You are on page 1of 19

LAPORAN PEMETAAN EKOLOGI

DAERAH KECAMATAN RONGGA DAN SEKITARNYA,


KABUPATEN BANDUNG BARAT

Disusun oleh:

Muhammad Fazrul Falah 270110190021


Farhan Adi Guna 270110190063
Rayhan Aulia Zaenuddin 270110190064
Muhammad Aria Suriakusumah 270110190066
Ananda Dimas Sasongko 270110190067
Lois Pasaribu 270110190104

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemetaan Ekologi Daerah
Rongga dan Sekitarnya ini dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan ini. Begitu pula untuk seluruh pihak yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari kekurangan-
kekurangan yang ada. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan, sebagai pelajaran bagi penulis untuk pembuatan laporan yang lebih baik
kedepannya.

Demikian Laporan Pemetaan Ekologi ini penulis susun agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak.

Jatinangor, 29 September 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 4
BAB II 5
2.1. Kondisi Geologi 5
2.2. Kondisi Ekologi 5
2.3. Kondisi Lingkungan 6
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 10
2.5. Interaksi Komponen Biotik dengan Abiotik 14
2.6. Analisis Keseimbangan Lingkungan 15
BAB III 16
3.1. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah
tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara, dan lain-lain. Kata
ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos
artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi
semula ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”.
Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya”.
Kondisi bentuk muka bumi dan jenis batuan ini sangat berpengaruh terhadap tipe
komunitas tumbuhan tertentu. Pada kondisi iklim yang sama, jenis-jenis batuan yang
berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda. Pada jenis tanah tertentu juga akan
menghasilkan tipe komunitas tumbuhan tertentu. Demikian pula kondisi topografi dan
relief mempengaruhi komposisi dan struktur tanah karena kondisi topografi dan relief yang
berbeda akan menyebabkan perbedaan pada kesuburan tanah dan kondisi air tanah. Selain
itu, perbedaan letak suatu tempat (ketinggian tempat dari permukaan laut) akan
menyebabkan perbedaan iklim dan berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan.
Contoh nyata dari hubungan ekologi dengan geologi dan geomorfologi adalah pada
ekosistem hutan. Kondisi topografi dan bebatuan pada tanah ekosistem hutan akan sangat
mempengaruhi kondisi organisme yang hidup dalam ekosistemnya, termasuk didalamnya
jumlah, pertumbuhan dan perkembangan organisme didalam ekosistem tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosialnya dapat


meningkatkan laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Pemanfaatan sumber
daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam kelangsungan ekosistem dan
lingkungannya yang mesti dapat mendukung kehidupan manusia dan pembangunan.

3
Karena itu perilaku pembangunan yang mengeksploitasi sumber daya alam hendaknya
diubah menjadi perilaku pembangunan yang memperkaya sumber daya alam dan
menaikkan nilai tambahnya. Sumber daya alam tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keseimbangan di lingkungan lokasi


penelitian dan untuk mengetahui daya dukung lingkungan yang masih stabil atau sudah
melampaui batas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Geologi

Daerah penelitian termasuk ke dalam sebagian peta geologi regional lembar Cianjur
dengan skala 1:100.000 yang dipetakan oleh Sudjatmiko (2003). Berdasarkan geologi
regional, daerah penelitian tersusun atas batuan dari tua ke muda, yaitu: a. Formasi
Rajamandala Anggota Batulempung, Napal, Batupasir kuarsa (Omc) b. Formasi
Rajamandala Anggota Batugamping (Oml) c. Anggota Batupasir dan Batulempung
Formasi Citarum (Mts) d. Anggota Breksi dan Batupasir Formasi Citarum (Mtb) e. Breksi
Tufan, Batupasir, Lava dan Konglomerat (Pb)
Dilihat dari morfografi dari daerah penelitian sangat bervariatif yakni perbukitan
rendah, hingga perbukitan tinggi atau secara elevasi berkisar antara 700 m hingga 990 m.
berbicara kelas lereng yang terdapat di daerah penelitian didominasi oleh lereng yang
curam hingga terjal sekitar 16̊ hingga diatas 45̊. Pola pengaliran yang terbentuk di daerah
penelitian ialah paralel karena keterdapatan perbedaan tinggian yang cukup signifikan
didukung oleh lereng yang curam hingga terjal sehingga memungkinkan terbentuknya
bentukan sungai yang paralel. Selain itu juga hadirnya sesar mempengaruhi hadirnya
bentuk pola pengaliran sungai rektangular di daerah penelitian. Secara geomorfologi
daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan geomorfologi yakni perbukitan vulkanik landai,
perbukitan vulkanik agak curam, perbukitan struktural curam, dan perbukitan struktural
terjal.

2.2. Kondisi Ekologi

2.2.1 Tipe Ekosistem, Habitat Dan Komunitas


Ekologi merupakan pengetahuan atau keilmuan yang mempelajari
mengenai hubungan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya.
Ekologi itu sendiri melingkupi beberapa hal diantaranya ekosistem, habitat dan
komunitas. Ekosistem merupakan suatu sistem dari ekologi yang terbentuk dari
hasil timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Terdapat beberapa
jenis ekosistem yakni diantaranya ekosistem daratan, perairan dan buatan. Habitat

5
memiliki pengertian berupa tempat tinggal dari sekelompok makhluk hidup.
Sedangkan komunitas merupakan kelompok makhluk hidup yang saling
berinteraksi pada suatu daerah tertentu.
Pada daerah penelitian ini memiliki beberapa jenis ekosistem diantaranya
sebagai berikut:
1. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan yang dimiliki oleh daerah penelitian kali ini berupa sawah,
kawasan PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air).
2. Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan yang dimiliki oleh daerah penelitian kali ini berupa sungai.
3. Ekosistem Daratan
Ekosistem daratan yang dimiliki oleh daerah penelitian kali ini berupa hutan tropis
dan kawasan hutan lindung.
Tentunya dari banyaknya jenis ekosistem yang dimiliki oleh daerah
penelitian pada kali ini terdapat beberapa jenis habitat untuk jenis-jenis organisme
spesies tertentu. Khususnya dari banyaknya spesies yang dimiliki pada daerah
penelitian kali ini terdapat spesies-spesies fauna yang cukup langka dan dilindungi
di daerah penelitian ini seperti, kukang, surili, lutung, macan tutul, kancil dan
landak. Tidak terlepas dari habitat yang tentunya akan berkaitan dengan komunitas-
komunitas dari organisme yang hidup pada daerah penelitian kali ini. Terdapat
komunitas-komunitas dari fauna yang telah disebutkan sebelumnya sebagai salah
satu contoh dan bukti keberadaan komunitas makhluk hidup tertentu pada daerah
penelitian.

2.3. Kondisi Lingkungan

2.3.1 Iklim, Kualitas Udara, dan Kualitas Air

Menurut Köppen dan Geiger, iklim di Kabupaten Bandung Barat


diklasifikasikan sebagai Cfb, dimana suhunya berkisar dari hangat hingga sedang.
Curah hujan di kabupaten ini signifikan, bahkan presipitasi tetap terjadi selama
musim kering. Sementara itu, Kabupaten Bandung Barat memiliki suhu rata-rata

6
17.6 °C dengan curah hujan tahunan rata-rata adalah 2049 mm. Bulan terkering
adalah bulan Juli, dimana presipitasi hanya mencapai 79 mm. Puncak presipitasi
terjadi pada bulan April dengan rata-rata 266 mm, meskipun bulan ini juga
merupakan bulan terhangat sepanjang tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan dalam 187 mm dari presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah.

Kualitas air di Kecamatan Rongga dapat dilihat dari sungai yang melewati
kecamatan tersebut, yaitu Sungai Cidadap. Tumpukan sampah sangat mudah
ditemukan di sepanjang aliran Sungai Cidadap. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan mengubah sungai tersebut
menjadi tempat pembuangan akhir. Kondisi ini diperparah dengan keberadaan
beberapa pabrik pengolahan tepung di bantaran sungai dan pabrik tahu di bagian
hulu. Limbah pengolahan pabrik-pabrik ini dibuang langsung ke Sungai Cidadap.

Selain itu, banyak ditemukan vegetasi yang secara tidak sengaja diubah
menjadi area budidaya sayuran dan perkebunan di bagian hulu. Dampak yang dapat
diamati secara langsung di lapangan adalah percepatan sedimentasi di DAS Sungai
Cidadap dan penurunan debit air Sungai Cidadap yang tajam pada awal musim
kemarau. Namun, sejauh ini belum banyak upaya serius yang dilakukan untuk
memperbaiki kondisi tersebut.

Dalam hal pencemaran udara, Kabupaten Bandung Barat tergolong


mengalami pencemaran udara yang belum parah, namun perkembangannya secara
umum mengkhawatirkan karena kualitas udara yang semakin buruk setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas transportasi dan industri.
Meskipun demikian, kualitas udara di Kecamatan Rongga tidak terlalu tercemar
dibandingkan dengan kecamatan lain di wilayah Kabupaten Bandung Barat.

2.3.2 Kondisi Tumbuhan dan Hewan

Kecamatan Rongga tergolong memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi


dengan beragam jenis fauna yang dilindungi, seperti macan tutul, surili, lutung,
kancil, kukang, dan landak. Kawasan hutan lindung di sekitar PLTA Upper Cisokan

7
yang terletak di Desa Cicadas, Desa Bojongsalam, dan Desa Sukaresmi memang
merupakan habitat yang cocok bagi satwa buas, seperti babi hutan, macan, dan
beberapa fauna lainnya. Habitat macan tutul berada di Kampung Babakan Bandung,
Desa Sukaresmi, yang sebelumnya direncanakan sebagai tempat pemukiman
kembali (relokasi). Selain itu, Dinas Perikanan dan Peternakan (KBB) Kabupaten
Bandung Barat mendapat laporan adanya anjing liar yang meneror warga di
kawasan Kecamatan Rongga. Anjing liar tersebut dikabarkan telah memburu
puluhan ternak warga.

Kecamatan Rongga merupakan salah satu area perkebunan aren dan telah
ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bandung Barat. Aren (Arenga
pinnata) merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan potensi ekonomi
yang menjanjikan. Selain berpotensi menghasilkan gula semut dari getahnya,
produk turunan lainnya, seperti kolang-kaling, ijuk, cuka, dan alkohol, juga
memiliki nilai ekonomi dan dapat menambah penghasilan petani hutan.

2.3.3 Kondisi Penggunaan Lahan

Pada umumnya, desa-desa di Kecamatan Rongga terletak di dataran tinggi,


baik berupa lereng maupun puncak, dan ada pula yang berada di sekitar kawasan
hutan. Berdasarkan Peta Ekologi Desa Sukaresmi dan Sekitarnya, Kecamatan
Rongga, Kabupaten Bandung Barat, wilayah kecamatan ini terdiri atas perbukitan
landai, perbukitan agak curam, perbukitan curam, dan perbukitan terjal, dimana
wilayahnya dialokasikan sebagai area sawah, pemukiman, hutan, dan kebun.
Kecamatan ini memiliki area tidak sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah
(TPLB) dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK).

Dalam bidang pertanian tanaman hortikultura, beberapa komoditas


unggulan komparatif maupun kompetitif antara lain sayuran, buah-buahan yang
terdiri dari alpukat, jambu biji, pisang, dan bunga yang terdiri dari krisan, gladiola,
anggrek. Kecamatan Rongga direkomendasikan sebagai wilayah pertanian,
pemukiman, hutan lindung, perkebunan, dan pariwisata. Potensi pariwisata di
kecamatan ini sangat besar karena terdapat curug-curug, seperti Curug Malela,

8
Curug Ngebul, Curug Katumbiri, Curug Sumpel, Curug Manglid, Curug Leuwi
Dulang, meskipun beberapa curug belum dikembangkan sepenuhnya.

2.3.4 Infrastruktur, Sarana Kesehatan, dan Sanitasi Lingkungan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam


pembangunan nasional. Infrastruktur juga berperan penting sebagai salah satu
penggerak pertumbuhan ekonomi dan berdampak signifikan terhadap peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kecamatan Rongga Bandung Barat yang telah
berlangsung dari tahun 2008 hingga tahun 2014 berkontribusi besar dalam
pertumbuhan kecamatan, dimana infrastruktur yang dibangun antara lain jalan rabat
beton, drainase/talud, sarana irigasi, jembatan, sarana kesehatan, sarana air bersih,
baik pembuatan bak penampungan atau mesin pompa air, gedung untuk pendidikan
anak usia dini (PAUD), serta pasar desa.

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk menjamin bahwa semua


lapisan masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengakses pelayanan kesehatan
dengan mudah, murah, dan merata. Pemerintah berupaya meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan memberikan berbagai pelayanan kesehatan masyarakat, seperti
puskesmas/pustu, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan
fasilitas air bersih. Akan tetapi, pembangunan yang dilakukan masih belum merata.
Tercatat setidaknya ada empat desa yang memerlukan perhatian dalam menjangkau
pelayanan kesehatan dasar di kecamatan ini, yaitu Desa Sukamanah, Desa Cicadas,
Desa Bojongsalam, dan Desa Sukaresmi.

Fasilitas pelayanan dasar di desa-desa tersebut masih kurang lengkap dengan


hanya satu atau dua fasilitas dan akses ke fasilitas tersebut cukup sulit dirasakan
warga. Apabila pemerintah masih sulit untuk mengadakan fasilitas dasar tersebut,
alternatif lain adalah dengan melakukan perbaikan sarana dan prasarana transportasi
desa sehingga warga memiliki akses yang mudah ke fasilitas tersebut. Salah satu

9
faktor penting dalam perkembangan wilayah adalah aksesibilitas. Kesulitan akses ini
disebabkan oleh kurangnya ketersediaan angkutan umum, operasional angkutan
umum, serta kesulitan akses ke infrastruktur, pelayanan pendidikan dan kesehatan
karena keberadaan kecamatan ini yang cukup sulit dan jauh secara geografis.

Masyarakat yang dulunya harus mandi dan mencuci di rawa-rawa desa


semakin dipermudah semenjak dibangunnya sarana air bersih oleh PNPM Mandiri,
dimana kini pipa air yang dibangun mampu mengalirkan air bersih hingga ke
rumahnya masing-masing. Selain itu, masyarakat Kecamatan Rongga juga
melakukan upaya dalam menjaga sanitasi lingkungan yang dilaksanakan secara
bersama-sama dan dijaga oleh masyarakat, seperti membangun MCK umum,
memelihara jalan desa dan saluran-salurannya, membuang sampah ke TPA,
mengelola tanah kosong, dan lain-lain.

2.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

2.4.1 Gambaran umum

Kecamatan Rongga merupakan kecamatan yang secara administrasi masuk


ke dalam Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan
Rongga yakni 113,12 km2 atau sekitar 8,66% dari luas wilayah Kabupaten Bandung
Barat, memiliki rata-rata ketinggian 700 m hingga 990 m dari permukaan laut.
Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 8° hingga diatas 45° Cakupan wilayah
Kecamatan Rongga meliputi 8 desa yang terdiri dari : Sukaresmi, Cibitung,
Cinengah, Sukamanah, Cibedug, Bojong, Cicadas, dan Bojong Salam.

Batas wilayah Kecamatan Rongga yakni sebagai berikut :

- Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur

- Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Cipatat, Kabupaten Cianjur

- Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung


Barat

10
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Gununghalu, Kabupaten
Bandung Barat

2.4.2 Kependudukan

Pembangunan suatu wilayah sangat bergantung pada aspek pokok berupa


sumber daya alam dan sumber daya manusia yang baik. Kedua aspek tersebut
berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan, terutama
dalam aspek sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia yang cukup dan
dapat dimaksimalkan kinerjanya dapat menjadi unggul sehingga menghasilkan
kerja yang efektif dalam proses pembangunan wilayah. Sehingga tak ayal apabila
dinamika jumlah penduduk dengan proses pertumbuhan ekonomi terdapat
hubungan timbal balik yang erat.

Jumlah penduduk di Kecamatan Rongga menurut data Badan Pusat Statistik


Kabupaten Bandung Barat Tahun 2021 melalui hasil Sensus Penduduk 2020 ialah
60.666 jiwa yang terdiri dari 31.246 jiwa penduduk laki-laki dan 29.420 jiwa
penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin pada angka 106,2. Memiliki laju
pertumbuhan penduduk per tahun 2019-2020 yaitu 0,15%. Dilihat dari kelompok
umur berdasarkan data Hasil Sensus Penduduk 2020, Kecamatan Rongga
didominasi oleh kelompok umur yang produktif yakni sebesar 68,3% atau 31.434
jiwa dari total jumlah penduduk di Kecamatan Rongga. Ini menunjukkan bahwa
kegiatan ekonomi dalam segi pembangunan wilayah dapat bekerja dengan baik.

2.4.3 Pendidikan

Untuk mencapai kesejahteraan melalui pembangunan ekonomi perlu


didukung oleh sumber manusia yang berkualitas berdasarkan pendidikan yang
dilalui dan kesehatan yang memadai. Pendidikan menjadi investasi sumber daya
manusia yang berdampak positif untuk komunitas seperti kerja yang lebih baik,
produksi yang efisien, meningkatnya kesejahteraan serta pendapatan yang
meningkat bagi individu dalam komunitas. Parameter kualitas pendidikan salah
satunya ialah keberadaan fasilitas atau sarana pendidikan pada suatu wilayah. Di

11
Kecamatan Rongga terdapat fasilitas pendidikan mulai tingkat dini hingga tingkat
atas dengan total jumlah sekolah negeri dan swasta seluruh jenjang adalah 82
sekolah yang terbagi menjadi 27 sekolah tingkat TK, 45 sekolah tingkat dasar, 14
sekolah tingkat menengah pertama (SMP), 5 sekolah tingkat menengah atas
(SMA), dan 1 sekolah tingkat menengah kejuruan (SMK).

Selain fasilitas dalam bentuk bangunan sekolah, tenaga kerja penunjang


pendidikan juga menjadi faktor dalam keberhasilan pembangunan wilayah.dilihat
dari jumlah tenaga pendidikan di Kecamatan Rongga untuk seluruh jenjang
memiliki total tenaga pendidikan yakni 12.311 tenaga pendidikan (guru),
sedangkan jumlah siswa di semua jenjang ialah 280.473 siswa. Melihat
ketersediaan tenaga pendidikan dengan jumlah siswa yang perbandingannya dapat
terbilang jauh menjadikan bahwa kebutuhan tenaga pendidikan di sekolah pada
daerah Kecamatan Rongga masih sangat diperlukan.

Secara garis besar ketersediaan fasilitas sekolah di Kecamatan Rongga telah


merata hampir di setiap desa dalam kecamatan. Sehingga seharusnya investasi
sumber daya manusia dalam bidang pendidikan hingga menghasilkan SDM yang
unggul dapat terpenuhi dan dapat membantu pengembangan ekonomi di daerah
Kecamatan Rongga

2.4.4 Mata Pencaharian

Kecamatan Rongga memiliki luas wilayah yang cukup memadai dan


keterdapatan penduduk yang tidak terlalu padat sehingga beberapa bagian wilayah
dijadikan ladang pertanian serta industri mikro bagi masyarakat sebagai mata
pencaharian. Produksi pertanian dan perkebunan menjadi komoditas utama di
wilayah Kecamatan Rongga. Dapat terlihat dari data berikut ini yang berkaitan
dengan luas panen serta produksi dari komoditas pertanian dan perkebunan
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Tahun 2021.

12
Luas Panen Tanaman di Kecamatan Rongga Tahun 2020
(BPS 2021)
No Nama Luas No Nama Tanaman Luas (m2)
Tanaman (ha)
1 Bawang 2 6 Lengkuas 32.000
Merah
2 Cabai Besar 26 7 Kencur 32.000
3 Cabai Rawit 30 8 Jahe 260.000
4 Kubis 9 9 Kunyit 130.000
5 Buncis 4
Produksi Buah di Kecamatan Rongga Tahun 2020
(BPS 2021)
No Nama Jumlah No Nama Tanaman Jumlah
Tanaman (Kuintal) (Kuintal)
1 Mangga 42 4 Pisang 19.800
2 Jeruk Siam 25 5 Alpukat 492
3 Pepaya 352 6 Jambu Biji 408
Produksi Perkebunan di Kecamatan Rongga Tahun 2020
(BPS 2021)
No Nama Jumlah No Nama Tanaman Jumlah
Tanaman (Ton) (Ton)
1 Kelapa 3,6 3 Kopi 56,67
2 Tembakau 32,71

Selain dari sektor pertanian dan perkebunan, Kecamatan Rongga


menjadikan industri kecil menengah sebagai mata pencaharian lain. Industri ini
bergerak di berbagai bidang seperti makanan, kayu, logam, anyaman rotan/bambu,
dan gerabah (keramik/batu). Dijumlahkan terdapat 148 unit usaha industri kecil
menengah.

13
2.5. Interaksi Komponen Biotik dengan Abiotik

Wilayah Kabupaten Bandung Barat, merupakan daerah subur dengan


pemandangan bukit-bukit dengan ketinggian bervariatif. Terdapat banyak potensi
yang menjadi penggerak perekonomian Kabupaten Bandung Barat, khusus nya di
wilayah Kecamatan Rongga. Kecamatan Rongga sendiri memiliki potensi
pemanfaatan sumber daya alam yang potensial. Selain memiliki hutan yang masih asri
dan hijau, daerah Rongga yang berada di dataran tinggi juga cocok untuk kawasan
perkebunan.

Beberapa wilayah di Kecamatan Rongga juga banyak dijadikan sebagai


kawasan budidaya dengan fungsi utama untuk melestarikan dan membudidayakan
potensi sumber daya alam yang ada. Kawasan budidaya sendiri terletak berdekatan
dengan pembangunan PLTA Upper Cisokan yang terdapat beberapa fauna dilindungi.
Dikarenakan daerah Rongga didominasi oleh perbukitan dan hutan yang lebat,
menjadikan wilayah ini sebagai tempat yang cocok untuk dijadikan kawasan budidaya.
Pada kawasan ini juga dilakukan kegiatan konservasi seperti pemasangan papan
peringatan bagi fauna dilindungi yang ada di wilayah tersebut. Konservasi meliputi
pengembangan dan perlindungan sumber daya sehingga tetap dalam keadaan selamat
dan lestari. Secara ekonomi konservasi merupakan keputusan dalam hal alokasi
sumber daya antara masa kini dan masa datang atau kapan sumber daya akan
digunakan di antara pilihanpilihan waktu penggunaan demi efisiensi sumber daya.

Pemanfaatan sumber daya alam lainnya yang dilakukan di Kecamatan Rongga


yaitu dengan dibangunnya PLTA Upper Cisokan. Hal ini didukung oleh wilayah yang
terletak dengan sungai besar sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat
pembangunan PLTA. Dengan dibangunnya PLTA Upper Cisokan, membuka akses
jalan beraspal yang bisa dimanfaatkan untuk mobilisasi masyarakat yang tinggal di
Kecamatan Rongga.

Kecamatan Rongga juga memiliki pesona alam yang indah dengan


pemandangan perbukitan serta banyaknya terdapat lokasi wisata seperti curug akibat

14
adanya proses geologi. Aspek wisata juga turut dikembangkan dengan adanya kehadiran
curug serta perkebunan teh yang ada.

Terdapat beberapa kendala dalam pengembangan wilayah dan pemanfaatan


sumber daya alam di Kecamatan Rongga. Pengembangan wilayah dalam struktur tata
ruang Kabupaten Bandung Barat sampai saat ini masih timpang. Pada beberapa
kecamatan seperti Kecamatan Ngamprah, Lembang dan Padalarang, terjadi pemusatan
pertumbuhan perkotaan, sementara wilayah kecamatan lainnya kurang mendapat
sentuhan pembangunan.

2.6. Analisis Keseimbangan Lingkungan

Ditinjau dari kelompok umur berdasarkan data Hasil Sensus Penduduk 2020,
Kecamatan Rongga didominasi oleh kelompok umur yang produktif yakni sebesar
68,3% atau 31.434 jiwa dari total jumlah penduduk di Kecamatan Rongga. Ini
menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi dalam segi pembangunan wilayah dapat bekerja
dengan baik. Lalu dilihat dari Peta Ekologi, dapat dikatakan bahwa wilayah penelitian
masih terjaga dalam keseimbangan lingkungannya karena wilayah penelitian di
dominasi oleh area hutan, area kebun dan area sawah dengan area pemukiman yang
masih minim dengan area hutan yang menyelimuti wilayah penelitian, dan area kebun
yang dominan terdapat di arah utara wilayah penelitian. Dan juga dapat dikatakan bahwa
daya dukung lingkungan masih mencukupi dengan persentase pemukiman hanya 12%
dari total wilayah penelitian.

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Ekologi dan geologi dapat saling berhubungan dalam beberapa aspek seperti aspek
hidrogeologi yang dapat berhubungan dengan ekosistem, yang dapat berhubungan dengan
ekologi atau interaksi antar makhluk hidup dari berbagai habitat dan tempat asal yang
berbeda-beda.Data ekologi ini juga dapat berpengaruh terhadap pemetaan kependudukan
di setiap daerah baik kecamatan,desa atau lebih besar lagi.
Kestabilan ekosistem dapat dilakukan dengan cara menjaga sistem ekologi dan
menjaga apasaja yang akan menjadi kebutuhan manusia,apabila hal tersebut dilakukan
dapat menjaga kestabilan ekosistem dan interaksi antar makhluk hidup atau ekologi pun
akan terjaga dengan baik

16
DAFTAR PUSTAKA
Barat, B.P.S.K.B., 2021. Kecamatan Rongga Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bandung Barat
Barat, B.P.S.K.B., 2021. Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bandung Barat
Statistik, D. K. I., 2018. Data Makro Sosial Kabupaten Bandung Barat Tahun 2018. Dinas
Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Bandung Barat
Utina, R., 2015. Ekologi dan Lingkungan Hidup.

17
UNIVERSITAS PADJADJARAN PETA EKOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI DESA SUKARESMI DAN SEKITARNYA
KECAMATAN RONGGA KABUPATEN BANDUNG BARAT

107°14'0"E 107°17'30"E 107°21'0"E

Kemang

Sirnagalih

U1
V2

Cibitung
Cijambu
6°56'0"S

6°56'0"S
V3

Sukaresmi Cibenda

V4

Cinengah

107°14'0"E 107°17'30"E 107°21'0"E

PETA MORFOGRAFI PETA MORFOMETRI PETA POLA PENGALIRAN SUNGAI Legenda


Area Penelitian Area Sawah U1 Perbukitan Landai
Cirangkong

2 Batas Desa Area Pemukiman V2 Perbukitan Agak Curam


Ciselaa

Ci S

r uy
Sungai Area Kebun V3 Perbukitan Curam
a rwa

i bu

C ib C
wi

V4
an
gb Ci
ka Sungai Parenial Area Hutan Perbukitan Terjal
du
ay

C
an

ih
an
g

Cika

ja w
ar
m 1
bu

wu b
Ci
Ja

il u
fjaja

INDEKS RBI PROVINSI INDEKS LOKASI


Ci

Legenda 106°50'50"E 107°54'10"E 108°57'30"E 107°16'0"E 107°21'10"E


Legenda Legenda
o o o o
Dataran Rendah 0-2 16 - 35
1 Pararel
6°5'0"S

o o
o o 35 - 55
Perbukitan Rendah 2-4
2 Rektangular

6°54'10"S
o
o o > 55 CIANJUR
Perbukitan 4-8
o o
Perbukitan Tinggi 8 - 15
6°52'30"S

Perbukitan Terjal

BANDUNG BARAT

´
7°40'0"S

Copyright:(c) 2018 Garmin

Daerah Penelitian

1:50.000
0 2,5 5
Kilometers

PROYEKSI PETA TRANSVERSE MARCATOR


GRID GEOGRAPHIC DAN GRID UTM ZONE 49S
1000M DATUM WGS 84

PETA EKOLOGI
DESA SUKARESMI DAN SEKITARNYA
KECAMATAN RONGGA KABUPATEN BANDUNG BARAT

You might also like