You are on page 1of 10

GANESHA LAW REVIEW

Volume 4 Issue 2, November 2022


P-ISSN: 2656 – 9744 , E-ISSN: 2684 – 9038
Open Access at : https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/GLR

UPAYA MENANGGULANGI SENGKETA MELALUI SUBJEK


HUKUM INTERNASIONAL
Putu Darmika, Dewa Gede Sudika Mangku, Ni Putu Rai Yuliartini

Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha,


E-mail: darmika@undiksha.ac.id

Info Artikel
Masuk: 1 Januari 2022 Abstract
Diterima: 3 Maret 2022 This article aims to (1) find out clearly what is meant by
Terbit: 1 May 2022 international law, (2) find out how the development of
international law, and (3) to know what kinds of subjects
Keywords: of international law in dispute resolution itself. The data
collection technique used is by quoting from several book
Developments, Subjects sources as well as from journals and papers that have
International Law, been read before. The results of the discussion of this
Dispute Resolution journal show that (1) International Law is a positive law.
Where the purpose of the law itself is to create and
realize justice in international. (2) The development of
international law is important because in essence as a
law that introduces the concept of an archipelagic state,
a means of intervention to a means of suppressing
developing countries, which of course in this
development for the Indonesian people to strengthen
cooperation in the fields of economy, politics, security,
Kata kunci: and education. (3) There are several ways to resolve
disputes under international law, namely, through
Perkembangan, Subjek peaceful settlement of disputes contained in the United
Hukum Internasional, Nations Charter, namely Article 2 paragraph (3) of The
Penyelesaian sengketa Charter of the United Nations (UN Charter). And it can
also be done in terms of kinship or peace, namely
negotiation, investigation, mediation, conciliation and
arbitration.

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk (1) mengetahui secara jelas
mengenai apa yang dimaksud dengan Hukum
Internasional, (2) mengetahui bagaimana
perkembangan Hukum Internasional, serta untuk (3)
mengetahui apa saja macam-macam subjek Hukum

84
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Internasional dalam penyelesaian sengketa itu sendiri.


Putu Darmika Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan cara mengutip dari beberapa sumber buku
maupun dari jurnal dan makalah yang sudah di baca
sebelumnya. Hasil pembahasan dari jurnal ini
menunjukan bahwa (1) Hukum Internasional
merupakan suatu hukum yang bersifat positif. Dimana
tujuan daripada hukum itu sendiri adalah untuk
menciptakn serta mewujudkan keadilan dalam
hubungan internasional. (2) Perkembangan hukum
internasional ini penting karena pada hakikatnya
sebagai hukum yang mengenalkan konsep Negara
kepulauan, sarana intervensi hingga alat penekan
Negara berkembang, yang tentunya dalam
perkembangan ini bagi bangsa Indonesia untuk
memperkuat jalinan kerjasama dibidang ekonomi,
politik, keamanan, serta pendidikan. (3) Penyelesaian
sengketa dalam Hukum Internasional ini ada beberapa
cara yaitu, melalui menyelesaikan sengketa secara
damai yang terdapat pada Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa (Piagam PBB), yakni Pasal 2 ayat (3)
The Charter of the United Nations (UN Charter). Dan
juga dapat dilakukan dari segi kekeluargaan atau
perdamaian yakni negosiasi, investigasi, mediasi,
konsiliasi dan abitrase.

@Copyright 2022.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi meningkatkan intensitas hubungan dan saling
ketergantungan antar negara. Salah satunya dalam Hukum Internasioanl, sejalan
dengan meningkatkanya hubungan tersebut, serta semakin tinggi kerjasama
internasional dalam berbagai bidang dan bentuk perjanjian internasional pada bidang
pertahanan. Hingga keterlibatan Indonesia dalam kerjasama pertahanan internasional
merupakan perwujudan dari tujuan Pemerintah Republik Indonesia Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Bagian IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Indonesia tahun 1945 (Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945), yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam hukum internasional, negara dianggap sebagai subjek hukum utama.
Hukum internasional juga didefinisikan sebagai seperangkat aturan peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan tersebut antara negara
dan subyek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional. Hukum
internasional ini mengatur hak dan kewajiban warga negara hukum internasional.
Subjek hukum hukum internasional adalah pemegang atau pembela hak dan kewajiban
berdasarkan hukum internasional dan setiap pemegang atau pendukung hak dan
kewajiban warga Negara dalam lingkup hukum internasional yang berlaku disetiap
Negara.

85
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Menurut hukum internasional dalam subjek hukum internasional ini juga


mempelajari manfaat hukum internasional bagi Indonesia serta memperkenalkan
konsep baru kepentingan nasional, misalnya seperti konsep negara kepulauan sehingga
dapat diketahui bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan harus tunduk pada
ketentuan hukum Internasional. Selain itu, manfaat hukum internasional bagi Indonesia
adalah dapat digunakan dalam menyelesaikan kasus contohnya seperti kasus Sipadan-
Ligitan, kasus GAM, Timor Leste dan sebagainya. Hukum internasional memiliki
pengaruhnya besar terhadap negara-negara anggota seperti Indonesia. Baik dalam segi
Pengaruh positif maupun negatif. Hukum internasional ini sangat berperan terutama
dalam mewujudkan suatu adanya perjanjian internasional yang melahirkan ketentuan-
ketentuan yang mengikat bagi para pihak dengan membuat perjanjian internasional
tersebut sebagai tambahan adanya kebiasaan-kebiasaan internasional yang timbul
dalam implementasi dari konsep pergaulan negara-negara yang diterima sebagai
hukum dalam pergaulan mereka. Asas-asas umum hukum (general principles of law)
juga menjadi dasar dalam hubungan negara dalam hubungan internasional.
Objek kajian dari Hukum Internasional sendiri adalah mengacu pada sistem
hukum yang pada umumnya tidak terbatas tehadap hukum positif di negara tertentu,
namun objek kajian dalam Hukum Internasional ini adalah dapat dikatakan sebagai
hukum positif yang berada pada hubungan antar Negara-negara. Materi yang di bahas
dalam Hukum Internasional tentunya sangat luas,dan beraneka ragam materi serta
pembahasannya. Diantaranya seperti mengenai perkembangan hukum internasional,
Pengertian, Ruang lingkup, Hakekat, Sumber-sumber hukum, Yurisdiksi, Kedaulatan,
serta macam-macam hukum internasional, hingga penyelesaian sengketa antar negara
dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan dalam beberapa rumusan
masalah yang akan dijawab dalam artikel ini, mengenai Hukum Internasional antara
lain : (1) Pengertian Hukum Internasioal. (2) Subjek Hukum Internasional. (3)
Penyelesaian Sengketa Hukum Internasional.

PEMBAHASAN
Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional adalah bagian dari hukum yang mengatur kegiatan
entitas internasional. Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antar negara. Namun, seiring berkembangnya pola hubungan
internasional, maknanya menjadi lebih kompleks. Hukum internasional juga memiliki
keterikatan dengan struktur dan perilaku organisasi internasional dan sampai batas
tertentu perusahaan multinasional dan individu1. Yang dimana disebut hukum
internasional ini mengatur hubungan antar negara, memberikan hak dan kewajibannya
dan juga memuat ketentuan tentang situasi konflik dan perang. Hal ini juga dikenal
sebagai hukum internasional dan hukum internasional publik dan juga berlaku untuk
organisasi internasional dan badan politik. Hukum internasional secara umum
didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengikat dan mengatur
hubungan antara negara dan subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat
internasional. Negara-negara mematuhi hukum internasional untuk menjaga dan
mengatur hubungan mereka dengan negara lain dan juga untuk melindungi
kepentingan mereka sendiri.
Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional adalah situasi di
mana dua negara memiliki pandangan yang bertentangan tentang apakah atau tidak

1
Wikipedia. Hukum Internasional. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional
86
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan suatu perjanjian. 2Suatu sengketa


bukanlah suatu perselisihan menurut hukum internasional jika penyelesaiannya tidak
mempengaruhi hubungan antara kedua belah pihak. Konsep sengketa internasional
tidak hanya mencakup sengketa antar negara, tetapi juga hal-hal lain yang masih berada
dan bersifat diruang lingkup internasional, seperti antara negara dan individu, negara
dan badan hukum, dan antara negara dan lain sebagainya. Upaya dalam penyelesaian
sengketa internasional ini sedini mungkin dilakukan dengan cara yang adil bagi para
pihak yang merupakan tujuan dari hukum internasional.
Selain itu, hukum internasional dapat dilihat sebagai seperangkat ketentuan
hukum yang berlaku untuk negara-negara yang memiliki hubungan. Hukum
internasional yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan keadilan dalam
masyarakat internasional, dengan menciptakan pola hubungan internasional
Yang telah disepakati oleh masyarakat internasional dengan memenuhi kepentingan
para anggotanya. Hukum internasional juga menyediakan sarana untuk menyelesaikan
konflik apabila terjadi konflik.
Disamping itu, terdapat juga sekumpulan kaidah hukum internasional yakni :
1) Subjek hukum internasional berupa Negara, organisasi internasional antar
pemerintah, organisasi internasional nonpemerintah, organisasi pembebasan,
takhta suci, badan hukum multi ataupun transional dan sebagainya.
2) Hak-hak dan kewajiban dari subjek-subjek hukum internasional.
3) Perilaku dari para subjek hukum internasional tersebut pada dimensi-dimensi
internasional.
4) Objek-objek dari hukum internasional yang jumlah dan macamnya tak terhitung.

Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum internasional adalah berbagai bahan materi, kebiasaan atau
asas yang memuat atau menjelaskan aturan-aturan lingkup hukum internasional.
Dalam hukum internasional, tidak ada badan legislatif yang dapat menetapkan hukum
yang mengikat semua negara, sehingga hukum internasional dibuat atas dasar tindakan
dan kebiasaan negara-negara sebagai pemegang kedaulatan.
Secara umum, sumber Hukum Internasional dibagi menjadi dua yaitu :

Sumber Hukum Formal


Sumber hukum formal ialah factor yang menjadi ketentuan hukum yang berlaku umum.
Dimana, sumber hukum formal ini merupakan proses membuat suatu ketentuan
menjadi ketentuan hukum positif. Yang dibedakan menjadi dua yaitu perundang-
undangan dan kebiasaan.
1) Perundang-undangan, ialah ketentuan hukum yang berlaku umum yang
dilakukan oleh penguasa masyarakat yang berwenang. Contohnya :
Pembentukan undang-undang, penetapan peraturan pemerintah, dan
penetapan peraturan daerah.
2) Kebiasaan, ialah ketentuan hukum yang berlaku umum namun tidak
memenuhi persyaratan yang berlaku dalam perundang-undangan yang
ditetapkan bukan oleh penguasa masyarakat yang berwenang.

Adolf, H. (2004). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.

87
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Sumber Hukum Material


Sumber hukum material ini merupakan factor yang menentukan ketentuan
hukum yang berlaku. Yang dimana, ketentuan ini mengatur tingkah laku seseorang
dalam masyarakat umum. 3
Selain itu, sumber hukum internasional terdapat pada Pasal 38.1 Piagam
Mahkamah Internasional menyebutkan empat sumber hukum internasional, yaitu:

1. Perjanjian internasional, yakni menetapkan aturan-aturan yang secara tegas


yang tentunya diakui oleh negara-negara. Perjanjian internasional merupakan
perjanjian di bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional, dan dibuat
oleh Pemerintah dengan negara, organisasi internasional, atau subjek hukum
internasional lain. Pada umumnya bentuk dan kesepakatan perjanjian ini
menunjukkan bahwa materi yang diatur dalam perjanjian bekerja sama pada
tingkat yang berbeda. Secara hukum, ini tidak mempengaruhi hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian internasional.
2. Kebiasaan internasional, yanki suatu kebiasaan umum yang dapat diterima
sebagai hukum.
3. Asas hukum yang diakui oleh negara-negara beradab, adalah hubungan yang
terjalin antar negara-negara di dunia, baik bilateral (antar dua negara) maupun
multilateral (antar banyak negara). Hubungan internasional diatur dalam
hukum internasional dan juga dilandasi oleh asas-asas internasional berupa asas
teritorial, kebangsaan, dan kepentingan umum yakni :

1) Asas teritorial, sesuai dengan namanya merupakan asas yang


mewajibkan suatu negara yang terlibat dalam hubungan internasional
untuk tetap berkuasa di wilayahnya (teritori).
2) Asas kebangsaan merupakan asas yang menyatakan bahwa seorang
warga negara akan selalu terikat dengan negaranya, meskipun ia berada
di luar negeri.
3) Asas kepentingan umum merupakan bahwa negara-negara dapat
mengatur kehidupan sosial masyarakat dalam hubungan internasional
dengan mengutamakan kepentingan umum.

4. Putusan-putusan pengadilan, merupakan suatu keputusan terakhir walaupun


dapat diminta banding guna untuk menyelesaikan persengkataan internasional
dengan menyerahkan putusan kepada lembaga peradilan 4.

Subjek Hukum Internasional

Secara umum, subjek hukum diartikan sebagai pemilik atau pendukung


kewajiban menurut undang-undang, serta badan atau lembaga yang memiliki suatu
kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan kewajiban di dalam hukum
internasional. Dimana hak dan kewajiban tersebut diatur oleh hukum internasional
material dan hukum internasional formal. Yang dipandang sebagai Subjek hukum
internasional yakni :

3
Dewa Gede Sudika Mangku, S. (2020). Pengantar Hukum Internasional . Lakeisha.
4Prof.Atip Latipulhayat, S. (2021). HUKUM INTERNASIONAL Sumber-Sumber Hukum. Jakarta Timur:
Sinar Grafika Offset.

88
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Individu atau perorangan yakni bersifat alamiah dan sosialnya sebagai subjek
hukum. Hal ini memiliki derajat yang sama antara satu dengan yang lain dihadapan
hukum tanpa memandang latar belakang, agama, ras, jenis kelamin maupun etnisnya.
Yang memiliki hak-hak asasi karena kodratnya sebagai individu. Kemudian pada Badan
hukum (Legal person rechtsperson) yakni badan atau lembaga yang dibuat dengan
tujuan tertentu sebagai subjek hukum dan memikul hak serta kewajiban hukum secara
mandiri. Serta dapat dikatakan sebagai suatu konstruksi yuridis yang dapat
menampakkan diri dalam berbagai bentuk dan wujud yang sesuai dengan bidangnya.
Misalnya, perusahaan, badan hukum atau sistem hukum ada yang terdapat pada desa
atau lingkungan masyarakat.5 Sedangkan dalan bentuk hukum publik yakni seperti
pemerintah pusat pemerintah daerah ataupun departemen. Serta dalam tingkat
internasional seperti organisasi antarnegara atau pemerintah.

Dalam ruang lingkup subjek hukum internasional ini, mengatur mulai dari
Negara hingga individu sebagai objek yakni antara lain yakni terdapat pada 6

1. Negara, merupakan subjek utama dalam hukum internasional yang diartikan


sebagai negara berdaulat dan memiliki pemerintahan sendiri yang tidak
bergantung pada negara lain.
2. Organisasi internasional, yakni ikut serta bertugas dalam menyelesaikan
pelanggaran hukum internasional. Organisasi internasional yang menjadi subjek
pada hukum internasional adalah organisasi yang memiliki anggota global
dengan tujuan umum, misalnya PBB. Organisasi anggota global dengan tujuan
khusus seperti IMF. Organisasi keanggotaan regional dengan tujuan global
contohnya ASEAN. Dan organisasi dengan keanggotaan regional dengan tujuan
spesifik seperti NAFTA.
3. Palang Merah Internasional, yaitu sebagai subjek hukum internasional dalam
ruang lingkup terbatas. Posisi kedudukannya diperkuat dengan adanya
Konvensi Palang Merah. Serta dalam Misi Palang Merah Internasional adalah
untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, organisasi ini bersifat independen dan
tidak boleh mencampuri negara manapun.
4. Takhta Suci Vatikan, telah menjadi subjek hukum internasional sejak
penandatanganan Pakta Lateran pada tahun 1929. Pakta Lateran sendiri
merupakan kesepakatan antara Kerajaan Italia dan Takhta Suci Vatikan. Dimana,
pada vatikan ini berada dibawah pimpinan paus yang merupakan perwakilan
diplomatik yang memiliki kedudukan yang setara dengan kedudukan Negara-
negara lain.
5. Pemberontak dan pihak yang bersengketa, Menurut hukum perang kelompok ini
dapat menjadi subjek hukum internasional yang terorganisir, dalam mematuhi
hukum perang, menguasai wilayah, memiliki kemampuan untuk menjalin
hubungan dengan negara lain, dapat menentukan nasibnya sendiri, serta
menguasai dan mengelola sumber daya alam di daerah yang dikuasainya, hingga
dapat memilih sendiri sistem (ekonomi, politik, dan sosial).
6. Individu, sebagaimana dijelaskan dalam kutipan Mochtar Kusumaatmadja dalam
Perjanjian Versailles tahun 1919, disebutkan pada beberapa pasal yang
memungkinkan individu untuk membawa perkara kasus secara internasional ke

5
Dewa Gede Sudika Mangku, S. (2020). Pengantar Hukum Internasional . Lakeisha.

89
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

Pengadilan Arbitrase Internasional. Dengan demikian, individu juga merupakan


hukum internasional dan dapat menjadi pihak dalam peradilan internasional.

Penyelesaian Sengketa Hukum Internasional


Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional (UU 24/2000) disebutkan bahwa perjanjian internasional adalah suatu
perjanjian dalam bentuk dan namanya yang telah diatur oleh hukum internasional, dan
dituangkan secara tertulis hingga menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik. Dalam suatu perjanjian internasional, para pihak bebas menentukan bagaimana
perjanjian itu dibuat dan siapa saja yang terlibat di dalamnya, yang dapat menimbulkan
sengketa internasional karena
akan ada banyak interpretasi yang timbul dari berbagai pihak dan mungkin juga akan
terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan atas perjanjian yang telah dibuat.
Dalam menyelesaikan sengketa internasional secara damai, terdapat dalam hal
ini yang merupakan implementasi dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (Piagam
PBB), yakni Pasal 2 ayat (3) The Charter of the United Nations (UN Charter). Terdapat
beberapa prinsip dalam penyelesaian sengketa yakni dengan menggunakan Prinsip
itikad baik, prinsip ini mewajibkan para pihak untuk beritikad baik dalam
menyelesaikan sengketanya yang dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti
pencegahan timbulnya sengketa. Prinsip kebebasan memilih, Atas dasar prinsp ini para
pihak yang bersengketa bebas menentukan cara bagaimana mereka akan
menyelesaikan sengketanya secara damai sesuai dengan ketentuan Pasal 2 (3) jo. Pasal
33 (1) (PBB) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, baik yang disediakan oleh PBB atau
dengan cara damai lainnya yang telah disepakati oleh para pihak, dan menghindari
penyelesaian perselisihan dengan kekerasan atau penggunaan senjata. Terdapat juga
Prinsip-prinsip kesepakatan Para Pihak (Konsensus), dikutip oleh Huala Adolf dalam
Buku Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional hal. 17, Prinsip konsensus
menyatakan bahwa para pihak yang bersengketa bebas memilih cara penyelesaian
sengketa dan bebas memilih hukum yang akan diterapkan apabila timbul sengketa
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan. Hingga Prinsip kebebasan memilih hukum
yang akan diterapkan, apabila sengketa perselisihan internasional pada akhirnya
diselesaikan melalui peradilan, para pihak bebas memilih hukum mana yang akan
diterapkan, sebagaimana Pasal 38 (2) Statuta Mahkamah Internasional menyatakan:
“Ketentuan ini tanpa mengurangi yurisdiksi pengadilan memutuskan perkara ex aequo
et bono, jika para pihak menyatakan kesepakatannya”, artinya para pihak bebas
memilih dalam hal kewajaran dan atau kelayakan.
Selain itu penyelesaian sengketa dalam ruang lingkup Hukum Internasional juga
memiliki bentuk penyelesaian dalam segi kekeluargaan atau perdamaian 7 yaitu:
Negosiasi, merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penyelesaian
sengketa internasional yang tentunya dilakukan dengan berdiskusi dengan para pihak
yang berkepentingan untuk menyepakati masalah tanpa adanya peran orang ketiga,
dan dapat dilakukan secara bilateral, multilateral, formal maupun informal.
Penyelesaian melalui negosiasi juga dianggap sebagai jalan utama. Alasan utamanya
dengan cara ini para pihak dapat memantau prosedur penyelesaian sengketa. Setiap
penyelesaian didasarkan pada kesepakatan atau konsensus para pihak. Dan apabila
para pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa, maka hal ini akan dituangkan dalam
perjanjian antara para pihak yang bersengketa.

7
Prof. Huala Adolf, S. L. (2020). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Sinar Grafika.

90
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

1. Pencarian Fakta (Investigasi), Sengketa internasional dapat timbul karena


perbedaan pendapat atau interpretasi atas suatu fakta yang menentukan hak
dan kewajiban para pihak. Pencarian fakta ini akan melibatkan orang ketiga
karena pencarian fakta itu sendiri akan membentuk komisi penyelidikan atau
investigasi yang resmi oleh pengamat yang bereputasi baik.
2. Mediasi, merupakan suatu bentuk penyelesaian sengketa yang juga melibatkan
pihak ketiga yang disebut juga sebagai mediator. Mediator dapat berupa negara,
organisasi internasional, ahli hukum atau pihak lain yang tidak memihak
siapapun atau netral. Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi ini pihak
ketiga juga ikut serta dalam proses perundingan penyelesaian sengketa, namun
pengambilan keputusan penyelesaian sengketa berada dalam pihak yang
bersengketa.
3. Konsiliasi, adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga
atau yang biasa disebut komisi konsiliasi, baik yang bersifat institusional
maupun sementara. Konsiliasi dimulai dengan pengajuan sengketa kepada
komisi konsiliasi sampai akhirnya komisi konsiliasi membuat laporan dengan
usulan penyelesaian sengketa dan disampaikan kepada para pihak yang
bersengketa dan dikembalikan kepada para pihak yang bersengketa, baik usulan
dari kanitia konsiliasi diterima atau tidak. .Dalam hal konsiliasi, pihak ketiga
adalah pihak yang diminta untuk menjadi komisaris orang-orang, yang bertugas
menjelaskan fakta-fakta yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa dan
membuat laporan, yang isinya mencakup usulan-usulan penyelesaian yang
dapat diterima dipertimbangkan, meskipun usulan tersebut tidak mengikat.
4. Arbitrase, dalam hal ini para pihak menunjuk seseorang untuk bertindak dalam
menyelesaikan sengketa dan memutuskan penyelesaiannya. Penyelesaian
sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan dengan arbiter secara institusional
yang terkadang disebut hukum acara yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pengaturan arbitrase ini, para pihak bebas memilih seorang hakim yang mereka
anggap netral dan atau ahli mengenai pokok sengketa yang mereka hadapi.
Putusan arbitrase juga relatif lebih dapat ditegakkan di negara lain dibandingkan
dengan sengketa yang diselesaikan melalui pengadilan.

Jadi, upaya dalam menanggulangi sengketa melalui subjek hukum internasional


ini dalam subjek hukum sangat diperlukan. Subjek hukum internasional ini berperan
sebagai penengah dalam suatu perkara sengketa yang tentunya perlu penyelesaian
secara kesepakatan antara para pihak-pihak yang terlibat. Dengan adanya hubungan
keterkaitan subjek hukum internasional dengan penyelesaian sengketa ini memiliki
peran yang penting dalam mengakhiri dan memutuskan suatu keputusan secara damai
akan perselisihan yang terjadi di dalam kasus perkara antara para pihak. Dimana, pada
subjek hukum internasional ini mengarah pada individu perorangan maupun badan
hukum yang berperan langsung dalam penyelesaian sengketa. Dalam ini ini juga, subjek
hukum memiliki beberapa ruang lingkup dalam sistem penyelesaian yakni ruang
lingkup Negara, organisasi internasional, palang merah internasional, takhta suci
vatikan, pihak pemberontak dan yang bersengketa hingga individu. Dengan demikian,
subjek hukum seperti individu maupun badan hukum dapat mengurangi dan
menyelesaikan sengketa yang ada dengan cara berdiskusi dan komunikasi serta
memutuskan kesepakatan dengan cara damai atau kekeluargaan. Sehingga sengketa
dapat di minimalisir antara kedua belah pihak. Disamping itu, penyelesaian sengketa ini
dapat dilakukan dengan beberapa macam cara dalam segi kekeluargaan atau
perdamaian yaitu melalui negosisasi, pencarian fakta, mediasi, konsiliasi serta
arbitrase. Namun tidak menutup kemungkinan dalam penanggulangan sengketa ini
91
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

juga dapat berpedoman pada sumber hukum yang ada guna untuk menyelesaikan kasus
yang secara adil dan menurut hukum undang-undang. Dengan ini dapat diterapkan
secara baik sesuai langkah hukum dengan persetujuan dari berbagai kalangan pihak
yang bersangkutan, namun apabila terjadi ketidaksepakatan antara kedua belah pihak
maka dapat mengambil langkah hukum yang mendukung dan dapat merubah kedua
belah pihak yang tidak sepakat menjadi sepakat melalui jalur hukum yang adil dan tidak
merugikan.

Penanggulangan sengketa melalui subjek hukum internasional ini tentunya


memiliki keterikatan dengan sumber hukum untuk memecahkan suatu perkara seperti
halnya sengketa. Dengan ini subjek hukum yang dipandang sebagai subjek hukum baik
dari individu maupun badan hukum dalam menyelesaikan suatu permasalahan dapat
bekerja sama dengan baik, dari segi diskusi, komunikasi dan kesepakatan dalam
perjanjian sebagai keputusan bersama dengan damai dan kekeluargaan tanpa
kekerasan yang telah diatur dalam hukum undang-undang yang ada. Dengan demikian
pihak-pihak yang bersangkutan dapat memilih jalur hukum yang sesuai dengan
kesepakatan bersama melalui hukum internasional yang juga dapat dilihat dari segi
subjek hukumnya. Dimana subjek hukum ini, dapat memilah golongan permasalahan
yang terjadi antara kedua belah pihak. Sehingga hal tersebut, dapat memudahkan dalam
penyelesaian perkara sengketa baik didalam negeri maupun luar Negara serta antar
Negara-negara lain yang bersangkutan. Serta dengan adanya ini dapat menjadikan
Negara yang adil dalam menegakkan keadilan sesuai prosedur hukum yang dijalankan
secara resmi dan sesuai undang-undang yang berlaku pada setiap Negara. Sehingga
aturan hukum yang berlaku dalam setiap Negara-negara dapat menjadi arahan untuk
setiap pihak individu yang dalam persengketaan terjadi permasalahan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam menyelesaikan perkara sengketa yang ada dengan subjek
hukum internasional sesuai prosedur penyelesaian hukum dengan pihak bersangkutan.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Hukum Internasional
merupakan hukum positif. Dimana, hukum ini berisi mengenai kumpulan ketentuan hukum
yang berlaku dan mengatur hubungan antar Negara-negara. Dalam hal ini pada hubungan
internasional tentunya meliputi beberapa aspek kehidupan seperti politik, social, dan ekonomi.
Hukum internasional ini juga memiliki sumber hukum yang mengikat yakni sumber hukum
formal dan sumber hukum material. Berkaitan dengan permasalahan sengketa melalui subjek
hukum internasional ini, subjek hukum internasional berperan sebagai pemegang segala hak
dan kewajiban dalam menyelesaikan perkara sengketa antara para pihak yang terkait. Dalam
subjek hukum internasional yakni tentunya memiliki keterikatan hubungan antara Negara
ataupun warga Negaranya. Sengketa merupakan suatu subjek hukum atas ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam suatu perjanjian yang telah diakui oleh hukum internasional. Disamping
itu, penyelesaian sengketa sifatnya praktis yang terkadang dapat menghadirkan resiko-resiko
akan hal yang tidak diinginkan. Dan pada prinsipnya upaya ini agar hubungan-hubungan antar
Negara terjalin dengan baik tanpa ada perselisihan.

92
Ganesha Law Review, Volume 4 Issue 2 November 2022

SARAN
Mahasiswa harus mampu mempelajari dan memahami materi Hukum Internasional
dengan baik mengingat Hukum Internasional ini mata kuliah wajib semester 2 yang
memaparkan suatu hubungan antar Negara dan bersifat internasional. Mahasiswa harus
mampu memahami dan memepelajari setiap sub bab yang ada pada materi atau pembahasan
mengenai Hukum Internasional ini, sehingga apabila semester selanjutnya menemukan materi
semacam ini mahasiswa tidak kesulitan

DAFTAR PUSTAKA
Adolf, H. (2004). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Dewa Gede Sudika Mangku, S. (2020). Pengantar Hukum Internasional . Lakeisha.
Prof. Huala Adolf, S. L. (2020). Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Sinar
Grafika.
Prof.Atip Latipulhayat, S. (2021). HUKUM INTERNASIONAL Sumber-Sumber Hukum.
Jakarta Timur: Sinar Grafika Offset.
Wikipedia. Hukum Internasional. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_internasional

93

You might also like