You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Disusun oleh :

Krisdayanti Padudun, S.Kep


NS.2304005

CI Lahan CI Institusi

(..................................) (....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PAOLOPO
TAHUN 2024
A. Konsep Medis

1. Defenisi Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang

terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap

atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik

berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,

2012). Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat

dari kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut

bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas

di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi,

banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2013).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan

Setiowulan, (2011). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala

klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas

yang menetap atau mengalami kekambuhan.

2. Etiologi

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau

penyakitacid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam

lambung terdorongke atas menuju esofagus (saluran muskulo

membranosa yang membentangdari faring ke dalam lambung). Hal

ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti obat


anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.Terkadang

penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab

dispepsiasecara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)

b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

c. Iritasi lambung (gastritis)

d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

e. Kanker lambung

f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu

danproduknya)

h. Kelainan gerakan usus

i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

j. Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan

organiksebagai

penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis,

pankreastitis,kolesistitis dan lainnya).

b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia

nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.


3. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan

yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya

kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang

sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat

mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-

dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya

kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla

oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat

baik makanan maupun cairan.


4. Penyimpangan KDM
5. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang

dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

a.Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :

1) Nyeri epigastrum terlokalisasi

2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid

3) Nyeri saat lapar

4) Nyeri episodic

b.Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan

gejalaseperti :

1) Mudah kenyang

2) Perut cepat terasa penuh saat makan

3) Mual

4) Muntah

5) Upper abdominal boating

6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan

c. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe

diatas)(Mansjoer, et al, 2012).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat,

sertadapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan

penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas

jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut

atas atau dada mungkindisertai dengan sendawa dan suara usus

yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat


memperburuk nyeri; pada penderita yanglain, makan

bisamengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makanyang

menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau

tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai

penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka

penderita harus menjalani pemeriksaan.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan

penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis,

DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas

normal.

b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda,

serologihelicobacter pylori.

c. Endoskopi

1) CLO (Rapid urea test)

2) Patologi anatomi

3) Kultur mikroorganisme jaringan

4) PCR (Polymerase Chain Reaction)

7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter

pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang

dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli

(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi

dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan

dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

a. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida

akan generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya

mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat.

Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya

simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat

dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai

absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar

akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

b. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik.

Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti

reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama

lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

sitoprotektif.

c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati

dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang

termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin,

roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada

stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang

termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan

pantoprazol.

e. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan

enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan

sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi

meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya

memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta

membentuklapisan protektif (site protective), yang bersenyawa

dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas

(SCBA).

f. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid,

domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif

untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis


dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2013).

g. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak

jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor

kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2012).

Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya menghindari

makanan yang dapat meningkatkan asam lambung dan

menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas,

obat-obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress. Atur pola

makan.

8. Komplikasi

Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat

memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi

dari dyspepsia adalah sebagai berikut:

a. Pendarahan

b. Kanker lambung

c. Muntah darah

d. Ulkus peptikum
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan

yang dilakukan yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data

dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan

dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual

kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas

kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi

(keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba). (Mansjoer A, 2010,

Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis

(sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas

yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di

dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut

terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah,

dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 2011 , hal.

26)

a. Identitas Pasien

Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan,

pendidikan, alamat.

b. Identitas penanggung jawab


Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan

dengan pasien, alamat.

c. Keluhan Utama

Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian

samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak

nafsu makan, kembung, rasa kenyang

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress

psikologis, riwayat minumminuman beralkohol

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita

penyakit saluran pencernaan

f. Pola aktivitas

Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan

makanan yang merangsang selaput mukosa lambung, berat

badan sebelum dan sesudah sakit.

g. Aspek Psikososial

Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman,

adanya masalah interpersonal yang bisa menyebabkan stress

h. Aspek Ekonomi

Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat

tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress

psikologis dan pola makan


i. Pengkajian fisik

1. Keadaan umum

Sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.

2. Data sistemik

3. Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,

pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain

4. Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,

kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,

kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.

5. Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,

sumbatan jalan napas, dan lain-lain.

6. Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi

jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.

7. Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi

waktu, orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

8. Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,

keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan

mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,

rectal toucher, dan lain-lain.


9. Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan

cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,

genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.

10. Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,

kemerahan, dan lain- lain.9) Sistem reproduksi: infertil,

masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, dan

lain-lain.

11. Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, da

pancaran), BAK, vesika urinaria.

C. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis

2. Hipovolemia b.d.kehilangan cairan aktif

3. Defisit Nutrisi b.d.ketidakmampuan mencerna makanan dan

mengabsorbsi nutrien

4. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber

informasi dan kurang terpapar informasi

5. Ansietas b.d.krisis situasional

You might also like