio juga salah satu bentuk penjelmaan listrik.
Pada satu malam terjadi hujan, antena di puncak pohon gayam tersambar petir. Bukan
hanya antena itu yang jadi arang, melainkan juga pohon gayam layu sebelah. Ayah Amiru
yang tengah khidmat mendengarkan lagu “Green Green Grass of Home” terpelanting dari
tempat duduk. Radio itu mengerang sebentar, berasap-asap, lalu pingsan.

Majas yang digunakan pada mozaik ini yaitu :

1. Radio itu mengerang sebentar, berasap-asap, lalu pingsan. (Majas Personifikasi)


2. Begitu dasar pemikiran Amirza. Jika pemikiran itu dijadikan proposal skripsi
mahasiswa tingkat akhir, pasti dosen pembimbing akan mengangguk tanpa ragu.
(Majas Hiperbola)

C. Pandangan Pengarang terhadap Kehidupan

Mozaik 1, Purnama Kedua Belas

Dalam mozaik 1 pengarang mengadopsi pendektan memitik. Mencerminkan seorang


lelaki yang memperjuangkan cintanya dan berakhir bertepuk sebelah tangan. Meskipun
begitu dia masih sadar akan cinta buta. Tidak seperti lelaki diluar sana.

Mozaik 3, Pensil

Dalam mozaik 3 pengarang mengadopsi pendektan memitik. Mencerminkan seorang


lelaki yang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, hanya karna sesuatu benda untuk balas
budi.

Mozaik 4, Pingsan

Dalam mozaik 4 pengarang mengadopsi pendektan memitik. Mencerminkan seorang


ayah yang gemar membenahi barang agar tidak larut dalam kesedihan mengenang istrinya.

D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Novel

a. Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan pada novel ini ditunjukan dalam beberapa kutipan berikut ini :

(1) “Dipanjatkannya doa agar nilai rata-ratanya paling tidak 6,5. Itu batas minimum
kelulusan”.

Kutipan diatas menunjukan bahwa segala sesuatu yang diminta dengan berdoa kepada
Tuhan akan menghasilkan hasil yang kita harapkan.

(2) “SABARI patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaannya kepada Lena sama
seperti saat Lena merampas kertas jawabannya pada hari keramat itu. Lagi pula,
ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan
akan berhenti menghitung”.

Kutipan diatas menunjukan bahwa Tuhan sedang mengitung hari-hari penderitaan


yang dialami Sabari dan akan menghentikan penderitaan tersebut kelak.

(3) “Jika keadaan mencemaskan, Amiru berbaring di samping ibunya, diciuminya tangan
ibunya sambil berdoa agar ibunya lekas sembuh. Sementara ayahnya terus berusaha
mencari penyembuhan untuk ibunya.”

Kutipan diatas menunjukkan bahwa semua usaha harus didampingi dengan ikhtiar.

b. Nilai Sosial

Nilai sosial pada novel ini ditunjukkan dalam beberapa kutipan berikut ini :

(1) “Maka, mereka mengadakan rapat mendadak di warung kopi Solider. Tiga jam mereka
saling bertukar pikiran. Tandas masing-masing lima gelas kopi, dan tumpas masing-
masing mi rebus 34 (tiga mi empat telur). Setelah mempertimbangkan berbagai aspek,
mereka memutuskan untuk mencari Marlena dan Zorro ke Sumatra dan membawa
keduanya pulangke Belitong. Masalahnya, tak ada yang tahu di mana Lena berada.
Namun, Tamat sudah punya akal. Sore itu pula mereka mendatangi Zuraida”.

Kutipan diatas menunjukan nilai sosial karena teman-teman Sabari ingin membantu
Sabari untuk mencari Marlena dan Zorro ke Sumatra untuk membawa keduanya
pulang kembali ke Belitong. Hal ini menunjukan kegiatan tolong menolong yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(2) “Maka, Sabari gelisah, lalu kecewa, lalu menderita. Tentu kemudian khalayak ramai
tak habis pikir melihat seorang lelaki hanya terpaku pada satu perempuan, tak dapat
dibelok-belokkan ke perempuan lain, seolah dunia ini hanya selebar saputangan
Lena”.
Kutipan diatas menunjukan nilai sosialkarena Sabari sangat mencintai Lena dan tidak
dapat berpaling ke perempuan lain. Hal ini menunjukan rasa cinta kasih seseorang
kepada orang yang dicintainya.

(3) “Setelah bercerita untuk mengantar tidur dua adik perempuannya, Amirta, usia lima
tahun dan Amirna, usia tiga tahun, dari kamar sebelah, melalui celah dinding papan,
Amiru sering mengintip ayahnya. Senang dia melihat ayahnya tersenyum mendengar
lagulagu yang indah. Tak ada yang lebih di inginkan Amiru selain melihat ayahnya
tersenyum”.

Kutipan diatas menunjukan Amiru senang melihat ayahnya tersenyum. Hal ini
menunjukan cinta kasih seorang anak kepada ayahnya.

(4) “Betapa Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya sepanjang waktu. Dia
terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah dan seluruh kebaikan yang
terpancar darinya. Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari jemari kakinya yang
mungil. Kalau malam, Sabari susah tidur lantaran membayangkan bermacam rencana
yang akan dia lalui dengan anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat
pawai 17 Agustus, mengunjungi pasarmalam, membelikannya mainan,
menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan
memboncengnya naik sepeda saban sore ke taman balai kota”.

Kutipan diatas menunjukan Sabari seorang ayah yang penyayang meskipun Zorro
bukan anak kandungnya.

You might also like