You are on page 1of 9

WUJUD PERILAKU SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


SOSIOOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Yang di bina oleh Dra. Siti Umayaroh, S.Pd M.Pd

Disusun oleh :

1. Firda Nur Azizah (180151602272)


2. Mellynda Christy Mawitjere (180151602154)
3. Rara Ageng Pangestu (180151602043)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Wujud
Perilaku Sosiologi dan Antropologi Pendidikan” ini tepat pada waktunya dan
tanpa sebuah kesulitan yang memberatkan.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi Pendidikan yang berisi tentang Wujud Perilaku Sosiologi Dan
Antropologi Pendidikan, Stratifikasi Sosial dan Kelembagaan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Siti Umayaroh, S.Pd
M.Pd yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Terima kasih juga kepada semua anggota yang telah membantu
dalam penyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, baik dalam
penulisan, penyusunan maupun materi. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 15 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 LATAR BELAKANG................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................
1.3 TUJUAN....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
2.1 WUJUD PERILAKU SOSIOLOGI DAN
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN..............................................
2.2 STRATIFIKASI.........................................................................
2.3 KELEMBAGAAN.....................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. jelaskan wujud perilaku sosiologi dan Antropologi
2. jelaskan yang di maksud stratifikasi ?
3. jelaskan yang di maksud dengan kelembagaan?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui wujud perilaku sosiologi dan antopologi pendidikan
2. untuk mengetahui yang di maksud stratifikasi
3. untuk mengetahui yang di maksud kelembagaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wujud Perilaku Sosiologi dan Antropologi Pendidikan


Wujud Sosiologi dan Antropologi Pendidikan memandang fenomena
tersebut secara utuh dan komprehensif untuk memahami pendidikan nasional
Indonesia secara keseluruhan. Kajian sosiologi dan antropologi memberikan
sumbangan dan kontribusi dalam perumusan kebijakan, strategi, program, dan
intervensi pendidikan bagi orang tua, pendidik, dan para pemimpin pendidikan
sesuai dengan posisi dan peranan mereka. Dalam kajiannya, Suyata (2000)
mengemukakan bahwa setiap.
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
Orang berada di dalam masyarakat (man in community/society) dan
sekaligus berada di dalam kebudayaan (man in culture). Setiap pribadi adalah
makhluk biologis, sosiologis, dan kultural (biososiokultural) melalui proses
belajar di dalam masyarakat (proses sosial) dan di dalam kebudayaan (proses
budaya). Dalam konteks sosiologis, pendidikan merupakan alat untuk memelihara
kelangsungan hidup bersama di dalam sistem yang ada. Adapun dalam konteks
antropologis, pendidikan merupakan alat dimana dengan itu kebudayaan
masyarakat dilestarikan
Kajian ilmu pendidikan berbeda dengan sosiologi dan antropologi, karena
kajian formal masing ilmu tersebut berbeda. Ke tiga bidang ilmu sama-sama
mengkaji perilaku manusia, psikologi mengkaji perilaku individu beserta latar
belakangnya secara emperis. Sosiologi mengkaji antar hubungan sosial dalam
masyarakat, sedangkan antropologi mengkaji manusia dan kebudayaannya.
Pendidikan membentuk fikiran, karakter atau kapasitas fisik seseorang yang
berlangsung seumur hidup. Sehubungan dengan hal itu, pengenalan cara berfikir
dan bertindak yang baru membawa setiap perubahan besar dalam kehidupan.
Generasi muda tidak akan matang secara budaya tanpa diasuh menjadi dewasa.
Sehubungan dengan itu, penyampaian kebudayaan melalui proses transmisi
kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikut. Masyarakat selalu mengawasi
pendidikan dari anggotanya mulai dari masa anak-anak di lingkungan pendidikan
formal, informal maupun nonformal. Kebudayaan sebagai kajian dalam
antropologi dapat dimaknai sebagai fenomena material, sehingga menurut

2
perspektip ini pemahaman dan pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia sebagai hasil dari
belajar (Koentjaraningrat, 1980 : 193). Sejalan dengan pengertian tersebut maka
tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh kebudayaan
yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi sebagai mekanisme
kontrol bagi tingkah laku manusia (Geertz, 1973).
ethnography adalah suatu studi atau riset tentang perilaku masyarakat atau
konsumen yang dipelajari langsung dari habitatnya atau dari lingkungan
naturalnya. Wujud kebudayaan ini sering disebut juga dengan social system atau
sistem sosial, yakni tindakan berpola manusia itu sendiri. Wujud kebudayaan ini
dapat berwujud dalam perilaku dan bahasa. Selain itu bisa juga berwujud dalam
tindakan, tingkah laku serta kebiasaan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia,
sistem sosial atau wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata. Bersifat nyata
karena hal ini terjadi di sekitar kita dan erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat.
2.1.1 Wujud perilaku antropologi
Sebagai rangkaian aktivitas manusia, sistem sosial atau wujud kebudayaan ini
bersifat konkret atau nyata. Bersifat nyata karena hal ini terjadi di sekitar kita dan
erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Wujud kebudayaan, menurut Prof
Koentjaraningrat (1996: 56) digambarkan dalam 4 lingkaran konsentris yaitu :

1. Lingkaran inti adalah nilai-nilai budaya (sistem ideologis)


2. Lingkaran kedua dari dalam adalah sistem budaya (sistem gagasan)
3. Lingkaran ketiga adalah sistem sosial (sistem tingkah laku)
4. Lingkaran keempat adalah kebudayaan fisik (benda-benda fisik).

Dalam ke empat tersebut dapat dijabarkan bahwa:

1. wujud pertama/ sistem ideologis, adalah gagasan-gagasan yang telah


dipelajari oleh para warga sejak usia dini, dan karenanya sukar diubah,
disebut juga “nilai-nilai budaya” yang menentukan sifat dan corak pikiran,
cara berpikir serta tingkah laku manusia suatu kebudayaan. Contohnya :

3
Pada masyarakat Bali setiap pagi sebelum melakukan sesuatu melakukan
sembayang di pura depan rumahnya. Contoh lain : pemilihan kepala suku
berdasarkan pengalaman dan umurnya lebih tua pada masyarakat
pedalaman.
2. wujud kedua/ sistem gagasan, tempatnya pada kepala tiap individu warga
kebudayaan. Wujud kedua ini bersifat abstrak, tak dapat difoto, dan hanya
dipahami (oleh warga kebudayaan lain) setelah ia mempelajari melalui
wawancara atau dengan membaca apa yang dia tulis. Contoh pemilihan
kepala suku berdasarkan pengalaman dan umurnya lebih tua pada
masyarakat pedalaman.
3. Wujud ketiga/sistem tingkah laku, meliputi menari, berbicara, tingkah laku
melakukan pekerjaan, semua gerak-gerik dan dari hari ke hari, merupakan
pola-pola tingkah laku yang dilakukan berdasarkan sistem sosial.Wujud
ketiga ini masih bisa dipotret dan konkret. Contohnya pada suku jawa
terbiasa memakai bahasa jawa dalam sehari-harinya.
4. Contoh dari wujud konkret kebudayaan (lingkaran/wujud keempat) antara
lain bangunan-bangunan megah, benda-benda bergerak, dan semua benda
hasil karya manusia yang bersifat konkrit dan dapat diraba serta difoto.

2.1.2 Wujud Perilaku Sosiologi


1. Individu dengan individu yaitu wujud perilaku yang dilakukan
oleh perorangan dengan perorangan lainnya.
contoh : interaksi antara pedagang dan pembeli
2. Individu dengan kelompok yaitu wujud perilaku yang dilakukan oleh
seseorang dengan banyak/sekumpulan orang.
contoh : seseorang yang sedang promosi produk pada khalayak ramai
3. Kelompok dengan kelompok yaitu wujud perilaku yang dilakukan oleh
sekumpulan orang dengan sekumpulan orang.
Contoh: diskusi kelompok a dan b
2.2 Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk

4
jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas
yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan
prestise.
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para
ahli.
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan
inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-
nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda
d. Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese, dan prestise.

5
6

You might also like