Professional Documents
Culture Documents
Kel 8 Wujud Perilaku Sosantro Pend
Kel 8 Wujud Perilaku Sosantro Pend
Disusun oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Wujud
Perilaku Sosiologi dan Antropologi Pendidikan” ini tepat pada waktunya dan
tanpa sebuah kesulitan yang memberatkan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi Pendidikan yang berisi tentang Wujud Perilaku Sosiologi Dan
Antropologi Pendidikan, Stratifikasi Sosial dan Kelembagaan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Siti Umayaroh, S.Pd
M.Pd yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Terima kasih juga kepada semua anggota yang telah membantu
dalam penyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, baik dalam
penulisan, penyusunan maupun materi. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 LATAR BELAKANG................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................
1.3 TUJUAN....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
2.1 WUJUD PERILAKU SOSIOLOGI DAN
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN..............................................
2.2 STRATIFIKASI.........................................................................
2.3 KELEMBAGAAN.....................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
perspektip ini pemahaman dan pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia sebagai hasil dari
belajar (Koentjaraningrat, 1980 : 193). Sejalan dengan pengertian tersebut maka
tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh kebudayaan
yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi sebagai mekanisme
kontrol bagi tingkah laku manusia (Geertz, 1973).
ethnography adalah suatu studi atau riset tentang perilaku masyarakat atau
konsumen yang dipelajari langsung dari habitatnya atau dari lingkungan
naturalnya. Wujud kebudayaan ini sering disebut juga dengan social system atau
sistem sosial, yakni tindakan berpola manusia itu sendiri. Wujud kebudayaan ini
dapat berwujud dalam perilaku dan bahasa. Selain itu bisa juga berwujud dalam
tindakan, tingkah laku serta kebiasaan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia,
sistem sosial atau wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata. Bersifat nyata
karena hal ini terjadi di sekitar kita dan erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat.
2.1.1 Wujud perilaku antropologi
Sebagai rangkaian aktivitas manusia, sistem sosial atau wujud kebudayaan ini
bersifat konkret atau nyata. Bersifat nyata karena hal ini terjadi di sekitar kita dan
erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Wujud kebudayaan, menurut Prof
Koentjaraningrat (1996: 56) digambarkan dalam 4 lingkaran konsentris yaitu :
3
Pada masyarakat Bali setiap pagi sebelum melakukan sesuatu melakukan
sembayang di pura depan rumahnya. Contoh lain : pemilihan kepala suku
berdasarkan pengalaman dan umurnya lebih tua pada masyarakat
pedalaman.
2. wujud kedua/ sistem gagasan, tempatnya pada kepala tiap individu warga
kebudayaan. Wujud kedua ini bersifat abstrak, tak dapat difoto, dan hanya
dipahami (oleh warga kebudayaan lain) setelah ia mempelajari melalui
wawancara atau dengan membaca apa yang dia tulis. Contoh pemilihan
kepala suku berdasarkan pengalaman dan umurnya lebih tua pada
masyarakat pedalaman.
3. Wujud ketiga/sistem tingkah laku, meliputi menari, berbicara, tingkah laku
melakukan pekerjaan, semua gerak-gerik dan dari hari ke hari, merupakan
pola-pola tingkah laku yang dilakukan berdasarkan sistem sosial.Wujud
ketiga ini masih bisa dipotret dan konkret. Contohnya pada suku jawa
terbiasa memakai bahasa jawa dalam sehari-harinya.
4. Contoh dari wujud konkret kebudayaan (lingkaran/wujud keempat) antara
lain bangunan-bangunan megah, benda-benda bergerak, dan semua benda
hasil karya manusia yang bersifat konkrit dan dapat diraba serta difoto.
4
jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas
yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan
prestise.
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para
ahli.
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan
inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-
nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda
d. Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese, dan prestise.
5
6